PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini sering sekali kita mendengar penyakit yang terjadi pada
jantung karena adanya gangguan pada system kardiovaskuler yang ada sejak lahir,
baik yang terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Disini kami akan
membahas penyakit jantung yang menyerang pada anak, salah satunya adalah
‘ToF atau Tetralogi of Fallot”. Tetralogi of fallot adalah kelainan anatomi yang
disebabkan oleh kesalahan dari perkembangan infundibulum ventrikel kanan. ToF
pertama kali dideskripsikan oleh Niels Stensen pada tahun 1672. Tetapi, pada
tahun 1888 seorang dokter dari Perancis Etienne Fallot menerangkan secara
mendetail akan keempat kelainan anatomi yang timbul pada tetralogi of fallot.
Kelainan ini lebih sering muncul pada laki – laki dari pada perempuan.
Dan secara khusus katup aorta bikuspid bisa menjadi tebal sesuai usia, sehingga
stenosis bisa timbul. Hal ini dapat diminimalkan dan dipulihkan dengan operasi
sejak dini. Sehingga deteksi dini penyakit ini pada anak-anak sangat penting
dilakukan sebelum komplikasi yang lebih parah terjadi.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahuai definisi ToF
2. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari ToF
3. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari ToF
4. Mahasiswa dapat Mengetahui patofisiologi ToF
5. Mahasiswa dapat Mengetahui manifestasi klinis ToF
6. Mahasiswa dapat Mengetahui pemeriksaan penunjang ToF
7. Mahasiswa dapat Mengetahui penatalaksanaan ToF
8. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi akibat ToF
9. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan ToF
C. Manfaat
1. Agar mahasiswa memahami definisi dari ToF
2. Agar mahasiswa mampu mengklasifikasikan ToF
3. Agar mahasiswa memahami etiologi dari ToF
4. Agar mahasiswa mengerti patofisiologi dari ToF
5. Aga mahasiswa memahami manifestasi klinis ToF
6. Aga mahasiswa memahami bagaimana pemeriksaan penunjang ToF
7. Agar mahasiswa memahami penatalaksanaan ToF
8. Agar mahasiswa memahami apa saja komplikasi ToF
9. Agar mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan ToF
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
C. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor-
faktor tersebut antara lain :
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom ( Down syndrom,
DiGeorge sindrom )
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,
minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine,
aminopterin, amethopterin, jamu)
b. Selama hamil, ibu menderita penyakit infeksi : rubella (campak Jerman)
atau infeksi virus lainnya
c. Pajanan terhadap sinar –X
d. Gizi yang buruk selama hamil
e. Ibu yang alkoholik
f. Usia ibu di atas 40 tahun.
D. Patofisiologi
Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi pada hari ke-18 usia
kehamilan. Pada minggu ke-3 jantung hanya berbentuk tabung yang disebut fase
tubing. Mulai akhir minggu ke-3 sampai minggu ke-4 usia kehamilan, terjadi fase
looping dan septasi, yaitu fase dimana terjadi proses pembentukan dan penyekatan
ruang-ruang jantung serta pemisahan antara aorta dan arteri pulmonalis. Pada
minggu ke-5 sampai ke-8 pembagian dan penyekatan hampir sempurna. Akan
tetapi, proses pembentukan dan perkembangan jantung dapat terganggu jika
selama masa kehamilan terdapat factor-faktor resiko.
Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat letak aorta yang
abnormal (overriding), timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis, serta
terdapatnya defek septum ventrikel. Dengan demikian, bayi kan lahir dengan
kelainan jantung denga empat kelainan, yaitu defek septum ventrikel yang besar.,
stenosis pulmonal infundibuler atau valvular, dekstro posisi pangkal aorta dan
hiper trofi ventrikel kanan. Derajat hipertrofi ventrikel kanan yang timbul
bergatung pada derajat stenosis pulmonal. Pada 50% kasus stenosis pulmonal
hanya infundibuler, pada 10%-25% kasus kombinasi infundibuler dan valvular,
dan 10% kasus hanya stenosis valvular. Selebinya adalah stenosis pulmonal
perifer.
Hubungan letak aorta dan arteri pulmonalis masih ditempat yang normal,
overriding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah kearah anterior mengarah
ke septum. Klasifikasi overriding :
1) Tidak terdapat overriding aorta bila sumbu aorta desenden mengarah
kebelakang ventrikel kiri
2) Pada overriding 25% sumbu aorta asenden ke arh ventrikel sehingga lebih
kurng 25% orifisium aorta menghadap ke ventrikel kanan
3) Pada overriding 50% sumbu aorta mengararah keseptum sehingga 50%
orifisium aorta menghadap ventrikel kanan
4) Pada overriding 75% sumbu aorta asenden mengarah kedepan ventrikel
kanan. Derajat overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan
derajat stenosis menentukan besrnya pirau kanan ke kiri.
Derajat over riding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan derajat
stenosis menentukan besarnya pirau kanan ke kiri. Juga sangat menentukan sikap
pada waktu pembedahan. Arkus aorta yang berada di sebelah kanan disertai knob
aorta dan aorta descenden di kanan terdapat pada 25% kasus.
Pada keadaan ini arteria subklavia kiri yang berpangkal di hemithorax
kanan biasanya menyilang di depan esophagus, kadang disertai arkus ganda. Pada
tetralogi fallot dapat terjadi kelainan arteri koronaria. Arteri koronaria yang
letaknya tidak normal ini bila terpotong waktu operasi dapat berakibat fatal.
Sirkulasi kolateral di paru pada tetralogi fallot yang terbentuk tergantung pada
kurangnya aliran darah ke paru. Pembuluh kolateral berasal dari cabang cabang
arteria bronkialis. Pada keadaan tertentu jumlah kolateral sedemikian hebat
sehingga menyulitkan tindakan bedah. Pembuluh kolateral tersebut harus diikat
sebelum dilakukan pintasan kardiopulmonal.
Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang
bersamaan, maka :
a. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui lubang pada
septum interventrikuler dan sebagian lagi barasal dari ventrikel kiri,
sehingga terjadi percampuran darah yang sudah teroksigenasi dan belum
teroksigenasi.
b. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal.
c. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, akan
tetapi apabila takanan dari ventrikel kanan lebih dari ventrikel kiri maka
darah akan mengalir dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri.
d. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah
kedalam aorta yang bertekanan tinggi serta harus melawan tekanan tinggi
akibat stenosis pulmonal maka lama kelamaan otot-ototnya akan
mengalami pembesaran (hipertrofi ventrikel kanan).
E. Manifestasi Klinis
Tetralogi of fallot memiliki tanda dan gejala antara lain, sebagai berikut :
1) Sianosis : Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan → hipertrofi
intudikulum meningkat → obstuksi meningkat disertai pertumbuhan yamg
semakin meningkat → sianosis. Sianosis adalah suatu keadaan di mana
pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah mengalami oksigenasi
sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat.
2) Dispnea : Terjadi bila penderita melakukan aktivitas fisik. Bayi-bayi dan
anak-anak yang mulai belajar bejalan akan bermain aktif untuk waktu
singkat kemudian akan duduk atau berbaring. Anak- anak yang lebih besar
mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih satu blok, sebelum berhenti
untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung penderita
tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak-anak akan
mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan menghilangkan
dispneu yang terjadi akibat dari aktifitas fisik, biasanya anak tersebut dapat
melanjutkan aktifitasnya kembali dalam beberapa menit.
3) Serangan-serangan dispnea paroksimal (serangan-serangan anoksia
“biru”) terutama merupakan masalah selama 2 tahun pertama kehidupan
penderita. Bayi tersebut menjadi dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi
bertambah hebat, pendertita mulai sulit bernapas. Serangan-serangan
demikian paling sering terjadi pada pagi hari.
4) Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan gangguan pada
pertambahan tinggi badan terutama pada anak, keadaan gizi kurang dari
kebutuhan normal. Pertumbuhan otot-otot dari jaringan subcutan terlihat
kendor dan lunak, masa pubertas terlambat.
5) Denyut pembuluh darah normal : Jantung biasanya dalam ukuran normal,
apeks jantung jelas terlihat, suatu getaran sistolis dapat dirasakan
disepanjang tepi kiri tulanhg dada, pada celah parasternal ke-3 dan ke-4.
6) Bising sistolik : Terdengar keras dan kasar, dapat menyebar luas, tetapi
intensitas terbesar pada tepi kiri tulang dada. Bising sistolik terjadi di atas
lintasan aliran keluar ventrikel kanan serta cenderung kurang menonjol
pada obstruksi berat dan pintasan dari kanan ke kiri. Bunyi jantung ke-2
terdengar tunggal dan ditimbulkan oleh penutupan katup aorta. Bising
sistolik tersebut jarang diikuti oleh bising diastolis, bising yang terus
menerus ini dapat terdengar pada setiap bagian dada, baik di anterior
maupun posterior, bising tersebut dihasilkan oleh pembuluh-pembuluh
darah koleteral bronkus yang melebar atau terkadang oleh suatu duktus
arteriosus menetap.
7) Murmur : tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter yaitu suara
tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada denyut jantung si
bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai
suara murmur jantung.
8) Biasanya denyut pembuluh darah normal : Seperti halnya tekanan darah
arteri dan vena. Hemitoraks kiri depan dapat menonjol ke depan. Jantung
biasanya mempunyai ukuran normal dan impuls apeks tampak jelas.
Suatu gerakan sistolis dapat dirasakan pada 50% kasus sepanjang tepi kiri
tulang dada, pada celah parasternal ke-3 dan ke-4.
9) Clubbing finger’s : seperti tabuh genderang karena kulit atau tulang di
sekitar kuku jari tangan membesar.
10) Setelah melakukan aktivitas, anak selalu jongkok (squating) untuk
mengurangi hipoksi dengan posisi knee chest
11) Serangan hypersianotik (blue spell), terjadi ketika kebutuhan oksigen otak
melebihi suplainya.
12) Warna kulit pucat dan kulit terasa dingin
13) Frekuensi pernafasan yang meninggi (Takipneu)
14) Berat badan yang rendah
15) Susah untuk diberi makan karena cepat lelah ketika diberi makan
16) Gagal tumbuh
17) Anemia menyebabkan perburukan gejala
18) Penurunan toleransi terhadap latihan
19) Asidosis
20) Dapat terjadi apneu dan kehilangan kesadaran
21) Vena jugularis terlihat penuh/menonjol
22) antung :
- Bising sistolik keras nada rendah pd sela iga 4 line parasternalis kiri/VSD
- Bising sistolik nada sedang, bentuk fusiform, amplitudo maksimum pada
akhir sistole berakhir dekat S2 pada sela iga 2-3 lps kiri (stenosis
pulmonalis).
- Stenosis pulmonalis ringan : bising kedua lebih keras dengan amplitudo
maksimum pada akhir sistole, S2 kembar.
- Stenosis pulmonalis berat : bising lemah, terdengar pada
permulaansistole. S2 keras, tunggal, kadang terdengar bising kontinyu
pada punggung (pembuluh darah kolateral).
F. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang bisa digunakan untuk mengetahui ada dan
tidaknya penyakit Tof, antara lain yaitu :
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit
(Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
b) BGA : Nilai BGAmenunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan
penurunan PH. Pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin
menderita defisiensi besi.
c) Analisa Gas Darah : PCV meningkat. PCV lebih besar 65%, dapat
menimbulkan kelainan koagulasi : waktu perdarahan memanjang,
fragilitas kapiler meningkat, umur trombosit yang abnormal.
d) Desaturasi darah arterial
e) Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensi besi).
G. Penatalaksanaan
Kebanyakan anak dengan tetralogi of fallot direncanakan untuk menjalani
bedah jantung, namun indikasi untuk koreksi total versus penanganan paliatif
bergantung pada kebijakan ahli bedah.
1. Penatalaksanaan medis
a) Pemberian Oksigen (5-8 l/mn).
b) Sianosis berat : beri prostaglandin E1 (PGE1) Untuk mempertahankan
kepatenan duktus dan meningkatkan aliran darah paru.
c) Sianosi ringan : observasi ketat bayi, jika sianosis memburuk setelah
penutupan ductus, bayi ini membutuhkan koreksi bedah selamaperiode
neonatal.
d) Antibiotik : sesuai hasil kultur sensitivitas, kadang digunakan anti
biotic propilaksis.
e) Diuresik : untuk meningkatkan dieresis, mengurangi kelebihan cairan,
digunakan dalam pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal
jantung kongestif.
f) Digitalis : meningkatkan kekuatan kontraksi, isi sekuncup, dan curah
jantung serta menurunkan tekanan vena jantung, digunakan untuk
mengobati gagal jantung kongesti dan aritmia jantung tertentu (jarang
diberi sebelum koreksi, kecuali jika pirau terlalu besar).
g) Betablocker ( propanolol ) 0,01-0,25 mg/kg IV : menurunkan denyut
jantung dan kekuatan kontraksi serta iritabilitas myokard, dipakai untuk
mencegah dan mengobati serangan hypersianosis.
h) Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV : meningkatkan ambang
sakit, mengobati hypersianosis dengan menghambat pusat pernafasan
(Takipneu) dan reflek batuk.
i) NaHCO3 ( Natrium Bikarbonat ) 1 meq/kg BB IV : untuk mengobati
asidosis dengan mengganti ion bicarbonate dan memulihkan kapasitas
buffer tubuh.
j) Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV : meningkatkan resistensi
vaskuler sistemik dan juga sedative.
k) Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif
dalam penanganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga
dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru
bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh
tubuh juga meningkat.
l) Pada anemia relatif dapat diberi preparat besi.
m) Pada tindakan pembedahan ringan atau pencabutan gigi perlu diberi
propilaksis terhadap endokarditis infektif
n) Pada serangan hipoksia : Posisi “Knee-chest”, Beri zat oksigen (5-8
l/mn) dan Propanolol 0,1 mg/kg BB sebagai suntikan bonus, diteruskan
dengan dosis 1 mg/kg BB peroral tiap 6 jam
o) Bila terdapat hipoglikemia beri dekstrosa
p) Bila Hb <15 gm/100 ml : transfusi darah (5 ml/kg)
q) Pemberian Vasopressor pada awal serangan atau jika terapi lain gagal
(methoxamine, phenylephrine).
Indikasi : Tindakan ini dilakukan apabila koreksi total tidak atau belum
dimungkinkan (misalnya pada hipoplasia arteri pulmonalis atau pada bayi).
dengan prosedur ini diharapkan arteri pulmonalis dapat berkembang.
b) Bedah kolektif.
Tindakan ini terdiri dari :
- Penutupan defek septum ventrikel
- Reteksi infundibulum
- Valvulotomi untuk stenosis pulmonal
H. Komplikasi
Komplikasi dari gangguan ini antara lain, yaitu :
1. Emboli atau Trombosis serebri, biasanya terjadi dalam vena serebri atau
sinus durasalis dan terkadang dalam arteri serebri, lebih sering ditemukan
pada polisitemia hebat. Juga dapat dibangkitkan oleh dehidrasi. Trombosis
lebih sering ditemukan pada usia dibawah 2 tahun. Pada penderita ini
paling sering mengalami anemia defisiensi besi dengan kadar hemoglobin
dan hemotokrit dalam batas-batas normal.
2. Abses otak lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan trombosis
serebri. Biasanya penderita penyakit ini telah mencapai usia di atas 2
tahun. Awitan penyakit sering berlangsun tersembunyi disertai demam
berderajat rendah. Mungkin ditemukan nyeri tekan setempat pada cranium
dan laju endap darah merah serta hitung leukosit dapat meningkat. Pada
beberapa penderita dapat dijumpai awitan gejala-gejala yang berlangsung
akut, yang berkembang setelah suatu riwayat sakit kepala, mual-mual dan
muntah-muntah yang baru terjadi. Dapat terjadi serangan seperti epilepsi,
tanda-tanda neurologis yang terlokalisasi tergantung dari tempat dan
ukuran abses tesebut serta ada atau tidaknya peningkatan tekanan
intrakranial.
3. Endokarditis bakterialis terjadi pada penderita yang tidak mengalami
pembedahan, tetapi lebih sering lagi ditemukan pada anak dengan
prosedur pembuatan pintasan selama masa bayi.
4. Gagal jantung kongestif dapat terjadi pada bayi dengan atresia paru dan
aliran darah kolateral yang besar. Keadaan ini, hampir tanpa pengecualian
akan mengalami penurunan selama bulan pertama kehidupan dan
penderita sianosis akibat sirkulasi paru yang menurun.
5. Perdarahan : pada polisitemia berat, trombosit dan fibrinogen menurun
hingga dapat terjadi ptekie, perdarahan gusi.
6. Trombosis pulmonal, disebabkan karena meningkatnya viskositas darah
yang disebabkan oleh polisitemia. Dehidrasi dapat meningkatkan resiko
untuk terjadinya trombosis. Trombosis bisa terjadi dimana saja tetapi tapi
yang berbahaya jika terjadi di paru dan otak.
7. CVA trombosis
8. Retinopati, akibat pelebaran pembuluh darah retina.
9. Hipoksia, keadaan kekurangan oksigen dalam jaringan akibat dari stenosis
pulmonal sehingga menyebabkan aliran darah dalam paru menurun.
10. Aritmia
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Riwayat kehamilan :
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
b. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakit Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak
dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok
dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
c. Riwayat psikososial/perkembangan
1) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
2) Mekanisme koping anak/keluarga
3) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Pemeriksaan fisik
1) Akivitas dan istirahat
Gejala : Malaise, keterbatasan aktivitas/istirahat karena
kondisinya.
Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum,
keterbatasan dalam rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala : Takikardi, disritmia
Tanda : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis pada
membran muksa, gigi sianotik.
3) Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
4) Makanan/cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan, sulit
menetek
Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering
5) Hiegiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Tanda : Kejang, kaku kuduk
Gejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian.
7) Nyeri/keamanan
Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku
Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis, mengaduh dan
mengeluh.
8) Pernafasan
Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat
obstruksi.
Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam.
9) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang
Gejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan hemoglobin dan hematokrit
(Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah.
b. Radiologis : Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung
tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
c. Elektrokardiogram ( EKG) : Pada EKG sumbu QRS hampir selalu
berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak
besar dijumpai P pulmonal.
d. Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan
dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis &
penurunan aliran darah ke paru-paru.
e. Katerisasi jantung : ditemukan adanya defek septum ventrikel multiple,
mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer.
f. Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan penurunan PaO2
B. Diagnosa Keperawatan
C. Saran
Diharapkan askep ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan mahasiswa
yang sedanga menenpuh pendidikan dan bisa bermanfaat bagi pembaca.
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/44495276/Askep-Tetralogi-of-Fallot
www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/tumbuh-kembang/tetralogy-of-fallot-tof/
https://id.scribd.com/doc/23761593/Pathway-Tetralogi-Fallot
https://www.scribd.com/doc/267201616/Patofisiologi-Tetralogi-of-Fallot
https://www.med.unc.edu/ticker/files/icp-tools/tof-packet
https://www.scribd.com/presentation/14763448/Patofisiologi-TOF
https://www.academia.edu/6507780/Konsep_Medis_Dan_Konsep_Kep
http://jovian.yours.tv/t1336-asuhan-keperawatan-dan-laporan-pendahuluan-
tetralogi-of-fallot-tof
diagnosa-keperawatan.kumpulan-askep.com/askep-tetralogi-fallot-tf-36186/
eprints.ums.ac.id/34279/1/Naskah%20Publikasi.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18513/1/mkn-mar2008-
41%20(6).pdf
http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_202Diagnosis%20dan%20Tata
%20Laksana%20Tetralogy%20of%20Fallot.pdf
https://www.scribd.com/doc/138161099/Laporan-Pendahuluan-Tof
http://dokumen.tips/documents/laporan-pendahuluan-tof.html