Anda di halaman 1dari 30

ASKEP ASFIKSIA NEONATORUM

BAB I
KONSEP MEDIS

A.    PENGERTIAN

Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intra uterus ke


kehidupan ekstra uterin hingga berusia kurang dari 1 bulan.

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak mampu bernafas


secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif
karena gangguan pertukaran gas serta transport 02 dari ibu ke janin sehingga terdapat
gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2,saat janin di uterus
hipoksia.

B.  ETIOLOGI

1. Faktor ibu

a. Hipoksia ibu

Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau


anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya.

b. Gangguan aliran darah uterus

Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya


aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada
anemia, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,

2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.

3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat yang tertekan,
menumbung,dll.

4. Faktor neonates

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa
hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu,

C.  MANIFESTASI KLINIS

Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang


disebabkan oleh beberapa keadaan diantaraya :

a.       Fungsi jantung terganggu akibat peningkatan beban kerja jantung

b.      Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami gangguan.

Gejala klinis :

Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat


dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan
berhenti, denyut jantung juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuscular
berkurang secara berangsur-agsur berkurang dari bayi memasuki periode apneu
primer.

Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain meliputi
pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat

Gejala lanjut pada asfiksia :

1) Pernafasan megap-megap yang dalam

2) Denyut jantung terus menurun

3) Tekanan darah mulai menurun

4) Bayi terlihat lemas (flaccid)

5) Menurunnya tekanan O2  (PaO2)

6) Meningginya tekanan CO2 (PaO2)


8) Terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler

D. PATOFISIOLOGI

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama


kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari lamanya asfiksia. Asfiksia
ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan
frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian
diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak
sehingga bayi berada dalam periode appneu yang kedua, dan ditemukan pula
bradikardi dan penurunan tekanan darah. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli
yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru.
Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian.

E. AFGAR SKOR

TANDA 0 1 2 JUMLAH
NILAI
Frekwensi Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
jantung X/menit X/menit
Usaha Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat
bernafas teratur
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
fleksi sedikit
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis

Warna kulit Biru / pucat Tubuh Tubuh dan


kemerahan, ekstremitas
ekstremitas biru kemerahan

nilai 0-3 : asfiksia berat

nilai 4-6 : asfiksia sedang

nilai 7-10 : normal


Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir
dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai
30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
apgar)

F. KLASIFIKASI

Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:

1. Asphyksia Ringan ( vigorus baby)

Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.

2. Asphyksia sedang ( mild moderate asphyksia)

Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas
tidak ada.

3. Asphyksia Berat

Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung


kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang
pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi
jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi
jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat.

G.KOMPLIKASI 
           Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :

1. Hipoksia dan iskemia otak

Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun,
keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak.

2. Anuria atau oliguria

Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan
ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan terganggu sehingga darah
yang seharusnya dialirkan keginjal menurun. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
pengeluaran urine sedikit.

3.  Koma                                

Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

H.  PENATALAKSANAAN

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru


lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :

1. Memastikan saluran nafas terbuka :

· Meletakan bayi dalam posisi yang benar

· Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea

· Bila perlu masukan ET untuk memastikan pernapasan terbuka

2. Memulai pernapasan :

· Lakukan rangsangan taktil. Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau menepuk
telapak kakiLakukan penggosokan punggung bayi secara cepat,mengusap atau
mengelus tubuh,tungkai dan kepala bayi.

· Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

3. Mempertahankan sirkulasi darah :

Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan

Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :

1. Tindakan umum

a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas

c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

2. Tindakan khusus

a. Asphyksia berat

Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki


ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan, cara terbaik dengan intubasi
endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir
selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonat natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan
pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntikan kedalam
intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika
ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai
timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak
didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung
eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi
tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3
kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai
kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang
belum dikoreksi

b. Asphyksia ringan dan sedang

Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60
detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan,
ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasal dengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi
diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan gerakan membuka
dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan
frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen.
Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan
tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga
ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi
ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong
diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan
perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak
berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung
atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonat
natrium dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan
adekuat.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

I.       BIODATA

A.    Identitas Klien

1. Nama                                               : An. A

2. Tempat tgl lahir/usia                        : Kendari, 23 mei 2011/ 0 tahun 1 hari

3. Jenis kelamin                                   : Laki-laki

4. A g a m a                                         : Islam

5. Pendidikan                                      : -

6. Alamat                                            : Jl. BTN Kehutanan, Kel. Lepo-lepo

7. Tgl masuk                                        : 23 mei 2011

8. Tgl pengkajian                                 : 23 mei 2011

9. Diagnosa medik                              : Asfiksia neonatorum

                                                 

B.     Identitas Orang tua

1. Ayah

      a. N a m a                                      : Tn. A

      b. U s i a                                        : 35 tahun

      c. Pendidikan                                : S1
      d. Pekerjaan/Jumlah penghasilan : PNS/Rp. 2.000.000,-

      e. A g a m a                                   : Islam

      f. Alamat                                       : Jl. BTN Kehutanan, Kel. Lepo-lepo

2. Ibu

      a. N a m a                                      : Ny. A

      b. U s i a                                        : 30 tahun

      c. Pendidikan                                : SMA

      d. Pekerjaan/Sumber penghasilan: Ibu Rumah Tangga

      e. Agama                                       : Islam

      f. Alamat                                       : Jl. BTN Kehutanan, Kel. Lepo-lepo

C.     Identitas Saudara Kandung

     

STATUS
NO NAMA USIA HUBUNGAN
KESEHATAN
1 An. B 5 tahun Kakak kandung Sehat

II.    RIWAYAT KESEHATAN

1.      Keluhan utama  :

            Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung dan tekanan darah bayi menurun,
sianosis, gerakan ekstremitas fleksi sedikit, dan gerakan reflexs sedikit.
2.      Riwayat keluhan utama  : 

      Seorang ibu  prepartum masuk rumah sakit diantar oleh suaminya pada tanggal 22 mei
2011, sebelum melahirkan ibu tersebut pernah melakukan pemeriksaan kehamilan
dan  anamnese didaptkan hasil bahwa ibu memiliki riwayat anemia pada trimester ke
3.  Setelah diberikan tindakan pengobatan berupa pemberian tablet zat besi namun ibu
tersebut kurang menunjukkan perbaikan akan kondisi keadaannya. Kemudian pada tanggal
23 mei 2011 tepat pukul. 19.00 WITA ibu tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki dengan
kondisi bradipneu: 25x/m, denyut jantung menurun: 90x/m, tekanan darah: 70/40mmHg,
sianosis dan gerakan ekstremitas dan reflexs sedikit.

3.      Riwayat Kesehatan Sekarang:

            Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung bayi dan tekanan darah menurun,
bayi nampak sianosis dan gerakan ekstremitas fleksi sedikit dan gerakan reflexs sedikit
segera setelah bayi tersebut dilahirkan.

4.      Riwayat Kesehatan masa lalu:

1. Prenatal care

a.       Pemeriksaan kehamilan : 3 kali

b.       Keluhan selama hamil: sering pusing, cepat lelah, mata berkunang-kunang, dan malaise     

c.       Kenaikan BB selama hamil: 5 Kg

2. Natal

                  a,   Tempat melahirkan : Rumah Sakit Umum Provinsi Sultra    

                  b.   Jenis persalinan : Normal

                  c.   Penolong persalinan : Bidan                       

                  d.   Kesulitan lahir normal : ibu kesulitan mengedan karena ibu cepat lelah

3. Post natal
                  a.   Kondisi bayi : BB lahir    2.400 gram, PB: 40 cm

                  b.   Bayi mengalami nafas lambat, denyut jantung bayi menurun

                  c.   Bayi tidak mengalami kemerahan dan nampak pucat.

                  d.   Gerakan reflex sedikit dan tonus otot bayi menurun

IV. RIWAYAT IMMUNISASI

No Jenis Immunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah


Pemberian

1. BCG - -

2. DPT (I,II,III) - -

3. Polio (I,II,III,IV) - -

4. Campak - -

5. Hepatitis - -

6. Lain-lain - -
V.    RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

         Pertumbuhan Fisik

1.      Berat Badan Lahir      : 2400 g

2.      Tinggi Badan              : 40 cm

3.      Lingkar kepala            : 30 cm

4.      Lingkar dada              :  28 cm

5.      Lingkar lengan atas     : 12 cm

6.      Lingkar perut              :  50 cm

VI. RIWAYAT NUTRISI

A.    Pemberian ASI

1.      Pertama kali disusui          : belum pernah

2.      Cara pemberian                 :-                     

3.      Lama pemberian                : -

B.     Pemberian susu formula

1.      Alasan pemberian              : -

2.      Jumlah pemberian             : -
3.      Cara memberikan              : -        

           

C.     Pemberian makanan tambahan            :  -

a.       Pertama kali diberikan usia           :  -

b.      Jenis: Bubur susu:                         :  -

VII.    REAKSI HOSPITALISASI

         Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

  Orang tua mengatakan merasa cemas dan kawatir mengenai keadaan bayinya

  Orang tua selalu menanyakan apakah sakit bayinya dapat sembuh

  Orang tua berharap agar anaknya cepat sembuh

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A.    Keadaan Umum Klien :  klien nampak bradipneu, denyut jantung dan tekanan darah
menurun, tampak sianosis, gerakan ekstremitas dan reflexs sedikit.

A.    Tanda-tanda vital

  Suhu                   : 36,5o C

  Nadi                   : 90 x/ mnt
  Respirasi             : 25 x/m

  Tekanan darah    : 70 / 40 mmHg

B.     Antropometri

  Tinggi badan                  :  40 cm

  Berat badan                    :  2400 g

  Lingkar lengan atas        :   12 cm

  Lingkar kepala               :   30 cm

  Lingkar dada                  :   28 cm

  Lingkar perut                 :   50 cm

C.     Penilaian Afgar Scor

  Nilai afgar scor rendah

Tanda 0 1 2 Keterangan Scor


Frekwensi √ <100 1
jantung
Usaha bernafas √ lambat 1
Tonus otot √ Ekstremitas fleksi 1
sedikit
Reflexs √ Gerakan sedikit 1
Warna kulit √ Seluruh tubuh biru 0
atau pucat
                    Jadi jumlah afgar scor pada bayi tersebut yaitu dengan skala 4 dimana bayi mengalami
asfiksia sedang.

D.    Sistem Pernapasan

  Hidung: Simetris kiri – kanan,

  Leher:  Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tomor

  Dada  :

▪         Bentuk dada: tidak simetris

▪         Gerakan dada: dada dan abdomen tidak bergerak secara bersamaan,

▪         Ekspansi dada berkurang

▪         Suara  napas melemah

E.     Sistem Cardio Vaskuler

  Capillary  Refilling Time:   >2   detik

  Denyut jantung : 110x/m

  Tekanan darah menurun: 70/40mmHg

F.      System Syaraf

  Bayi mengalami penurunan kesadaran

I.       System Muskulo Skeletal

  Terjadi penurunan tonus otot bayi


  Gerakan ekstremitas fleksi pada bayi sedikit

  Bayi nampak lemas dan lemah

J.       System Integumen

  Bayi mengalami sianosis pada kulit dan kuku

  CRT: > 3 detik

  bayi nampak pucat

K.    System Endokrim

o   Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid

         L. System Perkemihan

o   Tidak ada edema

o   Tidak ada bendungan  kandung kemih

M.  System Reproduksi

o   Penis  ; Bersih

o   Tidak ada kelainan pada area genetalia            

ANALISA DATA
Symptom Etiologi Problem
DS : POLA NAFAS
ASFIKSIA
          INEFEKTIF
DO: Bayi kekurangan O2
        Bayi mengalami bradipneu Takipnea
: 25x/m POLA NAFAS INEFEKTIF
        Suara nafas melemah

        Ekspansi dada berkurang

DS: G3 PERTUKARAN
ASFIKSIA
          GAS
DO: Bayi kekurangan O2
        Bayi mengalami sianosis Takipnea
        CRT: > 3 detik
Apneu primer
        Bayi mengalami bradipneu

: 25x/m Denyut jantung dan tonus menurun


Nafas megap-megap dan dalam
Paru-paru terendam cairan
Alveoli tidak mengembang
Transport O2 dan CO2terganggu
G3 PERTUKARAN GAS
DS: CO menurun
ASFIKSIA
         

DO: Bayi kekurangan O2


        Denyut jantung menurun: Takipnea
90x/m Apneu primer
        Tekanan darah menurun:

70/40mmHg Denyut jantung dan tonus menurun


        Bayi mengalami sianosis Nafas megap-megap dan dalam
        CRT: > 3 detik
Bradikardi, TD menurun
Suplai darah, O2 kejaringan
Frekwensi jantung
Beban kerja jantung
Jantung kekurangan energi
Daya pompa jantung
                              CO menurun
DS: G3 PERFUSI
ASFIKSIA
          JARINGAN
DO: Bayi kekurangan O2 PERIFER
        Bayi mengalami sianosis Takipnea
pada kulit dan kuku Apneu primer
        CRT: > 3 detik

        bayi nampak pucat


Denyut jantung dan tonus menurun
Nafas megap-megap dan dalam
Bradikardi, TD menurun
Suplai darah, O2 kejaringan
Suplai darah, O2 kejaringan perifer
G3 PERFUSI JARINGAN
PERIFER
DS: ASFIKSIA G3 PERFUSI
          JARINGAN
DO: Bayi kekurangan O2 CEREBRAL
        Bayi mengalami Takipnea
penurunan kesadaran Apneu primer
        Tekanan darah menurun:

70/40mmHg Denyut jantung dan tonus menurun


Nafas megap-megap dan dalam
Bradikardi, TD menurun
Suplai darah, O2 kejaringan
Suplai darah, O2 kejaringan cerebral
G3 PERFUSI JARINGAN
CEREBRAL
DS: NUTRISI <  DARI
Anemia ibu pada masa kehamilan
          KEBUTUHAN
DO: Aliran darah, O2dan nutrisi keuterus
        Berat badan bayi menurun: Suplai darah, O2dan nutrisi
2400 gram keplasenta dan janin
        Tinggi badan bayi: 40 cm

     Lingkar lengan atas:     12


janin kekurangan nutrisi
cm bayi baru lahir  kekurangan nutrisi
     Lingkar kepala :  30 cm
BBLR
     Lingkar dada    :  28 cm

     Lingkar perut   :  50 cm
NUTRISI <   DARI
KEBUTUHAN
DS: INTOLERANSI
ASFIKSIA
          AKTIFITAS
DO: Bayi kekurangan O2
        Bayi nampak lemas dan Takipnea
lemah Apneu primer
        Terjadi penurunan

kekuatan otot Denyut jantung dan tonus menurun


        Gerakan ekstremitas fleksi Nafas megap-megap dan dalam
sedikit
Bradikardi, TD menurun
        Gerakan reflex sedikit
Flaccid
Bayi nampak lemah dan lemas
INTOLERANSI AKTIFITAS
DS: KECEMASAN
ASFIKSIA
-    Orang tua mengatakan ORANG TUA
merasa cemas dan kawatir Bayi kekurangan O2
mengenai keadaan bayinya Takipnea
-    Orang tua selalu Apneu primer
menanyakan apakah sakit
bayinya dapat sembuh Denyut jantung dan tonus menurun
-    Orang tua berharap agar Nafas megap-megap dan dalam
anaknya cepat sembuh.
Bradikardi, TD menurun
DO:
-    Orang tua bayi nampak Flaccid
gelisah, cemas dan Apneu sekunder
khawatir akan kondisi
Bayi tidak bereaksi terhadap
anaknya
rangsangan dan tidak ada usaha
bernafas secara spontan
resusitasi  pada BBL
Stress psikologis pada orang tua
Perasaan takut dan khawatir akan
kondisi bayinya
KECEMASAN ORANG TUA

INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
      Pola Nafas    Klien  Kaji  Kecepatan
inefektif berhubu memperlihatka frekwensi, biasanya
ngan dengan n pola nafas kedalaman meningkat apabila
hipoksia bayi yang efektif, pernafasan terjadi
ditandai dengan: dengan criteria: dan ekspansi peningkatan kerja
DS: o   Frekwensi dan dada. nafas
o   - kedalaman  Penggunaan otot
DO: pernafasan  Catat upaya bantu pernafasan
o   bayi mengalami dalam rentang pernafasan, sebagai akibat dari
bradipneu : normal termasuk penigkatan kerja
25x/m, o   Bayi aktif penggunaan nafas
o   suara nafas otot bantu Bunyi nafas
melemah, pernafasan menurun/tak ada
o  ekspansi dada bila jalan nafas
berkurang.  Auskulatasi obstruksi dan
bunyi nafas adanya bunyi
dan catat nafas ronki dan
adanya mengi
bunyi nafas menandakan
seperti adanya kegagalan
mengi, pernafasan
krekels,dll  Untuk
memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan
 Tinggikan pernafasan.
kepala bayiMemaksimalkan
dan bantu bernafas dan
mengubah menurunkan kerja
posisi nafas

 Berikan
oksigen
tambahan
      Gangguan    Klien  Kaji tanda Sebagai indicator
pertukaran memperlihatka vital – adanya gangguan
gas berhubungan n perbaikan pernafasan, dlm system
dengan paru-paru ventilasi, nadi, pernafasan
bayi terendam pertukaran gas tekanan
cairan ditandai secara optimal darah.
dengan: dan oksigenasi  Berguna dalam
DS: jaringan secara evaluasi derajat
o   - adekuat, distress
DO: dengan   Kaji pernafasan
o   bayi mengalami kriteria : frekwensi, adan/atau
sianosis, o   Nafas Bayi kedalaman kronisnya proses
o   CRT: > 3 detik, kembali pernafasan penyakit. Sianosis
o   bayi mengalami normal  dan tanda- mungkin perifer
bradipneu o:   Bayi  aktif. tanda sianosis (terlihat pada
25x/m. o   Pada setiap 2 jam. kuku) atau sentral
pemeriksaan (terlihat sekitar
auskultasi tidak bibir dan atau
ditemukan lagi telinga). Keabu-
bunyi tambahan abuan dan sianosis
pernafasan sentral
mengindikasikan
beratnya
hipoksemia.
 Dorong  Kental, tebal dan
pengeluaran banyaknya sekresi
sputum, adalah sumber
pengisapan utama gangguan
(suction) bila pertukaran gas
diindikasikan. pada jalan nafas
kecil, pengisapan
dibutuhkan bila
batuk tidak efektif.
 Penurunan getaran
 Lakukan vibrasi diduga ada
palpasi fokal pengumpulan
fremitus cairan atau udara
terjebak.
 Gelisah dan
 Observasi ansietas adalah
tingkat manifestasi umum
kesadaran, pada hipoksia,
selidiki GDA memburuk
adanya disertai
perubahan bingung/somnolen
menunjukkan
disfungsi serebral
yang berhubungan
dengan
hipoksemia.
 Kolaborasi  Dapat
dengan tim memperbaiki
medis /mencegah
pemberian memburuknya
O2 sesuai hipoksia.
dengan
indikasi

      Penurunan    Klien  Pantau  Takikardi dapat


CO berhubungan memperlihatka frekwensi/ terjadi saat
dengan suplai n peningkatan irama jantung berupaya
darah, O2dan curah jantung jantung untuk
nutrisi kejaringan dengan criteria: meningkatkan
menurun ditandai o   Frekwensi curahnya
dengan: jantung dan berespon pada
DS: irama dalam demam, hipoksia
o   - rentang normal
DO: o   Tanda-tanda  Memberikan
o   denyut jantung vital dalam deteksi dini dan
menurun: 90x/m, rentang normal terjadinya
o  tekanan darah  Auskultasi komplikasi mis,
menurun: bunyi Gagal janrtung
70/40mmHg jantung  Menurunkan
o   bayi mengalami beban kerja
sianosis, jantung,
o   CRT: > 3 detik memaksimalkan
curah jantung
 Dorong tirah Manifestasi dari
baring penurunan cardiac
dalam posisi output
semi fowler Meningkatkan
ketersediaan
oksigen untuk
fungsi miokard

 Evaluasi
keluhan
lemas,
palpitasi,

 Berikan
oksigen
suplemen
      Gangguan perfusi    Klien  Kaji status Mengetahui derajat
jaringan memperlihatka mental klien hipoksia
perifer berhubun n perfusi secara
gan dengan suplai perifer yang teratur.  Penurunan
darah, O2dan adekuat dengan kesadaran
nutrisi kejaringan criteria: merupakan
perifer menurun o   Nadi perifer Catat adanya manifestasi
ditandai dengan: meningkat penurunan penurunan suplai
DS: o   Kulit dan kuku kesadaran darah dan oksigen
o   - tidak pucat kejaringan perifer
DO: o    CRT< 2 detik yang parah
o   bayi mengalami  suplai darah
sianosis pada perifer
kulit dan kuku, diakibatkan oleh
o    CRT: > 3 detik, penurunan curah
o   bayi nampak pucat jantung yang
 Selidiki
dibuktikan oleh
takipnea,
penurunan perfusi
sianosis,
kulit, penurunan
pucat, kulit
nadi
lembab.
 Dapat
Catat
memperbaiki
kekuatan
/mencegah
nadi perifer.
memburuknya
hipoksia pada otak

 Berikan
oksigen
suplemen

      Gangguan perfusi    Klien  Kaji status Mengetahui derajat


jaringan menunjukkan mental klien hipoksia
cerebral berhubu perfusi jaringan secara
ngan dengan cerebral yang teratur  Penurunan
suplai darah, adekuat dengan keadaran
O2dan nutrisi criteria: merupakan
kejaringan o   Tanda-tanda  Catat adanya manifestasi
cerebral menurun vital stabil penurunan penurunan suplai
ditandai dengan: o   Tidak terjadi kesadaran darah dan oksigen
DS: penurunan kejaringan otak
o   - kesadaran yang parah
DO:
o   bayi mengalami  Sebagai dasar
penurunan untuk mengetahui
kesadaran, adanya penurunan
o  tekanan darah oksigen kejaringan
menurun: otak
 Pantau
70/40mmHg tanda-tanda  Menurunkan
vital hipoksia yang
dapat
menyebabkan
vasodilatasi
cerebral dan
 Berikan tekanan
oksigen meningkat /
sesuai terbentuknya
indikasi edema.

      Nutrisi kurang    Klien  Kaji   Menentukan


dari kebutuhan menunjukkan maturitas metode pemberian
tubuh berhubung nutrisi yang refleks makan yang tepat
an dengan bayi terpenuhi berkenaan untuk bayi
kekurangan sesuai dengan
  Pemberian makan
nutrisi semenjak kebutuhan pemberian
pertama bayi stabil
dalam uterus dengan criteria: makan
ditandai dengan: o   Berat badan, (misalnya : memiliki
DS: Tinggi badan, mengisap, peristaltik dapat
DO: lingkar dada, menelan, dimulai 6-12 jam
o   berat badan bayi kepala, perut dan batuk) setelah kelahiran.
menurun: 2400 dan lingkar Bila distres
 Auskultasi
gram, lengan pernapasan
o   tinggi badan bayi: atas  meningkat adanya
ada  cairan
bising usus,
40 cm, dalam rentang parenteral di
o   lingkar lengan normal kaji status
indikasikan dan
fisik dan
atas:12 cm, cairan peroral
o   lingkar kepala:   30 status
harus ditunda
pernapasan
cm,
o   lingkar dada:28  Mengidentifikasika
n adanya resiko
cm,
o   lingkar perut: 50 derajat dan resiko
terhadap pola
cm
pertumbuhan.
Bayi SGA dengan
kelebihan cairan
ekstrasel
kemungkinan
kehilangan 15% BB
 Kaji berat lahir. Bayi SGA
badan mungkin telah
dengan mengalami
menimbang penurunan berat
berat badan badan dealam
setiap hari, uterus atau
kemudian mengalami
dokumentasi penurunan
kan pada simpanan
grafik lemak/glikogen.
pertumbuha  Memberikan
n bayi informasi tentang
masukan aktual
dalam
hubungannya
dengan perkiraan
kebutuhan untuk
digunakan dalam
penyesuaian diet.

  Peningkatan
kebutuhan
metabolik dari
bayi SGA dapat
meningkatkan
kebutuhan cairan.
Keadaan bayi
 Pantau hiperglikemia
masukan dapat
dan mengakibatkan
pengeluaran. diuresi pada bayi.
Hitung Pemberian cairan
konsumsi intravena mungkin
kalori dan diperlukan untuk
elektrolit memenuhi
setiap hari peningkatan
kebutuhan, tetapi
harus dengan hati-
hati ditangani
untuk
menghindari
kelebihan cairan

 Kaji tingkat   Karena glukosa


hidrasi, adalah sumber
perhatikan utama dari bahan
fontanel, bakar untuk otak,
turgor kulit, kekurangan dapat
berat jenis menyebabkan
urine, kerusakan SSP
permanen.hipogli
kondisi kemia secara
membran bermakna
mukosa, meningkatkan
fruktuasi mobilitas
berat badan. mortalitas serta
efek berat yang
lama bergantung
pada durasi
masing-masing
episode.

Kolaborasi :
Hipoglikemia dapat
terjadi pada awal 3
jam lahir bayi SGA
saat cadangan
glikogen dengan
cepat berkurang
dan
glukoneogenesis
tidak adekuat
karena penurunan
 Kaji tanda-
simpanan protein
tanda
obat dan lemak.
hipoglikemia
; takipnea Mendeteksi
dan perubahan fungsi
pernapasan ginjal
tidak berhubungan
teratur, dengan penurunan
apnea, simpanan nutrien
letargi, dan kadar cairan
fruktuasi akibat malnutrisi.
suhu, dan
diaphoresis.Ketidakstabilan
Pemberian metabolik pada
makan bayi SGA/LGA
buruk, dapat memerlukan
gugup, suplemen untuk
menangis, mempertahankan
nada tinggi, homeostasis.
gemetar,
mata
terbalik, dan
aktifitas
kejang.

Kolaborasi :
 Pantau
pemeriksaan
laboratoriu
m sesuai
indikasi

       Glukas

serum

       Nitrogen

urea darah,
kreatin,
osmolalitas
serum/urine
, elektrolit
urine

 Berikan
suplemen
elektrolit
sesuai
indikasi
misalnya
kalsium
glukonat
10%
      Intoleransi    Klien dapat Kaji tanda- Dapat digunakan
aktifitas berhubu menunjukkan tanda vital, sebagai dasar/
ngan dengan bayi toleransi misalnya: petunjuk
kekurangan aktifitas/penur TD, nadi, terjadinya
O2 ditandai unan pernafasan. intoleransi
dengan: kelemahan  den  Biasanya
DS: gan criteria:  Kaji kelemahan terjadi
o   - o   Tanda-tanda presipitator/ akibat
DO: vital dalam penyebab ketidakseimbanga
o   bayi nampak lemas rentang normal terjadinya n antara suplai
dan lemah, o    Peningkatan kelemahan oksigen dengan
o   terjadi penurunan tonus otot bayi kebutuhan
kekuatan otot, o   Gerakan reflexs  Untuk
o   gerakan meningkat   Berikan meningkatkan
ekstremitas fleksi posisi yang sirkulasi pada bayi
sedikit, nyaman bagi Untuk
o  gerakan reflex bayi meningkatkan
sedikit. suplai oksigen dan
menurunkan kerja
 Berikan nafas.
tambahan
oksigen
sesuai
indikasi
      Kecemasan orang    Orang tua klien Beri  Ungkapan
tua berhubungan tidak kesempatan perasaan dapat
dengan stress mencemaskan orang tua membantu
psikologis orang keadaan klien untuk mengurangi beban
tua ditandai anaknya dengan mengungkap pikiran, juga agar
dengan: criteria: kan perawat dapat
DS: o   Orang tua klien perasaannya mengidentifikasi
o   orang tua tampak tenang . kecemasan orang
mengatakan tua klien sehingga
o   Orang tua klien
merasa cemas dapat melakukan
menerima
dan kawatir intervensi
keadaan dan
mengenai selanjutnya.
mengerti akan
keadaan bayinya,  Agar orang tua
o   orang tua selalu penyakit yang
dapat mengetahui
dialami
menanyakan  Jelaskan dan memahami
anaknya
apakah sakit pada orang keadaan anaknya.
bayinya dapat tua tentang Agar orang tua
sembuh, keadaan klien mengerti
o   orang tua berharap anak-nya tentang penyakit
agar anaknya saat ini. asfiksia dan dapat
cepat sembuh, melakukan
DO:  HE pada tindakan
o   orang tua nampak orang tua antisipasi/ pen-
gelisah, klien tentang cegahan terhadap
o   cemas dan penyakit penyakit asfiksia
khawatir akan asfiksia khususnya pada
kondisi bayinya saat kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai