Anda di halaman 1dari 22

ENDOMETRIOSIS

 Endometriosis diperkirakan terjadi pada usia


25-44 tahun sebanyak 10-15%
 Sebanyak 25-50% kasus endometriosis dapat
menyebabkan infertilitas
Kenapa endometriosis bisa menyebabkan
infertilitas? Karena jaringan endometrium yang
tumbuh (tuba falopi) menghalangi jalannya sel
telur dari ovarium ke uterus
ENDOMETRIOSIS
 Merupakan suatu kondisi yang
dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di
luar uterus
Jaringan endometrium itu bisa tumbuh
di ovarium, tuba falopi, ligament
pembentuk uterus
ETIOLOGI
• Penyebab pasti belum
diketahui
• Beberapa teori
mengemukakan :
menstruasi retrograde,
system kekebalan atau
imunitas, dan genetik
MANIFESTASI KLINIS
o Nyeri abdomen bagian bawah dan menjalar kepanggul
o Haid tidak teratur
o Infertilitas
o Dispareunia
o Pembesaran abdomen
o Nyeri ketika buang air besar
o Nyeri haid
o Perdarahan abnormal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan panggul
 Laparoskopi
 Biopsi endometrium
 Sitoskopi
 Trans vaginal sonografi
SYARAT PEMBEDAHAN
Bercak jaringan endometrium lebih dari 3,8-5 cm
Perlengketan di bagian bawah panggul
Jaringan endometrium menyumbat satu atau 2 tuba falopi
Menimbulkan nyeri hebat dan tidak bisa diatasi dengan terapi
farmakologi
Ovarektomi dan histerektomi dilakukan bila pasien sudah tidak
ada program memiliki anak lagi
MIOMA
Kesehatan reproduksi wanita memberikan pengaruh besar
dan berperan penting terhadap kelangsungan hidup
generasi bangsa
Mioma uteri merupakan salah satu masalah kesehatan
reproduksi pada wanita dan insidennya terus meningkat
Ada sebanyak 20-30% insiden mioma dari seluruh wanita
di Indonesia.
EPIDEMIOLOGI
 Tumor non kanker yang paling umum pada wanita
 Indikasi paling umum untuk histerektomi
 Lebih umum pada wanita dengan indeks massa tubuh yang lebih tinggi
 Wanita Asia memiliki insiden lebih rendah
 Gejala lebih sering muncul pada wanita usia 30 atau 40
 Insidensi meningkat dengan bertambahnya usia hingga menopause
APA ITU MIOMA UTERI?

Neoplasma jinak yang


berasal dari otot polos
uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya.
Sinonim: fibromioma,
leiomyoma, ataupun fibroid.
KLASIFIKASI

 Mioma submukosum: berada di bawah endometrium


dan menonjol ke dalam rongga uterus (10% incidence)
 Mioma intramural : terdapat di dinding uterus diantara
serabut myometrium (70% incidence)
 Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding
uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi
oleh serosa (20% incidence)
PATOFISIOLOGI
 Etiologi yang tepat tidak jelas
 Responsif terhadap hormon estrogen: tumbuh
selama kehamilan dan mengalami regresi dengan
menopause
MANIFESTASI KLINIS
 Tergantung lokasi dan pembesarannya
 Perdarahan abnormal (hypermenorrhea)
 Gejala dan penekanan
 Nyeri
 Konstipasi
 Infertil
TANDA-TANDA KLINIS
 Pembesaran abdomen tidak teratur dan asimetris
 Teraba: besar tetapi tidak seperti rahim lunak yang
mengandung (hamil)
 Anemia karena menoragia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Transvaginal ultrasound
• MRI
• Endometrial sampling
• Hysteroscopy with biopsies
PENATALAKSANAAN
 Operatif : histerektomi, miomektomi

 Medikamentosa : progesterone, agen


antifibrinolitik, non steroid anti inflamasi, analog
GnRH, Danazol, anti progesterone
DEFINISI & ETIOLOGIC
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)
 BPH yaitu adanya hyperplasia sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat.
 BPH tumbuh pada pria yang menginjak dewasa tua dan memiliki testis yang
masih menghasilkan testesteron.
 Disamping itu, pengaruh hormone estrogen dan prolactin, pola diet,
mikrotrauma, inflamasi, obesitas, dan aktivitas fisik diduga berhubungan
dengan proliferasi sel kelenjar prostat secara tidak langsung.
 Faktor tersebut mempengaruhi sel prostat untuk menyintesis growth factor,
yang berperan memacu proliferasi sel kelenjar prostat.
PREVALENSI DAN EPIDEMIOLOGI
 BPH terjadi pada 70% pria berusia 60 tahun
keatas
 Angka ini meningkat 90% pada pria berusia 80
tahun.
FAKTOR RESIKO
Factor resiko yang paling berperan yaitu usia, selain
adanya testis yang fungsional sejak pubertas (factor
hormonal).
Dari berbagai studi ditemukan data ada hubungan
positif Antara BPH dengan riwayat BPH dalam
keluarga, kurang aktivitas fisik, diet rendah serat,
konsumsi Vit E, obesitas, konsumsi daging merah,
inflamasi kronik pada prostat, penyakit jantung,
sindrom metabolic.
PERJALANAN PENYAKIT

BPH menyebabkan obstruksi pada leher kandung


kemih dan uretra. Selanjutnya obstruksi ini menimbulkan
perubahan struktur kandung kemih maupun ginjal
sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran
kemih atas maupun bawah.
TANDA GEJALA BPH:
 lower urinary tract symptoms (LUTS)
 gejala obstruksi (voiding symptoms): pancaran kemih
lemah / terputus, merasa tidak tuntas
 gejala iritasi (storage symptoms): frekuensi meningkat,
urgensi, nokturia
 gejala pasca berkemih: urine menetes, retensi urine
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Urinalisis
 pemeriksaan fungsi ginjal
 pemeriksaan PSA ( Prostate Specific Antigen)
 Uroflowmetry (pancaran urine)
 Residu Urine

Anda mungkin juga menyukai