Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS

PERMASALAHAN KOTA
DENPASAR

Kelompok 1 Geografi : Kelas : 12 IPS 3

1. Adinda Dyah Puspita


2. Dodhi Dwi Saputro
3. Gita Shafira
4. Pandhu Satria Dewanto
5. Rizka Utami Maulida
6. Muhammad Noval Farhansyah

SMA KEMALA BHAYANGKARI 1


JL. Ampera Raya Komplek Polri Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan
2017-2018

i
Kata Pengantar

Assalamualaikum.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Menganalisis Permasalahan

Kota. Dapat kami selesaikan dengan cermat dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Tanpa pertolonganya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat untuk menyerahkan hasil tentang pembelajaran mengenai desa dan

kota. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari

segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Harapan kami semoga makalah ini

membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat

memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, sehingga

berguna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang

akan datang.

Wassalamualaikum.

Jakarta, 30 September 2017

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................................... ii

Daftar isi ................................................................................................................................ iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

C. Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB 2 : PEMBAHASAN

A. Profil Kota Denpasar ........................................................................................ 3

B. Permasalahan Yang Terjadi di Kota Denpasar dan Mengatasinya ................. 5

BAB 3 : PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkotaan di Indonesia, tak lagi terbatas sebagai pusat pemukiman


masyarakat. Kini kota juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan,sentral hirarki, dan
pusat pertumbuhan ekonomi. Sebagai konsekuensi logis dari peran kota sebagai pusat
pertumbuhan dan ekonomi, sumbangan perkotaan terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional, semakin meningkat.
Data menunjukkan, terdapat peningkatan peranan perkotaan terhadap
pertumbuhan nasional yang cukup signifikan. Pada awal Pelita I, peranan kota terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional tercatat 50%, namun pada Pelita V, peranan kota terhadap
pertumbuhan telah mencapai 70% (National Urban Development Strategy, 2001).
Pertumbuhan tersebut membawa dampak yang besar bagi kota itu sendiri. Dari sisi
penduduk misalnya, terdapat pertumbuhan jumlah penduduk yang besar dari tahun ke
tahun. Pada tahun 1990, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia mencapai 31,1%,
sementara pada 1995 mencapai 35,9% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan
proyeksi National Urban Development Strategy, jumlah penduduk perkotaan pada tahun
2003 mencapai 55,3% dari penduduk Indonesia. Di lain pihak, penduduk pedesaan pada
1990,mencapai 68,9% pada 1995 mencapai 64,4% dan pada 2003 penduduk pedesaan
mencapai kurang dari 45% dari jumlah penduduk Indonesia.
Penambahan komposisi kependudukan perkotaan memang tak terelakkan.
Pada kenyataannya negara-negara dengan tingkat perekonomian yang tinggi, memiliki
tingkat urbanisasi yang tinggi pula. Negara-negara industri pada umumnya memiliki
tingkat urbanisasi di atas 75 persen. Bandingkan dengan negara berkembang yang
sekarang ini. Tingkat urbanisasinya masih sekitar 35 persen sampai dengan 40 persen
saja. (Prijono Tjiptoherijanto, Urbanisasi dan Perkotaan, Artikel kompas 2000).
Tentu juga pertumbuhan penduduk yang demikian pesat tersebut membawa
konsekuensi yang besar bagi perkotaan. Penambahan jumlah penduduk di tengah semakin
terbatasnya ruang publik, menjadikan kota semakin lama semakin kehilangan fungsi
sebagai sarana pemukiman yang nyaman. Krisis perekonomian yang melanda Indonesia
dalam beberapa tahun terakhir ini, menjadikan kota harus menanggung beban tambahan

1
yang cukup serius. Arus urbanisasi yang semakin meningkat dari desa ke kota, ditambah
dengan meningkatnya jumlah pengangguran dari 3 juta pada September 1998, menjadi 26
juta pada Januari 1999 (NUDS 2, 2000) menjadikan permasalahan kota menjadi semakin
kompleks. Sebagai dampak pertumbuhan penduduk perkotaan tersebut, beberapa prinsip
perencanaan perkotaan seperti liveability, kenyamanan kota yang dinilai akan mendorong
warganya berproduktivitas tinggi, competitiveness, kebersaingan untuk mengundang
investor1, menjadi sulit untuk tercapai.

B. Rumusan Masalah

a. Apa yang menjadi permasalahan di kota tersebut?


b. Bagaimana permasalahan tersebut dapat terjadi?
c. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari permasalahan yang ada di kota
tersebut?
d. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang ada di kota tersebut?

C. Tujuan

a. Memberikan penjelasan mengenai permasalahan yang bisa terjadi.


b. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari permasalahan yang terjadi di kota
tersebut.
c. Memberikan solusi mengenai masalah tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Profil Kota Denpasar

Kota Denpasar merupakan


ibukota dari provinsi daerah Bali dan
tentunya sebagai sebuah ibu kota,
Denpasar menjadi pusat pemerintahan
dan perekonomian di Bali. Nama
Denpasar diambil dari kata "Den"
yang artinya utara dan "Pasar" yang
artinya pasar, nama ini diambil karena
letaknya di utara pasar Kumbasari.

Nama Resmi Kota Denpasar


Ibu Kota Denpasar
Provinsi Bali
Batas Wilayah Utara: Kabupaten Badung
Selatan: Selat Badung
Barat: Kabupaten Badung
Timur: Kabupaten Gianyar

Luas Wilayah 127,78 Km²


Jumlah Penduduk 576.443 Jiwa
Wilayah Kecamatan: 4, Kelurahan : 16, Desa : 27
Administrasi
Website http://www.denpasarkota.go.id

(Permendagri No.66 Tahun 2011)

3
a) Ibukota Provinsi Bali

Denpasar awalnya adalah pusat dari kerajaan Badung, dan ditaklukkan oleh
Belanda selama intervensi Belanda di pulau Bali (1906), Denpasar tetap menjadi
pusat administrasi Kabupaten Badung dan mulai tahun 1958 Denpasar menjadi
pusat pemerintahan untuk provinsi Bali. Bali mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat baik dari segi fisik, ekonomi, sosial dan budaya setelah Denpasar digunakan
sebagai pusat pemerintahan.
Denpasar adalah pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat pendidikan,
pusat industri dan pusat pariwisata yang terdiri dari 4 kecamatan, yaitu Denpasar
Barat, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, Denpasar Utara. Dan pada tanggal 27
Februari 1993 Denpasar ditetapkan sebagai Kota Madya.

b) Letak Geografis Denpasar

Kota Denpasar terletak pada ketinggian 0-75 m di atas permukaan laut.


Dengan total luas 127,78 km² atau 2,18% dari luas wilayah Provinsi Bali. Dari
penggunaan lahan, 2768 hektar lahan adalah persawahan, 10.001 hektar lahan
kering dan lahan yang tersisa dari 9 hektar untuk penggunaan lainnya.

c) Iklim dan Cuaca

Denpasar terletak disebelah selatan khatulistiwa, memiliki iklim tropis


basah/hujan dan kering, dengan cuaca panas dan lembab sepanjang tahun dan
sedikit perubahan suhu sepanjang tahun. Tidak seperti kebanyakan kota lainnya di
luar Indonesia dengan iklim seperti ini, ada sedikit perubahan suhu musiman,
dengan suhu rata-rata sekitar 28° C. Setiap Tahun dibagi menjadi dua musim:
hujan/basah dan kering.

4
Musim hujan berlangsung kira-kira dari bulan November sampai bulan
April, sementara musim kemarau berlangsung dari Mei hingga Oktober. Suhu
yang tidak ekstrim, tapi panas, dikombinasikan dengan kelembaban dan curah
hujan berlebihan, membuat iklim dan cuaca di Denpasar terasa kurang nyaman.

d) Pariwisata

Pantai Sanur memiliki perairan lebih tenang dan sangat baik untuk
berjemur ataupun untuk kegiatan olahraga air lainnya. Dan juga di pusat kota
Denpasar memiliki beberapa tempat wisata dan tempat-tempat menarik untuk
dikunjungi seperti Museum Bali, Monumen Bajra Sandhi (Renon), Monumen
Puputan Badung, Taman Budaya Ardha Chandra (Art Centre Bali). Denpasar juga
menjadi pusat perbelanjaan di Bali dengan banyaknya shopping mall dan
pertokoan yang ada di daerah Denpasar, seperti pasar Kumbasari.

B. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di kota Denpasar dan cara


mengatasinya

1. Permasalahan sampah dan kebersihan lingkungan

Sampah dan masalah kebersihan di Bali sudah sering kali menjadi


keluhan utama para wisatawan di Pulau Dewata kita. Hal yang sama yang

5
berkesan pada diri saya berada di Bali adalah terlalu banyaknya terdapat sampah
di tempat-tempat pariwisata terkenal di Bali, seperti daerah di sekitaran Pantai
Dreamland, jalan-jalan disekitaran wisata bedugul, maupun di area-area wisata
pura di Bali.
Sangat disayangkan bahwa selain sampah plastik yang masih banyak
berserakan di Bali, banyak juga terdapat sampah-sampah sisa hasil
persembahyangan, yang saat saya berada di Bali para krama Bali sedang dalam
kegiatan menyambut Galungan dan Kuningan. Bagi para krama Bali, hal ini
mungkin merupakan hal yang lumrah, karena selesai upacara biasanya akan
diadakan pembersihan oleh staf-staf dari pemerintah daerah.
Tapi perlu diingat bahwa para wisatawan baik asing maupun domestik
masih banyak yang belum terbiasa melihat kebiasaan kita dalam ‘mengotori’
tempat-tempat wisata sehabis melaksanakan upacara persembahyangan dan
upacara adat. Tidak seperti di Indonesia, di luar negri tidak ada petugas khusus
yang membersihkan jalan-jalan dan tempat umum. Alangkah baiknya apabila kita
tetap menjaga kebersihan lingkungan tanpa harus mengandalkan kepada para
petugas pembersih jalan.
Penanggulangan masalah sampah dan kebersihan lingkungan bisa
dilakukan dengan cara membiasakan kita untuk membersihkan lingkungan rumah
sekitar. Jangan malu untuk mengajak teman-teman kita bersama-sama
membersihkan area wisata di Bali. Semakin bersih Bali, kepercayaan diri kita
akan semakin meningkat untuk mempromosikan Bali sebagai tempat wisata
terbaik di dunia yang tentu saja hal ini dapat meningkatkan perekonomian rakyat
Bali.Selain itu, publik Bali harus bisa menekan jumlah sampah yang berserakan
mulai dari perorangan, baik berupa sampah plastik, lingkungan, maupun sampah
hasil persembahyangan.
Mengurangi jumlah sampah yang berserakan bukan berarti membatasi
kerja kita yang menghasilkan sampah. Langkah nyata yang bisa kita lakukan
adalah dengan selalu membuang sampah pada tempatnya, tidak mengotori area
pura dengan membiasakan diri membuang canang dan dupa sisa
persembahyangan kita di tempat sampah, dan membiasakan diri memungut
sampah yang ada di depan kita.

6
2. Kemacetan lalu lintas dan masalah parkir

Sementara itu, permasalahan transportasi yang berupa kemacetan dan


masalah tempat parkir juga terjadi di Bali. Pengembangan transportasi umum
untuk para wisatawan dan penduduk lokal untuk mengurangi penggunaan mobil
pribadi dan sewaan menjadi syarat mutlak yang harus diperjuangkan untuk
mengatasi kemacetan di Bali. Transporatasi umum yang ideal adalah sistem
transportasi yang bisa menjadi solusi yang murah dan tidak mengganggu aktivitas
trasnportasi kendaraan lainnya.
Di Bali terdapat pembangunan halte-halte bus yang baru disekitar ruas
jalan yang pembangunannya terkesan setengah hati. Kenapa di bilang setengah
hati karena halte-halte bus tersebut terlalu besar dan didirikan diatas trotoar yang
dapat mengganggu kenyamanan orang lain. Bali yang kecil ini tidak cocok untuk
angkutan umum dan fasilitas mendukung yang besar-besar karena hal ini tidak
akan menjadi solusi mengatasi kemacetan. Bali hanya butuh sistem trasportasi
umum yang kecil, praktis, dan dapat mencakup seluruh tempat wisata di Bali
melalui jalur-jalur alternatif yang dapat mengatasi kemacetan.

3. Danau-danau di Bali mengalami sedimentasi dan pendangkalan

7
Danau-danau di Bali, rata-rata mengalami pendangkalan, kerusakan
lingkungan ini bukanlah hal yang wajar. Semuanya berkaitan dengan prilaku kita
yang mengabaikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Sebagai contoh, semakin
banyaknya rumah-rumah dan fasilitas umum yang di beton dan di aspal.
Adapun langkah-langkah yang bisa kita lakukan dalam menanggulangi
permasalahan ini adalah dengan membuat kebun pada pekarangan rumah,
membiarkan sebagian halaman rumah tidak di beton tanpa mengurangi kebersihan
rumah, atau dalam skala pembangunan fasilitas umum dengan membuat taman
kota di tempat-tempat wisata. Dengan pembangunan ini diharapkan secara tidak
langsung kita bisa menjaga air bawah tanah pada daerah-daerah yang padat
penduduk. Akan lebih bijaksana apabila kita selalu membangun rumah atau
infrastruktur lainnya dengan tetap memperhitungkan aspek-aspek kelestarian
lingkungan dan tetap menjaga bangunan budaya bali.

4. Abrasi pantai, kerusakan terumbu karang, kerusakan vegetasi hutan


mangrove, dan pencemaran air laut

Terlalu banyak pembangunan-pembangunan di wilayah Bali Selatan


yang merusak Pantai dan Hutan Mangrove. Mereka beralasan bahwa mereka
hanya merusak sebagian kecil, 10% dari pantai-pantai di Bali dan hutan mangrove
untuk mendapatkan ijin pembangunan.

Pejabat-pejabat di Bali yang mengambil keputusan dalam


pembangunan proyek di Bali harus lebih pintar dalam memberikan ijin ke
Investor. Pembangunan mal centro di Kuta, dan beberapa proyek yang sedang
berlangsung seperti rencana pembangunan jalan tol Nusa-Dua Bandara Ngurah

8
Rai merupakan salah satu contoh yang harus menjadi perhatian serius masyarakat
Bali.

5. Harga pelayanan jasa hiburan yang tidak adil dan mencolok mata untuk
wisatawan lokal dan mancanegara

Berkunjung ke suatu tempat wisata di Bali, salah satu yang membuat


tidak nyaman dengan teman-teman dari negara lain adalah harga tiket masuk yang
berbeda untuk orang lokal dan wisatawan asing. Pelaku wisata di Bali terlalu
terang-terangan membuat kondisi yang tidak adil untuk wisatawan asing.
Seharusnya, tamu adalah raja tidak sepantasnya kita perlakukan
mereka seperti itu. Ada ide menarik yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan
adalah dengan memberikan kartu khusus untuk mendapatkan diskon bagi
wisatawan lokal dan krama Bali yang juga ingin menikmati indahnya tempat
wisata di Bali. Dengan kartu ini, wisatawan lokal mendapat potongan harga
sekitar 30-40 % dengan aturan yang telah ditetapkan dengan jelas, sehingga
memudahkan kita untuk menjelaskan kenapa ada perbedaan tarif masuk antara
orang lokal dan wisatawan asing di Bali.

9
6. Berbagai macam permasalahan pada sektor pertanian di Bali

Permasalahan ekonomi para petani menjadi akar dari permasalahan


pada sektor pertanian di Bali yang berupa semakin banyaknya alih fungsi lahan
pertanian di Bali. Pemerintah daerah perlu mengembangkan insentif bagi upaya
mempertahankan lahan pertanian. Jangan sampai hanya karena masalah ekonomi,
kita berusaha merubah sistem pengairan tradisional Subak yang telah disetujui
sebagai sistem irigasi terbaik di dunia.

7. Permasalahan sumber energi listrik

Sampai saat ini Bali masih bergantung dengan jaringan listrik dari luar.
Karenanya apabila terjadi gangguan dengan koneksi jaringan listrik Jawa-Bali,
dapat dipastikan Bali akan mengalami pemadaman listrik untuk jangka waktu
yang lama, dan tentu saja ini akan mengganggu industri pariwisata yang akan
berpengaruh ke segala bidang.
Permasalahan ini sudah pernah saya bahas lebih rinci pada artikel
sebelumnya yang berjudul publik Bali dan pemerintah harus beri perhatian serius
untuk masalah kelistrikan di Bali.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bahwa kehidupan kota adalah sangat spesifik, spesifik dalam hal cirinya maupun
permasalahan yang ada didalamnya, sehingga dari kespesifikannya itu ternyata
saat ini banyak menimbulkan permasalahan yang menimbulkan dampak terhadap
“kota” itu sendiri sebagai wadah kegiatan, maupun terhadap “penduduk” selaku
pelaku kegiatannya.
2. Secara umum permasalahan kota tersebut dibedakan dalam 2 jenis, yaitu
permasalahan yang menyangkut fisik dan permasalahan yang menyangkut
sosial/kehidupan, kedua aspek permasalahan tersebut saling berinteraksi sehingga
sulit untuk menentukan aspek mana yang berfungsi sebagai “pemicu” munculnya
permasalahan pada aspek lainnya.
3. Perilaku individualis merupakan ciri utama sifat kehidupan kota, perilaku
tersebut merupakan salah satu dampak permasalahan perkotaan, dengan
demikian perilaku tersebut sangat sulit untuk dihilangkan (karena permasalahan
kota yang memicu timbulnya perilaku tersebut akan terus ada dan berkembang).
Perilaku individualis ini bisa diwujudkan dalam bentuk ungkapan fisik yang
berupa ruang, bentuk, maupun tanda, namun bisa juga dalam sikap dan perilaku.
4. Yang perlu diperhatikan di sini adalah perlunya pengendalian perilaku tersebut
supaya tidak menimbulkan konflik antar individu/kelompok.
5. Salah satu sarana pengendalian perilaku tersebut adalah adanya upaya pendidikan
sosial (social education) bagi para anggota masyarakat kota, yang implikasinya
adalah pada hubungan yang saling membutuhkan dan menghargai.

11

Anda mungkin juga menyukai