Anda di halaman 1dari 13

TUGAS SOSIAL BUDAYA

“Budaya Unik di Desa Trunyan, Kintamani ”

DISUSUN OLEH:

NI KADEK AYU SRIANI

NIM: P07124120038

TINGKAT I SEMESTER I
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
D-III REGULER
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Budaya Unik di Desa Trunyan, Kintamani” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah sosial
budaya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang keunikan budaya di desa
Trunyan, Kintamani bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra I Gusti Ayu Surati, M.Kes Dan Ibu Juliana Mauliku,
A.Md.Kep, M.Pd, selaku dosen mata kuliah sosial budaya yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Badung, 8 November 2020

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................................................... I


Daftar Isi ............................................................................................................................................ II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................................... 1
D. Manfaat ................................................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kebudayaan............................................................................................................. 2
B. Unsur-Unsur Kebudayaan..................................................................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN
A. Sejarah Desa Trunyan ........................................................................................................... 4
B. Unsur-Unsur Budaya Desa Trunyan ..................................................................................... 4
C. Keunikan di Desa Trunyan ................................................................................................... 6
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 9
B. Saran ..................................................................................................................................... 9
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 10

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata budaya sendiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu budhayah yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi dengan arti budi atau akal. Sedangkan dalam bahasa Inggris budaya dikenal dengan
kata culture yang berasal dari bahasa latin yaitu colore yang berarti mengolah atau mengerjakan.
Kebudayaan berkaitan dengan kehidupan masyarakat, norma-norma atau adat istiadat dan lain-lain
di suatu wilayah tertentu. Setiap kdaerah satu dengan daerah lainnya memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda. Setiap kebudayaan di suatu wilayah merupakan ciri khas dan keunikan dari daerah
tersebut. Salah satunya adalah Desa Trunyan.

Desa Trunyan adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kintamani, Bangli. Di desa ini
banyak sekali budaya yang unik. Dari keunikan itulah saya memutuskan untuk menelusuri desa ini.
Maka dari itu dalam makalah ini saya akan membahas kebudayaan unik dari Desa Trunyan,
Kintamani.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dari Desa Trunyan?
2. Bagaimana unsur-unsur budaya yang terdapat di Desa Trunyan?
3. Apakah yang menjadi keunikan Desa Trunyan?

C. Tujuan
Terdapat dua tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui keunikan Desa Trunyan secara
umum.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari dari pembuatan makalah ini,yaitu:
1) Untuk mengetahui sejarah dari Desa Trunyan.
2) Untuk mengetahui unsur-unsur budaya yang terdapat di Desa Trunyan.
3) Untuk mengetahui keunikan atau ciri khas Desa Desa Trunyan.

D. Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini bagi pembaca adalah pembaca dapat memperluas
wawasannya tentang keunikan-keunikan di suatu daerah di Indonesia khususnya di Desa Trunyan..
Manfaat untuk penulis, yaitu penulis bisa mamahami keunikan di Desa Trunyan. Dan juga
menambah wawasan bagi penulis dalam memahami sosial budaya di suatu daerah, yang akan
sangat penting dalam melanjutkan studi kebidanan itu sendiri.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kebudayaan
Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan
pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan
merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-
strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan
digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam
tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.

Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai


makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan
pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya.
Sebagai pengetahuan, kebudayaan adalah suatu satuan ide yang ada dalam kepala manusia dan
bukan suatu gejala (yang terdiri atas kelakuan dan hasil kelakuan manusia). Sebagai satuan ide,
kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai-nilai, norma-norma yang berisikan larangan-larangan
untuk melakukan suatu tindakan dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan
alam, serta berisi serangkaian konsep-konsep dan model-model pengetahuan mengenai
berbagai tindakan dan tingkah laku yang seharusnya diwujudkan oleh pendukungnya dalam
menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam. Jadi nilai-nilai tersebut dalam
penggunaannya adalah selektif sesuai dengan lingkungan yang dihadapi oleh pendukungnya

Dari berbagai sisi, kebudayaan dapat dipdang sebagai: (1) Pengetahuan yang diyakini
kebenarannya oleh masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut; (2) Kebudayaan adalah
milik masyarakat manusia, bukan daerah atau tempat yang mempunyai kebudayaan tetapi
manusialah yang mempunyai kebudayaan; (3) Sebagai pengetahuan yang diyakini
kebenarannya, kebudayaan adalah pedoman menyeluruh yang mendalam dan mendasar bagi
kehidupan masyarakat yang bersangkutan; (4) Sebagai pedoman bagi kehidupan, kebudayaan
dibedakan dari kelakuan dan hasil kelakuan; karena kelakuan itu terwujud dengan mengacu
atau berpedoman pada kebudayaan yang dipunyai oleh pelaku yang bersangkutan.
Sebagai pengetahuan, kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, resep-resep, dan
petunjuk-petunjuk untuk memilah (mengkategorisasi) konsep-konsep dan merangkai hasil
pilahan untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan dalam mewujudkan tindakan-tindakan dalam menghadapi dan
memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber dayanya dalam pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan untuk kelangsungan hidup. Dengan demikian, pengertian kebudayaan sebagai
pedoman bagi kehidupan adalah sebagai pedoman dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. (Tugas Kelas. 2016)

B. Unsur-Unsur Kebudayaan
Untuk lebih mendalami kebudayaan perlu dikenal beberapa masalah lain yang menyangkut
kebudayaan antara lain unsur kebudayaan. Unsur kebudayan dalam kamus besar Indonesia
berarti bagian dari suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai suatu analisi tertentu.

2
Dengan adanya unsur tersebut, kebudayan disini lebih mengandung makna totalitas dari pada
sekedar perjumlahan usur-unsur yang terdapat di dalamnya. Unsur kebudayaan terdiri atas :
1. System regili dan upacaru keagamaan merupakan produk manusia sebagai
homoriligius. manusia yang mempunyai kecerdasan ,pikiran ,dan perasaan luhur
,tangapan bahwa kekuatan lain mahabesar yang dapat “menghitam-putikan”
kehidupannya.
2. System organisasi kemasyarakatan merupakan produk manusia sebagia
homosocius.manusia sadar bahwa tubuh nay lemah.namun, dengan akalnya manusia
membuat kekuatan dengan menyusun organisasikemasyarakatan yang merupakan
tempat berkerja sama untuk mencapai tujuan baersama,yaitu meningatkan
kesejahtraan hidupnya.
3. System mata pencarian yang merupakan produk dari manusia sebagai
homoeconomicus manjadikan tinkat kehudupan manusia secara umum terus
meningkat.contoh bercocok tanam, kemudian berternak ,lalu mengusahakan kerjinan,
dan berdagang.
Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan jenis-jenisnya:
1. Hidup-kebatinan manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan tertib damainya hidup
masyarakat dengan adat-istiadatnya,pemerintahan negeri, agama atau ilmu kebatinan
2. Angan-angan manusia, yaitu sesuatu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa,
kesusasteraan dan kesusilaan.
3. Kepandaian manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan macam-macam kepandaian
tentang perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan lalu-lintas.
(Tugas Kelas. 2016)

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Desa Trunyan


Trunyan merupakan sebuah desa kecil yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Desanya yang terpencil dan terletak di tepi danau Batur, mengingatkan pada kondisi masayarakat
Bali pada zaman Kuno yang masih berpegang teguh akan tradisi nenek moyang. Yang didukung
dengan daerah dataran tingginya. (Duniapcoid. 2018)

Pohon Taru Menyan yang tumbuh di desa ini disebutkan telah berusia sekitar sebelas abad dan
tetap tumbuh dengan baik. Mitosnya, wangi pohon Taru Menyan yang sangat semerbak ini bahkan
dapat tercium hingga ke wilayah Pulau Jawa bagian tengah. Bahkan, karena tertarik dengan wangi
ini, empat bersaudara dari Keraton Surakarta yang terdiri dari 3 laki-laki dan 1 perempuan
terhipnotis dan berusaha menemukan sumbernya. Singkat cerita, sang kakak sulung menemukan
tempat tersebut dan terpikat oleh kecantikan dewi penunggu pohon Taru Menyan dan menikahinya.
Kemudian, di tempat itu berdiri sebuah kerajaan kecil dan sang raja yang ingin melindungi wangi
pohon tersebut memerintahkan warganya untuk meletakkan mayat di bawahnya.
Dengan cara itu, wangi pohon Taru Menyan bisa dihilangkan sehingga takkan diketahui oleh orang-
orang di luar sana. Pohon tersebut pulalah yang membuat mayat-mayat yang diletakkan di
bawahnya tak mengeluarkan bau busuk meskipun telah mati cukup lama. (Elmi Rahmatika. 2019)

Menurut sejarah, Desa Trunyan merupakan salah satu dari tiga suku asli di Bali dan bukan
gelombang pengungsian dari Majapahit. Dua suku asli lainnya berada di Karangasem bernama
Suku Telengan dan Suku Yeh Ketipat di Buleleng. Saat ini, bukti sejarah peninggalan suku asli
Bali itu, masih ada diantaranya adanya pura kuno yang bernama “Pura Pancering Jagat. Seperti
tercatat dalam prasasti Trunyan disebutkan pada tahun saka 813 ( 891 Masehi) raja Singhamandawa
memberikan izin kepada penduduk untuk mendirikan pura Turun Hyang atau Pura Pancering Jagat
sebagai tempat pemujaan Betara Da Tonta (Hyang Pancering Jagat). Pura yang dilengkapi meru
tumpang pitu (tujuh) ini dipercaya sebagai pura pertama di Bali. (Duniapcoid. 2018)

Desa Trunyan yang terpencil ini merupakan salah satu desa Bali Aga atau Bali kuno. Masyarakat
Trunyan menyebut diri mereka sebagai Bali Turunan Ratu Sakti pancering Jagat, yaitu orang yang
pertama kali turun dari langit dan menempati Pulau Bali. Sedangkan mereka menyebut penduduk
Bali lainnya sebagai Bali Suku yaitu adalah keturunan dari penduduk kerajaan majapahit pada
zaman dahulu yang tinggal dan menetap di Bali. (Duniapcoid. 2018)

B. Unsur-Unsur Budaya di Desa Trunyan


1. Kesenian
Masayarakat trunyan memiliki sebuah kesenian yang tidak ada di tempat lain selain di desa
trunyan yaitu barong brutuk, Barong Brutuk, adalah tarian Barong kuno yang hanya ada di
Desa Trunyan yang sejak ratusan tahun lalu dihuni oleh warga Bali asli. Tarian ini
menggambarkan kehidupan para leluhur di jaman dulu. Menurut sebuah sumber konon Barong
Brutuk ini adalah unen-unen (anak buah) dari leluhur orang Trunyan, yakni Ratu Sakti
Pancering Jagat dengan istrinya Ratu Ayu Dalem Pingit Dasar. ( Odeammooa. 2015)

4
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan, sangatlah penting dalam kehidupan manusia, melihat dari kondisi desa
adat trunyan akhirnyapun masyarakat melahirkan ide ide untuk memenuhi kebutuhan hidup
masayaraktnya, contohnya dalam pembuatan rumah tinggal, karena desa trunyan merupakan
daerah dengan suhu yang relative dingin, masayrakatpun perlu tempat tinggal yang hangat serta
nyaman pada kondisi tersebut, kemudian masayarakatpun mendesain suatu rumah yang bisa
melindungi mereka dari udara dingin dengan sangat memperhitungkan ukuran atau sikut-sikut
dalam pembangunanya, serta memilih bahan bahan yang dapat digunakan sebagai penunjang
kondisi tersebut. ( Odeammooa. 2015)

3. Sistem Teknologi dan Peralatan


Berdasarkan sistem pengetahuan masayrakat akhirnya masayarakatpun menciptakan suatu
teknologi yang dapat membuat rumah yang nyaman, hangat, dan sesuai dengan kondisi suhu
udara yang relative dingin di daerah tersebut. Pada rumah masyarakat trunyan, tempat tidur
dan dapur menjadi satu dalam satu bangunan, tidak seperti layaknya rumah bali pada
umumnya, dimana dapur dan dan bale-bale lainya terpisah, hal ini dikarenakan agar udara
panas pada saat memasak bisa membuat ruangan pada bangauan menjadi hangat. (
Odeammooa. 2015)

4. Sistem Organisasi Masyarakat


Menjalin suatu organisasi kemasayarakatan bagi warga Desa Adat Trunyan sangatlah penting,
dimana interaksi antara satu sama lain masayarakat trunyan dapat terjadi, sehingga kehidupan
beradat istiadat dapat berjalan dengan baik, oleh karena itu masayarakat desa trunyan
membangun sebuah bangunan yang sekaligus dapat menampung interaksi social dalam
kegiatan keagamaan dan adat istiadat yaitu bale lantang. ( Odeammooa. 2015)

Bale ini terdapat tiga buah unit dan memiliki 16 buah saka yang terletak di jaba pura desa,
bagian tengah antara bangunan bale ini merupakan area pementasan kesenian barong brutuk
yang juga sebagai temapt dilakukanya keperluan keperluan lain seperti upacara-upacara
keagamaan. Bale ini difungsikan tidak hanya sebagai tempat beraktifitas pada acara
keagamaan, namun dalam keseharian masayrakatnya bale ini juga dapat di gunakan sebagai
tempat untuk berkumpul, bercengkarama, mejejaitan dan sebagainya oleh masayarakat desa
trunyan. ( Odeammooa. 2015)

5. Bahasa
Sistem bahasa yang di gunakan oleh masayarakat desa adat trunyan adalah bahasa bali seperti
Bahasa pada umumnya di Bali. ( Odeammooa. 2015)

6. Sistem Religi
Sistem religi dalam masayarakat trunyan memberikan pengaruh terhadap terhadap tempat suci
atau merajan pada desa trunyan, jika pada umumnya masayarakat Bali Arya, yang di setiap kk
memiliki wajib memiliki satu buah tempat suci (Merajan). Namun pada masayrakat Bali Mula
(Bali Asli) tepatnya di Desa Trunyan, hanya memiliki satu buah 1 buah merajan untuk satu
dadia, atau satu keluarga besar. Mengingat dalam satu dadia masyarakat masih memiliki
hubungan darah satu sama lain. ( Odeammooa. 2015)

5
C. Keunikan di Desa Trunyan

1. Pemakaman Unik Desa Trunyan


Umumnya, di daerah Bali, orang yang meninggal dikubur atau dibakar (ngaben). Namun,
sangat berbeda halnya dengan penerus darah keturunan Bali Aga di Desa Trunyan. Orang yang
meninggal bukan dimakamkan atau dibakar, melainkan dibiarkan hingga membusuk di
permukaan tanah dangkal berbentuk cekungan panjang.

Posisi jenazah berjejer bersanding dengan yang lainnya, lengkap dengan pembungkus kain
sebagai pelindung tubuh di waktu prosesi. Tampak hanya bagian muka dari celah bambu
“Ancak Saji”. Ancak Saji merupakan anyaman bambu segitiga sama kaki yang berfungsi untuk
melindungi jenazah dari serangan binatang buas. Tak jauh dari tempat mayat dan tengkorak
berjejer, terdapat pohon besar yang disebut pohon “Taru Menyan” menyapa di pintu masuk
utama. “Taru” berarti pohon dan “menyan” artinya wangi.

Menurut legenda dan keyakinan masyarakat di sana hingga sekarang, pohon itulah yang
diyakini mampu menetralisasi bau busuk yang menebar di sekitar kuburan atau setra. Ketika
kaki melangkah masuk, kedua sisi candi dihiasi tengkorak “berbekal” kepingan uang rupiah
yang diletakkan pengunjung. Melangkah lebih dalam, ada sembilan tempat meletakkan
jenazah berjajar rapi. Usia dan kondisi mayat beragam. Semua bergantung pada masa kematian
jenazah. Jika pas kebetulan, pengunjung bisa mendapati secara nyata kondisi mayat dalam
keadaan utuh bersebelahan dengan kondisi mayat yang telah menjadi tengkorak.

Uang koin, perlengkapan pribadi di masa hidup, pakaian yang tercabik-cabik menyembul dari
tanah. Pemandangan ini akan menghiasi kesan jejak kehidupan manusia yang bermukim di
Desa Trunyan telah berakhir di sini, di sebidang tanah yang luasnya kurang dari satu are serta
berundag. Suku Trunyan, punya tiga cara unik menangani mayat, diupacarai yang setara
dengan upacara ngaben di tempat lain:

• Untuk yang meninggal adalah Bayi, maka mayatnya dikubur, lokasinya disebut Sema
Muda, kira-kira 200 meter-an ke sebelah kanan lagi namun sebelum desa trunyan dari
arah sekarang ini.
• Untuk yang meninggal adalah orang yang kecelakaan, dibunuh atau bukan karena mati
normal. Maka mereka anggap itu mempunyai kesalahan besar. Lokasi mereka di kubur
[Sema bantas] adalah di perbatasan antara desa Trunyan dan Desa abang. Letaknya
Jauh dari desa mereka.
• Untuk yang mati normal, Mayat mereka diberi kain putih dan hanya diletakan dibawah
Taru Menyan [Pohon wangi]. Maksudnya mati normal adalah tidak punya
salah/kesalahan sesuatu, diluar kreteria di atas. ( Odeammooa. 2015)

Penduduk setempat memiliki ketentuan dan syarat tersendiri dalam hal pemakaman
tersebut. Salah satunya yaitu jumlah jenazah di atas tanah yang dekat dengan pohon
Trunyan tersebut tidak boleh lebih dari sebelas jenazah. Hal tersebut sudah diatur oleh
kepercayan adat setempat. Tetapi ada yang mengatakan bahwa satu pohon taru menyan

6
hanya bisa menetralisir sebelas jenazah, jadi jika lebih dari itu maka jenazah tersebut
akan mengeluarkan bau. (Wowasyiknya.com. 2017)

Selain itu, jenazah yang bisa dimakamkan di bawah pohon taru menyan adalah mereka
yang meninggal secara wajar saja dan pernah menikah. Untuk jenazah yang sudah
menjadi tulang belulang akan dikumpulkan dengan yang lainnya di dekat akar pohon
tersebut, agar tempatnya bisa digunakan untuk jenazah baru. Keunikan lainnya,
jenazah tersebut akan ditutupi dengan “Ancak” yaitu sebuah kurungan bambu. Tempat
pemakaman untuk mereka yang meninggal secara wajar ini disebut Sema Wayah.
(Wowasyiknya.com. 2017)

2. Pementasan Barong Brutuk


selain keunikan dalam penguburan mayat, juga memiliki tarian langka bernama Barong Brutuk
sangat jarang dipentaskan terkecuali saat odalan di Pura Pancering Jagat desa Trunyan pada
purnamaning sasih kapat. Yang kita kenal Barong di Bali pada umumnya berbentuk wujud
binatang seperti macan, singa, gajah, naga maupun babi, namun yang ada di sini berbeda, wajah
barong mengenakan seperti topeng primitive, dipakaikan pada seorang remaja dengan pakaian
dari daun pisang kering.

Tokoh pada Barong Brutuk seseorang berfungsi sebagai raja, kemudian ratu, kakak sang ratu
dan patih, selebihnya menjadi anggota biasa (unen-unen), dipentaskan pada siang hari, tepat
saat mulai odalan di Pura Pancering Jagat , upacara odalan tersebut biasannya selama tiga hari
berturut-turut. Penampilan barong ini dimulai dengan tampilan unen-unen tingkat anggota
Brutuk, mereka mengelilingi penyengker pura selama 3 kali, sambil melambaikan cemeti
dengan suara melengking kepada para penonton (peserta upacara), sehingga membuat para
penonton takut. Kemudian doa-doa dan sesajian dihaturkan oleh seorang pemangku tatkala
para tokoh ningrat seperti raja, ratu, patih dan kakak ratu tampil kemudian keempatnya juga
mengelilingi tembok pura bergabung dengan unen-unen, para peserta (penonton) berlomba
mengambil pakaian daun pisang yang lepas, yang nantinya disebar di area perkebunan untuk
kesuburan. ( Odeammooa. 2015)

3. Arsitektur Desa Adat Trunyan


Letak desa adat Trunyan berada di sebelah timur danau batur, orientasi masa-masa
bangunannya mengarah ke danau juga. Karena pada filosofi bangunan Bali aga, bangunan
mengarah ke dataran lebih rendah, dalam hal ini adalah danau itu sendiri, sedangkan bagian
belakangnya adalah pegunungan. Pola desanya yaitu grid karena bangunannya yang
berorientasi kearah danau, sehingga di sepanjang pesisir danau, bangunan menghadap kearah
danau. Selain pada bagian timur, kini pada bagian barat juga sudah terdapat rumah warga,
karena seiring bertambahnya jumlah penduduk di desa ini.

7
(Andypriawan, 2015)

Untuk arsitektur di desa Trunyan sangat berbeda dengan arsitektur-arsitektur ditempat lain.
Jika ditempat lain dalam satu pekarangan hanya terdapat satu kepala keluarga akan tetapi
berbeda dengan desa Trunyan dimana di dalam satu pekarangan terdapat banyak kepala
keluarga dimana dalam satu kepala keluarga memiliki satu bangunan atau rumah dalam satu
pekarangan tersebut. Rumah tersebut dinamai bale saka roras, dimana dalam satu bangunan
terdapat beberapa ruangan yang disesuaikan dengan pembagian dari saka-saka tersebut. Di
dalam ruang tersebut semua kegiatan dilakukan di dalam ruangan. Mulai dari memasak, makan
dan tidur serta berkumpul dengan keluarga. ( Odeammooa. 2015)

8
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Desa Trunyan adalah salah satu desa yang
sangat unik dan masih memegang teguh nilai luhur yang sangat alami. Unsur-unsur kebudayaannya
sangat kental dan tak semua daerah lain memilikinya. Di desa tersebut terdapat sebuah pohon besar
yang bernama pohon Taru Menyan, dan potoh tersebutlah yang menjadi identidas dari desa
Trunyan. Adapun unsur kebudayaannya yang berhubungan dengan kesenian, sistem pengetahuan,
sistem teknologi dan peralatan, sistem masyarakat dan lain sebagainya menjadi ciri khas dari desa
tersebut. Adapaun keunikan yang ada di Desa Trunyan adalah, pemakaman unik. Di mana saat
melakukan pemakaman masyarakat di sana tidak melakukan kremasi atau membakar mayat. Di
Desa Trunyan mayan orang yang telah meninggal di semayamkan di sebuah lubang dan ditutupi
oleh cak saji. Lalu mayat tersebut dibiarkan hingga menjadi tulang belulang.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Odeammooa.2015. “PENGARUH BUDAYA TERHADAP ARSITEKTUR DESA ADAT TRUNYAN


DALAM BINGKAI WUJUD DAN UNSUR KEBUDAYAAN”, dalam:
https://odeammooa.wordpress.com/2015/06/10/pengaruh-budaya-terhadap-arsitektur-desa-adat-trunyan-
dalam-bingkai-wujud-dan-unsur-kebudayaan/, diakses pada 8 November 2020.
Wowasyiknya.com. 2017. “6 FAKTA DESA TRUNYAN DAN TRADISI PEMAKAMAN UNIKNYA”,
dalam: https://www.adventuretravel.co.id/blog/fakta-desa-trunyan, diakses pada 8 November 2020.
Duniapcoid. 2018. “Sejarah Tradisi Desa Trunyan”, dalam: https://dunia.pendidikan.co.id/desa-trunyan/,
diakses pada 8 November 2020.
Tugas Kelas. 2016. “MAKALAH KEBUDAYAAN”, dalam:
http://pinterpinterku.blogspot.com/2016/01/makalah-kebudayaan.html, diakses pada 8 November 2020.
Elmi Rahmatika. 2019. “Menguak Fakta Desa Trunyan Bali Yang Penuh Misteri”, dalam:
https://www.99.co/blog/indonesia/desa-trunyan-bali/, diakses pada 8 November 2020.
Andypriawan, 2015. “ARSITEKTUR DESA TRUNYAN DENGAN KEBUDAYAANNYA”, dalam:
https://andypriawan.wordpress.com/2015/06/08/163/, diakses pada 8 November 2020.

10

Anda mungkin juga menyukai