Anda di halaman 1dari 5

Nama : Riesky Maulana Ramadhan

NIM : 180511625558

No.absen : 21

S1 PTM / A3

Pendidikan Kurikulum Kejuruan (Pak Purnomo)

Resume Bab 4 Desain Kurikulum

R.S. Zais (1976: 16) mengemukakan: “Curriculum design...refer to the arrangement of


the components or elements of a curriculum.” Desain kurikulum berkaitan dengan pengaturan
atau pengorganisasian komponen-komponen kurikulum. Sementara G.A. Beauchamp (1975:
196) mendefinisikan: “Curriculum design is the substance and organization of goals and culture
content so arranged as to reveal potential progression through levels of schooling.” Definisi
menurut G.A. Beauchamp memperjelas apa yang dimaksudkan oleh Zais dengan “ the
arrangement of the components of the curriculum,” yang menurut H. Taba (1969: 382) berkaitan
langsung dengan masalah utama dalam pengaturan materi pelajaran yakni, cakupan (scope),
sekuens (sequence), kontinuitas (continuity), dan integrasi (integration). Desain kurikulum
termanifestasi dalam dua dimensi organisasi, yakni horizontal (yang berkaitan dengan
pengaturan kesejajaran komponen-komponen) dan vertikal (yang berkaitan dengan pengaturan
materi pelajaran secara sekuensial dan kontinuitas pendalaman materi pelajaran, dari materi
dasar secara sekuensial menuju materi lanjutan sesuai struktur ilmu yang diajarkan). Desain
kurikulum dapat disusun sebagai modifikasi dan/atau kombinasi dari tiga kategori: (a) subject-
centered design, (b) learner-centered design, (c) problem-centered design (Zais, 1976: 376) yang
dibahas dalm paragraf-paragraf selanjutnya.

Subject-centered design merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan. dalam


kategori ini terdapat tiga macam desain, yakni: subject design, discipline design, dan broad field
design. (1) Desain kurikukulum dengan pendekatan mata pelajaran menyajikan materi pelajaran
yang terdiri dari sejumlah mata pelajaran dari beberapa disiplin ilmu. Penambahan mata
pelajaran prakarya, berkebun, pengamatan fenomena-fenomena alam atau penelitian di
laboratoium akan meningkatkan pemahaman atas materi yang diajarkan sekaligus untuk
memantau bakat para peserta didik. Terdapat dua alasan penggunaan subject design. Pertama,
karena subject design dinilai memiliki pengorganisasian yang paling sistematik dan efisien.
Kedua, ditinjau dari sudut pendidik mereka telah disiapkan untuk mengajar dalam bidang
disiplin ilmu selama di perguruan tinggi. (2) Landasan pemikiran desain kurikulum dengan
pendekatan disiplin ilmu ini sama dengan desain kurikulum dengan pendekatan mata pelajaran,
tetapi dengan criteria dan tujuan yang lebih khusus, yakni aplikasi kejuruan.Tujuan utamanya
adalah: (a) Menyediakan pilihan yang sesuai dengan bakat dan minat peserta didik setelah ulus
dari pendidikan dasar. (b) Pembekalan kemampuan bekerja pada jalur kejuruan tertentu bagi
mereka yang ingin segera terjun ke dalam dunia kerja (umur18 tahun ke atas), namun
memungkinkan pula melanjutkan ke pendidikan tinggi profesional. Keuntungannya adalah,
mendekatkan peserta didik pada masalah-masalah nyata dalam dunia kerja dan masyarakat.
Kelemahan desain jenis ini terletak pada guru karena tidak jarang guru yang tidak mampu
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena keterbatasan finansial. (3)
Desain kurikulum dengan cakupan luas merupakan salah satu upaya penyempurnaan desain
dengan pendekatan mata pelajaran dan pendekatan disiplin ilmu. Konsep inidikembangkan
dengan maksud menghilangkan kelemahan-kelemahan pada subject design dan discipline design
yang dianggap belum bisa menghilangkan pemisahan antarmata pelajaran.

Learned-centered design atau design yang terpusat pada peserta didik adalah suatu
pendekatan desain kurikulum yang menempatkan peserta didik pada posisi sentral. Dua
karakteristik yang membedakan antara learned dan subject adalah: Pertama, pengembangan
kurikulum didasarkan pada keinginan (kebutuhan, minat, dan tujuan belajar) peserta didik dan
bukan berdasarkan materi pelajaran. Kedua, sebagai akibat ]karakteristik pertama itu,
kurikulumnya tidak dapat dirancang sebelumnya, tetapi harus disusun bersama antara peserta
didik dan pendidik. Dari uraian singkat diatas dapat disimpulkan bahwa, akan terdapt variasi
model pembelajaran tak terbatas, hal mana menyebutkan kesulitan ke dalam penyediaan buku
teks sehingga pendidik harus meramu sendiri materi pelajaran untuk setiap kelompok peserta
didik. Problem-centered design dikembangkan berdasarkan pemikiran filsafati tentang peran
manusia dalam masyarakat. Dengan problem-centered design dimaksudkan, desain yang
difokuskan pada masalah-masalah kehidupan sosial. Pengorganisasian pada arah horizontal
ditentukan berdasarkan cakupan dan klasifikasi dari suatu masalah yang hendak dikaji. Desain
kurikulum berbasis masalah yang pernah dikembangkan adalah desain berbasis bidang
kehidupan dan desain berbasis kurikulum inti.

Desain alternative yakni, desain kurikulum humanistic yang turut melandasi Pendidikan
dan Pelatihan Berbasis Kompetensi (PPBK) sebagaimana dikemukakan oleh R. Harris (1995: 92)
Desain kurikulum humanistic dikembangkan dengan mengutamakan peran siswa dengan
menci[takan suasana belajar yang memungkinkan siswa mengaktualisasikan dirinya. Terdapat
lima masalah kritis yang sering timbul dalam desain kurikukum, yakni : (a) desain untuk
pendidikan umum atau spesialisasi, (b) hubungan antarkomponen kurikulum, (c) cakupan dan
sekuens, (d) pusat pengorganisasian kurikulum, dan (e) keseimbangan.
Nama : Riesky Maulana Ramadhan

NIM : 180511625558

No.absen : 21

S1 PTM / A3

Pendidikan Kurikulum Kejuruan (Pak Purnomo)

Resume Bab 5 Rekayasa Kurikulum

Rekayasa kurikulum mencakup semua proses dan kegiatan untuk menjadikan suatu
sistem kurikulum berfungsi dalam sistem persekolahan. G.A. Beauschamp (1975: 135,196)
mendefinisikan rekayasa kurikulum adalah semua proses dan kegiatan yang diperlukan untuk
memelihara dan menyempurnakan sistem kurikulum yang mencakup kepemimpinan oleh orang-
orang yang menduduki jabatan seperti pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pengembang
kurikulum (yang dikenal sebagai otorita yang berwenang mengambil keputusan dan menetapkan
tindakan-tindakan operasional).

Sistem kurikulum merupakan suatu sistem pengambilan keputusan dan tindakan untuk
memfungsikan kurikulum dalam persekolahan. Fungsi utama sistem kurikulum adalah : (a)
mengembangkan kurikulum, (b) menerapkan kurikulum, (c) menilai efektivitas kurikulum dan
sitem kurikulum. Tujuan umum suatu sistem kurikulum dari berbagai sistem persekolahan adalah
untuk memberikan kerangka kerja guna menentukan apa yang harus diajarkan di sekolahdan
untuk memanfaatkan kebijakan-kebijakan yang telah digariskan oleh pemerintah sebagai dasar
untuk mengembangkan strategi pembelajaran. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah
kurikulum yang direncanakan. Kegiatan perencanaan kurikulum yang melibatkan para guru dan
partisipan lainnya pada dasarnya bersifat edukatif.

Dalam bab ini yang dimaksudkan dengan persekolahan mencakup semua kegiatan yang
penting untuk memelihara dan pengoperasian sekolah. Tiga sistem penting dalam sistem
persekolahan adalah sistem kurikulum, sistem intruksional dan sistem evaluasi dengan fokus
utama pada sistem kurikulum. Namun interelasi diantara ketiga sistem tersebut akan member
kejelasan pada teori kurikulum. Masukan untuk sistem kurikulum yang utama adalah landasan-
landasan pendiidkan dan catatan-catatan pengalaman yang berkaitan dengan permasalahan
kurikulum. Fungsi utama yang harus disajikan dalam isi kurikulum dan proses dari sistem
tersebut adalah agar dapat menghiasilkan kurikulum yang terencana, selanjutnya diterapkan
melalui sistem intruksinal , dan dimodifikasi berdasarkan umpan balik yang diperoleh dari hasil
evaluasi. Keluaran yang terpenting dari sistem kurikulum adalah kurikulum. Pemilihan arena
rekayasa kurikulum pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota atau sekolah sangat
fundamental. Rekayasa kurikulum dapat berfungsi pada setiap strata atau kombinasi antara
arena-arena tersebut. Juga dimungkinkan untuk membagi keseluruhan arena rekayasa kurikulum
menjadi dua bagian berdasarkan fungsi. Sebagai contoh, satu arena untuk perencanaaan
kurikulum dan bagian lain untuk perencanaan kurikulum. Dalam hal ini evaluasi kurikulum
dapat dibebankan pada salah satu atau kepada kedua arena tersebut.

Selanjutnya, siapakah yang akan dilebatkan dalam pengambilan keputusan memerlukan


pertimbangan penting dalam rekayasa kurikulum. Terdapat beberapa alternative pilihan yakni :
para spesialis atau pakar kurikulum, representatif spesialis dan guru, seluruh personil
professional, dan gabungan antara personil professional dan masyarakat. Pemilihan personel
sebagai pengambil keputusan ini sangat erat hubungannya dengan pemilihan arena rekayasa
kurikulum.

Terdapat dua pertimbangan dalam pengorganisasian dan penetapan prosedur perencanaan


kurikulum. Pertama, adalah jumlah anggota yang dilibatkan dalam perencanaan dan kedua,
jumlah tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Kompleksitas pengorganisasian meningkat jika
jumlah anggota bertambah besar. Perencanaan kurikulum oleh suatu kelompok besar menjadi
kompleks karena suatu kelompok tugas tetap (permanent task groups) cenderung memerlukan
lebih banyak prosedur untuk mengkoordinasikannya.

Evaluasi kurikulum mencakup evaluasi atas penggunaan kurikulum oleh guru, desain
kurikulum, relevansi kompetensi lulusan dan sistem kurikulum. Pengalaman yang terbatas dalam
bidang ini perlu diimbangi dengan kegiatan penelitian dan kerjasama dengan pihak pengguna
lulusan (dunia usaha dan dunia industri).

Anda mungkin juga menyukai