Askep Kel. Ispa Lengkap (Sugiono)
Askep Kel. Ispa Lengkap (Sugiono)
Disusun Oleh :
Sugiono
20101440118074
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata ajar Praktik Klinik keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing : Ns. Margiyati, M.Kep
Disusun Oleh :
Sugiono
20101440118074
A. DEFINISI
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan
(Meadow, Sir Roy. 2002:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan AL-ut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute
Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
l. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang
biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta organ secara
anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan ISPA. Proses
ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana, 2005:57).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam
menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan
lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar
diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian
di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa
di negara berkembang streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan
bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni
73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara
maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus (Suriadi,Yuliani
R,2001)
C. TANDA DAN GEJALA
a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
1. Batuk
2. Nafas cepat
3. Bersin
4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5. Nyeri kepala
6. Demam ringan
7. Tidak enak badan
8. Hidung tersumbat
9. Kadang-kadang sakit saat menelan
b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan
wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac
arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R,2002)
D. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai
5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan
yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau
lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).
E. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada
permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu
tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983 dalam DepKes RI,
1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe,
1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran
cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut
menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala
ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat
infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme
perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-
bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia,
haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending
dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor
seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya
suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada
bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain
dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran
nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas
bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas,
sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan
pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis
saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar
terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun
saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas
system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran
nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA
(sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar,
1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi
apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala
demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia
5. F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
1. Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)
H. PEMERIKSAAN PENUJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman
(+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya
kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui
hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin
hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik.
Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan
demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar
(Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
o Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
o Meningkatkan makanan bergizi
o Bila demam beri kompres dan banyak minum
o Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
o Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
o Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
o Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
o Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok
teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
J. ANALISA DATA
Symptom Etiologi Problem
1. Biasanya pasien Penupukan secret Bersihan jalan nafas
ditandai dengan adanya
secret, suara ronchi/wising,
otot bantu pernafasan,
cuping hidung, dada terasa
sesak.
2. Adanya penupukan
secret, infeksi pada saluran Kongesti hidung Pola nafas tidak efektif
pernafasan, adanya otot
bantu pernafasan
3. Ditandai adanya,
sianosis, otot bantu
pernafasan, expansi Ventilasi pervusi Gangguan pertukaran gas
didinding dada, suara
ronchi/wising
4. Ditandai
dengan penuran BB sebnyak
20%, kulit kriput, klien Input/autput tidak adekuat Gangguan nutrisi kurang
terlihat kurus, nafsu makan dari kebutuhan tubuh.
menurun, mual muntah,
nyeri abdomen
5. Adanya tanda-tanda
infeksi seperti: tumor, dolor,
calor, rubor, dan disfusilaesa.
Dan cek leukosit tinggi/ Agen bakteri/virus Resiko infeksi
rendah
6. Ditandai dengan
adanya panas lebih dari
37,6°C, akral panas, bibir
merah, wajah tampak merah. Proses infeksi Hipertermi
L. RENCANA INTERVENSI
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi muskus
(secret)
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah bersihan jalan nafas dapat teratasi
dengan kreteria hasil: hidung bersih, tidak ada secret klien dapat bernafas dengan lancer, tidak
ada pernafasan menggunakan cuping hidung.
Rencana tindakan:
· Observasi sistem pernafasan dan adanya subatan
· Bersihkan jika ada sumbatan
· Berikan posisi semi fowler
· Anjurkan klien untuk minum yang hangat
· Ajarkan batuk efektif
· Masase punggung dan dada klien
· Kalaborasi pemberian O2
· Kalaborasi pemberian obat
Rencana tindakan:
· Berikan posisi semi fowler
· Kalaborasi pemberian O2
· Kalaborasi pemberian obat
B. Identitas Keluarga
a. Kepala Keluarga
1) Nama KK : Tn.Akml
2) Usia : 37 Tahun
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Wiraswasta
5) Agama : Islam
6) Suku /Bangsa : Jawa/Indonesia
7) Alamat : Ds.Jatisaba Rt 02/01.Purbalingga
8) Komposisi anggota keluarga: 4 Orang
C. Status kesehatan saat ini
Ny.Sri.s mengatakan bahwa sangat khawatir di rumah sendirian tanpa
suami,dikareakan suami sedng bekeja di laur kota dan Ny,Sri.S mempunyai sambilan
yaitu berdagang di rumah ,sedangkan anak masih keci-kecil,terutama untuk anak yang
nomor satu sering sakit sakitan,Ny.Sri,s mengatakan sudah memeriksakan anaknya ke
puskesmas terdekat dan di periksa oleh dokter dan dokter mengatakan untuk diagnosa
anaknya adalah infeksi saluran pernafasan,
D. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga Tn.Akml mengatakan bahwa pernah sesekali periksa ke dokter umum
karena dahulu pernah jatuh dari sepeda motor dan itupun kejadian sdh lama sekitar 5
tahun yang lalu.
E. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Tn.Akml sangat harmonis dan alkhamndulilah sehat dan setiap harinya
keluarga Tn.Akml selalu makan-makanan yang yag bergizi seperti makan buah dan
sayuran
Susunan Anggota Keluarga
NAMA ANGGTOTA IMUNISASI
JENIS KELAMIN
B DPT CAMPAK HEPATITIS
KET
DGN KKHUB
KELUARGA
PEDIDIKAN
NO C POLIO
UMUR
G
I II III I II III IV I II III
SM
1 Tn. Akml L S 37 A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
SMA
2 Ny.Sri.S P I 37 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
SD
3 R An.Is P A 11 √ √ √ √ √ √ √
4 An.Ak L A 16 - √ √ √ √ √ √
b
l
n
F. Genogram :
Keterangan :
: Meninggal
: Klien
Tn.S adalah anak 1 dari 3 bersaudara yang terdiri dari 3 laki-laki. Ny.O adalah anak
2 dari 5 bersaudara yang terdiri dari 1 laki-laki, 4 perempuan. Kakak 1 dan 3 dari
Ny.Sri.S telah meninggal akibat penyakit jantung. Tn.Akml mempunyai istri
bernama Ny.Sri.S dan dikaruniai 2 orang anak yang terdiri dari 1 perempuan. Anak
pertama dan 1anak laki-laki
Ny.Sri.S termasuk orang yang sangat sabar dan juga orang yang sangat
ulet dalam bekerja dan membesarkan anak-anaknya di rumah,sehingga sang
suami yang bekerja di luar kota sangat tenang dan selalu fokus dalam bekerja
untuk menghidupi keluarga kecilnya dikampung halaman.Ny.Sri.S masih
mempunyai Orang tua yang hidup yaitu ayah dari Ny.Sri.s di rumah
sebelahnya,mereka tidak tinggal dalam satu rumah akan tetapi tinggal ber
sebelahan,sehingga orangtuanya masih bisa terpantau setiap harinya dan untuk
kebutuhan memasak selalu dikirim oleh Ny.Sri.s
b. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn.Akml adalah keluarga the nuclear family yang terdiri dari
suami, istri, 2 anak
c. Tahap perkembangan kelurga yang belum terpenuhi
1) Membantu orang tua memasuki masa tua
Istri dari Tn.Akml yang bernama Ny.Sri.S termasuk orang yang sangat
ulet dalam bekerja dan membesarkan anak-anaknya.
b. Struktur Keluarga
i. Tn.Akml adalah kepala rumah tangga yang berperan sebagai pencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, memberikan keamanan dalam
keluarga
ii. Ny. Sri.S adalah ibu rumah tangga berperan mengurus anak – anaknya
sekolah, menggurus pekerjaan rutin di dalam rumah tangga.
iii. An. Is adalah anak Pertama yang berperan sebagai seorang pelajar yang
menempuh bangku SD
iv. An. Amr adalah anak Kedua yang berperan sebagai anak pra sekolah
d. Fungsi Keluarga
i. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga Tn.Akml saling menyayangi seperti memberikan
perhatian dan saling mendukung satu sama lain dan bila ada anggota
keluarga yang berhasil anggota keluarga yang lain merasa senang dan
bahagia. Apabila ada anggota keluarga yang menderita penyakit, semua
anggota keluarga saling membantu untuk merawat.
ii. Fungsi sosialisasi
Hubungan keluarga Tn.Akml dan Ny.Sri.S dengan tetangga terjalin
dengan tidak baik, dikarenakan Ny.sri.S tidak pernah mengikuti pengajian,
ibu PKK dan arisan yang diadakan setiap minggu ataupun setiap bulannya
yang dikarenakan Ny.Sri.S sibuk mengurus anak-anaknya sekolah dan
mengantarkan cucunya berangkat les. Sedangkan Tn.Akml selalu
mengikuti kegiatan gotong royong yang diselenggarakan sebulan 2-3 kali
dilingkungan sekitarnya apabila Tn.Akml sedang berada di
kampung/Liburan.
iii. Fungsi reproduksi
Ny.Sri,S sejak masih usia dalam produktif ( 37 Tahun) telah menjadi
ikatan aseptor alat KB sejak 3 tahun yang lalu dengan menggunakan alat
kontrasepsi alat Implan sejak 1 tahun yang lalu dilanjutkan dengan alat
IUD selama 2 tahun.
iv. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn.Akml memberikan kebutuhan keluarga dengan memberikan
financial untuk keperluan keluarga, dengan jumlah sebesar kurang lebih
Rp.1.500.000,00 meliputi uang jajan sekolah/les, bayar uang les,
membayar uang kontrakan, listrik dan lain-lain. Untuk memenuhi
kebutuhannya Tn.Akml bekerja sebagai pedagang, penghasilan setiap
bulan kurang lebih Rp.1.500.000 sampai dengan Rp.2.000.000,00.
Terkadang penghasilan Tn.Akml tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari
v. Fungsi pemeliharaan kesehatan
1. Kebiasaan keluarga Tn.Akml jika ada anggota keluarga
yang sakit beli obat sendiri. Tetapi jika menurutnya
belum ada perubahan baru dibawa ke dokter atau ke
klinik maupun puskesmas terdekat.
1 1 111
2
Skala 1: 200
Keterangan :
: pintu
: jendela
: kolam ikan
: sumur bor
1 : ruangan tamu
2 :kamar tidur 1 (Ny.Sri.S dan Tn.Akml dan An.Amr)
3 :Kamar tidur 2 (An.Is)
4 :kamar tidur 3 ( An.Sh)
5 :kamar tidur 4 (Gudang)
6 : ruangan TV
7 : kamar mandi
8 Dapur
1. Karateristik tetangga dan komunitas RW
Fungsi afektif
J. Fungsi social
L. Fungsi reproduksi
M. Fungsi ekonomi
B. Kesehatan Lingkungan
Rumah yang ditempati adalah rumah kontrakan. Jenis bangunan rumah
permanen, luas bangunan panjang kurang lebih 5 M, lebar kurang lebih 1,5
sampai dengan 2 meter, tembok yang ada dirumahnya adalah triplek dan
hanya sebagian disemen. Rumah yang ditempati terdiri dari ruang tamu
sebagai tempat tidur, ruang dapur yang kotor dan penataan kurang, tempat
kamar mandi berada diluar bareng dengan tetangga sekitarnya. Airnya
berasal dari pompa, tidak berbau, putih, kamar mandi tampak licin,
pencahyaan dikamar mandi cukup terang, pencahyaan di rumah cukup
terang juga, tempat pembuangan sampah kurang memadai
Denah rumah
C. Pemeriksaan Fifik
f. Penjajakan Tahap II
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah
Setelah data fokus terkumpul maka data – data yang ada dirumuskan dalam
analisa data untuk mengetahui masalah kesehatan yang terjadi, adapun analisa
data yang disusun dalam tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Analisa Data Keluarga Tn.Akml khususnya An.Si
No Data Fokus Masalah Diagnosa Keperawatan
Kesehatan
1 DS : ISPA Ketidak efektifan bersihan
1. Ny.Sri.S nengatakan bahwa ISPA adalah jalan nafas pada keluarga
penyakit batuk-batuk, pilek, demam dan Tn.Akml khusunya An.Is
sesak napas berhubungan dengan
2. Ny. Sri.S mengetahui apa penyebab dari Ketidakmapuan keluarga
dalam merawat anggota
penyakitnya yaitu bakteri dan cuaca
keluarga yang sedang sakit
3. Ny. Sri.S mengatakan tanda dan gejala ISPA
yang dirasakan oleh An.Is meliputi batuk-
batuk selama 14 hari, pilek, demam, sesak
napas.
4. Ny. Sri.S mengatakan An.Is pernah
memeriksakan kesehatannya kepuskesmas
tetapi tidak ada perubahan kesehatan pada
AnIs. Namun kesehatan An.Is belum
kunjung sembuh, akhirnya Ny. Sri.S
membawa lagi ke puskesmas terdekat.
5. Keluarga Tn.Akml mengatakan bila An.Is
merasa batuk-batuk, pilek, demam, An.Is
beristirahat dan terkadang minum obat dari
warung untuk menghilangkan batuk-batuk,
pilek, demam dan jika rasa sakitnya belum
sembuh juga keluarga Tn.Akml langsung
pergi
ke puskesmas untuk memeriksa
kesehatannya diantar dengan keluarganya.
N. Diagnosa Keperawatan
a. Berdasarkan hasil analisa data sebagaimana tertera pada tabel 3.1 maka
diagnosa keperawatan yang dimunculkan pada kasus keluarga dengan Ispa
adalah :
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.Sakml
khusunya An.Is berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sedang sakit ISPA
2. Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.Akml khusunya
An.Is berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga
b. Skoring Masalah Keperawatan
Dalam menentukan prioritas diagnosa keperawatan keluarga menggunakan
teknik skoring keperawatan berdasarkan masalah yang telah disusun dalam
analisa data. Skoring keperawatan, sebagaimana dijelaskan pada tabel-tabel
dibawah ini :
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.Akml
khusunya An.Is berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sedang sakit ISPA
c. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil perhitungan scoring keperawatan keluarga didapatkan
diagnosa keperawatan prioritas sesuai dengan jumlah yang tertinggi, adapun
urutan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
No Diagnosa Keperawatan Skore
1 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.Akml 4 2/3
khusunya An.Is berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sedang sakit ISPA
Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.Akml khususnya An.Is 3
berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga
c. Hirup uap
melalui corong
dari koran
Membuat jeruk
b. Pembuatan jeruk
nipis dan kecap 1. Demostrasikan
nipis dan kecap
pada keluarga
1) Persiapan Alat:
tentang cara
a) Gelas atau
membuat jeruk
mangkok
nipis dan kecap
b) Jeruk 3
2. Berikan
c) Kecap
kesempatan pada
d) Sendok
keluarga untuk
makan
mencoba
2) Prosedur membuat jeruk
Tindakan : nipis dan kecap
a) Siapkan buah 3. Beri reward
jeruk nipis positif supaya
yang masih yang dilakukan
segar dan keluarga
sudah masak
b) Siapkan juga
kecap manis
c) Ambil 3 buah
jeruk nipis
dan potong
menjadi dua
d) Peras jeruk
nipis ke
dalam wadah
gelas atau
mangkok
e) Air perasan
jeruk nipis
saring
menggunakan
penyaring
yang sangat
halus agar
tidak ada biji
atau ampas
buah jeruk
nipis yang
tecampur
f) Tambahkan
kecap
secukupnya,
biasanya
cukup
berikan 3
sendok
makan
Setelah dilakukan Respon Verbal Menyebutkan 2 dari 3 1. Klarifikasi
tindakan cara memodifikasi pengetahuan
keperawatan lingkungan untuk keluarga tentang
selama 1 x 30 mencegah terjadinya manfaat fasilitas
menit kunjungan ISPA : kesehatan
rumah diharapkan 2. Memotivasi
a. Lantai rumah
keluarga mampu : keluarga untuk
bersih
memodifikasi menyebutkan
b. Atap rumah bersih
lingkungan kembali manfaat
tanpa sawang
yankes
c. Terdapat ventilasi
3. Memberikan
dan penerangan
reward positif
yang kuat
pada keluarga
d. Dapur dan kamar
atas usaha yang
mandi bersih
dilakukan
e. SPAL mengalir
keluarga.
tidak berbau
Setelah dilakukan Respon Verbal Manfaat fasilitas
tindakan kesehatan adalah untuk
keperawatan mengontrol kesehatan,
selama 1x30 mendapatkan
menit kunjungan pendidikan kesehatan
rumah diharapkan yang tepat dan segera
Keluarga mampu untuk mengatasi ISPA.
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
untuk
mengatasi ISPA
O. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Data Objektif :
1. keluarga mampu menyebutkan pengertian ISPA
dengan benar
2. keluarga dapat menyebutkan penyebab ISPA
3. keluarga mampu menyebutkan tanda gejala ISPA
4. keluarga tampak kooperatif, dan dapat menjawab
pertanyaan dengan benar
5. keluarga dapat menyebutkan akibat lanjut dari ISPA
6. keluarga tampak memperhatikan apa yang dijelaskan
oleh perawat dan keluarga terlihat sangat
menyayangi An.Is
7. keluarga nampak mengambil keputusan dengan benar
8. keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan
ISPA dengan benar
9. keluarga mampu melakukan yang didemontrasikan
oleh perawat.
10. Klien mampu menyebutkan lingkungan yang
aman bagi penderita ISPA
11. Keluarga sudah melakukannya
12. Keluarga dapat meyebutkan manfaat pelayanan
kesehatan
1. Alsagaff & Mukty. (2010). Dasar – dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press.
5. http://www.k4health.org/sites/default/laporanNasional20Riskesdas
%202007.pd f . Diperoleh 02 Febuari 2017 jam 10.00 WIB
7. http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf Diperoleh 02 febuari 2017 jam 09.40 WIB
10. Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta : Graha Ilmu.
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata ajar Praktik Klinik keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing : Ns. Margiyati, M.Kep
A. Tujuan
1. Tujuan umum :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien
mampu mengenal penyakit ispa dengan tepat.
2. Tujuan khusus :
a. Mampu menjelaskan pengertian ISPA
b. Mampu menjelaskan penyebab ISPA
c. Mampu menjelaskan tanda gejala ISPA
d. Mampu menjelaskan cara penanganan ISPA
e. Mampu menjelaskan penularan ISPA
f. Mampu menjelaskan pencegahan ISPA
B. Materi
1. Pengertian ISPA
2. Penyebab ISPA
3. Tanda gejala ISPA
4. Cara penangganan ISPA
5. Penularan ISPA
6. Pencegahan ISPA
C. Media
1. Lembar balik
2. Leaflet
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
E. Pengorganisasian
1. Moderator : Sugiono
Peran Moderator :
a. Memulai dan Menutup Acara
b. Memperkenalkan Diri
c. Menetaptakan tata tertib acara penyuluhan
d. Menjaga kelancaran acara
e. Memimpin diskusi
2. Penyaji : Sugiono
Peran Penyaji :
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Bersama fasilitator manjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
c. Menjawab pertanyaan audiens
3. Observasi : Sugiono
Peran Observer :
a. Mengamati jalannya kegiatan
b. Mengevaluasi kegiatan
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal serta kegiatan
4. Fasilitator : Sugiono
Peran Fasilitator :
a. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya
b. Bekerja sama dengan penyaji dalam menampilkan bahan
penyuluhan
c. Membagikan leafleat
F. Setting Tempat
Keterangan :
: Peserta
: Pasien An. Is , ISPA
: Penyaji
: Penguji
A. Kegiatan Penyuluhan
B. Evaluasi
a. Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan
penyuluhan dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai
berikut :
1. Mampu menjelaskan pengertian ISPA
2. Mampu menjelaskan penyebab ISPA
3. Mampu menjelaskan tanda gejala ISPA
4. Mampu menjelaskan cara penangan ISPA
5. Mampu menjelaskan penularan ISPA
6. Mampu menjelaskan pencegahan ISPA
b. Evaluasi Struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan
c. Evalusi Proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan
berlangsung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan
berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik
d. Evaluasi Hasil
1. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu
menjawab pertanyaan 80 % lebih dengan benar
2. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila
sasaran mampu menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan
benar
3. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila
sasaran hanya mampu menjawab kurang dari 50% dengan
benar
C. Penjelasan Materi
1. Pengertian ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bawah yang berlangsung sampai 14 hari.
2. Penyebab ISPA
a. Tertular oleh penderita batuk
b. Daya tahan tubuh lemah
c. Gizi kurang
d. Lingkungan perumahan yang tidak sehat
e. Anak / bayi yang tidak mendapat ASI yang memadai.
3. Tanda dan Gejala ISPA
a. Batuk
b. Pilek
c. Nafas Cepat
d. Demam
e. Mual Muntah
f. Tidak Nafsu Makan
4. Cara Penangan ISPA
a. Mengatasi panas demam dengan cara kompres air hangat
b. Mengatasi batuk dengan cara : jeruk nipis ½ sendok tea
dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok tea (3x/hari)
c. Pemberian makan dengan cara memberikan makanan bergizi
tapi sering
d. Pemberian minum dengan cara minum air putih, air hangat, air
sari buah
5. Cara Penularan ISPA
a. Melalui udara
b. Kontak langsung dengan penderita
c. Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan
d. Imunisasi yang kurang lengkap
e. Status gizi yang kurang
f. Polusi udara lingkungan
6. Cara Pencegahan ISPA
a. Makanan yang bergizi
b. Imunisasi yang lengkap
c. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
D. Media
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata ajar Praktik Klinik keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing : Ns. Margiyati, M.Kep
C. Media
Format Prosedur
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Peragaan dan Praktek
E. Pengorganisasian
1. Moderator : Sugiono
Peran Moderator :
a. Memulai dan Menutup Acara
b. Memperkenalkan Diri
c. Menetaptakan tata tertib acara penyuluhan
d. Menjaga kelancaran acara
e. Memimpin diskusi
2. Penyaji : Sugiono
Peran Penyaji :
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Bersama fasilitator manjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
terapi Inhalasi Buatan
c. Menjawab pertanyaan audiens
3. Observasi : Sugiono
Peran Observer :
a. Mengamati jalannya kegiatan
b. Mengevaluasi kegiatan
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal serta kegiatan
4. Fasilitator : Sugiono
Peran Fasilitator :
a. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya
b. Bekerja sama dengan penyaji dalam menampilkan bahan
penyuluhan
c. Membagikan format prosedur Inhalasi Buatan
F. Setting Tempat
Keterangan :
: Peserta
: Pasien An.Is, ISPA
: Penyaji
: Penguji
D. Kegiatan Penyuluhan
E.Evaluasi
1. Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan
penyuluhan dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai
berikut :
a. Mampu menjelaskan pengertian latihan inhalasi buatan pada
penderita ISPA
b. Mampu menjelaskan tujuan latihan inhalasi buatan pada
penderita ISPA
c. Mampu menjelaskan indikasi pada penderita ISPA
d. Mampu menjelaskan alat dan bahan yang digunakan untuk
inhalasi buatan pada penderita ISPA
e. Mampu menjelaskan keuntungan terapi inhalasi buatan pada
penderita ISPA
f. Mampu menjelaskan kerugian terapi inhalasi buatan pada
penderita ISPA
g. Mampu menjelaskan tahapan kerja terapi inhalasi buatan pada
penderita ISPA
2. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan SAP
b. Menyiapkan materi dan media
c. Kontrak waktu dan sasaran
d. Menyiapkan tempat
e. Menyiapkan pertanyaan
3. Evalusi Proses
a. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan
berlangsung
b. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
c. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
d. Sasaran tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan
berlangsung
e. Tanya jawab berjalan dengan baik
4. Evaluasi Hasil
a. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu
menjawab pertanyaan 80 % lebih dengan benar
b. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila
sasaran mampu menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan
benar
c. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila
sasaran hanya mampu menjawab kurang dari 50% dengan
benar
F. Penjelasan Materi
1. Pengertian Inhalasi Buatan
Tindakan yang dilakukan pada pasien ISPA dengan cara
sederhana adalah pemberian obat dalam bentuk UAP langsung
menuju alat pernapasan ( hidung ke paru-paru) menggunakan alat
Nebulizer.
Inhalasi sederhana yaitu memberikan obat dengan cara
dihirup dalam bentuk uap ke dalam saluran pernafasan yang
dilakukan dengan bahan dan cara yang sederhana serta dapat
dilakukan dalam lingkungan keluarga.
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai jumlah penduduk didunia yaitu tahun
2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk
1.49% per tahun. Tahun 2009 menunjukan bahwa angka kematian jiwa di Indonesia
mencapai 46% dan menurut data statistic Indonesia menyatakan bahwa terdapat 51.1% jiwa
meninggal setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi
inhalasi uap panas dengan minyak kayu putih terhadap bersihan jalan nafas di wilayah
Puskesmas Kota Bambu Selatan . Metode penelitian pre-eksperimen dengan pre- post disign
with one group.besar sampel yaitu sebanyak 62 responden dengan teknik nonprobablity
sampling jenis quota sampling. Hasil uji hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test pada
kemaknaan (ɑ = 0,05) menunjukan bahwa nilai ρ-value = 0,000 < ɑ, yaitu 0,000<0,05 maka
Ho ditolak Ha diterima artinya bahwa ada pengaruh terapi inhalasi uap panas dengan minyak
kayu putih dengan bersihan jalan nafas. Simpulan diperoleh data perbedaan antara yang
bermakna antara bersihan jalan nafas sebelum dan sesudah diberikan terapi inhalasi uap
panas dengan minyak kayu putih. Saran untuk peneliti selanjutnya menerapkan Standart
Operasional Prosedur (SOP) terapi inhalasi uap panas dengan minyak kayu putih
keperawatan di masa yang akan datang terkait bersihan jalan nafas pada pasien ISPA.
A. PENDAHULUAN
tahun (BKKBN,2013). Hasil survei
ISPA salah satu penyebab utama kesehatan nasional (Sukernas) pada
kematian. World Health tahun 2008 menunjukan kematian
Organization memperkirakan insiden akibat ISPA sebesar 28%, artinya 28
Infeksi Saluran Pernapasan Akut dari 100 jiwa dapat meninggal akibat
(ISPA) di negara berkembang penyakit ISPA. Tahun 2009
dengan angka kejadian ISPA di atas menunjukan bahwa angka kematian
40 per 1000 adalah 15%-20% jiwa di Indonesia mencapai 46% dan
pertahun pada 13 juta anak di dunia. menurut data statistic Indonesia
Pada tahun 2000, 1,9 juta (95%) menyatakan bahwa terdapat 51.1%
anak di seluruh dunia meninggal jiwa meninggal setiap tahunnya
karena ISPA, 70 % dari Afrika dan (Statistik Indonesia,2010).
Asia Tenggara (WHO, 2009). Infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) merupakan infeksi saluran
Indonesia merupakan salah satu pernapasan yang meliputi saluran
Negara yang mempunyai jumlah pernapasan bagian atas dan saluran
penduduk didunia yaitu tahun 2013 pernapasan bagian bawah. Penyakit
jumlah penduduk Indonesia infeksi akut yang menyerang salah
mencapai 250 juta jiwa dengan satu atau lebih bagian dari saluran
pertumbuhan penduduk 1.49% per napas mulai dari hidung (saluran
bagian atas) hingga jaringan didalam
terhadap frekuensi nafas yaitu rata penumpukan secret dan tidak terlihat
rata penunrunan 19x/mnt, penurunan pengunaan otot bantu nafas.
suara nafas vestikular, tidak adanya 3. Semakin sering dilakukan
terapi inhalasi uap panas dengan Nataprawira. Terapi Inhalasi Pada
menggunakan minyak kayu putih Asma Anak Sari Pediatri, Vol.4,
maka akan menurun kan bersihan No.2.
jalan nafas pada pasien infeksi
saluran pernafasan akut. Di tandai Brunner and Suddarth. (2007). Buku
dengan batuk menghilang , tidak Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
menggunakan otot bantu dan edisi 8 volume 2. Jakarta : EGC.
suara nafas menjadi normal
Condemi JJ, Chervinsky P,
E. SARAN
Goldstein MF, dkk. 2012.
Hasil penelitian ini dapat berguna
Fluticasone propionate poweder
dan bisa di aplikasikan dalam proses
administration through diskhaler
belajar mengajar, terlebih pada
versus triamsolone acetonide
praktik lapangan, karena institusi
aerosol administered through
pendidikan merupakan tempat yang
metered-dose inhaler in patients
paling efektik dalam
with persistent asthma. J Allergy
mensosialisasikan Evidenced Based
Clin Immunol ; 100-468-74.
Practictice, khususnya bagi calon
perawat professional.
Dinar Ariasti l, Sri Aminingsih2,
Endrawati3. 2014. Pengaruh
F. DAFTAR PUSTAKA
Pemberian Fisoterapi Dada
Arzu Ari, Ph.D., R.R.T., FAARC,I
Terhadap Kebersihan Jalan Nafas
James B.Fink, Ph.D., R.R.T.,
Pada Pasien Ispa Di Desa Pucung
FAARC,Rajiv Dhand, M.D., FACP,
Eromoko Wonogiri. “KOSALA”
FCCP, FAARC.
JIK. Vol.2 No.2
2012.inhalation Therapy
in Patients Receiving
Hendra, Emil Huriani, 2011.
Mechanical Ventilation: An Update.
Pengaruh Mobilisasi Dan Fisioterapi
Volume 25, Number 0.
Dada Terhadap Kejadian Ventilator
Associated Pneumonia Di Unit
Badan Litbangkes. (2008). Laporan
Perawatan Intensif
Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Nasional 2007.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008.
Depkes RI. Jakarta.
Metode Penelitian Keperawatan dan
Barry PW. 2008. In vitro
Teknik Analisi Dada Jakarta :
comparison of the amount
Salemba Medika.
ofsalbutamol available for
inhalationfrom different
Justin. (2006). Hubungan Sanitasi
formulations used with different
Rumah tinggal Dengan Kejadian
spacer devices.Eur Respir J;
Penyakit Pneumonia, Unhalu,
10:1345-8
Kendari
G. Kristinawati Andayani , dan
Bambang Supriyanto, Heda Melinda
Supriyadi. 2014. Pengaruh
D Nataprawira 2002. Bambang
Pemberian Teknik Clapping dan
Supriyanto*, Heda Melinda D
Batuk Efektif Terhadap Bersihan
Jalan Nafas Pada Pasien Penyakit
Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di
Bp4 Kota Yogyakarta. Surya
Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan
Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika