Anda di halaman 1dari 31

Ahlussunnah

wal Jama’ah
Siapakah Mereka?

Nurwan Darmawan
1
2
KATA PENGANTAR

Alhamdullillah, segala puji bagi


Alloh  yang telah melimpahkan karunia
dan nikmat-Nya kepada kita. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada suri tauladan kita Nabi
Muhammad , beserta keluarga,
shahabat, dan orang-orang yang
mengikuti beliau dengan baik.
Sering kali kita mendengar istilah
Ahlussunnah wal Jama’ah. Sering kali
pula kita dengar bahwa mereka adalah Al
Firqah An Najiyah (golongan yang selamat).
Namun siapakah mereka itu, mengapa
dinamakan Ahlussunnah wal Jama’ah,
bagaimana karakteristik mereka, dan

3
pertanyaan-pertanyaan lain kadang
melintas di benak kita.
Maka, pada tulisan ini kami
mengangkat pembahasan secara ringkas
tentang hal tersebut, dengan harapan
semoga Alloh  senantiasa memberikan
pencerahan dan ilmu yang bermanfaat
kepada kita semua. Amin ya Robbal
‘Alamiin.

Sukoharjo,
12 Dzulhijjah 1441 H

Penulis

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................ 3


DAFTAR ISI ........................................................ 5
Siapakah Ahlussunnah
Wal Jama’ah ? ...................................... 6
Mengapa Dinamakan
Ahlussunnah Wal Jama’ah ? ................. 14
Apakah Ahlussunnah Wal Jama’ah
Terbatas Dengan Tempat Dan Waktu
Tertentu ? ............................................. 18
Beberapa Karakteristik Ahlussunnah
Wal Jama’ah ......................................... 21
PENUTUP ............................................. 27
TENTANG PENULIS .............................. 28
CATATAN .............................................. 30

5
Siapakah Ahlussunnah
Wal Jama’ah ?

Jika kita memperhatikan makna


sunnah dan makna jama’ah sebagaimana
dijelaskan dalam dalil-dalil syar’i,
demikian pula dari ungkapan para ulama’,
maka kita dapat mengetahui dengan jelas
tentang siapakah Ahlussunah wal
Jama’ah. Berikut ini beberapa batasan
tentang Ahlussunnah wal Jama’ah
sebagaimana bisa difahami dari ungkapan
para salaf (generasi pendahulu umat ini).
1. Ahlussunnah wal Jama’ah adalah para
shahabat Rasulullah , merekalah yang
dimaksud dengan Ahlussunnah yang
diketahui dan difahami oleh para salaf.
Maka para shahabat adalah generasi
6
yang paling berhak dengan penamaan
Ahlussunnah dikarenakan mereka telah
mendahului dalam berkomitmen
dengan sunnah Nabi , baik secara
ilmu maupun amalan.
2. Demikian pula, generasi setelah para
shahabat yang mengambil,
mempelajari, dan menukil agama ini
dari mereka, yaitu generasi tabi’in.
Kemudian dilanjutkan dengan tabi’ut
tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti
jalan mereka dengan baik sampai akhir
zaman. Maka, mereka juga adalah
Ahlussunnah yang senantiasa
berpegang teguh dengan sunnah Nabi 
dan tidak mengadakan kebid’ahan,
serta tidak mengikuti selain jalannya
kaum mukminin.
7
3. Ahlussunnah wal jama’ah adalah Al
Firqah An Najiyah (golongan yang
selamat) di antara golongan-golongan
yang ada dalam umat ini, dan mereka
adalah kelompok yang mendapatkan
kemenangan dan mendapat pertolongan
sampai datangnya hari kiamat. Hal ini
berdasarkan sabda Nabi  yang
menggambarkan tentang kondisi
mereka. Nabi  bersabda:

ِ ِ ِ ُ ‫اَل تاز‬
‫ال طاائ افةٌ م ْن أ َُّم ِِت ظااه ِر ا‬
‫ين اعلاى ا ْْلا ِق اَل‬ ‫ا‬

‫اَّلل او ُه ْم اك اذلِ ا‬
‫ك‬ َِّ ‫ض ُّرهم من اخ اذ اَلم ح ََّّت َيِِْت أامر‬
ُ ْ ‫ُْ ا ا ا‬ ْ ‫يا ُ ُ ْ ا‬
Akan ada segolongan dari umatku yang
senantiasa menampakkan kebenaran.
Tidak akan membahayakan mereka
orang-orang yang merendahkan mereka
8
sehingga datang hari kiyamat
sedangkan meraka dalam keadaan
seperti itu. (HR. Muslim)
Dan dalam lafadz yang lain :

َِّ ‫ال طاائِافةٌ ِمن أ َُّم ِِت قاائِمةً ِِبام ِر‬


‫اَّلل اَل‬ ُ ‫اَل تا از‬
ْ ‫ا‬ ْ
َِّ ‫ض ُّرهم من اخ اذ اَلم أاو اخالاافهم ح ََّّت َيِِْت أامر‬
‫اَّلل‬ ُْ ‫ُ ْ ا ا ا‬ ْ ُْ ْ ‫يا ُ ُ ْ ا‬
ِ ‫وهم ظا‬
ِ ‫اه ُرو ان اعلاى الن‬
‫َّاس‬ ُْ‫ا‬
Akan ada segolongan dari umatku yang
senantiasa menegakkan perintah-
perintah Allah. Tidak akan
membahayakan mereka orang-orang
yang merendahkan atau menyelisihi
mereka sehingga datang hari kiyamat
sedangkan mereka nampak (dengan

9
kebenaran) diantara manusia. (HR.
Muslim)
4. Mereka adalah Al Ghurabaa’ (orang-
orang yang asing). Mereka terlihat asing
ketika telah banyak tersebar kesesatan,
kebid’ahan, serta telah banyak terjadi
kerusakan. Hal ini sebagaimana yang
disabdakan oleh Rasulullah  :

‫ود اك اما با ادأا غا ِريبًا فاطُ ا‬


‫وَب‬ ِْ ‫با ادأا‬
ُ ُ‫اْل ْس اَل ُم غا ِريبًا او اسيا ع‬

‫لِْلغُاراَب ِء‬
Pada awalnya, Islam berada dalam
keadaan asing, dan akan kembali asing
sebagaimana awalnya, maka
beruntunglah orang-orang yang asing.
(HR. Muslim)

10
َِّ ‫ول‬
‫اَّلل‬ ‫يل ام ِن الْغُاراَبءُ اَي ار ُس ا‬ ِ ِ ِ ُ‫ط‬
‫وَب ل ْلغُاراَبء فاق ا‬
‫ا‬
ٍ‫س س‬
‫وء اكثِ ٍري ام ْن‬ ِ ‫ال أ اَُنس‬
ُ ِ ‫صاْلُو ان ِِف أ اَُن‬
‫ٌ ا‬ ‫قا ا‬

‫صي ِه ْم أا ْكثا ُر ِِمَّ ْن يُ ِطيعُ ُه ْم‬


ِ ‫ي ْع‬
‫ا‬
Beruntunglah orang-orang yang asing.
Ditanyakan kepada beliau : Siapakah
orang-orang asing itu, wahai
Rasulullah? Beliau bersabda : Mereka
adalah orang-orang yang shalih di
antara orang-orang banyak yang jelek.
Orang yang menentang mereka lebih
banyak daripada yang mentaati mereka.
(HR. Ahmad, dishahihkan Syaikh Al
Albani dalam Shahih Al Jami’ As
Shaghir)

11
5. Mereka adalah Ashabul Hadits (para
ahli hadits) yang memahami hadits baik
secara dirayah maupun riwayah,
secara ilmu dan amal. Oleh karena itu
kita dapati para imam salaf menafirkan
At Thaifah Al Manshurah (kelompok
yang ditolong) dan Al Firqah An Najiyah
(golongan yang selamat) dengan
Ashabul Hadits (para ahli hadits)
sebagaimana hal ini diriwayatkan dari
Imam Ibnul Mubarak, Ahmad bin
Hambal, Al Bukhari, Ibnul Madini, dan
Ahmad bin Sinan. Dan ini adalah hal
yang benar karena imam-imam ahli
hadits adalah para imam Ahlussunnah.
Imam Ahmad berkata tentang siapakah
At Thaifah Al Manshurah (kelompok
yang ditolong) :
12
ِ ْ‫إِ ْن اَلْ ي ُكونُوا أ ْاهل ا ْْل ِدي‬
‫ث فاَلا أا ْد ِر ْي ام ْن ُه ْم‬ ‫ا ْ ْ ا ا‬
Jika mereka itu bukan para ahli hadits
maka aku tidak tahu lagi siapakah
mereka itu.
Demikian pula, orang-orang awam
di kalangan muslimin yang senantiasa
berada dalam fitrah dan tidak mengikuti
jalan-jalan kesesatan dan bid’ah, mereka
juga Ahlussunnah, yang mana mereka
mengikuti para ulama’ dengan mencontoh
dan mengambil petunjuk.

13
Mengapa Dinamakan
Ahlussunnah wal Jama’ah ?

Dinamakan Ahlussunnah
dikarenakan mereka mengambil sunnah
Rasulullah , berpegang teguh dengan
sunnah, mengamalkan konsekuensinya,
serta merealisasikan sabda Rasulullah :

ِ ِ ِ َّ ‫اْلُلا اف ِاء‬
ْ ‫سن َِِّت او ُسن َِّة‬ ِ
‫ين ال اْم ْهديِ ا‬
‫ني‬ ‫الراشد ا‬ ُ ‫فا اعلاْي ُك ْم ب‬
ِ ‫اج ِذ وإِ ََّي ُكم و ْاْلُمور الْم ْح اد اث‬
‫ت‬ ِ ‫اعضُّوا اعلاْي اها َِبلن‬
ُ ‫َّو ا ْ ا ُ ا‬ ‫ا‬

‫فاِإ َّن ُك َّل بِ ْد اع ٍة ا‬


ٌ‫ض اَللاة‬
Wajib bagi kalian untuk mengikuti
sunnahku, dan sunnah Al Khulafa’ Ar
Rasyidin yang diberi petunjuk, gigitlah
sunnah itu dengan gigi geraham, dan hati-
14
hatilah kalian dari perkara yang diada-
adakan, sesungguhnya setiap perkara
yang diada-adakan itu adalah sesat. (HR.
Tirmidzi, Abu Dawud dan selainnya,
dishahihkan Syaikh Al Albani)
Sedangkan yang dimaksudkan sunnah
dalam hadits ini adalah apa-apa yang
diterima oleh para shahabat dari
Rasulullah  berupa syari’at, agama, dan
petunjuk, baik yang zhahir maupun batin.
Demikian pula generasi tabi’in
menerimanya dari para shahabat,
kemudian selanjutnya diterima oleh tabi’ut
tabi’in, dan para imam yang adil dan
teladan, serta orang-orang yang meniti
jalan mereka sampai hari kiyamat.
Adapun penamaan mereka dengan
Ahlul jama’ah, maka hal ini dikarenakan
15
mereka mengikuti wasiat Nabi  untuk
selalu berkomitmen dengan jama’ah, maka
mereka mengambil al haq (kebenaran),
dan berjama’ah di atas kebenaran
tersebut. Mereka mengikuti jejak jama’ah
kaum muslimin yang berpegang teguh
dengan sunnah Rasulullah , dari
kalangan shahabat, tabi’in, dan tabi’ut
tabi’in. Demikian pula dikarenakan
mereka berkumpul dengan para imam-
imam mereka, dan berkumpul untuk jihad
dan amar ma’ruf nahi munkar bersama
waliyul amr (para pemimpin kaum
muslimin). Demikian pula berkumpul di
atas sunnah dan ittiba’ (meneladani), dan
meninggalkan bid’ah, hawa nafsu, dan
perpecahan. Maka mereka itulah jama’ah
yang dimaksudkan oleh Rasulullah  dan
16
diperintahkan untuk komitmen
dengannya.

17
Apakah Ahlussunnah Wal Jama’ah
Terbatas Dengan Tempat Dan Waktu
Tertentu ?

Ahlusunnah wal jama’ah tidaklah


terbatas dengan suatu tempat atau zaman
tertentu. Terkadang jumlah mereka
banyak di suatu negeri dan sedikit di
negeri yang lainnya. Dan terkadang
jumlah mereka banyak di suatu masa
tertentu dan sedikit pada masa yang
lainnya. Akan tetapi mereka akan
senantiasa ada dan tidak akan terputus
keberadaannya.
Dengan beberapa penjelasan di
atas maka jelaslah tentang siapa
sebenarnya Ahlussunnah wal Jama’ah.
Adapun pengakuan kelompok-kelompok
18
yang menyimpang dari jalan Sunnah dan
dari Al Jama’ah yang menyatakan bahwa
mereka termasuk dari Ahlussunnah wal
Jama’ah adalah pengakuan yang tidak
benar.
Demikian pula pendapat yang
mengatakan bahwa kaum muslimin
seluruhnya berpijak di atas sunnah, juga
tidak sesuai dengan apa yang dikhabarkan
oleh Rasulullah  dan tidak sesuai pula
dengan waqi’ (realita) yang ada. Rasulullah
 telah bersabda :

ِ ْ ‫ أ ْاو اِثْ نا‬،ً‫ني فِ ْرقاة‬


‫ني‬ ‫تا ْف اَِت ُق الْيا ُه ْو ُد اعلاى إِ ْح ادى او اس ْبعِ ْا‬

‫ارى ِمثْ ُل ذالِ ا‬


‫ وتا ْف اَِت ُق أ َُّم ِِت‬،‫ك‬ ‫َّص ا‬
ِ ِ‫وسبع‬
‫ او الن ا‬،ً‫ني ف ْرقاة‬
‫ا ا ْ ْا‬

ً‫ني فِ ْرقاة‬
‫ث او اس ْبعِ ْا‬
ٍ ‫اعلاى ثاَلا‬
19
Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu
golongan atau tujuh puluh dua golongan,
demikian pula Nasrani. Dan umatku akan
terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan.
(HR. Tirmidzi, dishahihkan Syaikh Al
Albani dalam Zhilalul Jannah)

20
Beberapa Karakteristik
Ahlussunnah Wal Jama’ah

Ahlussunnah wal Jama’ah memiliki


beberapa karakteristik dan ciri-ciri yang
membedakan mereka dengan selainnya. Di
antaranya adalah :
1. Mereka mempunyai perhatian yang
besar terhadap kitabullah Al Qur’an,
dengan membacanya,
menghafalkannya, dan memahami
tafsirnya. Demikian pula, mereka
mempunyai perhatian yang besar
terhadap hadits, dengan mengenal,
memahaminya, serta membedakan
antara hadits yang shahih dengan
hadits yang dha’if (lemah). Hal ini
dikarenakan keduanya adalah sumber
21
dalam mengetahui syari’at agama ini.
Kemudian, mereka mengiringi ilmu
yang telah mereka ketahui tersebut
dengan amalan.
2. Mereka masuk ke dalam agama secara
keseluruhan dan beriman kepada
kitabullah secara keseluruhan pula.
Sehingga mereka mengimani nash-nash
yang menunjukkan janji (khabar
gembira) dari Allah  demikian pula
nash-nash yang menunjukkan
ancaman Allah . Mereka mengimani
ayat-ayat yang menetapkan sifat bagi
Allah  dan mengimani pula ayat-ayat
yang meniadakan suatu sifat tertentu
bagi Allah . Mereka menjamakkan
(menggabungkan) antara iman terhadap
takdir Allah  dengan penetapan
22
kehendak, keinginan, dan perbuatan
hamba.
3. Mereka senantiasa ittiba’ (mencontoh
dan meneladani Rasulullah ) dan
menjauhi bid’ah (perkara-perkara baru
dalam agama). Mereka senantiasa
bersatu dan menjauhi perpecahan serta
perselisihan dalam agama.
4. Meneladani dan mengambil petunjuk
dari para imam yang adil yang
diteladani dalam ilmu, amal, dan
dakwah, dari kalangan para shahabat
dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, dan menjauhi
orang-orang yang menyelisihi jalan
mereka.
5. Mereka senantiasa mempunyai sikap
adil (pertengahan). Dalam masalah
23
i’tiqod (keyakinan), amalan, maupun
akhlak, mereka pertengahan antara
kelompok yang berlebih-lebihan dan
kelompok yang meremehkan.
6. Senantiasa bersemangat untuk
mempersatukan kaum muslimin di atas
al haq (kebenaran), dan
mempersatukan barisan mereka di atas
tauhid dan meneladani Rasulullah ,
serta berusaha menjauhkan sebab-
sebab perselisihan di antara kaum
muslimin.
7. Senantiasa berdakwah mengajak ke
jalan Allah , melaksanakan amar
ma’ruf nahi munkar, berjihad di jalan
Allah , menghidupkan sunnah,
meniadakan bid’ah, serta menegakkan

24
syari’at dan hukum Allah  baik dalam
perkara kecil maupun besar.
8. Mereka senantiasa memperhatikan
keadilan. Sehingga mereka
mendahulukan hak Allah  di atas hak
pribadi dan hak kelompok. Demikian
pula mereka tidak berlebih-lebihan
dalam memberikan loyalitas dan tidak
berlebihan dalam permusuhan, serta
tidak menutupi keutamaan seseorang
yang mempunyai keutamaan, siapa pun
dia.
9. Bersesuaian dalam pemahaman dan
sikap, meskipun dipisahkan oleh jarak
yang jauh dan zaman yang berbeda. Hal
ini disebabkan karena sumber dan
metode pengambilan dalil yang sama.

25
10. Senantiasa berbuat ihsan dan
berakhlak mulia kepada semua
manusia.
11. Memberikan nasihat untuk taat
kepada Allah , dan nasihat akan
kitabullah, rasul-Nya, para pemimpin
kaum muslimin, dan seluruh kaum
muslimin.
12. Memperhatikan keadaan kaum
muslimin dan memberikan
pertolongan kepada mereka,
menunaikan hak-hak mereka, dan
tidak memberikan gangguan kepada
mereka.
(Sumber : Kitab Hiraasatul ‘Aqidah karya
Syaikh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql
yang diberi kata pengantar oleh Syaikh Dr.
Shalih bin Fauzan Al Fauzan)
26
PENUTUP

Demikian pembahasan singkat


tentang eksistensi ahlussunnah wal
jama’ah dan karakteristiknya.
Semoga Allah  memberikan taufiq
kepada kita untuk mengetahui al haq dan
mengikutinya, dan menunjukkan kepada
kita perkara yang bathil dan kita bisa
menjauhinya. Semoga shalawat dan salam
tercurah kepada Rasulullah , keluarga
beliau, para shahabat, dan orang-orang
yang mengikuti beliau sampai akhir
zaman. Wallahu a’lam. Wa akhiru
da’waana anil hamdulillahi rabbil ‘alamin.

27
TENTANG PENULIS

Penulis dilahirkan di Karanganyar,


21 November 1981. Menyelesaikan
pendidikan formal dari SD sampai SMU
semuanya di sekolah negeri di daerah asal.
Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan
pendidikan S1 di Program Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Setelah itu penulis menimba ilmu
agama di salah satu Pondok Pesantren di
Sukoharjo, Jawa Tengah sampai tahun
2007. Kemudian melanjutkan upaya
memperdalam ilmu agama dengan kuliah
S1 online di Al Madinah International
University (MEDIU) pada jurusan Fiqih
28
dan Ushul Fiqih, alhamdulillah selesai di
tahun 2012. Setelah itu meneruskan
perjalanan menimba ilmu melalui Kuliah
Jarak Jauh (Ta’lim ‘an Bu’d) di jurusan
Syari’ah Jami’atul Imam Muhammad bin
Su’ud Al Islamiyyah, dan alhamdulillah
selesai di tahun 2019.
Aktivitas saat ini selain menjadi
staf pengajar di salah satu lembaga
pendidikan Islam di Sukoharjo, Jawa
Tengah, juga mencoba mengembangkan
minat dalam tulis-menulis dengan
harapan semoga bermanfaat bagi Islam
dan kaum muslimin. Amin yaa Rabbal
‘alamin.

29
CATATAN
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
30
Ahlussunnah
wal Jama’ah
Siapakah Mereka?

Sering kali kita mendengar istilah Ahlussunnah


wal Jama’ah. Sering kali pula kita dengar bahwa mereka
adalah Al Firqah An Najiyah (golongan yang selamat).
Namun siapakah mereka itu, mengapa dinamakan
Ahlussunnah wal Jama’ah, bagaimana karakteristik
mereka, dan pertanyaan-pertanyaan lain kadang melintas
di benak kita.
Maka, pada tulisan ini kami mengangkat
pembahasan secara ringkas tentang hal tersebut, dengan
harapan semoga Alloh  senantiasa memberikan
pencerahan dan ilmu yang bermanfaat kepada kita
semua. Amin ya Robbal ‘Alamiin.

31

Anda mungkin juga menyukai