PERMASALAHAN KOTA
DENPASAR
i
Kata Pengantar
Assalamualaikum.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Menganalisis Permasalahan
Kota. Dapat kami selesaikan dengan cermat dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Tanpa pertolonganya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk menyerahkan hasil tentang pembelajaran mengenai desa dan
kota. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Harapan kami semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, sehingga
berguna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang
akan datang.
Wassalamualaikum.
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar....................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB 2 : PEMBAHASAN
BAB 3 : PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
yang cukup serius. Arus urbanisasi yang semakin meningkat dari desa ke kota, ditambah
dengan meningkatnya jumlah pengangguran dari 3 juta pada September 1998, menjadi 26
juta pada Januari 1999 (NUDS 2, 2000) menjadikan permasalahan kota menjadi semakin
kompleks. Sebagai dampak pertumbuhan penduduk perkotaan tersebut, beberapa prinsip
perencanaan perkotaan seperti liveability, kenyamanan kota yang dinilai akan mendorong
warganya berproduktivitas tinggi, competitiveness, kebersaingan untuk mengundang
investor1, menjadi sulit untuk tercapai.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a) Ibukota Provinsi Bali
Denpasar awalnya adalah pusat dari kerajaan Badung, dan ditaklukkan oleh
Belanda selama intervensi Belanda di pulau Bali (1906), Denpasar tetap menjadi
pusat administrasi Kabupaten Badung dan mulai tahun 1958 Denpasar menjadi
pusat pemerintahan untuk provinsi Bali. Bali mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat baik dari segi fisik, ekonomi, sosial dan budaya setelah Denpasar digunakan
sebagai pusat pemerintahan.
Denpasar adalah pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat pendidikan,
pusat industri dan pusat pariwisata yang terdiri dari 4 kecamatan, yaitu Denpasar
Barat, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, Denpasar Utara. Dan pada tanggal 27
Februari 1993 Denpasar ditetapkan sebagai Kota Madya.
4
Musim hujan berlangsung kira-kira dari bulan November sampai bulan
April, sementara musim kemarau berlangsung dari Mei hingga Oktober. Suhu
yang tidak ekstrim, tapi panas, dikombinasikan dengan kelembaban dan curah
hujan berlebihan, membuat iklim dan cuaca di Denpasar terasa kurang nyaman.
d) Pariwisata
Pantai Sanur memiliki perairan lebih tenang dan sangat baik untuk
berjemur ataupun untuk kegiatan olahraga air lainnya. Dan juga di pusat kota
Denpasar memiliki beberapa tempat wisata dan tempat-tempat menarik untuk
dikunjungi seperti Museum Bali, Monumen Bajra Sandhi (Renon), Monumen
Puputan Badung, Taman Budaya Ardha Chandra (Art Centre Bali). Denpasar juga
menjadi pusat perbelanjaan di Bali dengan banyaknya shopping mall dan
pertokoan yang ada di daerah Denpasar, seperti pasar Kumbasari.
5
berkesan pada diri saya berada di Bali adalah terlalu banyaknya terdapat sampah
di tempat-tempat pariwisata terkenal di Bali, seperti daerah di sekitaran Pantai
Dreamland, jalan-jalan disekitaran wisata bedugul, maupun di area-area wisata
pura di Bali.
Sangat disayangkan bahwa selain sampah plastik yang masih banyak
berserakan di Bali, banyak juga terdapat sampah-sampah sisa hasil
persembahyangan, yang saat saya berada di Bali para krama Bali sedang dalam
kegiatan menyambut Galungan dan Kuningan. Bagi para krama Bali, hal ini
mungkin merupakan hal yang lumrah, karena selesai upacara biasanya akan
diadakan pembersihan oleh staf-staf dari pemerintah daerah.
Tapi perlu diingat bahwa para wisatawan baik asing maupun domestik
masih banyak yang belum terbiasa melihat kebiasaan kita dalam ‘mengotori’
tempat-tempat wisata sehabis melaksanakan upacara persembahyangan dan
upacara adat. Tidak seperti di Indonesia, di luar negri tidak ada petugas khusus
yang membersihkan jalan-jalan dan tempat umum. Alangkah baiknya apabila kita
tetap menjaga kebersihan lingkungan tanpa harus mengandalkan kepada para
petugas pembersih jalan.
Penanggulangan masalah sampah dan kebersihan lingkungan bisa
dilakukan dengan cara membiasakan kita untuk membersihkan lingkungan rumah
sekitar. Jangan malu untuk mengajak teman-teman kita bersama-sama
membersihkan area wisata di Bali. Semakin bersih Bali, kepercayaan diri kita
akan semakin meningkat untuk mempromosikan Bali sebagai tempat wisata
terbaik di dunia yang tentu saja hal ini dapat meningkatkan perekonomian rakyat
Bali.Selain itu, publik Bali harus bisa menekan jumlah sampah yang berserakan
mulai dari perorangan, baik berupa sampah plastik, lingkungan, maupun sampah
hasil persembahyangan.
Mengurangi jumlah sampah yang berserakan bukan berarti membatasi
kerja kita yang menghasilkan sampah. Langkah nyata yang bisa kita lakukan
adalah dengan selalu membuang sampah pada tempatnya, tidak mengotori area
pura dengan membiasakan diri membuang canang dan dupa sisa
persembahyangan kita di tempat sampah, dan membiasakan diri memungut
sampah yang ada di depan kita.
6
2. Kemacetan lalu lintas dan masalah parkir
7
Danau-danau di Bali, rata-rata mengalami pendangkalan, kerusakan
lingkungan ini bukanlah hal yang wajar. Semuanya berkaitan dengan prilaku kita
yang mengabaikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Sebagai contoh, semakin
banyaknya rumah-rumah dan fasilitas umum yang di beton dan di aspal.
Adapun langkah-langkah yang bisa kita lakukan dalam menanggulangi
permasalahan ini adalah dengan membuat kebun pada pekarangan rumah,
membiarkan sebagian halaman rumah tidak di beton tanpa mengurangi kebersihan
rumah, atau dalam skala pembangunan fasilitas umum dengan membuat taman
kota di tempat-tempat wisata. Dengan pembangunan ini diharapkan secara tidak
langsung kita bisa menjaga air bawah tanah pada daerah-daerah yang padat
penduduk. Akan lebih bijaksana apabila kita selalu membangun rumah atau
infrastruktur lainnya dengan tetap memperhitungkan aspek-aspek kelestarian
lingkungan dan tetap menjaga bangunan budaya bali.
8
Rai merupakan salah satu contoh yang harus menjadi perhatian serius masyarakat
Bali.
5. Harga pelayanan jasa hiburan yang tidak adil dan mencolok mata untuk
wisatawan lokal dan mancanegara
9
6. Berbagai macam permasalahan pada sektor pertanian di Bali
Sampai saat ini Bali masih bergantung dengan jaringan listrik dari luar.
Karenanya apabila terjadi gangguan dengan koneksi jaringan listrik Jawa-Bali,
dapat dipastikan Bali akan mengalami pemadaman listrik untuk jangka waktu
yang lama, dan tentu saja ini akan mengganggu industri pariwisata yang akan
berpengaruh ke segala bidang.
Permasalahan ini sudah pernah saya bahas lebih rinci pada artikel
sebelumnya yang berjudul publik Bali dan pemerintah harus beri perhatian serius
untuk masalah kelistrikan di Bali.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bahwa kehidupan kota adalah sangat spesifik, spesifik dalam hal cirinya maupun
permasalahan yang ada didalamnya, sehingga dari kespesifikannya itu ternyata
saat ini banyak menimbulkan permasalahan yang menimbulkan dampak terhadap
“kota” itu sendiri sebagai wadah kegiatan, maupun terhadap “penduduk” selaku
pelaku kegiatannya.
2. Secara umum permasalahan kota tersebut dibedakan dalam 2 jenis, yaitu
permasalahan yang menyangkut fisik dan permasalahan yang menyangkut
sosial/kehidupan, kedua aspek permasalahan tersebut saling berinteraksi sehingga
sulit untuk menentukan aspek mana yang berfungsi sebagai “pemicu” munculnya
permasalahan pada aspek lainnya.
3. Perilaku individualis merupakan ciri utama sifat kehidupan kota, perilaku
tersebut merupakan salah satu dampak permasalahan perkotaan, dengan
demikian perilaku tersebut sangat sulit untuk dihilangkan (karena permasalahan
kota yang memicu timbulnya perilaku tersebut akan terus ada dan berkembang).
Perilaku individualis ini bisa diwujudkan dalam bentuk ungkapan fisik yang
berupa ruang, bentuk, maupun tanda, namun bisa juga dalam sikap dan perilaku.
4. Yang perlu diperhatikan di sini adalah perlunya pengendalian perilaku tersebut
supaya tidak menimbulkan konflik antar individu/kelompok.
5. Salah satu sarana pengendalian perilaku tersebut adalah adanya upaya pendidikan
sosial (social education) bagi para anggota masyarakat kota, yang implikasinya
adalah pada hubungan yang saling membutuhkan dan menghargai.
11