TAHUN 2020
PROPOSAL
Oleh :
Lestari Ningsih
1914201173 B
MEDAN
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
masyarakat yang kemudian berdampak pada masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang
dulunya lebih banyak pada penyakit infeksi mulai beralih ke penyakit degenerative salah
penyakit kronis serius yang disebabkan oleh factor keturunan atau lingkungan, dan
diabetes mellitus juga terjadi karena gangguan metabolism karbihidrat, lemak dan protein
yang berhubungan dengan defesiensi relative atau absolute kerja insulin dan atau
defesiensi relative dan absolute sekresi insulin yang di tandai dengan hiperglikemia.
Carthy dan Zimmet, jumlah pasien diabetes mellitus di dunia akan mencapai 21,3
juta jiwa pada tahun 2030. Di kawasan ASEAN sendiri juga didapatkan pola peningkatan
serupa. Jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 diperkirakan berjumlah 8,4
juta jiwa dan meningkat menjadi 19,3 juta jiwa pada tahun 2010 (Misnadiarly,2006).
Data epidemiologi Amerika Serikat menyebutkan bahwa setiap tahun, lebih dari
satu juta orang penderita diabetes mellitus kehilangan salah satu kakinya sebagai
komplikasi diabetes mellitus. Ini berarti bahwa setiap 30 detik, satu tungkai bawah hilang
karena diabetes mellitus di suatu tempat di dunia. Dari semua amputasi tungkai bawah,
40-70 % berkaitan dengan diabetes mellitus, pada banyak studi insiden amputasi tungkai
bawah diperkirakan 5-25/100.000 orang/tahun. Sedangkan diantara penderita diabetes
mellitus, jumlah penderita yang diamputasi sebanyak 6-8/1000 orang. Sebagian besar
amputasi pada kaki diabetic bermula dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan deteksi dini dan
pengobatan yang adekuat akan dapat mengurangi kejadian tindakan amputasi. Kasus-
kasus tersebut diperkirakan dapat dicegah bila diajarkan tindakan preventif untuk
merawat kaki dan dipraktekkkan setiap hari dan mengikuti diet yang dianjurkan. Karena
status gizi, pengontrolan kadar gula darah dan pemeriksaan kaki secara berkala menjadi
masyarakat karena prevalensinya yang meningkat 2-3 kali lipat lebih cepat dari Negara
maju (Depkes RI,2005). Dalam Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes Federation)
tecantum perkiraan penduduk Indonesia diatas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan
penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti aka nada jumlah 178 juta
penduduk berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalansi diabetes mellitus sebesar
Apabila tidak ditangani dengan baik diabetes mellitus akan menimbulkan berbagai
macam komplikasi, baik akut maupun kronik. Salah satu komplikasi kronik yang serius
dan paling ditakuti adalah gangrene diabetes (Waspdji,2009). Penderita diabetes mellitus
mempunyai resiko terjadinya gangrene 50 kali lebih muda daripada yang bukan penderita
diabetes mellitus. Ini disebabkan karena lingkungan dengan glukosa yang tinggi
eluarga membuat ulkus bertambah parah dan menjadi gangrene yang mudah terinfeksi,
karena itu diperlukan penyuluhan bagi penderita diabetes mellitus dengan komplikasi
Penderita gangrene ditemukan pada 2,4 % dari kesekuruhan kasus diabetes mellitus.
Komplikasi ini pulalah yang merupakan penyebab perawatan rumah sakit terbanyak
kejadian kaki diabetic, seperti : ulkus, infeksi dan gangrene kaki serta artropati charcot
Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2005) di RSUD Koja didaptkan selama
periode 2000-2004 gangren diabetes menempati posisi kedua dalam jenis komplikasi
diabetes mellitus terbanyak yang dirawat inap di Rumah Sakit tersebut yaitu 18,96%.
Sedangkan alas an rawat inap terbanyak adalah luka yang tidak sembuh-sembuh.
mellitus yang menyebabkan kelainan neuropati sensorik maupun motorik dan autonomic
akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian
menyababkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapan kaki dan selanjutnya
merebak menjadi infeksi yang luas, ditambah lagi dengan factor aliran darah yang kurang
(Waspadji,2009). Keadaan gangrene yang sudah lanjut jika tidak ditangani dengan baik
dan tepat akan berkembang menjadi tindakan amputasi kaki. Karena infeksi dapat
mellitus pada tanggal 25 sampai 30 maret 2020 di RS Sufina Aziz dari 15 pasien hanya 5
orang yang mengetahui perawatan gangrene, sedangkan 10 orang lagi tidak mengetahui
perawatan gangrene. Dan hanya 3 orang yang siap untuk melakukan perawatan lanjutan
di rumah sedangkan 12 lagi tidak siap untuk melanjutkan perawatan di rumah dan lebih
Medan”.
makalah ini adalah “Apakah ada hubungan Pengetahuan pasien tentang perawatan
gangrene dengan kesiapan perawatan lanjutan di rumah pada pasien diabetes mellitus di
RS Sufina Aziz?”
dengan kesiapan perawatan lanjutan di rumah pada pasien diabetes mellitus di RS Sufina
Aziz.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat
2. Institusi Pendidikan
diabetes mellitus.
3. Peneliti Selanjutnya
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Defenisi
“what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmojo,2005,hal
3). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
27).
a. Cara coba-salah (Trial and Error) cara coba-salah ini dilakukan dengan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sintesis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih
1. Pendidikan
baru diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
menjadi terbatas.
3. Informasi
misalnya membaca surat kabar, mendengar radio, ,elihat film atau televise dan
sebagainya.
Semakin sering seseorang memperoleh informasi yang didapat dari media cetak
atau elektronik dengan melihat dan mendengar sendiri, maka semakin bertambah
bertambah dan sebaliknya jika seseorang jarang atau tidak pernah memperoleh
2.2.1 Defenisi
dari kurangnya efektif insulin (ada diabetes mellitus tipe 2) atau insulin absolute (pada
diabetes mellitus tipe 1) di dalam tubuh, dengan tanda-tanda hiperglikemi dan glukosuria,
disertai dengan gejala klinik akut (poliuria, polidipsia, penurunan berat badan) dan gejala
kronik atau kadang-kadang tanpa gejala, gangguan primer terletak pada metebolisme
karbihidrat dan sekunder pada metabolism lemak dan protein (Tjokroprawiro A,2001).
sebagian besar dari sel-sel beta dari pulau langerhans pada panckreas yang berfungsi
mellitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi indulin dalam memasukkan
glukosa kedalam sel. Gangguan ini dapat terjadi kerana kegemukan atau sebab lain yang
belum dikeahui.
Pankreas yang disebut kelenjar parut, adalah kelenjar penghasil insulin yang
terletak dinelakang lambung. Didalmnya terdapat kumpulan sel yang terbentuk seperti
pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormone insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar gula darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel-sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang
dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel
glukosa tersebut dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa
mellitus tipe I.
Pada keadaan diabetes mellitus tipe II, kerja insulin bisa normal, bahkan lebih
banyak, tetapi jumlah reseptor (penagkap) insulin dipermukaan sel berkurang. Beda
antara diabetes mellitus tipe I dan II adalah pada diabetes mellitus tipe II bisa ditemukan
jumlah insulin cukup atau bahkan lebih tetapi kualitas nya kurang baik, sehingga gagal
5 %-10% penderita diabetic adalah tipe I. sel-sel beta dari pancreas yang
90%-95% penderita diabetic adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar gula darah menetap,
obesitas.
Berikut ini adalah urutan yang menunjukkan siapa saja yang mempunyai
melitus
a) Gejala Acute
1) Pada permulaan gejala ditunjukkan meliputi tiga serba banyak, yaitu : banyak
fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus naik karena pada
2) Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama kelamaan mulai timbul gejala yang
disebabkan oleh kurangnya insulin. Jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl
kadang-kadang timbul mual, mudah lelah, berat badan turun 5-10 kg dalam 2-4
b) Gejala Kronik
terasa panas, kram, mudah mengantuk, kelemahan tubuh, mata kabur, kemampuan
menderita penyakit diabetes mellitus atau belum. Diagnosis pada umumnya ditegakkan
berdasarkan keluhan penderita yang khas dan adanya peninggian kadar glukosa darah
2.2.8 Penatalaksanaan
Melitus” menurut Tjokroprawiro, A (2000) sebagai berikut : diet dan mengatur pola
makan, latihan fisik (olah raga), pengontrolan kadar gula darah, obat hipoglikemia (OHO
dan insulin) contoh : glibenclamid, daonil, regular insulin dan cangkok pancreas.
Peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dapat merusak pembuluh darah,
saraf dan struktur internal lainnya.terbentuk zat komplek yang terdiri dari gula di dalam
dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran
akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang terutama menuju kulit dan saraf.
Karena hal tersebut, maka penderita diabetes mellitus biasa mengalami berbagai
makrovaskular diantaranya penyakit arteri koroner, stroke, gagal ginjal, disfungsi ereksi,
Luka gangrene diabetic adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer akibat
penyakit diabetes mellitus yang mengakibatkan gangguan pada saraf peripheral dan
autonomic. Biasanya gangrene tersebut terjadi pada daerah tungkai. Keadaan ini ditandai
dengan pertukaran sekulitis dan timbunya vasikula atau bula yang hemoragik kuman yang
Banyak factor yang berpengaruh pada tingkat kejadian dan hasil paengelolaan
kaki diabetic. Diantaranya factor neuropati atau gangguan urat saraf seperti kelemahan
otot, iskemik akibat kelainan pembuluh darah dan infeksi. Ketiganya saling
mempengaruhi satu sama lain. Kaki pasien diabetes mellitus sangat rentan terhadap
kelainan pembuluh darah dan neuropatik. Interaksi kedia hal tersebut yang akan
menimbulkan kelainan local pada kuku, kerusakan kulit, deformitas kaki, ditambah
dengan timbulnya infeksi, semua akan mempengaruhi timbulnya gangrene diabetic dan
(Waspadji,2009).
mellitus yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah akibat
oksigen, bahkan makanan atau obat antibiotic yang dapat mengganggu proses
penyembuhan luka. Neoropati, baik neuropati sensori maupun motorik dan autonomic
akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekana pada telapak kaki dan selnjutnya
meretak menjadi infeksi yang luas. Bila pengobatan infeksi ini tidak sempurna dapat
Rasa nyeri seperti terbakar, tidak berasa, rasa tebal pada kaki dan perasaan panas
atau dingin. Penurunan ambang rasa sakit-mati rasa, terhadap rasa suhu dan produksi
keringat yang menurun, kulit kering dan pecah-pecah juga kaki terasa lebih hangat.
Gangguan saraf dan kelainan bentuk kaki dengan peningkatan tekanan/beban pada
kaki dan kelainan tulang-tulang kaki, gangguan pembuluh darah dan riwayat luka pada
kaki. Kelaina pertumbuhan kuku dan pemakaian sepatu yang tidk sesuai.
Jika terjadi komplikasi saraf, maka pengobatan yang dilakukan adalah mengontrol
Gangren adalah luka yang sudah membusuk dan bisa melebar, ditandai dengan
jaringan yang mati berwarna kehitaman dam membau karena desertai pembusukan oleh
bakteri.
Adapun pada penderita diabetes mellitus, jenis gangrene basah (diabetic gangrene)
dan umumnya terdapat dikaki. Pada penderita diabetes mellitus, gangrene disebabkan
oleh neuropathy, angiopathy dan komplikasi lainnya. Untuk merawat agar luka gangrene
tidak lebih parah, berikut ini beberpa tips merawat luka gangrene.
2.4.1 Tips Merawat Luka Gangrene Pada Pasein Diabetic :
a. Lihat kondisi luka pasien, apakah luka yang dialami pasien dalam keadaan kotor
atau tidak, ada pus atau jaringan nekrotik (mati) atau tidak. Setelah dikaji barulah
b. Jika ada jaringan nekrotik, sebaiknya dibuang dengan cara digunting sedikit demi
sedikit sampai kondisi luka mengalami granulasi (jaringan baru yang mulai
tumbuh).
c. Lihat kedalaman luka, pada pasien diabetes mellitus dilihat apakah terdapat sinus
(luka dalam yang sampai berlubang) atau tidak. Bila terdapat sinus, ada baiknya
disemprot (irigasi) dengan NaCl sampai pada kedalaman luka, sebab pada sinus
d. Lakukan pembersihan luka sehari minimal dua kali (pagi dan sore), setelah
e. Setelah luka dibersihkan, lalu tutup dengan kassa basah yang diberi larutan NaCl
lalu dibalut disekitar luas luka, dalam penutupan dengan kassa, jaga agar jaringan
luar luka tidaj tertutup. Sebab juka jaringan luar luka ikut tertutup akan
f. Setelah luka ditutup dengan kassa basah bercampur NaCl, lalu ditutup kembali
yang baik/ bagus yang membuat luka rata), selanjutnya aka nada penutupan luka
tahap kedua (skin draw), biasanya diambil dari kulit paha. Penanganan luka
diabet, harus ekstra agresif sebab pada luka diabet kuman akan terus menyebar
gangrene (Mirza,2008). Dalam ilmu kedokteran gula darah adalah istilah yang mengacu
kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat serum diatur
dengan tekat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama
Pengendalian gula darah sangat penting dalam perawatan gangrene karena kadar
kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan tetapi semakin
mendekati kisaran normal. Pemantauan gula darah ini penting karena membantu
menentukan penanganan medis yang optimal sehingga mengurangi resiko berat dan
darah meliputi 3 hal penting yaitu pengaturan diet/perencanaan makanan, terapi insulin
dan olah rga bila memungkinkan. Pasien dengan komplikasi gengren tidak
memungkinkan lagi utuk melakukan olah raga karena karena pada umumnya ada
diabetes yang kemudian didukung dengan aktivitas atau olahraga. Pengaturan pola makan
maksudnya merancang sedemikian rupa makanan yang jumlahnya sesuai dengan
kebutuhan sehingga insulin yang tersedia mencukupi. Pada umumnya, pola makan untuk
diabetes diatur berdasarkan jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan.
(Sukardji,2009).
Dengan demikian, insulin eksogen harus diberikan dalam jumlah yang tak terbatas. Pada
diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih dari 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas terhadap insulin, sehingga memperbaiki kendali gula darah. Latihan yang
dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan
sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan
yang mencapai normal. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang
rusak serta penyebab luka tersebut. Fase penyembuhan luka meliputi inflamasi, proliferasi
Penyuluhan dan tatalaksana merupakan bagian yang integral dari terapi pasien
diabetes mellitus dengan luka diabetic. Mengingat bahwa tidak semua penyandang
diabetes mellitus dapat secara teratur berobat ke dokter, maka penyuluhan ini sebaiknya
juga diberikan pada keluarga pasien. Metode dalam memberikan edukasi tergantung dari
pengalaman dan fasilitas yang ada di tempat tersebut. Edukasi dilakukan dengan
pengajaran individu pada pasien dan keluarganya yang dapat diikuti dengan pemberian
pedoman tertulis, booklet, atau cara lain yang sesuai dengan pendidikan, ekonomi, waktu
dan kesiapan belajar dari pasien maupun keluarga. Penyuluhan terhadap pasien diabetes
mellitus dan keluarga nya harus dilakukan secara berkala agar tujuan penatalaksanaan
pasien diabetes mellitus dengan luka diabetic ini dapat tercapai. Secara garis besar
penyuluhan edukasi pada pasien diabetes mellitus dan keluarga dengan luka diabetic
tersebut adalah :
c. Obat-obatan
Dari hasil tinjauan kepustakaan yang telah diuraikan serta masalah penelitian yang
konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
(Notoadmojo,2003).
Berdasarkan kerangka konseptual yang diatas bahwa terlihat objek yang diteliti
adalah hubungan pengetahuan pasien tentang perawatan gangrene dengan kriteria baik,
cukup dan buruk. Dengan kesiapan perawatan lanjutan dengan perawatan lanjutan dengan
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan pasien tentang
perawatan luka gangrene dengan kesiapan perawatan lanjutan di rumah pada pasien
METODE PENELITIAN
prosedur penelitian (Aziz Alimul Hidayat,2007). Desain yang digunakan dalam penelitian
rumah pada pasien diabetes mellitus di RSU Sufina Aziz Medan Tahun 2020.
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes mellitus yang
dirawat inap di RSU Sufina Aziz Medan pada Tahun 2020 yang rata-rata berjumlah 50
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang berobat ke RSU Sufina Aziz
Medan. Tekhnik penarikan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling dengan
kriteria inklusi ciri responden yaitu yang menderita diabetes mellitus dan dirawat inap di
RSU Sufina Aziz dengan perawatan luka gangrene. Dengan jumlah sampel sebanyak 30
orang, jumlah sampel ini diambil untuk memenuhi uji parametric yang digunakan.
2 Variabel
Dependen :
Kesiapan Pasien mampu Kuesioner Skor Nilai : Ordinal
perawatan melakukan 21-27 : Siap
lanjutan perawatan lanjutan 16-20 : Kurang Siap
dirumah dirumah 9-15 : tidak siap
permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Stikes Flora Medan)
dan kemudian permohonan izin penelitian yang telah diperoleh dikirimkan ketempat
penelitian (RS Sufina Aziz). Peneliti menentukan responden berdasarkan criteria yang
tentang tujuan , amnfaat dan proses pengisian kuesioner. Kemuadian responden diminta
untuk menanda tangani surat persetujuaan atau dengan memberikan persetujuan secara
verbal atau lisan. Selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan
oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak mengerti.
Setelah semua responden mengisi kuesioner yang dibagikan, maka peneliti
P= Rentang
Banyak kelas
62 - 31
3
P = 10,3 = 10
Keterangan :
P = Panjang Kelas
Rentang = Nilai tertinggi – nilai terendah
Banyak Kelas = Jumlah Kategori
Jadi tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan luka gangrene di kategorikan atas
interval sebagai berikut :
Baik : mendapat nilai 52-62
Cukup : mendapat nilai 41-51
Kurang : mendapat nilai 31-40
P= Rentang
Banyak kelas
27 - 9
3
P=6
Keterangan :
a. Siap = 21-27
b. Kurang siap = 16-20
c. Tidak siap = 9-15
Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat, tinggi rendahnya
validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan orang yang
peneliti sebelumnya.
statistical for the social science (SPSS) dengan langkah –langkag sebagai berikut :
a. Editing (Edit)
Dilakukan untuk memeriksa Kuesioner yang telah diisi oleh responden apakah
b. Coding (Kode)
Yaitu member kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah
c. Entry (Masuk)
d. Tabulating (Tabel)
Yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
senilai P ≤ 0,05.