Anda di halaman 1dari 21

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH

“COVID-19”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB III

Dosen: Riscard Beni R, S. Kep., Ns

Oleh :

Nama : Nadia Ayu Elyana Pertiwi

Nim : 1318.1420.1003

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MULIA
PARE - KEDIRI
2020

Visi dan Misi Ners

Visi

“Menjadi progam studi Ners yang profesionaldan berjiwa entrepreneurship diwilayah jawa
timur pada tahun 2020”

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran profesional


2. Melaksanakan penelitian dibidang keperawatan berlandaskan budaya entrepreneurship
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan
dan bentuk aplikasi ilmu pengetahuan dibidang entrepreneurship keperwatan
4. Mengmbangkan suber daya manusia (SDM), sarana, prasarana, dan kerjasama untuk
menunjang penyelenggaraan tridarma progam studi Ners yang bermutu
5. Mengembangkan jiwa entrepreneurship dibidang keperawatan bagi seluruh civitas akademik.

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
ini.

    Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
   
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
   
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

iii
DAFTAR ISI

Cover i

Visi dan Misi ii

Kata Pengantar iii

Daftar Isi iv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang 1


1.2 rumusan masalah 2
1.3 tujuan umum 2
1.4 tujuan khusus 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Covid-19 3


2.2 Hakikat Teori Covid-19 3
2.3 Patofisiologi Covid-19 4
2.4 Etiologi Covid-19 5
2.5 Manifestasi Covid-19 6
2.6 Cara pencegahan 7
2.7 Cara pengobatan pasien Covid-19 9
2.8 Upaya Rehabilitatif pasien Covid-19 9
2.9 Tingkatan APD bagi tenaga medis 10
2.10 Macam-macam dan perbedaan tes Covid-19 12

BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan 15
3.2 saran 15

Daftar Pustaka 16

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Latar Belakang Kejadian munculnya pandemi virus corona atau covid-19 mampu
melumpuhkan aktivitas semua kalangan masyarakat yang dilakukan di luar rumah.
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai
berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS.
Penularannya dari hewan ke manusia (zoonosis) dan penularan dari manusia ke manusia
sangat terbatas. Masa pandemi covid-19 tidak bisa dikendalikan secara cepat sehingga
membutuhkan penatalaksanaan yang begitu tepat baik dari pemerintah maupun
masyarakat. Salah satu pencegahan untuk memutus penularan covid19 yang dihimbau
oleh pemerintah adalah tetap tinggal dirumah.
Virus Corona adalah bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit pada
hewan ataupun juga pada manusia. Di Indonesia, masih melawan Virus Corona hingga
saat ini, begitupun juga di negara-negara lain. Jumlah kasus Virus Corona terus bertambah
dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tidak sedikit yang meninggal. Usaha
penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan COVID-19 dengan gejala
mirip Flu. Kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada
Desember 2019.Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di
pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan
lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing
dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi
manusia hingga menjadi penyakit radang paru. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar
hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang
tidak biasa dikonsumsi seperti ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus. Dengan latar
belakang tersebut, Virus Corona bukan kali ini saja memuat warga dunia panik. Memiliki
gejala yang sama-sama mirip Flu, Virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan
infeks yang lebih parah dan gagal organ.

1
1.2 Rumusan masalah
 Bagaimana proses penyebaran Covid-19 di Indonesia ?
 Mengapa Covid-19 menjadi wabah pandemi ?
 Dari mana awal mula persebaran Covid-19 ?
 Bagaimana cara pencegahan Covid-19 oleh penduduk ?
1.3 Tujuan
 Memahami dan mengetahui gejala-gejala dari COVID-19
 Dapat mengaplikasikan cara mencegah penyebaran Virus Corona
 Memahami dan mengetahui apa itu COVID-19 dan apa yang harus kita lakukan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertain Covid-19

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV2)


adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut
COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan,
infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus
2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari
coronavirus yang menular ke manusia. Walaupun lebih bayak menyerang lansia, virus ini
sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa,
termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus
Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019.
Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk
Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona,
virus yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome
(MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-
19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan
penyebaran dan keparahan gejala.

2.2 Hakikat Teori Covid-19

Hakikat Teori Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan,
seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi
paru-paru (pneumonia).

3
2.3 Patofisiologi Covid-19

Cara Virus Corona Menyebar Karena COVID-19 adalah penyakit baru, banyak aspek
mengenai bagaimana penyebarannya sedang diteliti. Penyakit ini menyebar selama kontak
dekat, seringkali oleh tetesan kecil yang dihasilkan selama batuk, bersin, atau berbicara.
Tetesan ditularkan, dan menyebabkan infeksi baru, ketika dihirup oleh orang-orang dalam
kontak dekat (1 hingga 2 meter, 3 hingga 6 kaki). Mereka diproduksi selama bernafas, namun
karena mereka relatif berat, mereka biasanya jatuh ke tanah atau permukaan. Berbicara
dengan suara keras melepaskan lebih banyak tetesan dari pada pembicaraan normal. Sebuah
penelitian di Singapura menemukan bahwa batuk yang tidak tertutup dapat menyebabkan
tetesan mencapai 4,5 meter (15 kaki). Sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan Maret 2020
berpendapat bahwa saran tentang jarak tetesan mungkin didasarkan pada penelitian tahun
1930-an yang mengabaikan efek dari udara yang dihembuskan lembab yang hangat di sekitar
tetesan dan bahwa batuk atau bersin yang tidak terbuka dapat berjalan hingga 8,2 meter (27
kaki) .

Setelah tetesan jatuh ke lantai atau permukaan, mereka masih dapat menginfeksi orang
lain, jika mereka menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian mata, hidung atau
mulut mereka dengan tangan yang tidak dicuci. Pada permukaan, jumlah virus aktif berkurang
dari waktu ke waktu hingga tidak lagi menyebabkan infeksi. Namun, secara eksperimental,
virus dapat bertahan di berbagai permukaan selama beberapa waktu, (misalnya tembaga atau
kardus selama beberapa jam, dan plastik atau baja selama beberapa hari). Permukaan mudah
didekontaminasi dengan desinfektan rumah tangga yang membunuh virus di luar tubuh
manusia atau di tangan. Khususnya, bagaimanapun desinfektan atau pemutih tidak boleh
ditelan atau disuntikkan sebagai tindakan perawatan atau pencegahan, karena ini berbahaya
atau berpotensi fatal. Dahak dan air liur membawa sejumlah besar virus. Beberapa prosedur
medis dapat menyebabkan virus ditransmisikan lebih mudah dari biasanya untuk tetesan kecil
seperti itu, yang dikenal sebagai transmisi udara .

4
Virus ini paling menular selama tiga hari pertama setelah timbulnya gejala, meskipun
penyebaran diketahui terjadi hingga dua hari sebelum gejala muncul (penularan secara
asimptomatik) dan pada tahap selanjutnya dari penyakit. Beberapa orang telah terinfeksi dan
pulih tanpa menunjukkan gejala, tetapi ketidakpastian tetap dalam hal penularan tanpa gejala.
Meskipun COVID-19 bukan infeksi menular seksual , dicium, hubungan intim, dan rute oral
feses diduga menularkan virus.

2.4 Etiologi Covid-19

 Kontak jarak dekat dengan


penderita COVID-19
 Kontak jarak dekat dengan
penderita COVID-19
Infeksi coronavirus disebabkan oleh virus corona itu sendiri. Kebanyakan virus corona
menyebar seperti virus lain pada umumnya, seperti :

 Percikan air liur pengidap (bantuk dan bersin)


 Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.
 Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena percikan
air liur pengidap virus corona.
 Tinja atau feses (jarang terjadi)

Khusus untuk COVID-19, masa inkubasi belum diketahui secara pasti. Namun, rata-rata
gejala yang timbul setelah 2-14 hari setelah virus pertama masuk ke dalam tubuh. Di samping
itu, metode transmisi COVID-19 juga belum diketahui dengan pasti. Awalnya, virus corona
jenis COVID-19 diduga bersumber dari hewan. Virus corona COVID-19 merupakan virus
yang beredar pada beberapa hewan, termasuk unta, kucing, dan kelelawar. Sebenarnya virus
ini jarang sekali berevolusi dan menginfeksi manusia dan menyebar ke individu lainnya.
Namun, kasus di Tiongkok kini menjadi bukti nyata kalau virus ini bisa menyebar dari hewan
ke manusia. Bahkan, kini penularannya bisa dari manusia ke manusia.
5

2.5 Manifestasi Klinis Covid-19

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu
demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat
hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami
demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala
tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona. Secara umum, ada 3 gejala
umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu :

 Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)


 Batuk
 Sesak napas
 Hidung beringus

 Sakit kepala

 Sakit tenggorokan

 Merasa tidak enak badan. Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat
menyebabkan gejala yang parah.

Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh COVID19),
yang mengakibatkan gejala seperti :

 Demam yang mungkin cukup tinggi bila pasien mengidap pneumonia


 Batuk dengan lendir.
 Sesak napas
 Nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk.

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu
setelah penderita terpapar virus Corona. Demam adalah gejala yang paling umum, meskipun
beberapa orang yang lebih tua dan mereka yang memiliki masalah kesehatan lainnya
mengalami demam di kemudian hari. Dalam satu penelitian, 44% orang mengalami demam
ketika mereka datang ke rumah sakit, sementara 89% mengalami demam di beberapa titik
selama dirawat di rumah sakit.

Gejala umum lainnya termasuk batuk , kehilangan nafsu makan , kelelahan , sesak
napas , produksi dahak , dan nyeri otot dan sendi . Gejala seperti mual , muntah , dan diare
telah diamati dalam berbagai persentase. Gejala yang kurang umum termasuk bersin,
pilek, atau sakit tenggorokan. Beberapa kasus di China awalnya hanya disertai sesak dada
dan jantung berdebar . Penurunan indra penciuman atau gangguan dalam rasa dapat
terjadi. Kehilangan bau adalah gejala yang muncul pada 30% kasus yang dikonfirmasi di
Korea Selatan.

Seperti yang umum dengan infeksi, ada penundaan antara saat seseorang pertama kali
terinfeksi dan saat ia mengalami gejala. Ini disebut masa inkubasi . Masa inkubasi
COVID-19 biasanya lima sampai enam hari tetapi dapat berkisar dari dua hingga 14 hari,
meskipun 97,5% orang yang mengalami gejala akan melakukannya dalam 11,5 hari
infeksi. Sebagian kecil kasus tidak mengembangkan gejala yang terlihat pada titik waktu
tertentu. Pembawa tanpa gejala ini cenderung tidak diuji, dan perannya dalam transmisi
belum sepenuhnya diketahui. Namun, bukti awal menunjukkan bahwa mereka dapat
berkontribusi pada penyebaran penyakit.

2.6 Cara pencegahan Covid-19

Pencegahan Virus Corona Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus
Corona atau COVID19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan
menghindari faktorfaktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu :

 Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain,
dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
 Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk saat
pergi berbelanja bahan makanan
 Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung
alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat
umum

 Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan


 Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat
 Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi
virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek
 Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke
tempat sampah
 Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan, termasuk
kebersihan rumah.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang dalam
pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa
dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu :

 Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara
waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang
berbeda dengan yang digunakan orang lain
 Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan
 Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu pihak
rumah sakit untuk menjemput
 Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda
benar-benar sembuh
 Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit.
 Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan
tidur dengan orang lain
 Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang
bersama orang lain
 Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera
buang tisu ke tempat sampah

Kondisi-kondisi yang memerlukan penanganan langsung oleh dokter di rumah sakit,


seperti melahirkan, operasi, cuci darah, atau vaksinasi anak, perlu ditangani secara berbeda
dengan beberapa penyesuaian selama pandemi COVID-19. Tujuannya adalah untuk
mencegah penularan virus Corona selama Anda berada di rumah sakit. Konsultasikan dengan
dokter mengenai tindakan terbaik yang perlu dilakukan.

2.7 Cara Pengobatan Covid-19

Pengobatan Virus Corona Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah
penyebaran virus, yaitu :

 Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan karatina di
rumah sakit rujukan
 Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita
 Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat
yang cukup
 Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga
kadar cairan tubuh

2.8 Upaya Rehabilitatif pasien terinfeksi Covid-19

Rehabilitasi medik pada COVID-19 merupakan tindakan terapeutik suportif non


farmakologis. Tujuan dari tindakan rehabilitasi medik: mengatasi gejala, mempercepat
penyembuhan dan mencegah dekondisi (berkurangnya fungsi tubuh akibat kurangnya
aktivitas). Tindakan rehabilitasi medik berupa latihan fisik dengan tingkat intensitas ringan-
sedang. Bentuk latihan antara lain sebagai berikut: latihan pernafasan dalam, latihan
pengembangan dada, latihan batuk efektif, latihan mobilisasi dan latihan lingkup gerak sendi.

 Latihan Pernafasan Dalam Diafragmatik


 Latihan Peregangan dan Pengembangan Dada
 Latihan Batuk Efektif
 Latihan Lingkup Gerak Sendi
 Latihan Mobilisasi
 Latihan Relaksasi Pemijatan Otot-otot Pernafasan
 Kegiatan Surveilans, dimana orang yang sakit kita pantau
 Karantina yaitu pembatasan wilayah yang didalamnya ada penderita covid agar
tidak keluar ke wilayah lain dan menyebabkan penularan.

Peresepan latihan fisik oleh dokter disesuaikan dengan kondisi dan gejala yang
dialami pasien. Pasien dengan gejala ringan umumnya akan sembuh sempurna, namun pada
pasien yang bergejala berat seringkali sembuh dengan meninggalkan kecacatan struktur paru-
paru dan penurunan fungsi paru sehingga harus diberikan tambahan rehabilitasi untuk
menguatkan otot-otot pernafasan dengan alat threshold inspiratory muscle training (TIMT)
dan latihan ketahanan untuk meningkatkan stamina dan kebugaran tubuh.

2.9 Tingkatan APD bagi tenaga medis saat tangani Covid-19


Alat pelindung diri atau lebih dikenal dengan APD sangat dibutuhkan tenaga medis
terutama dalam menghadapi wabah virus corona saat ini. Tidak sembarangan APD bisa
dipakai oleh tenaga medis karena ada tingkatan penggunaan yang harus disesuaikan dengan
tempat layanan kesehatan, provesi, dan aktivitas tenaga medis. APD dirancang untuk jadi
penghalang terhadap penetrasi zat partikel bebas, cair, atau udara dan melindungi
penggunanya terhadap penyebaran infeksi. Pemakaian APD yang baik jadi penghalang
terhadap infeksi yang dihasilkan oleh virus dan bakteri.

10

Direktur Dirjen Farmalkes, Dra. Engko Sosialine Magdalene, Apt. M.Bio Med,
menjelaskan bahwa dalam penanganan Covid-19, penggunaan APD oleh tenaga kesehatan
yang terlibat langsung dalam penanganan pasien terutama yang telah terkonfirmasi Covid-19
merupakan hal yang sangat penting. “APD yang digunakan diharapkan adalah APD yang
telah memenuhi standar sehingga efektif untuk mencegah penyebaran virus atau tertular
Covid-19. Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menyusun Buku Standar Alat Pelindung Diri Dalam Manajemen Penanganan Covid-19 untuk
menjadi acuan bagi produsen yang akan memproduksi APD. Buku standar ini menyediakan
informasi mengenai jenis APD yang digunakan dalam penanganan Covid-19 dan spesifikasi
yang harus dipenuhi sehingga APD yang dihasilkan aman, bermutu dan bermanfaat serta
tujuan penggunaan APD dapat tercapai” tegasnya dalam pengantar buku ini

Ada 11 jenis APD yang wajib diketahui baik itu untuk produsen maupun tenaga
kesehatan, yakni :

 Masker Bedah (Medical/Surgical mask)


 Respirator N95
 Pelindung Mata (Goggles)
 Pelindung Wajah (Face Shield)
 Sarung tangan pemeriksaan (Examination Gloves)
 Sarung tangan bedah (Surgical Gloves)
 Gaun Sekali Pakai
 Coverall Medis
 Heavy Duty Apron
 Sepatu boot anti air (Waterproof Boots)
 Penutup sepatu (Shoe Cover)

11

2.10 Macam-macam dan perbedaan test Covid-19

Untuk mendeteksi COVID-19, diperlukan pemeriksaan yang disebut PCR dan rapid
test. Kedua jenis pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi
virus Corona atau tidak. Di rumah sakit, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan
menelusuri apakah Anda pernah kontak dengan pasien COVID-19 dalam jangka waktu 2
minggu terakhir. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa rapid
test dan PCR untuk mendiagnosis COVID-19.

1. Tes Polymerase Chain Reaction (PCR), Tes PCR adalah jenis pemeriksaan untuk


mendeteksi pola genetik (DNA dan RNA) dari suatu sel, kuman, atau virus, termasuk
virus Corona (SARS-CoV-2). Hingga saat ini, tes PCR merupakan tes yang
direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mendiagnosis COVID-
19. Tingkat akurasi tes PCR cukup tinggi, tetapi pemeriksaan ini membutuhkan waktu
yang cukup lama hingga hasilnya keluar, yaitu sekitar 1–7 hari. Tes PCR umumnya
perlu dilakukan pada orang yang mengalami gejala COVID-19, seperti batuk, pilek,
demam, terganggunya indra penciuman, serta sesak napas, khususnya jika orang
tersebut memiliki riwayat kontak dengan pasien terkonfirmasi COVID-19
2. Rapid test, Selain tes PCR, rapid test juga kerap digunakan sebagai pemeriksaan awal
atau skrining COVID-19. Sesuai namanya, hasil rapid test bisa langsung diketahui
dalam waktu yang singkat, biasanya hanya sekitar beberapa menit atau paling lama 1
jam untuk menunggu hasil pemeriksaan keluar. Hingga saat ini, terdapat dua jenis
rapid test yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan virus Corona di dalam
tubuh pasien, yaitu:
3. Rapid test antigen, Antigen merupakan suatu zat atau benda asing, misalnya racun,
kuman, atau virus, yang dapat masuk ke dalam tubuh. Sebagian antigen dapat
dianggap berbahaya oleh tubuh, sehingga memicu sistem imunitas untuk membentuk
zat kekebalan tubuh (antibodi). Reaksi ini merupakan bentuk pertahanan alami tubuh
untuk mencegah terjadinya penyakit. Virus Corona yang masuk ke dalam tubuh akan
terdeteksi sebagai antigen oleh sistem imunitas.

12
Antigen ini juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan rapid test antigen. Rapid
test antigen untuk virus Corona dilakukan dengan mengambil sampel lendir dari
hidung atau tenggorokan melalui proses swab. Untuk memberikan hasil yang lebih
akurat, pemeriksaan rapid test antigen perlu dilakukan paling lambat 5 hari setelah
munculnya gejala COVID-19. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan
rapid test antigen virus Corona memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan
rapid test antibodi. Akan tetapi, pemeriksaan rapid test antigen dinilai belum seakurat
tes PCR untuk mendiagnosis COVID-19.
4. Rapid test antibodi, Antigen, termasuk virus Corona, yang masuk ke dalam tubuh
dapat terdeteksi oleh sistem imunitas tubuh. Setelah antigen terdeteksi, sistem imun
akan memproduksi antibodi untuk memusnahkannya. Keberadaan antibodi untuk
membasmi virus Corona bisa dideteksi melalui rapid test antibodi. Jenis rapid test
untuk COVID-19 ini merupakan jenis rapid test yang paling awal muncul. Sayangnya,
tes ini memiliki tingkat akurasi yang rendah dalam mendeteksi keberadaan virus
Corona di dalam tubuh. Inilah sebabnya rapid test antibodi tidak layak digunakan
sebagai metode pemeriksaan untuk mendiagnosis penyakit COVID-19. Hasil
pemeriksaan rapid test antibodi untuk COVID-19 dibaca sebagai reaktif (positif) dan
nonreaktif (negatif). Saat ini, rapid test antigen dan antibodi sudah tersedia di
Indonesia. Berdasarkan tingkat ketepatan pemeriksaan, metode pemeriksaan yang
dinilai paling akurat untuk mendeteksi keberadaan virus Corona di dalam tubuh
adalah rapid test antigen dan tes PCR.
Perbedaan Tes PCR, Rapid Test Antigen, dan Rapid Test Antibodi

Meski saling terkait, pemeriksaan rapid test dan tes PCR merupakan jenis pemeriksaan
yang berbeda. Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara tes PCR, rapid test antigen, dan
rapid test antibodi untuk mendeteksi virus Corona:

13

 Lama waktu pemeriksaan, Hasil pemeriksaan rapid test, baik jenis antigen maupun
antibodi, membutuhkan waktu yang cukup singkat, yaitu sekitar 30–60 menit.
Sementara itu, prosedur tes PCR membutuhkan waktu paling cepat sekitar 1 hari.
Namun, karena begitu banyaknya sampel yang harus diperiksa sementara
ketersediaan alat ini terbatas, kadang dibutuhkan waktu hingga sekitar 1 minggu.
 Tingkat akurasi, Pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi keberadaan virus
Corona yang paling akurat adalah tes PCR dengan tingkat akurasi mencapai 80–
90%, sedangkan rapid test antigen memiliki tingkat akurasi sedikit di bawah tes
PCR. Rapid test antibodi merupakan pemeriksaan dengan tingkat akurasi paling
rendah, yaitu hanya sekitar 18%. Oleh karena itu, diagnosis COVID-19 umumnya
baru dapat dipastikan melalui pemeriksaan fisik dan PCR dari dokter. Sementara
itu, rapid test dinilai belum layak dilakukan sebagai metode pemeriksaan COVID-
19.
 Sampel yang digunakan, Tes PCR dan rapid test antigen menggunakan sampel
lendir dari hidung atau tenggorokan yang diambil melalui proses swab. Sementara
itu, pemeriksaan rapid test antibodi menggunakan sampel darah yang diambil dari
ujung jari atau pembuluh darah.
 Tarif pemeriksaan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan
batas tarif rapid test, yaitu maksimal Rp150.000 untuk rapid test antibodi dan
maksimal Rp 275.000 untuk rapid test antigen. Sementara itu, harga tes PCR
masih bervariasi, tetapi pemerintah telah menetapkan batas maksimal harga tes
PCR di rumah sakit atau laboratorium klinik sebesar kurang lebih Rp900.000.
14

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari apa yang telah dibahas, saya menarik kesimpulan dan menjadikannya
beberapa poin, sebagai berikut :

 Aplikasikan bagaimana cara pencegahan penyebaran COVID-19 dalam


kehidupan sehari-hari.
 Hindari kontak langsung dengan orang lain, dan usahakan agar tidak keluar
rumah kecuali di saat yang genting.
 COVID-19 adalah virus yang merusak sistem pernapasan dan dapat
menyebabkan beberapa komplikasi akibat infeksinya hingga kematian.
 Jangan terlalu merasa tertekan dan terbebani selama masa pandemi wabah ini, karena
yang dibutuhkan adalah kuatnya sistem imun atau metabolisme tubuh dan dapat
meningkatkan imun denngan olahraga serta makan makanan yang sehat.

3.2 Saran

Sebaiknya masyarakat lebih peka terhadap kondisi yang sekarang terjadi. Meskipun
pemerintah sudah mengeluarkan Vaksin Covid-19 seharusnya masyrakat tetap patuh dan
menjalankan protokol kesehatan yaitu 3M (Memakai Maske, Mencuci tangan dan menjaga
jarak)
15

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/memahami-perbedaan-pcr-rapid-test-antigen-dan-rapid-test-
antibodi-dalam-pemeriksaan-covid-19

https://farmasetika.com/2020/04/13/kemenkes-standar-11-alat-pelindung-diri-apd-agar-aman-
dari-covid-19/

https://www.inews.id/lifestyle/health/3-saran-who-agar-tidak-cemas-hadapi-pandemicovid-19
https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/04/18/rangkaian-peristiwa-pertamacovid-19/
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200312075307-4-144247/who-nyatakanwabah

https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus

https://www.kompasiana.com/ratnanirmala/5e7617a3097f3676b41aebf2/latarbelakang-
danperkembangan-virus-corona

https://www.alodokter.com/virus-corona

https://news.detik.com/berita/d-4943950/latar-belakang-virus-corona-
perkembanganhinggaisu-terkin
16

Anda mungkin juga menyukai