A. Bukti Audit
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan
keuangan , yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya , yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut.
Dasar pembahasan bukti audit adalah Standar Pekerjaan Lapangan khususnya standar
ketiga mendasari pembahasan bukti audit yang berbunyi : “ Bukti audit kompeten yang cukup
harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai
dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit “.
Berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti
audit , meliputi :
a. Materialitas.
b. Resiko audit.
c. Faktor – faktor ekonomi.
d. Ukuran dan karakteristik populasi.
3. Kompetensi bukti audit
Kompetensi bukti adalah berkaitan dengan kuantitas atau mutu dari bukti–bukti tersebut.
Bukti yang kompeten adalah bukti yang dapat dipercaya , sah , obyektif , dan relevan.
a. Sumber bukti ,
b. Relevansi bukti ,
c. Obyektivitas bukti ,
d. Saat atau waktu.
B. Tujuan Audit
Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah
laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum atau dikenal dengan GAAP. Untuk itu, auditor harus
memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat
1. Tujuan Umum
Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran ,
dalam semua hal yang material , posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini , auditor perlu menghimpun
bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup , auditor perlu
mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan
keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut , auditor akan dapat
mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun , dan bagaimana cara menghimpun bukti
tersebut.
2. Tujuan Spesifik
Tujuan audit spesifik lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pos pos yang terdapat
dalam laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen.
C. Program Audit
Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit,
auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan serta
harus mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap audit.
Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan
dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa prosedur audit
yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan audit. Program
audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor berusaha menyeimbangkan
prosedur audit top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu program audit. Jenis
pengujian yang termasuk dalam program audit meliputi :
1. Prosedur Analitis
Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data keuangan dan data non-
keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan.
2. Prosedur awal
Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan bisnis dan
industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan prosedur awal
untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai dengan akun pengendali
dalam buku besar.
4. Pengujian pengendalian
Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari auditor.
5. Pengujian transaksi
Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi,
berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
6. Pengujian Saldo
Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item yang
membentuk saldo tersebut.
Dengan kata lain kertas kerja audit dapat berasal dari pihak klien, hasil analisis yang
dibuat auditor atau dari pihak ketiga yang independen baik secara langsung maupun tidak
langsung. Berkas kertas kerja yang berasal dari klien dapat berupa :Neraca Saldo (Trial balance),
Rekonsiliasi bank (Bank reconciliation), Analisa Umur Piutang (Accounts Receivable Aging
Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory List), Rincian Utang, Rincian Biaya Umum dan
Administrasi, Rincian Biaya Penjualan, Surat Pernyataan Langganan.
Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dokumentasi yang
memperlihatkan :
a. Pembuatan heading.
b. Nomor indeks
c. Tick marks
d. Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan tanggal pembuatan serta
penelaahan.
d. Top Schedules
Merupakan kertas kerja pemeriksaan yang digunakan untuk meringkas informasi yang
dicatat dalam daftar pendukung untuk rekening-rekening yang berhubungan.
e. Supporting schedules
Merupakan kertas kerja yang memuat detail dari pada temuan hasil pemeriksaan, serta
koreksi-koreksi yang ada, serta memuat berbagai informasi dan teknik pemeriksaan yang
dilaksanakana oleh akuntan.
Dengan kata lain supporting schedule merupakan rincian dari pada top schedule.
b. Permanent File, merupakan arsip kertas kerja yang secara relatif tidak mengalami
perubahan. Arsip ini dapat digunakan berulang ulang untuk beberapa periode pengauditan.
Walaupun kertas kerja tersebut milik auditor, tetapi auditor dilarang memperlihatkan atau
membocorkan informasi yang ada pada kertas kerja tersebut kepada pihak ketiga tanpa seizin
kliennya, kecuali atas perintah pengadilan atau profesi akuntan. Selama melaksanakan audit,
auditor memperoleh sejumlah informasi yang sifatnya rahasia antara lain berupa informasi
tentang gaji karyawan penting (key personels), rencana advertensi, data biaya produksi dan
metode penentuan harga jual produk. Jika auditor membocorkan informasi-informasi pada pihak
ketiga atau kepada karyawan kliennya