Anda di halaman 1dari 8

BAB V:

PENERIMAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT

A. PENERIMAAN PENUGASAN AUDIT

Di dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima/tidak, auditor


menempuh suatu proses yang terdiri dari 6 tahap, yaitu :

1. Mengevaluasi Integritas Manajemen.

Laporan keuangan adalah tanggungjawab manajemen. Audit atas laporan keuangan


bertujuan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
Untuk dapat menerima perikatan audit, auditor berkepentingan untuk mengevaluasi integritas
manajemen, agar auditor mendapatkan keyakinan bahwa manajemen perusahaan klien dapat
dipercaya, sehingga laporan keuangan yang diaudit bebas dari salah saji material sebagai akibat
dari adanya integritas manajemen.

Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas
manajemen adalah :

a. Komunikasi dengan auditor pendahulu.


b. Meminta keterangan kepada pihak ketiga..
c. Melakukan review terhadap pengalaman auditor di masa lalu dalam berhubungan dengan
klien yang bersangkutan.

2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan resiko luar biasa.

Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan
resiko luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari calon klien
dapat diketahui dengan cara :

a. Mengidentifikasi pemakai laporan audit


b. Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien dimasa depan
c. Mengevaluasi kemungkinan dapat/tidaknya laporan keuangan calon klien diaudit

3. Menentukan kompetensi auditor untuk melaksanakan audit.

“ Audit harus dilaksanakan oleh seorang/lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
cukup sebagai auditor ”.
Oleh karena itu, sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus
mempertimbangkan apakah ia dan anggota tim auditnya memiliki kompetensi memadai untuk
meyelesaikan perikatan tersebut, sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh IAI.

Jika menurut pertimbangan auditor, ia akan menjumpai situasi yang memerlukan


pengetahuan khusus, ia perlu melakukan konsultasi dengan spesialis. Contoh : ahli geologi,
penasihat hukum, penilai(appraiser), dan aktuaris. Auditor dapat menghadapi 2 kemungkinan
keadaan berikut :

a. Spesialis ditunjuk oleh klien/badan berwenang dan auditor menggunakan hasil pekerjaan
spesialis tersebut sebagai salah satu dasar untuk menilai kewajaran asersi yang
dicantumkan oleh klien dalam laporan keuangan auditan.
b. Spesialis dipilih oleh auditor untuk menilai asersi tertentu yang dinyatakan oleh klien
dalam laporan keuangan auditan.

Dalam keadaan kedua, auditor harus memperoleh keyakinan mengenai persyaratan


profesional dan reputasi spesialis melalui pengajuan pertanyaan/prosedur lain.

Auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

a. Sertifikat profesional, lisensi, atau pengakuan kompetensi dari spesialis dalam bidangnya.
b. Reputasi dan kedudukan spesialis dimata para rekan sejawat dan pihak lain yang
mengenal kemampuan atau kinerjanya.
c. Hubungan, jika ada, antara spesialis dengan klien.

Umumnya, auditor harus mengusahakan untuk memperoleh spesialis yang independen


dari klien. Pekerjaan spesialis yang tidak berkaitan dengan klien biasanya akan memberikan
tingkat keyakinan lebih tinggi bagi auditor mengenai keandalan hasil kerja spesialis, karena
objektivitas spesialis menjadi tinggi.

Diantara auditor, klien, dan spesialis harus memiliki kesamaan pengertian mengenai sifat
pekerjaan yang harus dilakukan oleh spesialis. Sebaiknya pengertian tersebut didokumentasikan
dan harus meliputi hal-hal berikut:

a. Tujuan dan lingkup pekerjaan spesialis.


b. Pernyataan spesialis berkenaan dengan hubungannya, jika ada, dengan klien.
c. Metode atau asumsi yang digunakan.
d. Perbandingan antara metode atau asumsi yang harus digunakan sekarang dengan yang
digunakan tahun lalu.
e. Pemahaman spesialis mengenai penggunaan temuan spesialis oleh auditor sebagai
pendukung dalam hubungannya dengan penyajian laporan keuangan.
f. Bentuk dan isi laporan spesialis yang akan memungkinkan auditor melakukan evaluasi.

4. Evaluasi terhadap Independensi Auditor.


“ Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor”.

Aturan Etika KAP mengatur tentang independensi auditor dan stafnya sebagai berikut:

a. Independensi

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional
akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi
independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).

b. Integritas dan Objektivitas

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan


objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau
mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.

Oleh karena itu, sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus memastikan
bahwa setiap profesional yang menjadi anggota tim auditnya tidak terlibat atau memiliki kondisi
yang menjadikan independensi tim auditnya diragukan oleh pihak yang mengetahui salah satu
dari 8 golongan informasi tersebut diatas.

5. Penentuan kemampuan auditor dalam menggunakan kemahiran profesionalnya


dengan cermat dan seksama.

“ Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan


kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama ”.

a. Penentuan waktu perikatan

Umumnya waktu 6 sampai dengan 9 bulan merupakan jangka waktu yang memadai bagi
auditor untuk merencanakan secara seksama pekerjaan audit, sehingga idealnya waktu perikatan
audit sudah diterima oleh auditor 6 sampai dengan 9 bulan sebelum akhir tahun buku klien.
Perikatan auditor mendekati akhir tahun buku klien dapat menyebabkan auditor tidak dapat
melaksanakan prosedur audit penting seperti observasi terhadap penghitungan fisik sediaan
sehingga kemungkinan auditor tidak dapat memberikan pendapatan wajar tanpa pengecualian
atas laporan keuangan auditan.

b. Pertimbangan jadwal pekerjaan lapangan


Biasanya auditor menggolongkan jadwal pelaksanaan pekerjaan lapangan kedalam 2
kelompok berikut ini:

1) Pekerjaan interim (interim work) yang merupakan pekerjaan lapangan yang dilaksanakan
oleh auditor 3 sampai 4 bulan sebelum tanggal neraca.
2) Pekerjaan akhir tahun (year-end work) yang merupakan pekerjaan lapangan yang
dilaksanakan oleh auditor beberapa minggu sebelum tanggal neraca sampai 3 bulan setelah
tanggal neraca.

c. Pemanfaat personil klien

Personel klien dapat dimanfaatkan untuk berbagai perikatan berikut ini :

a. Pembuatan daftar saldo akun buku besar (working trial balance)


b. Rekonsiliasi akun kontrol dalam buku besar dengan akun buku pembantu yang
bersangkutan
c. Pembuatan daftar umur piutang
d. Pembuatan daftar polis asuransi yang berlaku, piutang wesel, dan penambahan dan
pengurangan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit

6. Pembuatan surat perikatan audit.

Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukkan oleh klien, tujuan
dan lingkup audit, lingkup tanggungjawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya, kesepakatan
tentang reproduksi laporan keuangan auditan, serta bentuk laporan yang akan diterbitkan oleh
auditor.

Isi pokok surat perikatan audit umumnya berisi :

a. Tujuan audit atas laporan keuangan


b. Tanggungjawab manajemen atas laporan keuangan
c. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang-undang, peraturan, pernyataan dari badan
profesional yang harus dianut oleh auditor
d. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk
meyampaikan hasil perikatan
e. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan kecurangan
material tidak akan terdeteksi
f. Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan
g. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan
dalam pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam auditnya
h. Akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam
kaitannya dengan audit
i. Dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan pengaturan
penagihannya

B. PERENCANAAN AUDIT

7 tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya :

1. Memahami bisnis dan industri klien

Sebelum auditor melakukan verifikasi dan analisis transaksi atau akun-akun tertentu, ia
perlu mengenal lebih baik industri tempat klien berusaha serta kekhususan bisnis klien. SA Seksi
318 Pemahaman atas Bisnis Klien memberikan panduan tentang sumber informasi bagi auditor
untuk memahami bisnis dan industri klien :

a. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya


b. Diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasi senior)
c. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan auditor
intern
d. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain yang telah
memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri
e. Diskusi dengan orang yang berpengetahuan diluar entitas (seperti ahli ekonomi industri,
badan pengatur industri, customers, pemasok, dan pesaing)
f. Publikasi yang berkaitan dengan industri (seperti statistik yang diterbitkan oleh
pemerintah, survai, teks,jurnal perdagangan, laporan oleh bank, pialang efek, koran
keuangan)
g. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas
h. Kunjungan ketempat atau fasilitas pabrik entitas
i. Dokumen yang dihasilkan oleh entitas

2. Melaksanakan prosedur analitik

a. Konsep prosedur analitik

Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang
dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan
oleh auditor.

b. Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit


Tujuannya adalah untuk membantu perencanaan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang
akan digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun atau jenis transaksi tertentu. Untuk
maksud ini, prosedur analitik dalam perencanaan audit harus ditujukan untuk :

 Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi atau peristiwa yang
terjadi sejak tanggal audit terakhir
 Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan resiko tertentu yang
bersangkutan dengan audit

Prosedur analitik dapat mengungkapkan: 1) peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, 2)
perubahan akuntansi, 3) perubahan usaha, 4) fluktuasi acak, 5) salah saji.

c. Tahap-tahap prosedur analitik


 Prosedur analitik dilaksanakan melalui 6 tahap berikut ini :
 Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
 Mengembangkan harapan
 Melaksanakan perhitungan/perbandingan
 Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
 Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan tersebut
 Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit

d. Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat

Kompleks atau tidaknya prosedur analitik yang digunakan oleh auditor ditentukan oleh
besarnya dan kompleksnya bisnis klien, ketersediaan data, dan pertimbangan auditor. Prosedur
analitik mencakup perbandingan yang paling sederhana hingga model yang rumit yang
mengaitkan berbagai hubungan dan unsur data. Walaupun prosedur analitik yang diterapkan
dalam perencanaan audit seringkali hanya menggunakan data keuangan, tetapi kadangkala
informasi nonkeuangan yang relevan juga dipertimbangkan.

e. Mengembangkan harapan

Auditor perlu mengembangkan harapan sebagai dasar untuk membandingkan perhitungan


dan ratio yang dibuat dalam prosedur analitik.

Contoh sumber informasi yang digunakan dalam mengembangkan harapan:

 Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan


memperhatikan perubahan yang diketahui
 Hasil yang diantisipasikan
 Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode
 Informasi industri tempat usaha klien
 Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan
f. Melaksanakan perhitungan/perbandingan

Pada tahap ini, auditor mengumpulkan data yang akan dipakai dalam perhitungan
perbedaan jumlah absolut atau persentase sekarang dibandingkan dengan jumlah atau persentase
tahun yang lalu, perhitungan common-size financial statements, financial ratios, dan trend.

g. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan

Data yang telah dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh
auditor untuk mengidentifikasi perbedaan signifikan yang terjadi.

h. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan


signifikan
i. Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit

3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal

Pada tahap perencanaan audit, auditor perlu mempertimbangkan materialitas awal pada 2
tingkat berikut:

a. tingkat laporan keuangan,


b. tingkat saldo akun.

4. Mempertimbangkan resiko bawaan

Berbagai resiko yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam setiap tahap proses
auditnya.

5. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika


perikatan audit merupakan audit tahun pertama

SA Seksi 323 audit tahun pertama memberikan panduan bagi auditor berkenaan dengan


saldo awal, bila laporan keuangan diaudit untuk pertama kalinya atau bila laporan keuangan
tahun sebelumnya diaudit oleh auditor independen lain. Auditor harus menyadari mengenai hal-
hal bersyarat (contingencies) dan komitmen yang ada pada awal tahun.

a. Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk meyakini bahwa:
b. Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak material terhadap
laporan keuangan tahun berjalan
c. Saldo penutup tahun sebelumnya telah ditransfer dengan benar ketahun berjalan atau
telah dinyatakan kembali, jika hal itu semestinya dilakukan
d. Kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten
6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan

Karena keterkaitan antara bukti audit, materialitas dan komponen resiko audit, auditor
dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau
golongan transaksi. 2 strategi audit awal yang dapat dipilih oleh auditor :

a. Primarily substantive approach


b. Lower assessed level of control risk approach

7. Me-review informasi yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban legal klien

Sebelum memulai verifikasi dan analisis terhadap transaksi dan akun tertentu, auditor
perlu memahami kewajiban-kewajiban legal dan perjanjian-perjanjian yang menyangkut klien.

Informasi tersebut tercantum dalam dokumen-dokumen berikut ini :

a. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga


b. Perjanjian persekutuan
c. Notulen rapat direksi dan pemegang saham
d. Kontrak
e. Peraturan-peraturan pemerintah yang secara langsung menyangkut perusahaan klien
f. Arsip korespondensi

Tujuan auditor me-review informasi yang terdapat dalam dokumen-dokumen tersebut


diatas adalah :

a. Untuk memperoleh gambaran ringkas kebijakan-kebijakan dan rencana pemilik dan para
manajer.
b. Untuk memperoleh background information yang akan sangat bermanfaat dalam
menafsirkan akun-akun dan laporan klien.

Anda mungkin juga menyukai