MEMBERI MP-ASI PADA BALITA USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU ANGGREK VII
KELURAHAN SUMBER REJO
SEJAHTERA KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG
Tessa Sjahriani
Abstrak
Penelitian ini menggunakan desain analitik, rancangan cross sectional dalam bentuk
univariat dan bivariat (uji Spearman Rank). Sampel berjumlah 39 orang. Dengan variabel
independen adalah tingkat pengetahuan ibu dalam memberi MP-ASI dan variabel dependen adalah
perilaku ibu dalam memberi MP-ASI pada balita 6-24 bulan bulan di posyandu Anggrek VII
Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera Kecamatan Kemiling kota Bandar Lampung.
Hasil penelitian menemukan bahwa 24 orang responden (61%) ibu memiliki tingkat
pengetahuan yang baik dan 36 orang responden (92%) mempunyai perilaku yang positif untuk
pemberian MP-ASI pada balita 6-24 bulan bulan, ada hubungan yang sangat kuat antara tingkat
pengetahuan ibu dalam memberi MP-ASI dengan perilaku ibu dalam memberi MP-ASI pada balita
6-24 bulan di posyandu Anggrek VII Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera Kecamatan Kemiling kota
Bandar Lampung (p = 0,007). Disarankan bagi ibu balita untuk tetap menjaga perilaku yang positif
dalam pemberian MP-ASI dan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti hubungan tingkat
pengetahuan ibu dalam memberi MP-ASI dengan perilaku ibu dalam memberi MP-ASI pada balita
6-24 bulan dengan jumlah sampel yang lebih besar.
Pendahuluan
Latar belakang
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi menciptakan ikatan khusus antara ibu dan
bayi dan anak melalui perbaikan perilaku bayinya (Sutomo dan Anggraini, 2010).
masyarakat dengan pemberian makanan Salah satu yang perlu mendapatkan
tambahan merupakan bagian dari upaya perhatian adalah bagaimana ibu dapat tetap
perbaikan gizi masyarakat secara memberikan ASI kepada bayinya secara
menyeluruh. Kebiasaan menyusui yang eksklusif sampai 6 bulan dan dapat
dilakukan oleh ibu di pedesaan maupun dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun.
perkotaan perlu dipertahankan karena Air Sehubungan dengan hal tersebut telah
Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama ditetapkan dengan Kepmenkes RI
dan terbaik bagi bayi, selain mempunya No.450/MENKES/IV/2004 tentang
kandungan zat gizi yang sesuai dengan pemberian ASI secara eksklusif pada bayi
kebutuhan bayi, juga mengandung zat Indonesia. Dewasanya ini banyak kasus yang
kekebalan tubuh yang sangat diperlukan terjadi di lingkungan masyarakat tentang
untuk melindungi bayi dari berbagai pendamping ASI yang menyebabkan
penyakit. Dengan bertambahnya umur bayi, timbulnya diare (Depkes RI, 2008). Menurut
bertambah pula kebutuhan gizinya, sebab itu World Health Organization (WHO) bayi
sejak usia 6 bulan bayi mulai diberi Makanan yang diberikan makanan pendamping atau
Pendamping ASI (MP-ASI). Selain ASI susu selain ASI akan mempunyai resiko 17
untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi perlu kali lebih besar mengalami diare dan 3 kali
diperhatikan waktu pemberian, frekuensi, lebih besar kemungkinan terkena Infeksi
porsi, pemilihan bahan makanan, cara Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
pembuatan dan cara pemberian MP-ASI. dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI.
Menyusui juga merupakan salah satu cara Dalam hal ini diare mempunyai resiko lebih
yang hemat daripada memberikan susu besar dibandingkan yang lain. Diare pada
formula, selain itu menyusui dapat anak merupakan salah satu masalah
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 3 No. 2 April 2016 1
707
pencernaan yang paling sering terjadi. ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu
Dikarenakan bahwa anak usia 2 tahun tentang manfaat dan cara pemberian MP-ASI
mengalami 2 sampai 3 kali diare setiap yang benar sehingga berpengaruh terhadap
tahunnya. Diare akut memegang porsi sikap ibu dalam pemberian MP-ASI.
terbesar dengan angka kejadian sekitar 85% Terdapat 40 juta balita mengalami kurang
dari seluruh kejadian diare pada anak. Angka gizi dari keseluruhan 211 juta balita yang ada
kematian dilaporkan sekitar 8 dari 1000 di seluruh dunia. Meningkatnya jumlah anak
kematian anak, dan kebanyakan disebabkan balita yang mengalami kurang gizi tersebut
oleh dehidrasi. Diare masih merupakan karena tidak terpenuhinya makanan
problem kesehatan utama pada anak, seimbang. Dalam menanggulangi dan
terutama di negara berkembang seperti mencegah kurang gizi pada balita, maka ibu
Indonesia. Sanitasi dan kebersihan harus mengetahui tentang MP-ASI dengan
lingkungan yang menyebabkan masih benar dan bagaimana cara pemberian yang
tingginya tingkat kejadian diare pada anak di tepat pada anak (Depkes RI, 2006).
Indonesia (Sofwan, 2012). Nutrisi merupakan salah satu penentu
Semakin meningkatnya umur bayi, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah Kekurangan nutrisi yang diperlukan tubuh
karena tumbuh kembang, sedangkan ASI akan mengakibatkan efek yang sangat serius,
yang dihasilkan ibunya kurang memenuhi seperti kegagalan pertumbuhan fisik,
kebutuhan gizi. Oleh sebab itu mulai usia 6 menurunnya Intelligence Quotient (IQ),
bulan selain ASI, bayi mulai diberikan MP- menurunnya produktivitas, menurunnya daya
ASI agar kebutuhan gizinya terpenuhi. Dari tahan terhadap infeksi dan penyakit, serta
beberapa penelitian dinyatakan bahwa meningkatkan resiko terjangkit penyakit dan
keadaan kurang gizi pada bayi dan anak kematian (Amelia, 2006).
disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-
Metode
708 Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 3 No. 2 April 2016 1
Definisi Operasional terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur Ukur
Variabel independen
Pengetahu Pengetahuanmerupa Wawanca Kuesioner 2. Pengetahu Ordin
26
an ibu kan segala sesuatu ra an Baik : jika al
yang dimengerti ibu terpimpin diperoleh skor
tentang makanan 76% sampai
atau minuman yang 100% dari total
diberikan pada bayi skor.
atau anak usia 6-24 1. Pengetahu
bulan untuk an Cukup : jika
memenuhi jika diperoleh
kebutuhan gizinya skor 66% sampai
selain ASI. 75% dari total
skor.
0. Pengetahu
an Kurang : Jika
diperoleh skor
<55% dari total
skor
Variabel dependen
Perilaku Perilaku adalah Wawanca Kuesioner 1. Perilaku Ordin
26
ibu respon/tanggapan ra positif : jika ibu al
yang bernilai positif terpimpin memberikan MP-
atau negatif tentang ASI pada balita
makanan atau yang berumur >6
minuman yang bulan
diberikan pada bayi 0. Perilaku
atau anak usia 6-24 negatif : Jika ibu
bulan untuk memberikan MP-
memenuhi ASI pada balita
kebutuhan gizinya yang berumur <6
selain ASI. bulan
Hasil
1. Analisa Univariat
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI pada Balita Usia 6-
24 bulan di Posyandu Anggrek VII Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera Kecamatan Kemiling
kota Bandar Lampung
Pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 24 61
Cukup 9 23
Kurang 6 16
Jumlah 39 100
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu tentang MP-ASI pada Balita Usia 6-24 bulan di
Posyandu Anggrek VII Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera Kecamatan Kemiling kota Bandar
Lampung
Perilaku Frekuensi Presentase
Positif 36 92
Negatif 3 8
Jumlah 39 100
2. Analisis Bivariat
Tabel 8 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Ibu dalam Memberi MP-ASI pada
Balita Usia 6-24 bulan di Posyandu Anggrek VII Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera
Kecamatan Kemiling kota Bandar Lampung
Perilaku ibu
Pengetahuan Jumlah
Positif Negatif
ibu
n % n % n %
Baik 24 61 0 0 24 61
Cukup 8 5,8 1 0,2 9 6
Kurang 6 33 0 0 6 33
Tabel 9 Hasil Analisa Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-
ASI Uji Korelasi Spearman Rank
Perilaku Ibu
Pengetahuan ibu r 0,7
p 0,427
n 35
710 Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 3 No. 2 April 2016 1
Pembahasan
1. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Dari hasil penelitian ini terbukti responden
MP-ASI pada Balita Usia 6-24 Bulan di memiliki tingkat pengetahuan yang baik
Posyandu Anggrek VII Kelurahan sebagian besar adalah responden yang
Sumber Rejo Sejahtera Kecamatan berpendidikan SMA/SMK yaitu sebanyak 23
Kemiling kota Bandar Lampung responden (59%).
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa
sebagian besar responden memiliki tingkat 2. Perilaku Ibu tentang MP-ASI pada
pengetahuan baik tentang MP-ASI pada Balita Usia 6-24 Bulan di Posyandu
Balita Usia 6-24 bulan sebanyak 24 Anggrek VII Kelurahan Sumber Rejo
responden (61%). Faktor pendidikan dan Sejahtera Kecamatan Kemiling kota
informasi memegang peranan penting dalam Bandar Lampung
memperoleh pengetahuan, makin tinggi Berdasarkan Tabel 7 diketahui sebagian besar
pendidikan seseorang makin mudah pula responden memiliki perilaku positif tentang
menerima informasi sehingga makin banyak MP-ASI pada balita usia 6-24 bulan yaitu
pula pengetahuan yang dimilikinya. Begitu sebanyak 36 responden (92%). Hal tersebut
juga dalam hal informasi, semakin sering dapat dipengaruhi banyak faktor diantaranya
seseorang mendapatkan informasi, maka informasi. Dimana 36 responden (92%
pengetahuan seseorang tersebut juga semakin responden) tersebut memiliki perilaku positif
bertambah. Terbukti dengan hampir seluruh tentang MP-ASI pada balita usia 6-24 bulan
responden sudah pernah mendapatkan karena sebagian besar sudah pernah
informasi tentang MP-ASI dan sebagian kecil mendapatkan informasi. Hasil penelitian
belum pernah mendapatkan informasi. Maka Pratiwi yang meneliti hubungan pengetahuan
responden memiliki kemampuan untuk dengan perilaku ibu tentang pemberian MP-
menerima informasi tentang MP-ASI pada ASI pada balita usia 6-24 bulan di Posyandu
balita usia 6-24 bulan dengan baik, oleh Dusun Tlangu Desa Bulan Kecamatan
karena tingkat pengetahuan ibu tentang MP- Wonosari Klaten, menunjukkan bahwa
ASI pada balita usia 6-24 bulan juga baik. tingkat pengetahuan tentang pemberian MP-
Hasil penelitian Pratiwi yang meneliti ASI telah baik dan mempunyai perilaku
hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu positif (Pratiwi, 2009).
tentang pemberian MP-ASI pada balita usia Dari hasil penelitian ini terlihat
6-24 bulan di Posyandu Dusun Tlangu Desa bahwa responden telah memiliki pengetahuan
Bulan Kecamatan Wonosari Klaten 2009, positif dan memiliki perilaku yang baik
hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat terhadap pemberian MP-ASI kepada balita
pengetahuan tentang pemberian MP-ASI usia 6-24 bulan. Sebagian besar responden
telah baik dan mempunyai perilaku positif memang menunjukkan perilaku yang positif
(Pratiwi, 2009). Dari hasil penelitian Yulianti tentang pemberian MP-ASI pada balita usia
yang meneliti hubungan antara tingkat 6-24 bulan, tetapi walaupun pengetahuan ibu
pengetahuan ibu dan praktek memberi MP- baik belum trentu perilaku ibu baik pula.
ASI dengan status gizi bayi usia 6 sampai 12
bulan (di Puskesmas Karangmalang, 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Kabupaten Sragen) terdapat hubungan yang dengan Perilaku Ibu tentang MP-ASI
positif antara tingkat pengetahuan ibu dan pada Balita Usia 6-24 Bulan di Posyandu
praktek pemberian MP-ASI dengan status Anggrek VII Kelurahan Sumber Rejo
gizi bayi (Yulianti, 2010). Dan juga dari Sejahtera Kecamatan Kemiling kota
penelitian Rohmatika dengan judul Bandar Lampung
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Dari hasil perhitungan Spearman Rank
Pemberian MP-ASI Bayi umur 6-24 bulan di dengan menggunakan bantuan komputer
Posyandu Karya Mulya Jetis Jaten tahun Statistical Package for Social Science
2011, bahwa ada hubungan antara tingkat (SPSS), diketahui bahwa penelitian yang
pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dilakukan terhadap 39 responden yang datang
bayi umur 6-24 bulan (Rohmatika, 2010). di Posyandu Anggrek VII Kelurahan Sumber
Rejo Sejahtera Kecamatan Kemiling kota
712 Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 3 No. 2 April 2016 1