Anda di halaman 1dari 14

NAMA : WIHELMINCE BENGU

NIM : 1813020036

KELAS : MSP B

1. Jelaskan pengaruh faktor lingkungan terhadap distribusi dan kestabilan ekosistem


padang lamun

Tumbuhan lamun merupakan tumbuhan laut yang mempunyai sebaran cukup luas mulai
dari benua Artik sampai ke benua Afrika dan Selandia Baru. Jumlah jenis tumbuhan ini
mencapai 58 jenis di seluruh dunk (Kuo dan Me. Comb 1989) dengan konsentrasi utama
didapatkan di wilayah Indo-Pasifik. Dari jumlah tersebut 16 jenis dari 7 marga diantaranya
ditemukan di perairan Asia Tenggara, dimana jumlah jenis terbesar ditemukan di perairan
Filipina (16 jenis) atau semua jenis yang ada di perairan Asia Tenggara ditemukan juga di
Filipina.

Dua hipotesis yang saling bertolak belakang yang digunakan untuk menjelaskan
penyebaran lamun adalah : 1. Hipotesis Vikarians dan 2. hipotesis pusat asal usul. Hipotesis
vikarians yang dikemukakan oleh McCoy dan Heck (1976), berdasarkan lempeng tektonik,
perubahan iklim, dan juga pertimbangan ekologi seperti kepunahan dan hubungan spesies-
habitat. Berdasarkan penyebaran terumbu karang (sklerektinia), lamun, dan mangrove, McCoy
dan Heck ( 1976) menyimpulkan bahwa:

Pola biogeography lebih baik dijelaskan oleh keberadaan penyebaran biota secara luas
pada waktu sebelumnya yang telah mengalami perubahan akibat kejadian tektonik, speciation,
dan kepunahan, bersama dengan geologi modern dan teori biogeografi. Sedangkan hipotesis
pusat asal usul berpendapat bahwa pola distribusi lamun dapat dijelaskan dari penyebarannya
yang merupakan radiasi yang berasal dari lokasi yang memiliki keanekaragaman yang paling
tinggi yang disebut pusat asal usul (den Hartog, 1970). Hipotesis ini berpendapat bahwa
“Malinesia” (termasuk kepulauan Indonesia, Kalimantan-Malaysia, Papua Nugini, dan Utara
Australia) merupakan pusat asal usul penyebaran lamun.

Mukai (1993) menunjukkan bahwa pola penyebaran modern dari lamun di barat Pasifik
merupakan fungsi dari arus laut dan jarak dari pusat asal usul (Malesia). Datanya menjelaskan
bahwa jika mengikuti arus laut utama yang berasal dari pusat asal usul (Malesia) dengan
keanekaragaman lamun tinggi. Maka akan terjadi penurunan keanekaragaman lamun secara
progresif kearah tepi (Jepang, Selatan Quensland, Fiji) yang memiliki lebih sedikit jenis lamun
tropis. Yang perlu dicermati bahwa distribusi lamun sepanjang utara-mengalirnya Kuroshio dan
selatan-aliran timur arus Australia juga merefleksikan gradient lintang. Hal lainnya adalah
penyebaran lamun sepanjang gradient ini juga dipengaruhi oleh temperatur.

Di Indonesia ditemukan jumlah jenis lamun yang relatif lebih rendah dibandingkan
Filipina, yaitu sebanyak 12 jenis dari 7 marga. Namun demikian terdapat dua jenis lamun yang
diduga ada di Indonesia namun belum dilaporkan yaitu Halophila beccarii dan Ruppia maritime*
(Kiswara 1997). Dari beberapa jenis yang ada di Indonesia, terdapat jenis lamun kayu
(Thalassodendron ciliatum) yang penyebarannya sangat terbatas dan terutama di wilayah timur
perairan Indonesia.

 Faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan padang lamun:


a. Perairan laut dangkal berlumpur dan mengandung pasir.
b. Kedalaman tidak lebih dari 10 m agar cahaya dapat menembus.
c. Suhu antara 20-30 °C.
d. Kadar garam antara 25-35/mil.
e. Kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik.

 Fungsi padang lamun:


a. Sebagai tempat berkembangbiaknya ikan- ikan kecil dan udang.
b. Sebagai perangkap sedimen sehingga terhindar dari erosi.
c. Sebagai penyedia bahan makanan bagi biota laut.
d. Bahan baku pupuk.
e. Bahan baku kertas.
https://kumpulanilmu.com/ilmu-alam/definisi-karakteristik-distribusi-dan-manfaat-padang-lamun/

https://id.wikipedia.org/wiki/Padang_lamun

2. Apakah adaptasi lamun pada zona subtidal dan intertidal berbeda?


- Subtidal
Dibawah ini merupakan cara beradaptasi lamun pada zona subtidal.
- Suhu:
Beberapa peneliti melaporkan adanya pengaruh nyata perubahan suhu terhadap kehidupan
lamun, antara lain dapat mempengaruhi metabolisme, penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup
lamun (Brouns dan Hiejs 1986; Marsh et al. 1986; Bulthuis 1987). Marsh et al. (1986) melaporkan bahwa
pada kisaran suhu 25 - 30°C fotosintesis bersih akan meningkat dengan meningkatnya suhu. Demikian
juga respirasi lamun meningkat dengan meningkatnya suhu, namun dengan kisaran yang lebih luas yaitu
5-35°C.Pengaruh suhu juga terlihat pada biomassa Cymodocea nodosa, dimana pola fluktuasi biomassa
mengikuti pola fluktuasi suhu (Perez dan Romero 1992). Penelitian yang dilakukan Barber (1985)
melaporkan produktivitas lamun yang tinggi pada suhu tinggi, bahkan diantara faktor lingkungan yang
diamati hanya suhu yang mempunyai pengaruh nyata terhadap produktivitas tersebut. Pada kisaran suhu
1035 °C produktivitas lamun meningkat dengan meningkatnya suhu.

- Salinitas
Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun yang tua dapat
menoleransi fluktuasi salinitas yang besar (Zieman 1986). Ditambahkan bahwa Thalassia ditemukan \
hidup dari salinitas 3,5-60 °°/o, namun dengan waktu toleransi yang singkat. Kisaran optimum untuk
pertumbuhan Thalassia dilaporkan dari salinitas 24-35.Salinitas juga dapat berpengaruh terhadap
biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih lamun. Pada jenis Amphibolis
antartica biomassa, produktivitas dan kecepatan pulih tertinggi ditemukan pada salinitas 42,5 °°/o.
Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas, namun jumlah cabang dan
lebar daun semakin menurun (Walker 1985).Berbeda dengan hasil penelitian tersebut di atas, Mellors et
al. (1993) dan Nateekarnchanalarp dan Sudara (1992) yang melakukan penelitian di Thailand tidak
menemukan adanya pengaruh salinitas yang berarti terhadap faktor-faktor biotik lamun.

- Kekeruhan
Kekeruhan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan lamun karena dapat
menghalangi penetrasi cahaya yang dibutuhkan oleh lamun untuk berfotosintesis masuk ke dalam air.
Kekeruhan dapat disebabkan oleh adanya partikel-partikel tersuspensi, baik oleh partikel-partikel hidup
seperti plankton maupun partikel-partikel mati seperti bahan-bahan organik, sedimen dan sebagainya.
Erftemeijer (1993) mendapatkan intensitas cahaya pada perairan yang jernih di Pulau Barang Lompo
mencapai 400 u,E/m2/dtk pada kedalaman 15 meter. Sedangkan di Gusung Tallang yang mempunyai
perairan keruh didapatkan intensitas cahaya sebesar 200 uJ3/m2/dtk pada kedalaman 1 meter. Pada
perairan pantai yang keruh, maka cahaya merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan produksi lamun
(Hutomo 1997). Hamid (1996) melaporkan adanya pengaruh nyata kekeruhan terhadap pertumbuhan
panjang dan bobot E. acoroides.

- Kedalaman
Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secara vertikal. Lamun tumbuh di zona
intertidal bawah dan subtidal atas hingga mencapai kedalaman 30m. Zona intertidal dicirikan oleh
tumbuhan pionir yang didominasi oleh Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia,
Sedangkan Thalassodendron ciliatum mendominasi zona intertidal bawah (Hutomo 1997). Selain itu,
kedalaman perairan juga berpengaruh terhadap kerapatan dan pertumbuhan lamun. Brouns dan Heijs
(1986) mendapatkan pertumbuhan tertinggi E. acoroides pada lokasi yang dangkal dengan suhu tinggi.
Selain itu di Teluk Tampa Florida ditemukan kerapatan T. testudinwn tertinggi pada kedalaman sekhar
100 cm dan menurun sampai pada kedalaman 150 cm (Durako dan Moffler 1985).

- Nutrien
Dinamika nutrien memegang peranan kunci pada ekosistem padang lamun dan ekosistem
lainnya. Ketersediaan nutrien menjadi fektor pembatas pertumbuhan, kelimpahan dan morfologi lamun
pada perairan yang jernih (Hutomo 1997). Unsur N dan P sedimen berada dalam bentuk terlarut di air
antara, terjerap/dapat dipertukarkan dan terikat. Hanya bentuk terlarut dan dapat dipertukarkan yang
dapat dimanfeatkan oleh lamun (Udy dan Dennison 1996). Dhambahkan bahwa kapasitas sedimen
kalsium karbonat dalam menyerap fosfat sangat dipengaruhi oleh ukuran sedimen, dimana sedimen
hahis mempunyai kapasitas penyerapan yang paling tinggi. Di Pulau Barang Lompo kadar nitrat dan
fosfet di air antara lebih besar dibanding di air kolom, dimana di air antara ditemukan sebesar 45,5 uM
(nitrat) dan 7,1118 uM (fosfet), sedangkan di air kolom sebesar 21,75 uM (nitrat) dan 0,8397 uM (fosfet)
(Noor et al 1996). Penyerapan nutrien oleh lamun dilakukan oleh daun dan akar. Penyerapan oleh daun
umumnya tidak terlalu besar terutama di daerah tropik (Dawes 1981). Penyerapan nutrien dominan
dilakukan oleh akar lamun (Erftemeijer 1993). Mellor et al. (1993) melaporkan tidak ditemukannya
hubungan antara faktor biotik lamun dengan nutrien kolom air.

- Substrat
Lamun dapat ditemukan pada berbagai karakteristik substrat. Di Indonesia padang lamun
dikelompokkan ke dalam enam kategori berdasarkan karakteristik tipe substratnya, yaitu lamun yang
hidup di substrat lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang dan batu karang (Kiswara
1997). Sedangkan di kepulauan Spermonde Makassar, Erftemeijer (1993) menemukan lamun tumbuh
pada rataan terumbu dan paparan terumbu yang didominasi oleh sedimen karbonat (pecahan karang dan
pasir koral halus), teluk dangkal yang didominasi oleh pasir hitam terrigenous dan pantai intertidal datar
yang didominasi oleh lumpur halus terrigenous. Selanjutnya Noor (1993) melaporkan adanya perbedaan
penting antara komunitas lamun dalam lingkungan sedimen karbonat dan sedimen terrigen dalam hal
struktur, kerapatan, morfologi dan biomassa. Tipe substrat juga mempengaruhi standing crop lamun
(Zieman 1986). Selain itu rasio biomassa di atas dan dibawah substrat sangat bervariasi antar jenis
substrat. Pada Thalassia, rasio bertambah dari 1 : 3 pada lumpur halus menjadi 1 : 5 pada lumpur dan 1 :
7 pada pasir kasar (Burkholder et al. 1959 dalam Zieman 1986).

https://damnloveit.blogspot.com/2015/09/zona-subtidal.html

3. Jelaskan hubungan keterkaitan ekosistem lamun, mangrove, terumbu karang?

MANGROVE, LAMUN, DAN TERUMBU KARANG


1.     Ekosistem Mangrove
Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English), Suatu tipe
ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai)
yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut, komunitas tumbuhannya
mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut.
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan
rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis, fisik dan ekonomis. Fungsi ekologis
hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air
laut, habitat, feeding ground, nursery ground, spawning ground bagi aneka biota perairan,
tempat bersarang berbagai satwa liar terutama burung,sumber plasma nutfah,serta sebagai
pengatur iklim mikro.
Fungsi fisik hutang mangrove yaitu   mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di
belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang serta
menguraikan/mengolah limbah organic. Fungsi ekonominya antara lain : penghasil
keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit.
Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan
terdiri atas 12 genera tumbuhan
berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzer
a, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen). Formasi hutan
mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kekeringan, energi gelombang, kondisi
pasang surut, sedimentasi, mineralogi, efek neotektonik. Ekosistem mangrove yang terdapat
pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon
atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau.
 
a.       Fungsi Mangrove
1.      Sebagai peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi dan pengikisan pantai
oleh air laut, penahan intrusi air laut ke darat, penahan lumpur dan perangkap sedimen.
2.      Sebagai penghasil sejumlah besar detritus bagi plankton yang merupakan sumber
makanan utama biota laut.
3.      Sebagai habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia (biawak, ular), dan
mamalia (monyet).
4.      Sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds),
dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya.
5.      Sebagai penghasil kayu konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku
kertas.
6.      Sebagai tempat ekowisata.

 
b.      Daya Adaptasi Mangrove Terhadap Lingkungan
Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap lingkungan (Bengen,
2001), menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk :
1.     Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove memiliki
bentuk perakaran yang khas : (1) bertipe cakar ayam yang
mempunyai pneumatofora (misalnya: Avecennia spp., Xylocarpus., dan Sonneratia spp.)
untuk mengambil oksigen dari udara; dan (2) bertipe penyangga/tongkat yang
mempunyai lentisel (misalnya Rhyzophora spp.).
2.     Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi :
o   Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.
o   Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan
garam.
o   Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.
3.     Adaptasi terhadap tanah yang kurang strabil dan adanya pasang surut, dengan cara
mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horisontal
yang lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk
mengambil unsur hara dan menahan sedimen.
 
c.       Zonasi Hutan Mangrove
Menurut Bengen (2001), penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung oleh berbagai
faktor lingkungan. Berikut salah satu tipe zonasi hutan mangrore di Indonesia:
o   Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi
oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia  spp. Yang dominan tumbuh
pada lumpur dalam yang kaya bahan organik.
o   Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona
ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.
o   Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera  spp.

 Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi
oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.

 
2.     Ekosistem Padang Lamun
Lamun ( sea grass ) adalah Tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri
untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari Rhizome,daun dan akar.
Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-
buku. pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas,berdaun dan
berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri
dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus.
Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidupnya terbenam di dalam laut.Padang
lamun ini merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Fungsi
ekologi yang penting yaitu sebagai feeding ground, spawning ground dan nursery
ground beberapa jenis hewan yaitu udang dan ikan baranong, sebagai peredam arus
sehingga perairan dan sekitarnya menjadi tenang.
Meskipun padang lamun merupakan ekosistim yang penting namun pemanfaatan langsung
tumbuhan lamun untuk kebutuhan manusia tidak banyak di lakukan. Beberapa jenis lamun
dapat digunakan sebagai bahan makanan, samo-samo ( Enhalus acoroides) misalnya di
manfaatkan bijinya oleh penduduk pulau-pulau seribu sebagai bahan makanan.
Adapun ancaman terhadap padang lamun, diantaranya sebagai berikut :
o  Pengerukan dan pengurugan dari aktivitas pembangunan (pemukiman pinggir 
laut,pelabuhan,industri dan saluran navigasi).
o   Pencemaran limbah industri terutama logam berat dan senyawa organoklorin
o   Pencemaran minyak dan industri.
a.      Upaya pelestarian Padang Lamun Mencegah terjadinya pengrusakan akibat
pengerukan dan pengurugan kawasan lamun
b.      Mencegah terjadinya pengrusakan akibat kegiatan konstruksi di wilayah pesisir
c.      Mencegah terjadinya pembuangan limbah dari kegiatan industri, buangan termal serta 
limbah pemukiman
d.      Mencegah terjadinya penangkapan ikan secara destruktif yang membahayakan lamun
e.      Memelihara salinitas perairan agar sesuai batas salinitas padang lamun
f.       Mencegah terjadinya pencemaran minyak di kawasan lamun
 
3.     Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang adalah suatu ekosistem di laut tropis yang mempunyai produktivitas
tinggi (Sukarno et al., 1986).  Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di daerah
tropis dan sering digunakan untuk menentukan batas lingkungan perairan laut tropis dengan
laut sub tropis maupun kutub (Nontji, 1987 dan Nybakken, 1988). Ekosistem ini mempunyai
sifat yang menonjol karena produktivitas dan keaneka- ragaman jenis biotanya yang tinggi.
Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa besarnya produktivitas yang dimiliki terumbu
karang disebabkan oleh adanya pendauran ulang zat-zat hara melalui proses hayati.
Terumbu karang adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat
(CaCO3) dan terutama dihasilkan oleh karang (Filum Cnidaria, Kelas Anthozoa, Ordo
Madreporaria = Scleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-
organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat.
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang dinamis, mengalami perubahan
terus menerus dan tidak tahan terhadap gangguan-gangguan alam yang berasal dari luar
terumbu.  Beberapa faktor  yang  membatasi  pertumbuhan  karang adalah : cahaya, diperlukan
oleh Zooxanthellae  untuk  melakukan    fotosintesis    dalam   jaringan   karang.   Suhu dapat
merupakan faktor pembatas yang umum bagi karang. Pertumbuhan karang yang optimum
terjadi pada perairan yang rata-rata suhu tahunannya berkisar 23 – 25 oC, akan tetapi karang
juga dapat mentoleransi suhu pada kisaran 20oC, sampai dengan 36 – 40oC  (Nybakken, 1988).

Hubungan

1. Sifat fisik air Hutan mangrove sejati biasanya tumbuh di daerah yang terlindung dari
pengaruh ombak dan arus yang kuat. Terumbu karang dan lamun disini berfungsi sebagai
penahan ombak dan arus yang kuat untuk memperlambat pergerakannya. Ini merupakan
salah satu interaksi fisik dari terumbu karang dan lamun terhadap mangrove sehingga
mangrove terlindungi dari ombak dan arus yang kuat. Hutan mangrove kaya akan
sedimen yang mengendap di dasar perairan. Apabila sedimen ini masuk ke ekosistem
lamun maupun terumbu karang dengan jumlah yang sangat banyak dan terus menerus
oleh pengaruh hujan lebat, penebangan hutan mangrove maupun pasang surut dapat
mengeruhkan perairan, maka ini akan mempengaruhi fotosintesis dari lamun dan
zooxanthela yang hidup pada karang. Sedimen yang membuat perairan keruh akan
berdampak pada berkurangnya penetrasi cahaya matahari (kecerahan). Tanpa cahaya
yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang. Dan ini akan mempengaruhi persebaran
dan kelimpahan lamun serta terumbu karang secara vertikal dan horizontal.
2. Partikel organik yang berasal dari serasah lamun dan mangrove dapat mempengaruhi
pertumbuhan dari terumbu karang. Tingginya partikel organik yang tersuspensi
diperairan dapat menurunkan fotosintesis dari lamun dan zooxanthela di perairan.
Partikel organik ini akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan lamun
dan zooxanthella untuk proses fotosintesis. Selain itu partikel organik yang terbawa dari
ekosistem mangrove ke ekosistem lamun dan terumbu karang merupakan makanan bagi
biota-biota perairan seperti filter feeder dan detritus feeder. Khusunya ekosistem
mangrove, arus dan gelombang disekitarnya cukup kuat sehingga berfungsi
mencernihkan perairan. Sedangkan ekosistem lamun yang berdekatan dengan ekosistem
mangrove yang kaya sedimen, mempunyai rhizoma yang saling menyilang untuk
menahan substrat dasar. Penebangan hutan, pembukaan jalan, pembukaan lahan pertanian
dapat meningkatkan partikel organik diperiaran. Partikel yang tersuspensi terutama dalam
bentuk partikel halus maupun kasar, akan menimbulkan dampak negatif terhadap biota
perairan pesisir dan lautan. Misalnya partikel tersebut menutupi sistem pernafasan yang
mengakibatkan biota tersebut susah bernafas.

3. Nutrien Terlarut

Nutrien diperiaran penting bagi produsen primer untuk proses fotosintesis. Nutrien di
perairan dapat berasal dari batuan-batuan maupun serasah tumbuhan dan organisme-
organisme yang mati, dan kemudian didekomposisi oleh bakteri menjadi zat anorganik yang
diserap oleh produsen primer. Mangrove kaya akan nutrien yang biasanya terbawa ke
ekosistem lamun dan terumbu karang melalui aliran sungai maupun efek pasang surut.
Nutrien ini diserap langsung oleh lamun melalui perakarannya, dan zooxanthella
memperoleh nutrien tersebut juga.Batuan-batuan karang yang pecah juga merupakan nutrien
yang dibutuhkan bagi organisme yang ada disekitar mangrove yang bisanya membentuk
cangkang. Nutrien ini juga bisanya dibawa oleh arus dan ombak untuk diserap oleh lamun.

1. MigrasiFauna
Migrasi fauna dapat disebabkan oleh meningkatnya predator pada suatu ekosistem,
berkurangnya makanan, reproduksi, meningkatnya persaingan dalam memperbutkan
makanan, tempat persembunyian yang aman, dll. Ketika ekosistem mangrove dalam
keadaan rusak atau terganggu oleh aktivitas manusia maupun oleh pengaruh alam, maka
biota-biota/fauna yang hidupnya disekitar mangrove akan beralih tempat ke ekositem
lamunmaupun terumbukarang untuk memperoleh perlindungan. Apabila dalam ekosistem
lamun, terjadi persaingan yang ketat dalam memperbutkan makanan, maka fauna-fauna
disekitarnya akan bermigrasi ke darerah mangrove untuk memperoleh makanan yang
banyak. Ketika terjadi kekeruhan di ekosistem lamun oleh pengaruh sedimentasi, maka
fauna-fauna yang hidup disekitarnya khususnya ikan akan menghindari daerah tersebut
dan menempati ekosistem terumbu karang yang tidak kecerahan lebih baik.

4.DampakManusia

Penebangan hutan mangrove untuk pemukiman, pebukaan lahan pertanian dan


pertambakan dapat mengakibatkan erosi sehingga mengeruhkan perairan. Pengaruhnya ini akan
berdampak pada ekosistem lamun dan terumbu karang yang ada disekitarnya. Proses fotosintesis
akan yang berjalan akan terhambat. Selain pemanfaatan mangrove yang merusak lingkungan,
pemanfaatan lamun dengan cara yang sama akan menyebabkan sedimentasi, mengingat bahwa
lamun mempunyai rhizoma yang saling mentilang yang berfungsi untuk mengikat sedimen
didasar Pengambilan terumbu karang sebagai bahan bangunan akan mengancam ekosistem
mangrove. Mengingat bahwa secara ekologis terumbu karang berfungsi untuk menahan
gelombang dan arus yang kuat, sehingga tanpa keberadaannya akan mengamcam ekosistem
mangrove yang biasanya terlindung dari ombak dan arus yang kuat.Ikan di daerah terumbu
karang yang memakan suatu spesies ikan di sekitar daerah lamun lama kelamaan akan habis
apabila terus menerus dieksploitasi secara besar-besaran oleh manusia. Ikan di daerah terumbu
karang berkurang jumlahnya sedangkan ikan di daerah lamun meningkat jumlahnya. Dari
pembahasan diatas kita dapat melihat bahwa dampak manusia dan alam akan mempengaruhi
ketiga ekosistem ini.

 
 
B.     Keterkaitan Ekosistem secara Biologis
Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang sudah
diduga sejak lama oleh para ahli ekologi. Namun kepastian tentang bentuk keterkaitan antara
ketiga ekosistem tersebut secara biologis masih belum banyak dibuktikan. Salah satu penelitian
yang dilakukan untuk membuktikan adanya keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan
terumbu karang tersebut dilaksanakan oleh Nagelkerken et al., (2000), di Pulau Curacao,
Karibia.
Penelitian tersebut dilakukan untuk membuktikan apakah daerah mangrove dan lamun
benar-benar secara mutlak (obligat) dibutuhkan oleh ikan karang untuk membesarkan ikan
yang masih juvenil ataukah hanya sebagai tempat alternatif (fakulatif) saja untuk memijah.
Lokasi penelitian dibagi menjadi 4 jenis biotope (habitat) yang berbeda, yaitu : daerah padang
lamun di teluk yang ditumbuhi komunitas mangrove, daerah padang lamun di teluk yang tidak
ditumbuhi mangrove (tanpa mangrove), daerah berlumpur di teluk yang ditumbuhi lamun dan
mangrove serta daerah berlumpur di teluk yang tidak ditumbuhi lamun dan mangrove (daerah
kosong tanpa vegetasi).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Nagelkerken et al., (2000) melaporkan
bahwa beberapa spesies ikan menggunakan daerah lamun dan mangrove sebagai daerah asuhan
tempat membesarkan juvenile (nursery ground). Kelimpahan dan kekayaan jenis (species
richness) tertinggi ditemukan di daerah padang lamun dan daerah berlumpur yang sekelilingnya
ditumbuhi oleh vegetasi mangrove.
Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang menciptakan suatu
variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis organisme. Hal ini membuktikan
adanya pengaruh tepi (edge effect) seperti tampak pada penelitian Nagelkerken et al. (2000).
Adanya variasi habitat menciptakan daerah tepi yang saling tumpang tindih. Hal ini
menimbulkan suatu daerah pertemuan antar spesies sehingga meningkatkan keanekaragaman
jenis organisme di daerah tersebut.
 
C.      Keterkaitan ekositem secara Ekologis
Secara ekologis, terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan lautan
serta ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun. Hal ini disebabkan karena terumbu
karang berada dekat dengan ekosistem tersebut serta daratan dan lautan. Berbagai dampak
kegiatan pembangunan yang dilakukan di lahan atas atau di sekitar padang lamun atau hutan
mangrove akan menimbulkan dampak pula pada ekosistem terumbu karang. Demikian pula
dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti: kegiatan pengeboran minyak lepas
pantai, pembuangan limbah dan perhubungan laut.

DAFTAR PUSTAKA 
Naamin, N. 2001. Oseanology (Parameter fisik, Kimia dan Biologi) Dari Terumbu Karang.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta.
Sudarmadji, 2003. Konservasi dan Rehabilitasi Hutan Mangrove. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Jember, Bali. 53 halaman
Sukarno, M., M. Hutomo, K. Moosa, dan P. Darsono,.  1986.  Terumbu Karang di Indonesia :
Sumberdaya, Permasalahan dan Pengelolaannya.  Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam
Indonesia.   Studi Potensi Sumberdaya Hayati Ikan.  LON-LIPI.  Jakarta
Suharsono. 1998. Standard Monitoring Terumbu Karang. Puslitbang – LIPI. Jakarta
Supriharyono, 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis. PT. Gramedia Pustaka Umum Jakarta,
Sudarmadji, 2003. Konservasi dan Rehabilitasi Hutan Mangrove. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Jember, Bali.
Yayasan Terangi. 2005. Selamatkan Terumbu Karang Indonesia. Jakarta
http://shifadini.wordpress.com/2010/04/15/56/
http://www.shttp://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/
0027%20Bio%201-6b.htmmkjeunieb.co.cc/2010/08/keterkaitan-ekosistem-secara-biologis.html
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/kel4_012.htm
4. Mengapa perairan disekitar padang lamun relatif tenang?
Secara ekologis, kebun rumput-rumputan laut mempunyai beberapa fungsi penting di
daerah pesisir. Mereka merupakan sumber utama produktivitas primer di perairan dangkal di
seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme (dalam bentuk
detritus). Selain itu, tumbuhan ini juga berfungsi menstabilkan dasar-dasar lunak dimana
kebanyak spesies tumbuh, terutama dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang
sehingga mampu bertahan dari badan dan topan sekaligus. Menurut Hutomo (1997) dan
Kiswara (1997) dalam Asriyani (2012), daun lamun yang lebat akan memperlambat gerakan air
yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang.
Rimpang dan akar lamun juga dapat manahan dan mengikat sedimen sehingga dapat
menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun berfungsi sebagai
penangkap sedimen dan pencegah erosi.
https://www.google.com/search?safe=strict&client=ms-android-
oppo&sxsrf=ALeKk00f1cCAoxxrfsskR1nE9I_-oNuqxA
%3A1588256382826&ei=ft6qXsb8MZr59QOVqLAY&q=cara+pola+adaptasi+lamun&oq=car
a+pola+adaptasi+lamun&gs_lcp=ChNtb2JpbGUtZ3dzLXdpei1zZXJwEAMyBQgAEM0COgQ
IABBHOgcIIxCwAhAnUN2hAVjIrQFgmbABaABwAXgAgAG9A4gBrg2SAQkwLjUuMi4w
LjGYAQCgAQE&sclient=mobile-gws-wiz-serp

5. Jelaskan pola adaptasi lamun

ADAPTASI LAMUN
Lamun merupakan tumbuhan yang beradaptasi penuh untuk dapat hidup di lingkungan laut.
Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang dilakukan termasuk
toleransi terhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk menancapkan akar di substrat sebagai
jangkar, dan juga kemampuan untuk tumbuh dan melakukan reproduksi pada saat terbenam.
Lamun juga memiliki karakteristik tidak memiliki stomata, mempertahankan kutikel yang tipis,
perkembangan shrizogenous pada sistem lakunar dan keberadaan diafragma pada sistem lakunar.
Salah satu hal yang paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah hidrophilus yaitu
kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air.
http://kebutsemalam.blogspot.com/2013/03/bentuk-adaptasi-lamun-seagrass.html

6. Hungan kandungan nutrien pada substrat terhadap keadatan lamun?


Hubungan Kandungan Nutrien pada Substrat Terhadap Kepadatan Lamun Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan di Perairan Desa Lalowaru, kandungan nutrien (nitrat dan
fosfat) memberikan kontribusi yang cukup bagi pertumbuhan lamun dengan kepadatan berkisar
anatara 101,33-388,83 tegakan/m2 dan persen penutupan lamun yang berkisar 20,27-51,33 %.
Namun jika dilihat berdasarkan kandungannya, jenis nutrien yang memberikan kontribusi nyata
terhadap pertumbuhan lamun adalah nitrat dibandingkan fosfat. Hal demikian terjadi karena
kandungan fosfat yang ditemukan di Perairan Desa Lalowaru berada dalam kategori cukup
tinggi yang telah melebihi batas maksimum untuk pertumbuhan lamun. Apabila kandungan
fosfat yang terkandung dalam substrat terus meningkat, maka akan berdampak terhadap
penurunan efektifitas lamun untuk melakukan proses fotosintesis. Berdasarkan uraian tersebut
memberikan indikasi bahwa lamun memanfaatkan kandungan nutrien (nitrat dan fosfat) dalam
substrat melalui akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ertmeijer (1993), bahwa tumbuhan
lamun lebih dominan memanfaatkan unsur nitrat dalam air poros dan sedimen melalui akar dan
rhizoma daripada nitrat dalam kolom air. Berdasarkan hasil analisis korelasi hubungan
kandungan nutrien (nitrat dan fosfat) terhadap kepadatan lamun menunjukan hubungan antara
nitrat dan kepadatan lamun bersifat positif dengan angka korelasi sebesar 0,832* dengan angka
signifikan 0,040. Artinya nitrat dan kepadatan lamun mempunyai hubungan yang sangat kuat
karena mendekati 1. Diamana jika nitrat mengalami peningatan/kenaikan maka kepadatan
lamun juga akan naik. Korelasi negatif ditunjukkan oleh kandungan fosfat dengan besar angka
korelasi yang terjadi antara fosfat dan kepadatan lamun adalah -0,703 dengan nilai signifikan
0,119. Nilai ini mengandung arti fosfat dan kepadatan lamun mempunyai hubungan yang kuat
karena mendekati -1.
Berbeda dengan kandungan nitrat, jika fosfat mengalami kenaikan maka akan
menunjukkan hubungan terbalik dengan kepadatan lamun yaitu kepadatan lamun akan
mengalami penurunan. Berdasarkan uji regresi diperoleh nilai koefisien Determinasi Regresi
(R2) sebesar 70,1%, artinya bahwa variabel bebas (nitrat dan fosfat) memberikan konstribusi
terhadap variabel terikat (kepadatan lamun) sebesar 70,1%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh
kandungan nutrien lainnya di perairan. Nilai F hitung pada tabel ANOVA merupakan uji
serentak untuk mengetahui besarnya hubungan atau signifikan dari keseluruhan variabel yang
diukur. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda, maka diperoleh nilai F hitung sebesar
3,510 dengan tingkat signifikan 0,164 (< 0,05) yang menandakan bahwa kandungan nutrien
(nitrat dan fosfat) tidak mempunyai hubungan yang signifikan (penting).
- Kandungan nutrien (nitrat dan fosfat) dalam substrat yang ditemukan di Perairan Desa
Lalowaru masing-masing berkisar antara 0,021-0,026 ppm dan 0,518-0,956 ppm dengan
kepadatan lamun rata-rata sebesar 101,33–388,33 tegakan/m2.
- Kepadatan lamun sangat ditentukan oleh kandungan nutrien (nitrat dan fosfat) dalam substrat
juga memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kepadatan. Sama halnya dengan
kuaitas perairan yaitu suhu dan kedalaman yang menunjukkan adanya pengaruh yang sangat
kuat terhadap kepadatan lamun

7. Apa peran lamun teradap blue carbon sink?


Salah satu sumberdaya laut yang cukup potensial sebagai penyimpan gas CO2 adalah
padang lamun. Salah satu peran utama lamun adalah sebagai penyimpan karbon di lautan
(carbon sink) atau dikenal dengan istilah blue carbon dan digunakan untuk proses fotosintesis
(Kawaroe, 2009). Jenis lamun yang berperan besar dalam peyimpanan karbon yaitu Enhalus
acoroides, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium (Rustam et al., 2014). Kontribusi
vegetasi lamun terhadap penyimpanan karbon dimulai dari proses fotosintesis dan disimpan
sebagai biomassa.
https://www.google.com/search?safe=strict&client=ms-android-
oppo&sxsrf=ALeKk01bKczLj7rgqwHII5f8Yh5akgNfVQ%3A1588256688711&ei=sN-
qXvyHK46K4-EPid-
T4Ao&q=peran+lamun+terhadap+blue+karbon+sink&oq=peran+lamun+terhadap+blue+karbo
n+sink&gs_lcp=ChNtb2JpbGUtZ3dzLXdpei1zZXJwEAMyBwghEAoQoAEyBwghEAoQoAE
6BwgjELACECc6BAghEBVQr_YHWPKACGDegwhoAHAAeACAAcwCiAGeC5IBBzAuM
S40LjGYAQCgAQE&sclient=mobile-gws-wiz-serp

8. Mengapa padang lamun di kawasan perlindungn laut indoneia teranam?


Penyebabnya adalah reklamasi dan pembangunan pantai, polusi minyak,
penambangan pasir dan karang, pertanian rumput laut, sedimentasi, penggundulan hutan,
penangkapan ikan secara berlebihan, kualitas air yang buruk, hingga sampah. Selain itu,
kegiatan memanen hewan laut hewan laut ukuran kecil seperti siput laut, kerang dan teripang
dari lamun selama air surut juga bisa menjadi ancaman.
Masyarakat lokal dan pemerintah telah berupaya melindungi padang lamun dengan
berbagai cara, misalnya para masyarakat pesisir memberlakukan moratorium penangkapan
ikan atau biota lainnya untuk periode tertentu, yang dikenal dengan istilah “sasi”. Secara tidak
langsung, padang lamun ikut terlindungi karena aktivitas perikanan menjadi berkurang.
https://www.google.com/search?safe=strict&client=ms-android-
oppo&sxsrf=ALeKk01x8uCUFw8YziJBmeoJ_3MXCr6C0A
%3A1588256821404&ei=NeCqXpelGJPorQGUhLfIAQ&q=mengapa+padang+lamun+masih+
terancam&oq=mengapa+padang+lamun+masih+terancam&gs_lcp=ChNtb2JpbGUtZ3dzLXdpe
i1zZXJwEAMyBQghEKABOgcIIxCwAhAnOgcIIRAKEKABOgcIIxDqAhAnOgQIIxAnOgII
ADoCCC46BQgAEIMBOgQIABBDOgcIABCDARBDOgQIABAKOgYIABAWEB46BAgh
EBU6CAghEBYQHRAeUI0fWL1qYJNxaAdwAHgDgAHrAYgBhC-
SAQYzLjMzLjOYAQCgAQGwAQ8&sclient=mobile-gws-wiz-serp

9. Mengapa padang lamun sangat penting bagi masyarakat pesisir?


Secara ekologi, lamun memainkan peranan penting di perairan laut dangkal, sebagai
pelindung dasar perairan dari erosi. Padang lamun juga berfungsi sebagai penyaring nutrient
yang berasal dari sungai atau laut, pemecah gelombang dan arus, serta meningkatkan kualitas air
laut dengan membantu pengendapan substrat dan menstabilkan sedimen.Padang lamun juga
merupakan daerah asuhan untuk beberapa organisme. Sejumlah jenis fauna tergantung pada
padang lamun, walaupun mereka tidak mempunyai hubungan dengan lamun itu sendiri. Banyak
dari organisme tersebut mempunyai kontribusi terhadap keragaman pada komunitas lamun,
tetapi tidak berhubungan langsung dengan nilai ekonomi. Beberapa organisme hanya
menghabiskan sebagian dari siklus hidupnya di padang lamun dan beberapa dari mereka adalah
ikan dan udang yang mempunyai nilai ekonomi penting.Selain itu, padang lamun juga sudah
banyak dimanfaatkan untuk, pembuatan keranjang, dibakar untuk diambil garamnya, soda atau
penghangat, untuk pengisi kasur, sebagai atap rumbia, untuk kompos dan pupuk, digunakan
untuk isolasi suara dan suhu, dapat sebagai pengganti benang dalam membuat nitrosellulosa, dan
sebagainya. Sedangkan pemanfaatan secara modern adalah sebagai penyaring limbah,
penstabilitasi pantai, bahan untuk kertas, pupuk dan makanan ternak, serta sebagai bahan obat-
obatan
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/nadyaa/5afb1e68dd0fa80d5b540782
/padang-lamun-dengan-segala-manfaatnya

10. Bagaimana peran padang lamun penting dalam mitigasi perubahan iklim?
Pemanfaatan padang lamun sebagai bagian dari mitigasi dampak perubahan
iklim, hingga saat ini masih belum dilakukan oleh dunia. Padahal, bersama dengan
tanaman bakau (mangrove), potensi tumbuhan di perairan laut itu diketahui sangat
besar. Untuk bisa menyerap karbon sebanyak mungkin, maka kemampuan vegetasi
di darat dan laut harus tetap dipertahankan. Di laut, mangrove dan lamun bisa
diandalkan untuk melakukan tugas itu. Vegetasi pesisir berkontribusi sampai 50
persen penimbunan karbon di sedimen,” jelasnya.

Aan melanjutkan, kemampuan menyerap karbon yang dimiliki padang lamun


tersebut, walaupun besar tapi hingga saat ini masih belum dikelola dengan baik. Hal
itu, terbukti dengan masih rendahnya riset tentang padang lamun di Indonesia.
Padahal, melalui riset, potensi lamun untuk menyerap karbon bisa dipetakan dengan
sangat baik.

Secara umum, Aan melanjutkan, padang lamun yang memiliki kemampuan


untuk menyerap karbon, masih didominasi oleh dua jenis lamun, yakni Enhalus
acoroides dan Thalassia hemprichii. Kedua jenis lamun tersebut menjadi tumpuan
karena memiliki nilai cadangan karbon yang besar.

Cadangan karbon pada lamun itu tersimpan pada substrat yang ada di bawah
permukaan pasir laut dan menyatu dengan akar lamun. Cadangan tersebut, mampu
bertahan dalam kurun waktu lama jika kawasan pesisir tidak mengalami kerusakan
karena berbagai hal.

Namun, Aan mengingatkan, walau ada cadangan yang besar, tetap perlu
dilakukan pengukuran secara kontinu berapa cadangan biomassa yang tersimpan dan
berapa kemampuan serapan karbon dari lamun yang ada. Cara itu harus dilakukan,
karena diyakini pemetaan padang lamun untuk menyerap karbondioksida bisa terus
terjaga baik kualitas maupun kuantitas.

Di sisi lain, walau lamun memiliki potensi besar untuk menyerap karbon,
kondisinya saat ini semakin memprihatinkan. Dari 293.464 ha padang lamun yang
sudah tervalidasi, tercatat hanya 15,35 persen saja yang kondisinya bagus atau sehat.
Sementara, 53,8 persen dinyatakan kurang sehat dan 30,77 persen dinyatakan
miskin.
Fakta itu diungkapkan Peneliti Padang Lamun P2O Dhewani Mirah Sjafrie
di tempat yang sama. Menurut dia, merujuk pada Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No.200/2004, padang lamun yang masuk kategori sehat harus memiliki
tutupan minimal 60 persen. Sementara, untuk kondisi sekarang, tutupan padang
lamun di Indonesia rerata mencapai 42,23 persen.

https://www.google.com/amp/s/www.mongabay.co.id/2018/10/03/pentingnya-padang-
lamun-mitigasi-perubahan-iklim-sayangnya/amp/

Anda mungkin juga menyukai