Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

NAMA : IMAM EFFENDI RAMADHAN


NIM : 2019620023
MATA KULIAH : BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA

PETUNJUK : 1. Jawablah dengan singkat dan tepat !


2. Jawaban dikumpulkan paling lambat tanggal 18 Januari 2021 jam
10.20

SOAL :
1. a. Jelaskan apa hakekat dari belajar dan pembelajaran!
b. Bagaimana peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran?
2. Jelaskan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran!
3. a. Jelaskan konsep dasar teori behavioristik tentang belajar!
b. Manusia yang bagaimanakah yang akan dihasilkan oleh pendidikan yang
behavioristik?
4. a. Jelaskan konsep dasar teori kognitif-konstruktivistik tentang belajar!
b. Manusia yang bagaimanakah yang akan dihasilkan oleh pendidikan yang
kognitif-konstruktivistik?
5. a. Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar matematika!
b. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kesulitan belajar matematika!
c. Cari satu contoh kesulitan belajar matematika yang dihadapi siswa (setiap
mahasiswa boleh memilih setiap jenjang pendidikan). Jelaskan faktor
penyebab nya dan cara mengatasinya!

Jawab
1. A. Istilah belajar sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran
dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian
rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik.
Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara
bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana
belajar itu secara efektif digunakan. Fokus pembelajaran yang lebih
ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat
menjelaskan sejauh mana tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat
dicapai oleh peserta didik.
B. Dalam undang-undang nomor 14 tahun 2005 pasal 1 dijabarkan
tentang guru dan dosen, “guru dan dosen adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

2. Prinsip Kesiapan (Readiness)


Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan
atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Yang
termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar
belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor
lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
Prinsip Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan,
mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak
selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya.
Prinsip Persepsi
Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat
dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini
mempengaruhi perilaku individu. Prinsip Tujuan Tujuan harus tergambar jelas dalam
pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi. Tujuan ialah
sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang.
Prinsip Perbedaan Individual Proses pengajaran seyogianya memperhatikan
perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian
tujuan belajar yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu
tingkatan sasaran akan gagal memenuhi
kebutuhan seluruh siswa.
Prinsip Transfer dan Retensi
Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan
dalam situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer,
kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi.
Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep,
penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya
membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan
aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif.
Prinsip Belajar Afektif
Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak
hal pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar
afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi
dorongan, minat dan sikap individu.
Proses Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu
mengendalikan aktivitas ragawinya.

Prinsip Evaluasi
Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji
kemajuan dalam pencapaian tujuan. Evaluasi mencakup kesadaran individu
mengenai penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar.

3. A. Konsep Dasar Teori Behavioristik Teori belajar behavioristik merupakan


proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan
respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru. Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon (Budiningsih, 2004) Aplikasinya dalam pembelajaran adalah guru memiliki
kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran
sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.

B. Manusia yang akan dihasilkan oleh pendidikan yang behavioristik yaitu:


1) Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secara
aktif didalamnya
2) Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan
yang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya
3) Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapat
mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
4) Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan.
Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan
negative Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pelopor terpenting teori ini antara lain
adalah : Pavlov, Watson, Skinner, Thorndike, Hull, dan Guthrie. Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulusresponnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

4. A. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis

B. Manusia yang pengajaran konstruktivisme didasarkan pada pembelajaran


yang terjadi melalui keterlibatan aktif siswa dalam konstruksi makna dan
pengetahuan. Pengajaran sains dari perspektif konstruktivisme bertujuan untuk
memberikan siswa pengetahuan sains sedemikian rupa sehingga mereka tidak
hanya memahami konsep dan prinsip sains, tetapi juga signifikansi dari
pembelajaran sains.

5. A) Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculia). Istilah ini


memiliki konotasi medis yang memangdang adanya keterkaitan dengan gangguan
system syaraf pusat

B) Menurut Lerner (1981: 357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan


belajar matematika, yaitu

Gangguan Hubungan Keruangan

Konsep hubungan keruangan seperti atas-bawah, puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi –

rendah, depan-belakang, dan awal-akhir umumnya telah dikuasai oleh anak pada saat

mereka belum masuk SD. Anak-anak memperoleh pemahaman tentang berbagai


konsep hubungan keruangan tersebut dari pengalaman meraka dalam berkomunikasi
dengan lingkungan sosial mereka atau melalui berbagai permainan.

Abnormalitas Persepsi Visual

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat

berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set. Kesulitan semacam itu

merupakan salah satu gejala adanya abnormalitas persepsi visual. Anak yang
mengalami abnormalitas persepsi visual akan mengalami kesulitan bila mereka diminta
untuk menjumlahkan dua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan
empat anggota.

Perseverasi

Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang

relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perseverasi. Anak demikian

mungkin pada mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan

perhatiannya melekat pada suatu objek tertentu. Kesulitan Mengenal dan Memahami
Simbol Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam
mengenalndan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, -, =, : dan
sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi
visual.

Gangguan Penghayatan Tubuh

Anak berkesulitan belajar matematika sering memperlihatkan adanya gangguan

penghayatan tubuh (body image). Anak demikian merasa sulit untuk memahami
hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri. Jika anak diminta untuk menggambar
tubuh orang misalnya, mereka akan menggambarkan dengan bagian-bagian tubuh yang
tidak lengkap atau menempatkan bagian tubuh pada posisi yang salah. Misalnya, leher
tidak tampak, tangan diletakkan di kepala, dan sebagainya.

Kesulitan dalam Bahasa dan Membaca

Matematika sendiri pada hakikatnya adalah simbolis (Johnson & Myklebust, 1967:

244). Oleh karena itu, kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan

anak di bidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita menuntut


kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang mengalami
kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal
matematika yang berbentuk cerita tertulis.

Skor PIQ Jauh Lebih rendah daripada Skor VIQ

Rendahnya skor PIQ pada anak berkesulitan belajar matematika tampaknya terkait

dengan kesulitan memahami konsep keruangan, gangguan persepsi visual, dan adanya

gangguan asosiasi visual-motor.

C) Contoh dari kesulitan belajar matematika jenjang SD bahkan sampai Kuliah


sekalipun biasanya didasari Mindset yang di sandarkan oleh orang sebelumnya yang
beranggapan bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sulit, sedangkan
kenyataannya tidak semunya

benar, karena pada dasarnya matematika adalah ilmu yang ada pada setiap bidang
sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa kita sudah menjalani matematika namun
kita sendiri tidak menyadari hal tersebut. Solusi dari hal tersebut adalah mengubah
mindset siswa tentang matematia itu sulit dengan cara memberikan pelajaran yang
membuanya tertarik pada matematika baik itu dengan cara diselingi keseruan keseruan
yang ada dalam matematika dan semacamnya.

Anda mungkin juga menyukai