Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“TATA CARA PENANGANAN BINATANG PERCOBAAN”

DOSEN PENGAMPU : IKA AYU MENTARI, M Farm., Apt

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SILVIANA ACHMAD

KELAS :A

NIM : 2011102415116

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu menangani binatang percobaan


2. Mahasiswa mampu menghitung dosis pemberian pada binatang percobaan dan
membuat stok obat

B. Latar Belakang

Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

dipakai sebagai hewan model dan juga untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai

macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Animal model

atau hewan model adalah objek hewan sebagai hewan imitasi (peniruan) manusia (atau

spesies lain), yang digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis (Hau

dan Hoosier, 2003).

Dalam laboratorium pendidikan, beberapa mata kuliah dalam kurikulum prodi farmasi

ditunjang dengan praktikum yang menggunakan hewan hidup. Penggunaan hewan hidup

ini penting sebagai alat untuk memperjelas teori dan fenomena yang terjadi dalam materi

mata kuliah yang bersangkutan dan hal ini tidak dapat dihindari.

Begitu pula dengan penelitian, penelitian adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan

kaidah dan metode ilmiah yang secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan

keterangan dari subjek yang terkait dengan pemahaman teori dan pembuktian asumsi dan

atau hipotesis. Hasil yang didapat merupakan kesimpulan yang dapat diaplikasikan atau

menjadi tambahan pengetahuan bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Walaupun demikian,

kegiatan penelitian harus tetap menghormati hak dan martabat subjek penelitian.

Oleh karena itu, dalam percobaan ini membahas mengenai bagaimana cara

memberikan penanganan terhadap hewan coba dan bagaimana cara memegang mencit

dengan benar.
Penggunaan hewan coba mencit (Mus musculus) dengan memegang ekor mencit

dengan jari, sedangkan tangan kanan memegang bagian leher mencit selanjutnya

diberikan perlakuan pada hewan coba (Mus musculus).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Anatomi adalah ilmu mengenal struktur tubuh, kata anatomi berasal dari bahasa

Yunani ana dan tome. Yang berarti memotong atau memisahkan sedangkan Fisiologi

adalah ilmu mengenai fungsi dari tubuh yang hidup (Sloane, 2004).

Hewan adalah organisme – organisme eukariotik multiseluler yang dicirikan oleh

nutrisionalnya hewan menelan (ingesti) organisme hidup lainnya ( Fried, 2006).

Hewan laboratorium atau hewan coba adalah hewan yang sengaja dipelihara dan

diternakkan untuk digunakan sebagai hewan model guna mempelajari dan skala penelitian

atau pengamatan laboratorik, penggunaan hewan percobaan untuk penelitian banyak

dilakukan dibidang fisiologi, farmakologi, biokimia, zoologi, komparatif, dan ekologi dalam

arti luas dibidang kedokteran, selain penelitian hewan coba juga sering digunakan untuk

keperluan diagnostika (Tim dosen, 2018).

Perilaku adalah serangkaian aktivitas yang mengorientasikan hewan terhadap

lingkungan eksternalnya. Meskipun perilaku tampak paling jelas sebagai serangkaian

pergerakan yang dapat diamati, perilaku bisa juga mencakup respon - respon internal yang

adaptis (Fried, 2006).

Pemilihan hewan percobaan untuk uji farmakologi didasarkan pula pada beberapa

faktor antara lain (1) faktor kepekaan hewan terhadap metode uji (2) faktor kemiripan

dengan fisiologi manusia, (3) faktor harga dan (4) faktor kemudahan perkembangbiakan

(Tim dosen, 2018).

Variasi makhluk meliputi perbedaan bentuk, penampilan, jumlah, dan ukuran diantara

berbagai makhluk yang berbeda jenisnya. Keanekaragaman demikian dapat dijumpai pada

berbagai tingkatan takson, mulai dari jenis (species), marga (genus), dan suku (familia)

(Tira, 2002).
Sistem pencernaan pada hewan mamalia pada umumnya sama dengan manusia,

kecuali pada susunan dan bentuk gigi serta struktur lambung, khususnya pada hewan

pemamah biak dan hewan karnivora (Pratiwi, 2012).

Dasar dari klasifikasi makhluk hidup adalah persamaan dan perbedaan ciri – ciri pada

berbagai jenis makhluk hidup yang pada umum digunakan sekarang adalah klasifikasi

enam kingdom (Pratiwi, 2012).

Hewan uji yang akan digunakan pilih berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan,

kondisi kesehatan, dan keturunan. Hewan uji digunakan harus selalu berada dalam kondisi

dan tingkat kesehatan yang baik, dalam hal ini hewan uji yang digunakan sehat ada

pengamatan bobot beratnya bertambah besar atau berkurang tidak lebih dari 10% tidak ada

tingkat kelainan dalam tingkah laku dan harus diamati satu minggu dalam laboratorium atau

pada pemeliharaan hewan sebelum ujiannya berlansung (Stevani, 2016).

Dalam penelitian kesehatan yang memanfaatkan hewan coba juga harus di prinsip

dalam protokolon penelitian replacument, reducation, dan racimen. Replacument gunakan

sudah perhitungan secara saksama, baik, dan penelitian sejenis yang sebelumnya memicu

literature untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digunakan oleh makhluk

hidup lain seperti sel atau biakan jaringan Roplozmon terbagi menjadi dua bagian yaitu

reaktif dan absolut (Stevani, 2016).

Setiap praktikum maupun penelitian yang bekerja dari laboratorium yang

menggunakan hewan coba hendaknya mengetahui petunjuk pemeliharaan dan

menggunakan hewan percobaan serta memahami hewan coba (Arief, 1949).

Mencit (Mus musculus) memiliki ciri – ciri berupa bentuk tubuh kecil berwarna putih,

memiliki siklus temperature yaitu 4 – 5 lalu kondisi dan jauh dari kelembapan suhu

pemeliharaan juga harus dijaga kestabilannya antara 18 - 19º C suhu kelembapan udara

antara 30 – 70% (Hanifa, 2009).


B. Klasifikasi Hewan Coba Mencit (Akbar, 2010)

Mencit atau Mus musculus mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

1. Phylum : Chordata

2. Subphylum : Vertebrata

3. Class : Mamalia

4. Ordo : Rodentia

5. Family : Muridae

6. Genus : Mus

7. Species : Mus musculus

C. Karakteristik Hewan Coba Mencit (Tim dosen, 2018)

Mencit (Mus musculus) memiliki karakteristik berupa bentuk tubuh kecil, berwarna

putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4 – 5 hari suhu maksimum perkembangbiakan

30ºC, suhu rektalnya 35 - 39ºC, laju respirasi rata - rata 140 – 180/menit dengan denyut

jantung 600 – 650 mmHg.

Mencit betina dewasa dengan umur 35 – 60 hari memiliki berat badan 18 – 35 g, lama

hidupnya 1 – 2 tahun, namun dapat mencapai 3 tahun, mencit betina mempunyai masa

reproduksi selama 1,5 tahun menncit betina ataupun jantan dapat dikawinkan pada umur 8

minggu, lama kebuntingan 19 – 20 hari, jumlah anak mencit rata – rata 8 – 15 ekor dengan

berat lahir 0,5 – 1,5 g.

D. Patofisiologi Hewan Coba Mencit

Mencit memiliki beberapa penyakit diantaranya yaitu memiliki penyakit antraks,

enterbactericeae, pasteurellosis, dan rabies (Tim dosen, 2018).

Adanya pola infeksi dan derajat keparahan usus terhadap infeksi E.coli merupakan

flora yang dominan pada usus yang bersifat fakultatif, beberapa strain dapat

mengembangkan kemampuannya menimbulkan penyakit pada saluran usus, urin, bahkan

sistem saraf pusat (Andiarsa, 2014).


Salah satu penyebab parahnya infeksi E.coli pada usus mencit yaitu adanya toksin

yang dihasikan shiga toxin atau STEC (Andiarsa, 2014).

E. Uraian Bahan

1. Aquadest : (FI III: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air Suling

Rumus molekul : H2O

Bm : 18,02

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak beku, dan

tidak punya rasa

Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Sisa penguapan : Tidak lebih dari 0,001%

2. Alkohol : ( FI V: 393 )

Nama Resmi : ETANOL MUTLAK

Nama lain : Alcohol absolute

Rumus molekul : C2H6O

Bm : 46,07

Pemerian : Cairan mudah menguap : jernih tidak

berwarna : bau khas dan menyebabkan

rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap

walaupun pada suhu rendah dan mendidih

pada suhu 78º, mudah terbakar.

Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat jauh dari api


Sisa penguapan : zat tidak larut dalam air.
BAB III

PROSEDUR KERJA

A. Alat

Alat yang digunakan adalah

1. Handscoon

2. Kanula

3. Lap halus

4. Lap kasar

5. Spoit 1 cc

B. Bahan

Bahan yang digunakan adalah

1. Alkohol

2. Aquadest

C. Cara Kerja

1. Penyiapan hewan coba

a. Siapkan alat dan bahan

b. Keluarkan mencit dari kandangnya dengan memegang ekornya.

c. Kemudian letakkan di atas meja lalu dielus – elus menggunakan tangan kiri dan

tangan kanan menekan ekornya

d. Setelah mencit tenang, jepit tengkuk mencit menggunnakan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri, kemudian angkat dan selipkan ekornya diantara jari manis dan kelinking.

e. Mencit siap diberi perlakuan.

2. Pemberian obat secara oral

a. Isi spoit dengan aquadest terlebih dahulu

b. Kemudian bengkokkan sedikit ujung kanula dan pasangkan pada ujung spoit.
c. Setelah itu ambil mencit dengan tangan kiri yang menjepit tengkuknya menggunakan

jari dan jari telunjuk serta ekor mencit yang dijepitkan pada jari kelinking dan jari

manis.

d. Masukkan kanula ke dalam mulut mencit secara perlahan – lahan sampai ke

esophagus kemudian semprotkan cairan aquadest

3. Pemberian obat secara intravena

a. Masukkan mencit ke dalam kandang restriksi mencit dengan ekor yang menjulur

keluar

b. Kemudian celupkan ekor mencit ke dalam air hangat agar pembuluh vena mengalami

dilatasi, sehingga memudahkan pemberian obat ke dalam pembuluh vena

c. Isikan spoit menggunakan cairan obat dan suntikkan perlahan – lahan ke ekor mencit

4. Pemberian obat secara intramuscular

a. Isi spoit menggunakan aquadest

b. Setelah itu, ambil mencit dengan tangan kiri yang menjepit tengkuknya menggunakan

ibu jari dan jari telunjuk serta ekor mencit yang dijepitkan pada jari kelinking dan jari

manis.

c. Posisikan jarum spoit pada otot paha kaki bagian belakang mencit lalu suntikkan

secara perlahan.

5. Pemberian obat secara peritonial

a. Isi spoit menggunakan aquadest

b. Setelah itu, ambil mencit dengan tangan kiri yang menjepit tengkuknya menggunakan

ibu jari dan jari telunjuk serta ekor mencit yang dijepitkan pada jari kelinking dan jari

manis.

c. Pastikan spoit pada abdomen yang sedikit menepi dari tangan agar jarum spoit tidak

mengena kandung kemih.

d. Suntikkan cairan aquadest secara perlahan – lahan.


6. Pemberian obat secara subkutan

a. Isi spoit dengan aquadest terlebih dahulu

b. Setelah itu, ambil mencit dan letakkan di atas meja laboratorium sambil dielus – elus

agar mencit tenang.

c. Setelah mencit tenang. Kulit dari daerah tengkuk diangkat dan arahkan spoit di bawah

kulit

d. Suntikkan cairan aquadest secara perlahan – lahan.


BAB IV

PEMBAHASAN

Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan diberbagai

cabang dalam penelitian mencit mempunyai nama latin, yaitu Mus musculus. Mencit atau

Mus musculus termasuk hewan pengerat (rodensia) yang cepat berkembangbiak, mudah

dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan

fisiologisnya berkarakteristik dengan baik. Mencit atau Mus musculus yang sering

digunakan dalam penelitian laboratorium merupakan hasil perkawinan sampai generasi 20

akan dihasilkan strain – strain murni dari mencit.

Mencit sering digunakan dalam penelitian dengan pertimbangan hewan tersebut

memiliki beberapa keuntungan, yaitu daur esresinya teratur dan dapat dideteksi, periode

kebuntingan relatif singkat, dan mempunyai anak yang banyak serta terdapat keselarasan

pertumbuhan dengan kondisi manusia.

Para ilmuwan dan para peneliti bergantung pada mencit dan tikus karena beberapa

alasan, salah satunya kenyamanan. Menurut mereka, ukuran tikus kecil, mudah disimpan

dan dipelihara, serta dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan baru. Tikus dan mencit

juga berkembang biak dengan sangat cepat, tapi memiliki jangka waktu hidup yang pendek,

sekitar dua hingga tiga tahun. Sehingga beberapa generasi tikus, dapat diamati para

peneliti dalam waktu yang relatif singkat.

Alasan kedua karena harga mencit dan tikus relatif murah, dan bisa dibeli dalam

jumlah besar. Tikus juga umumnya berwatak lembut dan jinak, membuat mereka mudah

ditangani oleh para peneliti. Menurut National Human Genome Research Institute,

sebagian besar mencit dan tikus yang digunakan dalam percobaan medis adalah inbred,

sehingga selain memiliki jenis kelamin yang berbeda, mereka semua hampir identik secara

genetik. Hal ini kemudian membuat hasil uji medis pun lebih seragam. Sebagai persyaratan
minimum, tikus dan mencit yang digunakan untuk percobaan medis, harus berasal dari

spesies ras yang sama.

Alasan ketiga mengapa tikus dan mencit suka digunakan dalam pengujian medis,

karena mulai dari karakteristik genetik, biologi, dan perilaku mereka semua sangat mirip

dengan manusia. Banyak kondisi gejala pada manusia yang dapat direplikasi pada tikus

dan mencit. “Tikus dan mencit adalah mamalia yang berbagai banyak proses dengan

manusia, dan sesuai digunakan untuk menjawab banyak pertanyaan penelitian,” ujar wakil

dari the National Institutes of Health (NIH) Office of Laboratory Animal Welfare, Jenny

Haliski.

Selama dua dekade terakhir, kesamaan tersebut menjadi lebih kuat. Karena para

ilmuwan dapat mengembangbiakkan tikus secara genetik yang disebut "tikus transgenik",

yang membawa gen mirip penyebab penyakit pada manusia. Menurut FBR, gen yang

terpilih oleh peneliti pun dapat dimatikan atau dibuat tidak aktif, sehingga dapat digunakan

untuk mengevaluasi efek dari bahan kimia penyebab kanker (karsinogen), dan menguji

keamanan obatnya.

Beberapa contoh gangguan dan penyakit pada manusia, dimana tikus dan mencit

digunakan sebagai model penelitian, meliputi hipertensi, diabetes, katarak, obesitas,

kejang-kejang, masalah pernapasan, tuli, penyakit Parkinson, Alzheimer, kanker, cystic

fibrosis, HIV/AIDS, penyakit jantung, penyakit otot distrofi, serta cedera tulang belakang.

Tikus dan mencit juga digunakan dalam meneliti soal perilaku, sensorik, penuaan,

nutrisi, studi genetik, serta pengujian obat anti mengidam yang berpotensi akan mengakhiri

kecanduan narkoba. “Menggunakan hewan dalam penelitian, sangat penting untuk

pemahaman ilmiah sistem biomedis yang mengarah pada obat, terapi, serta perawatan,”

ujar Haliski, seperti dilansir dari Livescience, Kamis (20/10/2010).

Mencit adalah hewan yang mudah stress, maka dari itu mencit memerlukan perlakuan
yang baik dan benar. Oleh karena itu, penggunaan hewan dalam kegiatan laboratorium
pendidikan (praktikum) perlu selaras tata caranya dan memenuhi kriteria etika penggunaan
hewan percobaan. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian tetap harus dijaga hak -
haknya yang dikenal sebagai Animal Welfare seperti yang tercantum dalam five of freedom
yang terdiri dari lima kebebasan yaitu :
1. Freedom from hunger and thirst. Bebas dari rasa lapar dan haus, maksudnya adalah
hewan harus diberikan pangan yang sesuai dengan jenis hewan dalam jumlah yang
proporsional, hiegenis dan disertai dengan kandungan gizi yang cukup.
2. Freedom from thermal andphysical discomfort. Hewan bebas dari kepanasan dan ketidak
nyamanan fisik dengan menyediakan tempat tinggal yang sesuai dengan prilaku hewan
tersebut.
3. Freedom from injury, disease and pain. Hewan harus bebas dari luka, penyakit dan rasa
sakit dengan melakukan perawatan, tindakan untuk pencegahan penyakit, diagnosa
penyakit serta pengobatan yang tepat terhadap binatang peliharaan.
4. Freedom to express most normal pattern of behavior. Hewan harus bebas
mengekspresikan perilaku norml dan alami dengan menyediakan kandang yang sesuai
baik ukuran maupun bentuk, termasuk penyediaan teman (binatang sejenis) atau bahkan
pasangan untuk berinteraksi sosial maupun melakukan perkawinan.
5. Freedom from fear and distresss. Hewan bebas dari rasa takut dan penderitaan dilakukan
dengan memastikan bahwa kondisi dan perlakuan yang diterima hewan peliharaan bebas
dari segala hal yang menyebabkan rasa takut dan stress seperti konflik dengan spesies lain
dan gangguan dari predator.

Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh kasih sayang

dan berprikemanusiaan. Mencit (Mus musculus) adalah hewan coba yang mudah ditangani.

Ia bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul sesamanya, serta lebih aktif di malam

hari dari pada siang hari. Aktivitas mencit dapat terganggu dengan keberadaan manusia

dan tidak menggigit. Suhu tubuh normal 37,4°C dan laju respirasi normal 163 kali per menit.

Keuntungan, mudah ditangani, mudah dikembangbiakkan, mudah dipelihara, reaksi obat

yang diberikan lebih cepat menimbulkan efek. Kerugian, aktivitas terganggu bila ada

manusia, untuk pemberian oral agak sulit, penakut. Cara memperlakukan mencit yaitu :

a. Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya menggunakan


tangan kanan (3-4 cm dari ujung), letakkan pada suatu tempat yang
permukaannya tidak licin, misalnya kasa dan ram kawat, sehingga ketika
dibiarkan mencit dapat menjangkau mencengkeram kawat dengan kaki
depannya.
b. Jika diletakkan pada tempat yang rata seperti meja, sebisa mungkin jangan
menarik ekor mencit dengan paksa dan terlalu kuat, ikuti gerakan mencit dan
tarik ketika tahanan mencit tidak terlalu kuat.
c. Untuk memegang mencit, telunjuk dan ibu jari tangan kiri menjepit kulit
tengkuknya sedangkan tangan kanan masih memegang ekornya, setelah itu
tubuh mencit dapat diangkat dan dibalikkan sehingga permukaan perut
menghadap ke praktikan.
d. Untuk memudahkan pemberian obat, ekor mencit yang dipegang oleh tangan
kanan dipindahkan dan dijepitkan di antara jari manis dan jari kelingking tangan
kiri, hingga mencit cukup erat dipegang. Pemberian obat kini dapat dimulai.

Gambar 1. Urutan tata cara mengambil mencit dari kandang (A) sampai memegangnya
untuk siap diberi perlakuan (B, C, D, E)
Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi
dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini
berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda beda enzim dan getah - getah
fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal - hal ini
menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam
waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat (Katzug,B.G, 1998).
Cara Pemberian Obat pada Mencit
Tabel I. Cara pemberian obat pada mencit
Cara
Keterangan Gambar
Pemberian
Oral Cairan obat diberikan
dengan menggunakan
sonde oral. Sonde oral
ditempelkan pada langit-
langit mulut atas mencit,
kemudian perlahan-lahan
dimasukkan sampai ke
esofagus dan cairan obat
dimasukkan
Subkutan Kulit di daerah tengkuk
diangkat dan ke bagian
bawah kulit dimasukkan
obat dengan menggunakan
alat suntik 1 ml & jarum
ukuran 27G/ 0,4 mm.
Selain itu juga bisa di
daerah belakang tikus
Intravena Mencit dimasukkan ke
dalam kandang restriksi
mencit, dengan ekornya
menjulur keluar. Ekornya
dicelupkan ke dalam air
hangat (28-30 ºC) selama
beberapa menit agar
pembuluh vena ekor
mengalami dilatasi,
sehingga memudahkan
pemberian obat ke dalam
pembuluh vena.

Pemberian obat dilakukan


dengan menggunakan
jarum suntik no. 24.

Penggunaan alcohol/
bahan antiseptic lain justru
menyebabkan
vasokontriksi sehingga
akan mempersulit
masuknya jarum.
Intramuskular Obat disuntikkan pada
paha posterior dengan
jarum suntik no. 24.

Intraperitoneal Pada saat penyuntikan,


posisi kepala lebih rendah
dari abdomen. Jarum
disuntikkan dengan sudut
sekitar 100 dari abdomen
pada daerah yang sedikit
menepi dari garis tengah,
agar jarum suntik tidak
mengenai kandung kemih.
Penyuntikan tidak di
daerah yang terlalu tinggi
untuk menghindari
terjadinya penyuntikan
pada hati.

Cara Mengorbankan Mencit


Hewan dikorbankan bila terjadi rasa sakit yang hebat atau lama akibat suatu
eksperimen. Hewan dikorbankan dengan cara eutanasia (kematian tanpa rasa sakit).
Terdapat beberapa cara mengorbankan hewan yaitu:
a. Cara terbaik dengan menggunakan karbon dioksida (CO2) dalam wadah khusus.
b. Penyuntikan pentobarbital natrium tiga kali dosis normal (135-180 mg/kgBB).
c. Dengan cara fisik dapat dilakukan dislokasi leher. Cara ini merupakan cara
yang paling cepat dilaksanakan, mudah dan paling berperikemanusiaan.
Hewan dipegang pada ekornya kemudian ditempatkan pada permukaan yang
bisa dijangkaunya, sehingga mencit akan merenggangkan badannya. Pada
tengkuknya kemudian ditempatkan suatu penahan, misalnya sebatang besi
seukuran pinsil yang dipegang dengan satu tangan. Tangan lainnya kemudian
menarik ekornya dengan keras, sehingga lehernya akan terdislokasi, dan
mencit akan terbunuh.
Gambar 2. Cara mengorbankan mencit

Tikus
Karakteristik Tikus (Rattus norvegicus) tidak begitu bersifat fotofobik dibandingkan
dengan mencit dan kecenderungan untuk berkumpul sesamanya sangat kurang. Salain
itu tikus merupakan hewan yang cerdas, mudah ditangani dan relatif resisten terhadap
infeksi. Aktivitasnya tidak begitu terganggu dengan adanya manusia di sekitarnya. Bila
diperlakukan kasar dan atau makanan kurang, tikus menjadi galak/ liar dan sering
menyerang si pemegang. Suhu tubuh normal 37,5-38,0°C dan laju respirasi normal 210
kali per menit.
Cara Memperlakukan Tikus
Tikus dapat diperlakukan sama seperti mencit, hanya harus diperhatikan bahwa
sebaiknya bagian ekor yang dipegang adalah bagian pangkal ekor. Tikus dapat
diangkat dengan memegang perutnya ataupun dengan cara diangkat dari
kandangnya dengan memegang tubuhnya/ ekornya dari belakang, kemudian
diletakkan di atas permukaan kasar. Tikus dipegang dengan tangan kiri dengan cara
menjepit leher pada bagian tengkuk dengan jari tengah dan telunjuk, dan ibu jari
diselipkan ke depan untuk menjepit kaki kanan depan tikus, sedangkan jari manis
dan kelingking menjepit kaki kiri depan tikus, tangan kanan tetap memegang ekor
tikus.
Untuk melakukan pemberian obat secara IP atau IM, tikus dipegang pada
bagian belakang badannya. Hal ini hendaklah dilakukan dengan mulus tanpa ragu-
ragu. Tikus tidak mengelak apabila dipegang dari atas, tetapi bila dipojokkan ke
sudut; ia akan menjadi panik dan menggigit.
Gambar 3. Urutan tata cara mengambil tikus, (A, menangkap
bagian pada bahu), (B, kepala dan bahu sedikit bebas)

Gambar 4. Memegang tikus untuk pemberian obat secara oral


(A) dan secara intramuscular atau intraperitoneal (B)
Cara Pemberian Obat pada Tikus
Pemberian obat secara oral, subkutan, intravena,
intramuskular maupun intraperitoneal dapat diberikan dengan cara
yang sama seperti pada mencit. Penyuntikan subkutan dapat pula
dilakukan di bawah kulit abdomen selain pada tengkuk.

Cara Mengorbankan Tikus


a. Cara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan gas CO2,
eter dan pentobarbital dengan dosis yang sesuai.
b. Cara fisik dapat dilakukan sebagai berikut : Tikus di atas
sehelai kain, kemudian badan tikus termasuk ke dua kaki
depannya dibungkus. Tikus dibunuh dengan salah satu cara
berikut :
- Belakang telinganya dipukul dengan tongkat.
- Peganglah tikus dengan perutnya menghadap ke atas,
kemudian pukullah bagian belakang kepala permukaan
yang keras seperti permukaan meja atau logam, dengan
sangat keras.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Jenis hewan coba terdiri dari beberapa macam hewan, yaitu tikus

(Rattus sp), mencit (Mus musculus).

2. Cara pemberian bahan uji ke hewan coba ada lima yaitu melalui oral,

intravena, intramuscular, intraperitonial, dan subkutan.

3. Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh

rasa kasih sayang dan berprikemanusiaan. Setiap hewan percobaan

memiliki sifat - sifat biologis yang berbeda, tentunya dengan

penanganan yang berbeda pula.

4. Terdapat factor internal dan eksternal pada hewan percobaan yang

dapat mempengaruhi hasil percobaan.

B. Saran

Sebaiknya dalam pemberian bahan uji hewan coba dilakukan

dengan teliti agar tidak terjadi kelebihan dosis yang bisa berakibat fatal

kepada hewan hewan coba.


DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. 1949. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah press.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.

Ditjen POM. 2012. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI.

Fried, G.H, & Hademenos, G.J. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

Hanifa dan Yusuf, dkk. 2009. Buku Analis Hewan Percobaan Medis Buku

Kedokteran. Jakarta: EGC.

Inglis, J. K. 1980. Introduction to Laboratory Animal Science and Technology.

Pergamen Press. United States of America.

Insitute of Laboratory Animal Resources Commission on Life Sciences. 2010.

Guide for the care and use of laboratory animals national

academy of science USA National Research Council.

Katzung, B.G. & Trevor, A.J., 2015. Basic and Clinical Pharmacology, 13th

edition, USA: McGraw Hill Education.

Pratiwi, D.A, dkk. 2012. Biologi Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Pratiwi, D.A, dkk. 2012. Biologi Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.

Stevani, Hendra. 2016. Praktikum Farmakologi. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Tira, Y. 2002. Panduan Belajar Biologi Edisi Ketiga. Jakarta: KDT.

Tim dosen, 2018. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Anatomi dan Fisiologi
Manusia. Makassar: Stikes Mega Rezky.

Anda mungkin juga menyukai