Anda di halaman 1dari 8

HUKUM TRUK SAMPAH

Suatu hari saya naik taksi menuju bandara. Tiba-tiba sebuah mobil hitam muncul dari parkiran di
depan kami. Pengemudi mobil hitam itu memaki-maki kearah kami. Sopir taksi hanya tersenyum dan
melambaikan tangan pada orang itu. Saya sangat heran dengan sikap sopir taksi itu dan saya
bertanya kepadanya.

Saat itulah saya belajar dari sopir taksi itu mengenai apa yang kemudian saya sebut dengan “Hukum
Truk Sampah”. Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling
membawa “sampah”, seperti rasa frustasi, kemarahan, dan kekecewaan. Jangan diambil hati,
tersenyum saja, lambaikan tangan lalu lanjutkan hidup. Jangan ambil sampah mereka untuk kembali
membuangnya kepada orang lain yang anda temui.

Hidup itu 10% mengenai apa yang kamu perbuat dengannya dan 90% tentang bagaimana kamu
menyikapinya. You choose to be happy or grumpy!

HOW TO TALK WELL

Memuat kisah tentang seorang petani yang menanam jagung unggulan dan juara bertahan jagung
terbaik. Suatu hari, seorang wartawan melakukan wawancara dan menggali rahasia kesuksesan
petani itu. Wartawan ini menemukan bahwa petani itu membagikan benih jagunggnya kepada para
tetangganya.

“Bagaimana Anda bisa berbagi benih jagung dengan tetangga Anda lalu bersaing dengannya dalam
kompetisi?” Tanya wartawan dengan heran dan rasa takjub.

“Tidakkah Anda mengetahui bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari jagung yang akan berbuah
dan membawanya dari satu ladang ke ladang yang lain? Jika tetangga saya menanam jagung yang
jelek, kualitas jagung saya akan menurun ketika terjadi serbuk silang. Jika saya ingin menghasilkan
jagung kualitas unggul, saya harus membantu tetangga saya untuk menanam jagung yang bagus
pula,” jawab petani.

Petani ini sangat menyadari hukum keterhubungan dalam kehidupan. Dalam kehidupan mereka
ingin menikmati kebaikan harus memulai dengan menabur kebaikan pada orang-orang disekitarnya.

Anda tidak akan mungkin menjadi ketua tim yang hebat jika Anda tidak berhasil meng-upgrade
masing-masing anggota tim Anda. Kualitas anda ditentukan oleh kualitas orang-orang di sekitar
Anda.

Orang cerdas sejatinya adalah orang yang mencerdaskan orang lain, begitu pula orang yang baik hati
adalah orang yang berbuat kebaikan kepada orang lain. Apa yang kita tanam, itulah yang kita petik
kelak. The Law of unity.
AWAS! OMONGAN BERACUN

Saat arisan seorang ibu bertanya, “Rumahmu ini apa tidak tidak terlalu sempit? Bukankah
anak-anakmu banyak?”

Rumah yang tadinya terasa lapang sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya.
Ketenangan pun hilang saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar
dengan cara kredit bank.

Seorang teman bertanya , “Berapa gajimu sebulan kerja di toko itu?”

Ia menjawab, “1,5 juta rupiah.”

“Cuma 1,5 juta rupiah? Sedikit sekali ia menghargai keringatmu.

Sejak saat, ia membenci pekerjaannya. Ia lalu meminta kenaikan gaji pada pemilik toko.
Pemilik toko menolak dan mem-PHK-nya. Kini ia malah tidak berpenghasilan dan menjadi
pengangguran.

Apa sebenarnya keuntungan yang kita dapat ketika bertanya seperti pertanyaan-pertanyaan di
atas? Jagalah diri dari mencampuri kehidupan orang lain. Mengecilkan dunia mereka. Menanamkan
rasa tak rela pada apa yang mereka miliki.

Kita akan menjadi agen kerusakan di muka bumi dengan cara ini. Apabila ada bom yang
meledak cobalah introspeksi diri, bisa jadi kitalah yang menyalakan sumbunya.

DIPUJA DI DUNIA MAYA, DINISTA DI ALAM BARZAKH

Tersebutlah si Bunga, wanita cantik bintang primadona dunia maya. Wajahnya cantik memesona,
anggun, dan bersahaja. Setiap saat foto cantiknya bertebaran di atas awan dunia maya. Terkadang
terlihat auratnya, pamer body ketatnya, dan kadang rapi berhijab tetapi close up keindahan aurat
mata dan bibirnya.

Hidup sangat misteri. Sungguh tidak diduga, ternyata wanita cantik itu, mendadak meiggal dunia.
Secara kasat mata wanita itu meninggal dengan baik-baik. Namun apa yang terjadi? Ternyata,
malampertama di alam barzakh wanita cantik itu langsung mendapatkan azab nan pedih, bahkan
azabnya terus berlanjutsetipa detik. Kenapa? Ternyata, komentar, kata-kata rayuan, pandangan
penuh nafsu kekaguman dari semua laki-laki dunia maya itu berubah menjadi energy azab.

Subhaanallaah! Di dunia maya begitu dipuja, tetapi di alam barzakh begitu dihina.
INSPIRASI PAGI

Sebelum pulang kantor, sang suami menelpon istrinya, “Sayang, Alhamdulillah, bonus akhir
tahun dari perusahaan sudah turun, Rp150 juta.” Sang istri tentu mengungkapkan rasa syukurnya,
“Alhamdulillah, semoga berkah, ya, Mas.”

Sejak beberapa bulan yang lalu, meraka merencanakan membeli mobil sederhana untuk
keluarga kecil mereka. Namun dalam perjalanan pulang, ia ditelpon ibunya di kampung dan
sahabatnya.

Setibanya dirumah, ia menemui istrinya dengan wajah yang lesu. Sang istri bertanya, “kenapa,
Mas? Enggak seperti biasanya pulang kantor murung?” Sang suami mengambil napas panjang, “Tadi
ibu di kampung telepon butuh 50 juta untuk bayar hutang almarhum bapak. Tidak lama, sahabat
Mas juga telepon butuh 80 juta untuk operasi anaknya. Uang kita tinggal 20 juta. Maaf, ya, tahun ini
kita tidak jadi membeli mobil dulu.”

Sang istri tersenyum, “Aduh, Mas, saya kira ada masalah apa. Mas, uang kita yang sebenarnya
bukan 20 juta itu, tetapi yang 130 juta. Uang yang kita infakkan itulah harta kita yang sesungguhnya.
Uang yang akan kita bawa menghadap Allah, yang tidak mungkin bisa hilang jika kita ikhlas,
sedangkan 20 juta di rekening itu masih belum jelas benarkah harta kita atau akan menjadi milik
orang lain?”

Sang istri pun memegang tangan suaminya, “Mas, in syaa Allah, ini yang terbaik. Bisa jadi jika
kita beli mobil saat ini, justru menjadi keburukan bagi kita. Mari berbaik sangka kepada Allah karena
kita hanya tahu apa yang kita inginkan, sedangkan Allah lebih tahu apayang kita butuhkan.”

SEGENGGAM GARAM DAN AIR TELAGA

Alkisah, hiduplah seorang tua yang bijak di lereng bukit yang rindang dan damai. Suatu pagi,
datang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Setelah beristirahat sejenak, anak muda
tadi memulai ceritanya kepada pak tua.

Setelah paham akan masalah anak muda itu, pak tua mengambil segenggam garam dan
meminta tamunya untuk mengambil segelas air ditaburkannya garam itu ke dalam gelas lalu
diaduknya perlahan.

“Coba minum ini dan katakana bagaimana rasanya,”ujar pak tua itu.

“pahit. Pahit sekali,” jawab sang tamu sambal meludah ke samping.

Pak tua sedikit tersenyum. Ia mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga di dalam di dalam
hutan dekat tempat tinggalnya. Pak tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga,
lalu mengaduk-aduk, mengusik ketenangan telaga.

“coba ambil air dari telaga ini dan minumlah,” perintah pak tua. “bagaimana rasanya?”

“Segar,” sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?” Tanya pak tua lagi.
“Tidak,” jawab sang tamu.
Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan
tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama. Namun, kepahitan
yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki dan kepahitan itu akan
didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya.

“Hatimu adalah wadah, perasaanmu adalah tempat, kalbumu adalah tempat kamu
menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang
mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

PERTANYAAN SEORANG ANAK KEPADA IBUNYA

“Bu, apakah aku cantik?”

“Tidak,” jawab sang ibu.

Kemudian, ia bertanya lagi, “Apakah aku gemuk dan besar?”

Ibunya mengangguk dan menjawab, “Tentu saja.” Anak itu terkejut.

“Bu, apakah ibu menginginkan bersamaku selamanya?” Sang ibu menggeleng, “Tidak.”

Anak itu sangat tidak percaya dengan apa yang telah ia dengar.

“Ibu, apakah engkau akan menangis jika aku meninggalkan ibu?”

Sang ibu dengan tenang menjawab, “Ibu tidak akan menangisimu.”

Anak itu sangat terpukul dengan jawaban ibunya dan segera berlari ke dalam kamarnya.

Kemudian, sang ibu menyusul dan memegang pundaknya lalu menatapnya sambil berkata,
“Kamu tidak cantik, tetapi sangat cantik. Satu-satunya yang terpikir gemuk atau besar tentangmu
adalah hatimu. Ibu tidak menginginkan bersamamu, tetapi ibu akan membutuhkan kamu bersama
ibu selamanya. Ibu tidak akan menangis jika engkau meninggalkan ibu karena ibu akan mati.”

Kemudian, anak itu memeluk ibunya dengan rasa yang tak mampu ia lukiskan.

(Love you, Mom. You are my inspiration and motivation in my life)

JANGAN BERHENTI DI TENGAH BADAI

Seorang anak mengemudikan mobil bersama ayahnya. Setelah beberapa puluh kilometer,
tiba-tiba, awan hitam datang bersama angin kencang. Langit menjadi gelap. Beberapa kendaraan
mulai menepi dan berhenti.

“Bagaimana, ayah? Kita berhenti?” si anak bertanya.

“Teruslah mengemudi!” kata ayahnya.

Anaknya pun tetap menjalankan mobil.


Langit semakin gelap, angina bertiup kencang. Hujan pun turun. Beberapa pohon
bertumbangan, bahkan ada yang diterbangkan angina. Suasana sangat menakutkan. Terlihat
kendaraan-kendaraan besar juga mulai menepi.

“Ayah…?!”

“Teruslah mengemudi!” kata ayah sambil terus melihat ke depan.

Setelah melewati beberapa kilometer ke depan, dirasakan hujan mulai mereda dan angin
mulai berkurang. Setelah beberapa kilometer lagi sampailah mereka pada daerah yang kering dan
matahari bersinar.

DIALOG AYAH DAN ANAK

Anak : “Ayah, ayah temanku membiarkan nyamuk menggigit tangannya sampai kenyang
supaya nyamuk itu tidak akan melakukan hal yang sama?”

Ayah : “Tidak, nak. Namun, ayah akan mengusir nyamuk sepanjang malam supaya tidak
menggigit siapapun!”

Anak : “Oya, Ayah, aku pernah membaca cerita tentang seorang ayah yang rela tidak makan
supaya anak-anaknya bisa makan sampai kenyang. Apakah Ayah akan melakukan hal yang sama?”

Ayah : “Tidak, Nak. Ayah akan bekerja sekuat tenaga supaya kita semua bisa makan dengan
kenyang dan kamu tidak harus sulit menelan makanan karena merasa tidak tega melihat ayahmu
sedang menahan lapar!”

Sang anak pun tersenyum bangga mendengar apa yang dikatakan ayahnya. (Kemudian)

Anak : “Kalau begitu, aku boleh selalu menyandarkan diriku kepada Ayah, ya?” (Sambil
memeluk erat sang)

Ayah : “Tidak, Nak. Ayah akan mengajarimu berdiri kokoh di atas kakimu sendiri supaya
engkau tidak harus jatuh tersungkur ketika suatu saat ayah harus pergi meninggalkanmu.”

Ayah yang bijak bukan hanya berhasil mejadikan dirinya tempat bersandar, tetapi juga berhasil
bisa membuat sandaran itu tidak diperlukan.

SAYA TIDAK MAU BERPISAH DENGAN HARTA SAYA

Haji Usman. Pemilik salah satu usaha batik dan olahan tekstil terkemuka di Yogyakarta,
memang dikenal atas kedermawanannya, seakan harta telah begitu tak berharga baginya. Seakan
dunia telah begitu hina di matanya. Ringan baginya membuka kotak tabungannya, gampang baginya
merogoh kantong simpanan dan seakan tanpa beban dia mengulur bantuan. Inilah mungkin sosok
nyata orang yg menganggap dunia di tangannya dan akhirat di hatinya. Kemudian, beberapa orang
pengusaha muda yang bersemangat mendatanginya.
“Ajarkan pada kami, Ji,” kata mereka, “bagaimana caranya agar kami seperti haji Usman. Bisa
bisnis maju sukses, tidak cinta pada harta dan tidak sayang pada kekayaan, bersedakah terasa
ringan.”

"Wah", sahut Haji Usman tertawa, “salah alamat!”

“Lho?”

“Lha, iya. Kalian datang pada orang yang salah. Saya ini sangat mencintai harta saya. Saya
sangat mencintai kekayaan saya."

“Lho?”

‘Kok, lho? Sebab saking cinta dan sayangnya saya pada harta sampai-sampai saya tidak rela
meninggalkan harta saya di dunia ini. Itu sebabnya, sementara ini saya titip-titipkan mereka dulu.
Saya titipkan mereka pada masjid, pada anak yatim, madrasah, pesantren, pejuang fii sabilillah.
Alhamdulillah masih ada yg berkenan mau dititipi, saya senang sekali. Alhamdulillah ada yg sudi
diamanati, saya bahagia sekali. Pokoknya, di akhirat nanti mau saya ambil lagi! Saya ingin kekayaan
saya itu dapat saya nikmati berlipat-lipat di akhirat.”

“Lha…..!”

PESAN INDAH

Hal yang membuat saya malu pada diriku sendiri adalah: pernahkah Anda bertanya-
tanya apa yang akan terjadi jika kita memperlakukan Al-Qur’an seperti kita memperlakukan
telepon genggam kita?

Apakah kita bisa membawanya bersama kita ke mana pun kita pergi; dalam tas dan
kantong kita?

Apakah kita sering memandang halaman-halamannya dalam sehari?

Apakah kita kembali untuk mengambilnya jika lupa membawanya?

Apakah kita memperlakukannya seolah-olah kita tidak bisa hidup tanpanya?-


Sesungguhnya kita benar-benar tidak bisa hidup tanpa itu!

Apakah kita membacanya sambil bepergian?

Apakah kita memprioritaskannya setiap hari?

Biarkan logo kita adalah, “Al-Qur’an adalah teman terbaik saya.”

Sudah terbukti bahwa mendengarkan Al-Qur’an mengurangi pertumbuhan sel-sel


kanker dalam tubuh manusia, bahkan menghancurkannya. Memperpanjang sujud dapat
memperkuat ingatan dan mencegah stoke.
Setan berkata, “aku ingin tahu bagaimana manusia mengklaim mencintai Allah dan
tidak taat kepada-Nya, dan mengklaim mereka membenciku, tetapi mereka mematuhiku!”

UNIVERSITY of LIFE
Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS
Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR
ika setiap doa kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR

Seorang yang DEKAT dengan TUHAN, bukan berarti tidak ada AIR MATA
Seorang yang TAAT pada TUHAN, bukan berarti tidak ada KEKURANGAN
Seorang yang TEKUN berdoa, bukan berarti tidak ada masa masa SULIT

Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN
Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang
MEMAAFKAN
Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang
KESUNGGUHAN
Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang
KETANGGUHAN
Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu
kamu sedang belajar tentang KEMURAHAN HATI

Tetap semangat...
Tetap sabar...
Tetap tersenyum...
Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN

Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN

TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”

Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan.

MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA

TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”....

Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan.
MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA...
Saat Usiaku Tua
Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula. Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap
aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu, ingatlah bagaimana
dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar,
bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.

Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar
kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku. Ingatkah sewaktu kecil
aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tekhnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku. Seperti
aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan,
aku sudah sangat puas

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka. Mengertilah aku, dukung
aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku
menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur

Itulah orang tua kita, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kita sejak kecil

Anda mungkin juga menyukai