Modul Jalan Rel
Modul Jalan Rel
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan angkutan kereta ini dapat dibagi menjadi angkutan kereta antar kota
dan angkutan kereta perkotaan. Untuk angkutan penumpang perkotaan dikenal berbagai
macam sistem angkutan jalan rel perkotaan, seperti Rapid Rail Transit (LRT), Personal
Rail Transit (PRT), serta beberapa teknologi baru misalnya monorail dan aeromovel.
RRT merupakan sistem dengan ROW tersendiri dan mempunyai teknologi yang cukup
modern, LRT merupakan sistem yang ROW-nya bias dipunyai sendiri atau bersama
dengan moda lainnya, sedang PRT adalah sistem yang beroperasi pada jalur khususnya,
otomatis dan demandresponsive. Jadi kereta ini bergerak bila ada penumpang yang
perlu.
Jalan rel ini dapat dibagi menjadi jalan umum dan jalan khusus. Yang
dimaksudkan dengan jalan rel pribadi adalah jalan rel yang digunakan dan dipunyai oleh
badan tertentu seperti pabrik gula, pertambangan misalnya dan jalan rel ini khusus
melayani keperluan angkutan di pabrik gula atau pertambangan itu sendiri. Sedang jalan
rel umum adalah jalan rel yang digunakan kereta untuk umum.
BAB II
PERMASALAHAN
BAB III
LANDASAN TEORI
a. Kecepatan.
1) Kecepatan Rencana.
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang digunakan untuk
merencanakankonstruksi jalan rel.
a) Untuk perencanaan struktur jalan rel.
V rencana = 1,25 x V maks.
b) Untuk perencanaan peninggian
c = 1,25
Ni = Jumlah Kereta api yang lewat.
Vi = Kecepatan Operasi
c) Untuk perencanaan jari-jari lengkung lingkaran dan lengkung
peralihan
Vrencana = Vmaks
2) Kecepatan Maksimum
Kecepatan maksimum adalah kecepatan tertinggi yang diijinkan
untuk operasisuatu rangkaian kereta pada lintas tertentu.
3) Kecepatan Operasi
Kecepatan operasi adalah kecepatan rata-rata kereta api pada
petak jalan tertentu.
4) Kecepatan Komersil
Kecepatan komersil kecepatan rata-rata kereta api sebagai hasil
pembagian jaraktempuh dengan waktu tempuh.
b. Beban Gandar.
Beban gandar adalah beban yang diterima oleh jalan rel dari satu
gandar. Untuksemua kelas, beban gandar maksimum adalah 18 ton.
a. Lengkung Lingkaran
Dua bagian lurus, yang perpanjangannya saling membentuk sudut
harus dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran, dengan atau
tanpa lengkung-lengkung peralihan. Untuk berbagai kecepatan rencana,
besar jari-jari minimum yang diijinkan.
b. Lengkung Peralihan.
Lengkung peralihan adalah suatu lengkung dengan jari-jari yang
berubah beraturan. Lengkung peralihan dipakai sebagai peralihan antara
bagian yang lurus dan bagian lingkaran dan sebagai peralihan antara dua
jari-jari lingkaran yang berbeda. Lengkung peralihan dipergunakan pada jari-
jari lengkung yang relatif kecil, lihat Tabel 3.2. Panjang minimum dari
lengkung peralihan ditetapkan dengan rumus berikut :
Lh = 0,01 hv
Dimana Lh = panjang minimal lengkung peralihan
h = pertinggian relative antara dua bagian yang dihubungkan
(mm)
v = kecepatan rencana untuk lengkungan peralihan (km/jam)
c. Lengkung S
Lengkung S terjadi bila dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda
arah lengkungnya terletak bersambungan. Antara kedua lengkung yang
berbeda arah ini harus ada bagian lurus sepanjang paling sedikit 20 meter di
luar lengkung peralihan.
d. Pelebaran Sepur
Pelebaran sepur dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati
lengkung tanpa mengalami hambatan. Pelebaran sepur dicapai dengan
menggeser rel dalam kearah dalam. Besar Pelebaran sepur untuk berbagai
jari-jari tikungan adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 3.3.
e. Peninggian Rel.
Pada lengkungan, elevasi rel luar dibuat lebih tinggi dari pada rel
dalam untukmengimbangi gaya sentrifugal yang dialami oleh rangkaian
kereta.Peninggian rel dicapai dengan menepatkan rel dalam pada tinggi
semestinya danrel luar lebih tinggi.
Peninggian rel dicapai dan dihilangkan secara berangsur sepanjang
lengkung peralihan. Untuk tikungan tanpa lengkung peralihan peninggian rel
dicapai secara berangsur tepat di luar lengkung lingkaran sepanjang suatu
panjang peralihan.
2.2.4 Landai
a. Pengelompokan Lintas
Berdasar pada kelandaian dari sumbu jalan rel dapat dibedakan atas 4
(Empat) kelompok seperti yang tercantum dalam Tabel 3.4.
b. Landai Penentu
Landai penentu adalah suatu kelandaian (Pendakian) yang terbesar
yang ada pada suatu lintas lurus. Besar landai penentu terutama berpengaruh
pada kombinasi daya tarik lok dan rangkaian yang dioperasikan. Untuk
masing-masing kelas jalan rel, besar landai penentu adalah seperti yang
tercantum dalam Tabel 3.5.
c. Landai Curam
Dalam keadaan yang memaksa kelandaian (Pendakian) dari lintas
lurus dapat melebihi landai penentu. Kelandaian ini disebut landai curam;
( )
Dimana:
ℓ = Panjang maximum landai curam (m).
Va = Kecepatan minimum yang diijinkan dikaki landai curam m/detik.
Vb = Kecepatan minimum dipuncak landai curam (m/detik) vb ≥ ½ va.
g = Percepatan gravitasi.
Sk = Besar landai curam ( ‰ ).
Sm = Besar landai penentu ( ‰ ).
Tabel 3.7 Penampang melintang jalan rel pada lengkung jalur ganda
Kelas Vmax d1 b c k1 d2 e k2 a
jalan rel (km/jam) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1st 120 30 150 235 265-315 15-50 25 375 185-237
2nd 110 30 150 254 265-315 15-50 25 375 185-237
3rd 100 30 140 244 240-270 15-50 22 325 170-200
4th 90 25 140 234 240-250 15-35 20 300 170-190
4th s 80 25 135 211 240-250 15-35 20 300 170-190
Sumber : PD 10
WRA.
Tabel 3.9 Komposisi kimia rel
C 0,60% - 0,80%
Si 0,15% - 0,35%
Ma 0,90% - 1,10%
P Max. 0,035%
S Max. 0,025%
Sumber : PD 10
1) Untuk semua tipe rel, besar celah pada sambungan rel standard dan rel
pendektercantum pada table 3.12.
2) Pada sambungan rel panjang, besar celah dipengaruhi juga oleh tipe
reldanjenis bantalan.
a) Untuk sambungan rel panjang pada bantalan kayu, besar celah
tercantumpada Tabel 3.13.
b) Untuk sambungan rel panjang pada bantalan beton, besar celah
tercantumpada Tabel 3.14.
Tabel 3.12 Besar celah untuk semua tipe rel pada sambungan rel standard dan rel
pendek
Suhu Panjang rel (m)
pemasangan (0C) 25 50 75 100
≤ 20 8 14 16 16
22 7 13 16 16
24 6 12 16 16
26 6 10 15 16
28 5 9 13 16
30 4 8 11 14
32 4 7 9 12
34 3 6 7 9
36 3 4 6 7
38 2 3 4 4
40 2 2 2 2
42 1 1 0 0
44 0 0 0 0
≥ 46 0 0 0 0
Sumber : PD 10
g. Suhu Pemasangan
Yang dimaksud dengan suhu pemasangan adalah suhu rel waktu
pemasangan.
1) Batas suhu pemasangan rel standard dan rel pendek tercantum
pada Tabel 3.12.
2) Batas suhu pemasangan rel panjang pada bantalan kayu
Tabel 3.13 Besar celah untuk sambungan rel panjang pada bantalan kayu
Suhu Panjang rel (m)
0
pemasangan ( C) R42 R50 R54 R60
≤ 28 16 16 16 16
30 14 16 16 16
32 12 14 15 16
34 10 11 12 13
36 8 9 10 10
38 6 6 8 8
40 5 4 6 6
42 4 3 5 5
44 3 3 3 4
46 2 3 3 3
≥ 48 2 2 2 2
Sumber : PD 10
Tabel 3.14 Besar celah untuk sambungan rel panjang pada bantalan beton
Suhu Panjang rel (m)
pemasangan (0C) R42 R50 R54 R60
≤ 22 16 16 16 16
24 14 16 16 16
26 13 14 15 16
28 13 12 13 14
30 10 11 11 12
32 8 9 10 10
34 7 8 8 9
36 6 6 7 7
38 5 5 5 6
40 4 4 4 5
42 3 3 3 4
44 3 3 3 3
≥ 46 2 2 2 2
Sumber : PD 10
h. Kedudukan Rel
Kecuali pada wesel dan di emplasemen dengan kecepatan kereta lambat,
reldipasang miring ke dalam dengan kemiringan 1:40.
2.3.2 Wesel
Fungsi wesel adalah untuk mengalihkan kereta dari satu sepur ke sepur yang
lain.
a. Jenis Wesel :
1) Wesel biasa.
(a). Wesel Biasa
(1) Wesel biasa kiri
(2) Wesel biasa kanan
(b). Wesel dalam lengkung
(1) Wesel serah lengkung
(2) Wesel berlawanan arah lengkung
(3) Wesel simetris
2) Wesel tiga jalan
(a). Wesel Biasa
b. Komponen Wesel
Wesel terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
1) Lidah
2) Jarum beserta sayap-sayapnya
3) Rel lantak
4) Rel paksa
5) Sistem penggerak
1) Lidah
a) Lidah adalah bagian dari wesel yang dapat bergerak pangkal lidah disebut
akar.
b) Jenis Lidah
Tabel 3.15 Tangen sudut simpang arah, nomor wesel dan kecepatan izin
tg. α 1:8 1 : 10 1 : 12 1 : 14 1 : 16 1 : 18
Nomor Wesel W8 W10 W12 W14 W16 W18
Kecepatanizin(km/jam) 25 35 45 50 60 70
Sumber : PD 10
2.3.4 Bantalan
Bantalan berfungsi meneruskan bahan dari rel ke balas, menahan
lebarsepur dan stabilitas kearah luar jalan rel.Bantalan dapat terbuat dari kayu, baja
ataupun beton. Pemilihan didasarkanpada kelas yang sesuai dengan klasifikasi jalan
rel Indonesia.
2.3.5 Balas
Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar, dan
terletakdi daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat lalu
lintaskereta pada jalan rel, oleh karena itu material pembentukanya harus
sangatterpilih.Fungsi Utama balas adalah untuk:
1) Meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar
2) Mengokohkan kedudukan bantalan
3) Meluruskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air di sekitarbantalan rel.
Untuk menghemat biaya pembuatan jalan rel maka lapisan balas dibagi
menjadidua, yaitu lapisan balas atas dengan material pembentuk yang sangat baik
danlapisan alas bawah dengan material pembentuk yang tidak sebaik
materialpembentuk lapisan balas atas.
a. Lapisan Balas Atas
Lapisan balas atas terdiri dari batu pecah yang keras, dengan
bersudut tajam(”angular”) dengan salah satu ukurannya antara 2-6 cm serta
memenuhi syaratsyaratlain yang tercantum dalam peraturan bahan Jalan Rel
Indonesia (PBJRI).Lapisan ini harus dapat meneruskan air dengan baik.
batuan (rock). Tubuh jalan pada timbunanterdiri dari tanah dasar (subgrade). Tanah
timbunan asli, sedangkan badan jalanpada galian terdiri dari tanah dasar (subgrade)
dari tanah asli. Pada umumnyajalan rel akan melintasi suatu daerah yang sangat
panjang dimana keadaan tanahdan formasi geologisnya bisa sangat bervariasi.
Kerena itu penelaahan geologipada penyelidikan tanah yang terperinci sangat
diperlukan untuk perencanaangeometric dan tubuh jalan.Selain faktor geoteknik,
harus juga ditelaah faktor hidrologinya. Hal inipenting, tidak hanya untuk kebaikan
tubuh jalan itu sendiri, melainkan juga bagi daerah-daerah di kedua sisi tubuh jalan,
terutama bertalian dengankemungkinan terjadinya penggenangan akibat
dibangunnya jalan kereta api.Perencanaan Tanah dasar dan tubuh jalan selalu
dikaitkan dengan perencanaanbalas.
1) Data geologi
Data geologi digunakan untuk mengetahui kondisi lokasi secara
umum yangditinjau dari disiplin ilmu geologi.Hal-hal yang perlu diketahui
dari data-data geologi adalah :
a) Jenis bentuk geologi dan sejarahnya
b) Deskripsi permukaan tanah dan batuan
c) Deskripsi masa tanah terutama mengenai sesar atau lipatan-
lipatan.
d) Bentuk lereng dan evaluasinya serta kemungkinan adanya proses-
prosesyang masih berjalan seperti gerakan tanah dan pelapukan bantuan
serta pengikisan permukaan
e) Kemiringan dan panjang rel, baik di tempat-tempat yang sudah
stabilmaupun yang memperlihatkan tanda-tanda kelongsoran.
f) Keadaan- keadaan khusus dari permukaan, seperti lembah,
jurang,sungai, danau dan hal-hal khusus lainnya.
R.PUTRA KURNIAWAN (0707112331)
DESAIN JALAN REL 2011
2) Data hidrologi
Data hidrologi digunakan untuk merencanakan pematusan dari badan
jalan,dengan tujuan untuk mencegah kerusakan badan jalan tersebut
akibatpengaruh air.Kerusakan ini umumnya berupa timbulnya kelongsoran
dari badan jalantersebut akibat berkurangnya kekuatan tanah akibat
pengaruh air.
a) Cata curah hujan harian maupun tahunan
b) Keadaan vegetasi
c) Parit-parit dan sungai-sungai.
Data hidrologi dapat diperoleh dari Jawatan Mateorologi dan Geofisika.
3) Data tanah
Data-data tanah diperlukan untuk perencanaan terperinci dari duatu
badanjalan kereta api.Data-data tanah dapat diperoleh dengan melakukan
penyelidikan tanahdilapangan dan di laboratorium.
a) Penyelidikan tanah dilapangan
Penyelidikan tanah dilapangan berupa:
(1) Bor tanah
Interval jarak dapat diambil + 200 meter bila tanah
diperkirakansejenis, dan lebih pendek lagi jika tanah bervariasi
secara datar.Kedalaman pemboran yang perlu diketahui
diperkirakan + 10 meteratau minimum sedalam tinggi timbunan,
diukur dari elevasipermukaan tanah asli.
(2) CBR (California Bearing Ratio) atau Plate Bearing Test.
Pengeboran tanah dilakuan pada beberapa titik, agar
dapatdiperoleh hubungan data antara semua lintas sehingga
untukperencanaan kelak akan lebih ringan dan sedikit
penyelidikandiperlukan. Bersamaan dengan uji coba ini juga
dilakukanpengambilan contoh tanah terganggu untuk test
klasifikasi sehinggakejelasan sifat tanah makin diketahui dan
dengan demikian usahaperbaikan tanah bila diperlukan dengan
metoda ASTM D. 1883.
(3) ”Portable Cone Penetrometer”
R.PUTRA KURNIAWAN (0707112331)
DESAIN JALAN REL 2011
2.4 Pematusan
Sistem pematusan, yaitu sistem pengaliran pembuangan air disuatu
daerah jalan relagar tidak sampai terjadi penggenangan.
Sistem pematusan berfungsi :
a. Mengurangi pengaruh air yang dapat merubah konsistensi tanah
sehinggatubuh jalan selalu dalam kondisi firm (mantap, keras dan padat).
Akibatnyapembentukan kantong-kantong balas tidak terjadi.
b. Tidak ada genangan air pada jalan rel (baik mengenai daerah balas
maupuntubuh jalan), di mana ini akan menyebabkan terjadinya pembuangan
lempungdan gaya (efek) pompa disaat kereta api lewat yang bisa makin
R.PUTRA KURNIAWAN (0707112331)
DESAIN JALAN REL 2011
BAB IV
PEMBAHASAN
B
I
C
J
B
I
C
J
Dipilih lintasan dengan dua tikungan. Perencanaan jalan dua tikungan ini
memenuhi semua kriteria persyaratan dan telah dianggap cukup efesien dan efektif
dimana telah disesuaikan dengan kondisi medan. Pada bentuk lintasan ini, jumlah
timbunan dan galian sudah hampir seimbang.
B
I
O
20 21
18 19
17 22
C
15 16
13 14
11 12 23
8 9 10
6 7
4 5 24
2 3
C 1
25
26
J
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
D
39
40
41
42
43
44
45
46
47
K
48
49
50
K
51 75
74
52 73
72
53 71
70
54 69
68
67
55 66
65
56 64
63
57 62
E
61
58 P 60
59
B
I
C
26° J
E
34°
L
C
26° J
D
146°
154°
K
E
34°
L
T1 = dCO = 2113,833 m
T2 + R + T3 = dOP = 3755,424 m
T4 = dPI = 1719,584 m
R = 700 m
( ) ( )
( ) ( )
Jadi,
T1 = 2113,833 m
T2 = m
R = 700 m
T3 = m
T4 = 1719,584 m
2. Merencanakan Tikungan
TIKUNGAN O
Direncanakan dengan tikungan Full Circle
Data:
Klasifikasi jalan rel : Kelas Jalan V
Jenis Lintasan : Lintas datar
Sudut Tikungan : 260
Kecepatan maksimum : 80 km/jam
Penentuan Rmin
- Normal Rmin = 0,08 . V2
= 0,08 . 802 = 512 m
- Dengan peninggian maksimum Rmin = 0,054 . V2
= 0,054 . 802 = 345,6 m
- Tanpa peninggian Rmin = 0,164 . V2
= 0,164 . 802 = 1049,6m
Menghitung tikungan:
- ( )
( )
- ( )
( )
- ( )
( )
TIKUNGAN P
Direncanakan dengan tikungan Full Circle
Data:
Klasifikasi jalan rel : Kelas Jalan V
Jenis Lintasan : Lintas Datar
Sudut Tikungan : 340
Kecepatan maksimum : 80 km/jam
Penentuan Rmin
- Normal Rmin = 0,08 . V2
= 0,08 . 802 = 512 m
- Dengan peninggian maksimum Rmin = 0,054 . V2
= 0,054 . 802 = 345,6 m
- Tanpa peninggian Rmin = 0,164 . V2
= 0,164 . 802 = 1049,6m
Menghitung tikungan:
- ( )
( )
- ( )
( )
- ( )
( )
Lengkung peralihan:
( )
Menentukan titik A:
Titik A berada di q/2.
Setelah sketsa jalan rel yang berbentuk garis lurus diubah dengan diberi
lengkungan untuk keperluan tikungan maka terjadi perubahan data dibeberapa
titik yang berupa perubahan elevasi, yang mana disajikan dalam tabel dibawah
ini.
2 3
4.2.3 Kelandaian
Tabel 4.4 Kelandaian
Kemiringan
Titik STA Jarak Elevasi φ
(%)
C 0 + 000 85,000
0,000
1 1 + 100 1100 85,000 0,074
-0,074
2 2 + 700 2700 83,000 0,074
0,000
3 4 + 200 4200 83,000 0,092
0,092
4 6 500 6500 89,000 0,092
0,000
K 7 + 574 7574 89,000
Xm
1 Ym
R
R
Xm
4 Ym
R
R
Ym
Xm
2
Gambar 4.14 Lengkung 2
R.PUTRA KURNIAWAN (0707112331)
DESAIN JALAN REL 2011
Lengkung 3
R = 6000 m
V = 80 km/jam
φ = 0,128
Ym
Xm 3
C=68.5 mm
E=49.4 mm
H=138 mm R=320 mm
D=13.5 mm
F=23.5 mm
B=110 mm
DETAIL REL
4.3.2 Wesel
tg. α 1:8 1 : 10 1 : 12 1 : 14 1 : 16 1 : 18
Nomor Wesel W8 W10 W12 W14 W16 W18
Kecepatanizin(km/jam) 25 35 45 50 60 70
( )
( )
Panjang lidah:
t>B cotg β
t>70 cotg 11.42
t>346.537 mm ≈ 500 mm
4.3.3 Penambat
Pada desain ini digunakan jenis penambat elastic, yaitu jenis penambat
Nabla.
8.0000
45.0000
99.0000
25.0000
30.0000
158.0000
C
B
d1
d2
Tanah Dasar
K1
K2
C
E B
d1
d2
Tanah Dasar
K1
K2
digunakan adalah rel pendek yang panjang maksimumnya adalah 100 m. Celah
sambungan rel dapat dihitung dengan rumus:
G = L x λ x (40 – t) + 2
Dengan : G = besarnya celah sambungan rel (mm)
L = panjang rel (mm)
λ = koefisien muai panjang rel (1,2 x 10-5)
t = suhu pemasangan rel (0C), lihat Tabel 3.12
Dengan batasan maksimum besar celah sambungan 16 mm.
G = 100000 x 1,2 x 10-5 x (40 – 20) + 2
G = 26 mm
Berarti, celah sambungan relnya adalah 26 mm. Pelat penyambung yang
digunakan adalah 20 mm, diameter lubang mur baut 24 mm, dan tinggi pelat
disesuikan dengan dimensi masing-masing rel.
( ) ( )
≈ b = 0,5 m
stasiun
peron
peron
Panjang gerbong : 20 m.
Jumlah gerbong pada kereta terpanjang : 12 gerbong.
Panjang lokomotif : 19 m.
( )
( )
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari perencanaan jalan rel di atas adalah:
a. Jalan yang direncanakan pada desain ini dimulai dari titik C dan berakhir di titik
K.
b. Terdapat 2 tikungan horizontal, yaitu:
Tikungan C, tipe FC, STA 0+000
Tikungan K, tipe FC, STA 7+574
c. Terdapat 3 lengkung vertikal:
Lengkung cembung : Lengkung 1 dan 3
Lengkung cekung : Lengkung 2
d. Konstruksi jalan rel
Rel : R42
Wesel : W10
Penambat : Nabla
Balas : Tabel 4.5
Bantalan : kayu
5.2 Saran
Untuk membangun suatu jalan rel diperlukan ketelitian yang lebih cermat dalam
menentukan trase jalan, karena akan berpengaruh terhadap kontruksi rel tersebut.
Kecerobohan dalam menentukan trase dapat berakibat perencanaan yang dibuat
akan menelan dana yang besar sehingga tidak ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Hedi, dkk. 2000. Pengantar Rekayasa Jalan Rel. Bandung: Penerbit ITB.
Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung: Penerbit
Nova.
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Utomo, Suryo Hapsoro Tri. Jalan Rel. Yogyakarta: Beta Offset.
Analitis Grafis
2,764 2,45
3,113 3,6
3,48 3,8
Dari data diatas diperoleh
( )
( )
( )
( )
( )
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
Stasiun kereta api adalah tempat di mana para penumpang dapat naik-turun dalam
memakai sarana transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga
dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api.
Untuk daerah/kota yang baru dibangun mungkin stasiun portabel dapat dipergunakan
sebagai halte kereta.
Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak daripada stasiun kecil
untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti
ruang tunggu (VIP ber AC), restoran, toilet, mushola, area parkir, sarana keamanan
(polisi khusus kereta api), sarana komunikasi, dipo lokomotif, dan sarana pengisian
bahan bakar. Pada papan nama stasiun yang dibangun pada zaman Belanda, umumnya
dilengkapi dengan ukuran ketinggian rata-rata wilayah itu dari permukaan laut,
misalnya Stasiun Bandung di bawahnya ada tulisan plus-minus 709 meter.
Jalur rel
Pada umumnya, stasiun kecil memiliki tiga jalur relkereta api yang menyatu pada
ujung-ujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur dengan alat pemindah jalur yang
dikendalikan dari ruang PPKA. Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun
juga berfungsi bila terjadi persimpangan antar kereta api sementara jalur lainnya
digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir. Pada stasiun besar, umumnya
memiliki lebih dari 4 jalur yang juga berguna untuk keperluan langsir. Pada halte
umumnya tidak diberi jalur tambahan serta percabangan. Pada masa lalu, setiap stasiun
memiliki pompa dan tangki air serta jembatan putar yang dibutuhkan pada masa kereta
api masih ditarik oleh lokomotif uap.