81
Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/jps/ Jurnal Pendidikan Sains
ISSN: 2338-9117/EISSN: 2442-3904 Vol. 4 No. 3, September 2016, Hal 81–89
Abstract: This research to determine the feasibility, effectiveness of teaching materials measuring
instrument and measurement physics in increasing science process skills and mastery of concepts
students. The research design using the design development of Borg & Gall. The effectiveness of
teaching materials tested under 2 steps, before the mid-term exam and final exam of the semester. The
research showed that the teaching materials of measurement and instrument measurement of physics-
based guided inquiry developed,: 1) is under fairly feasible category to be implemented, 2) adequates
to improve the process science skills of students, 3) improves mastery of concepts. Step one indicates
the presence of correlation between science process skills and mastery concept of the students. The
next step shows no correlation between them.
Key Words: teaching materials based on guided inquiry, physics measurement and measurement
instrument
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan, keefektifan bahan ajar alat ukur dan
pengukuran fisika dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep mahasiswa.
Desain penelitian menggunakan desain pengembangan Borg & Gall. Keefektifan bahan ajar diuji
dalam 2 tahap, yakni menjelang ujian tengan semester dan sebelum ujian akhir semester. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika berbasis inkuiri terbimbing
yang telah dikembangkan memiliki karakteristik: 1) dalam kategori cukup layak untuk
diimplementasikan, 2) meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa, 3) meningkatkan
penguasaan konsep. Tahap satu menunjukkan terdapatnya korelasi antara keterampilan proses sains
dan penguasaan konsep mahasiswa. Tahap dua menunjukkan tidak terdapat korelasi antara
keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep.
Kata kunci: bahan ajar berbasis inkuiri terbimbing, alat ukur dan pengukuran fisika
P
embelajaran Fisika menekankan pada proses sains digunakan untuk membantu siswa dalam
pengalaman belajar secara langsung kepada memperoleh pemahaman materi yang lebih bersifat
siswa. Pembelajaran Fisika juga membantu long term memory sehingga diharapkan mampu
siswa dalam peningkatan dan pengembangan menyelesaikan segala bentuk permasalahan
kompetensi yang dimiliki siswa sehingga keterampilan kehidupan sehari-hari (Abungu, Okere, dan
proses sains dan sikap ilmiah akan meningkat. Wachanga, 2014). Keterampilan proses sains juga
Keterampilan proses sains diperlukan siswa untuk perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung
melakukan kegiatan penyelidikan atau pengamatan yang melibatkan penggunaan berbagai material dan
terhadap dunia sekitar mereka sehingga nantinya tindakan fisik (Ekene, 2011). Lebih dari itu,
siswa dapat membangun konsep ilmu pengetahuan pengembangan sikap dan keterampilan intelektual
sendiri. Pembelajaran dengan keterampilan proses dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman konsep
sains akan memberikan kesempatan kepada siswa sehingga keterampilan proses sains juga ikut
untuk mengembangkan suatu ilmu pengetahuan meningkat (Jack, 2013). Hal ini memungkinkan
(Zubaidah, 2010). Pengembangan keterampilan pembelajaran yang bermakna jika siswa mengalami
81 Artikel diterima 20/04/2016; disetujui 25/07/2016
82 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 4, Nomor 3, September 2016, Halaman 81 –89
sendiri apa yang dipelajari daripada hanya sekedar model pembelajaran yang digunakan kurang tepat
mengetahuinya. atau kurang bervariasi, 2) sumber belajar yang
Pembelajaran Fisika di lapangan lebih terbatas, dan 3) sumber belajar yang kurang menarik
berorientasi pada aspek produk sains dan kurang dalam memberikan informasi. Oleh karena itu, perlu
mengembangkan serta meningkatkan aspek proses- adanya alternatif pembelajaran yang dapat
sainsnya. Sebagian besar, guru masih menggunakan meningkatkan penguasaan konsep dan
metode konvensional (ceramah) sebagai metode pengembangan keterampilan proses sains
yang baik untuk pembelajaran. Selain itu, metode mahasiswa.
mengajar yang digunakan di sekolah banyak Salah satu alternatif yang digunakan adalah
menggunakan metode informatif (Sukron, 2000). mengembangan suatu bahan ajar yang dipadu dengan
Guru lebih cenderung menitikberatkan pada model pembelajaran inkuiri terbimbing. Bahan ajar
kemampuan kognitif daripada kemampuan yang dipadu dengan model inkuiri terbimbing memiliki
psikomotor (Sukarno, Permanasari, dan Hamidah, dampak yang baik dalam kegiatan pembelajaran.
2013). Hal ini dikarenakan adanya dorongan bahwa Pengembangan bahan ajar dengan model inkuiri
guru bertanggung jawab atas lulusan yang dicetaknya terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar peserta
dengan nilai yang bagus. Selain itu, kemungkinan didik (Darmayanti, 2012; Winarni, 2012; Novianty,
buku merupakan satu-satunya pedoman dalam 2013; dan Tampubolon, dkk. 2015). Susetyo (2008),
pembelajaran (Ekene, 2011). Berdasarkan hal Wahyudin, dkk. (2009), Jaya (2012), Darmayanti
tersebut disimpulkan bahwa permasalahan yang (2012), dan Novianty (2013) menyatakan bahwa
muncul dikarenakan kurang inovasi pembelajaran bahan ajar dengan model inkuiri terbimbing dapat
yang digunakan dalam peningkatan keterampilan meningkatkan respon belajar peserta didik secara
proses sains siswa. Oleh karena itu, perlu adanya signifikan. Hal ini juga dipertegas oleh Susetyo (2008)
inovasi pembelajaran untuk meningkatkan produk dan Fauziah (2013) dimana terjadi peningkatan nilai
sains dan proses sains pada siswa. dalam kegiatan kerja ilmiah.
Upaya untuk mendukung peningkatan aspek Meskipun telah terdapat bahan ajar berbasis
produk sains dan aspek proses sains, maka digunakan inkuiri terbimbing untuk beberapa materi fisika, tetapi
model pembelajaran inkuiri. Model ini membantu belum ada bahan ajar berbasis inkuiri terbimbinguntuk
siswa untuk memahami konsep dan mengembangkan materi alat ukur dan pengukuran fisika. Dengan
keterampilan proses sains melalui tahapan ilmiah demikian dilakukan pengembangan bahan ajar alat
(Ergul, 2011). Balany (2013) menambahkan bahwa ukur dan pengukuran fisika berbasi inkuiri terbimbing
model ini merupakan salah satu tipe model yang dengan kajian penelitian meliputi: (1) kelayakan bahan
menekankan pada aktivitas, keterampilan, serta ajar alat ukur dan pengukuran fisika, (2) keefektifan
pengetahuan melalui pencarian aktif berdasarkan bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika, dan (3)
rasa keingintahuan. Selain itu, model inkuiri hubungan antara keterampilan proses sains dan
terbimbing memungkinkan siswa dihadapkan pada penguasaan konsep mahasiswa.
konflik kognitif dan menyelidiki suatu konsep melalui
serangkaian percobaan (Witanecahya, dkk. 2014).
Tahapan ilmiah pada model inkuiri terbimbing identik METODE
dengan aspek keterampilan proses sains meliputi Jenis penelitian ini adalah penelitian
kegiatan observasi, klasifikasi/menggolongkan, pengembangan atau research and development.
bertanya, berhipotesis, merencanakan percobaan, Desain penelitian yang digunakan adalah desain
menggunakan alat dan bahan (praktikum/penelitian), pengembangan Borg & Gall. Tahapan penelitian
menerapkan konsep, mengkomunikasikan, dan pengembangan meliputi: (1) tahap studi pendahuluan,
melakukan percobaan (Rustaman, 2005). Hal ini (2) tahap perencanaan, (3) tahap pengembangan draf
memungkinkan untuk terjadinya peningkatan dan produk, (4) tahap uji coba awal, (5) revisi produk
pengembangan keterampilan proses sains siswa awal, (6) tahap uji coba lapangan, dan (7) revisi uji
melalui penerapan tiap tahapan ilmiah tersebut. lapangan. Populasi penelitian adalah mahasiswa
Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa program studi pendidikan Fisika UNWAHA. Sampel
mahasiswa kesulitan dalam memahami konsep. Hal penelitian adalah mahasiswa semester 3 program
ini didasari dengan beberapa aspek antara lain: 1) studi pendidikan Fisika FIP UNWAHA.
Putra, Sujarwanto–Bahan Ajar Alat Ukur dan Pengukuran.....83
Tabel 2. Data Hasil Tanggapan, Saran, dan Kritik dari Validator terhadap model inquiry
terbimbing dengan Pokok alat ukur dan pengukuran.
masih bersifat umum dan kurang mendalam dengan validasi materi. Kemudian dilanjutkan revisi kedua
tata letak tiap komponen yang masih perlu ditata lebih dimana produk dikembangkan secara lanjut
lanjut. Hasil validasi komponen media oleh ahli berdasarkan penilaian/validasi ahli media. Selanjutnya
meyatakan bahwa penilaian bahan ajar dalam direvisi dari validator ketiga. Setelah direvisi tiga kali,
kategori layak. Meski demikian, masih ada beberapa maka direvisi lagi berdasarkan validasi keterbacaan
koreksi pada komponen kebahasaan dan penyajian. oleh mahasiswa.
Sedangkan validator dosen menyatakan bahwa hasil
penilaian bahan ajar dalam kategori layak. Walaupun
Tahap Uji Coba Lapangan
sudah kategori layak, perlu perbaikan dibeberapa hal
yaitu tulisan, gambar, dan tata letak. Tahap uji coba lapangan dilakukan pada satu
Selanjutnya tahap uji coba produk pada kelas. Hal ini dilakukan dengan melihat
kelompok kecil yang bertujuan untuk menggali perkembangannya di tiap babnya. Model
informasi yang penting untuk melakukan perbaikan pembelajaran yang digunakan adalah model inkuiri
produk. Produk diujicobakan kepada mahasiswa terbimbing. Penilaian dilakukan pada 2 bab sebelum
yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. UTS dan 2 bab sebelum UAS. Hal ini dilakukan untuk
Bahan ajar dibagikan kepada mahasiswa juga mengetahui perkembangan keterampilan proses sains
dimaksud untuk penilaian/validasi keterbacaan bahan dan penguasaan konsep mahasiswa. Pertemuan I
ajar. Hasil uji coba kelompok kecil dalah sebagai dan II (tahap 1) peneliti melakukan penilaian
berikut. keterampilan proses sains mahasiswa dengan
menggunakan bahan ajar inkuiri terbimbing.
Revisi Uji Coba Awal Pertemuan III dilakukan penilaian penguasaan konsep
mahasiswa. Berdasarkan hasil tersebut, bahan ajar
Revisi produk pengembangan didasarkan pada dikembangkan dan diperbaiki. Selanjutnya, pada
hasil saran dan kritik dari para ahli. Selain itu, revisi pertemuan IV dan V (tahap 2) dilakukan penilaian
ini juga berasal dari hasil penilaian keterbacaan keterampilan proses sains mahasiswa dengan
mahasiswa terhadap bahan ajar tersebut. Revisi menggunakan bahan ajar inkuiri terbimbing.
dilakukan tiga kali sebelum diuji coba lapangan. Revisi Pertemuan VI, peneliti melakukan penilaian
pertama, produk dikembangkan berdasarkan hasil penguasan konsep mahasiswa dengan bahan ajar
No Mahasiswa Komentar
1 A Bahan ajar ini kurang menarik dan bahasa yang digunakan agak kurang paham
2 B Ada beberapa tulisan yang salah ketik dan diulang-ulang
3 C Beberapa gambar ada yang tidak jelas
4 D Bahan ajar ini memang bagus dalam teori/materi, namun bahasanya kaku dan ada
beberapa tulisan yang tidak konsisten
86 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 4, Nomor 3, September 2016, Halaman 81 –89
inkuiri terbimbing. Hasil penilaian tersebut dijadikan dilihat pada skor nilai. Namun, jika dilihat pada
acuan pengembangan bahan ajar inkuiri terbimbing. analisa data maka tidak terjadi perbedaan antara
Berikut hasil penilaian keterampilan proses sains dan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep
penguasaan konsep mahasiswa pada Tabel 3. mahasiswa di Tahap 1 dan Tahap 2.
Bahan ajar berbasis inkuiri terbimbing ini Berdasarkan hasil data tersebut, maka
diimplementasikan di dalam kegiatan pembelajaran. dilanjutkan uji prasyarat data. Diperoleh bahwa data
Pada penelitian ini dilakukan melalui 2 tahap. Tahap rata-rata KPS 1 dan KPS 2 tersebut terdistribusi
1 dilakukan penelitian mengenai keterampilan proses normal dengan signifikansi 0.653 > 0.05. Rata-rata
sains dan penguasaan konsep mahasiswa pada KPS3 dan KPS4 juga terdistribusi normal dengan
materi alat ukur dan pengukuran panjang dan materi signifikansi sebesar 0.614 > 0.05. Data hasil PK1
alat ukur dan pengukuran massa. Kemudian hasil dan PK2 juga terdistribusi normal dengan masing-
data tersebut digunakan sebagai rujukan untuk masing signifikansi sebesar 0.437 > 0.05 dan 0.567
pengembangan selanjutnya. Hasil pengembangan > 0.05. Data hasil penilaian keterampilan proses sains
lanjutan dari bahan ajar digunakan pada Tahap 2 pada mahasiswa merupakan data yang homogen dengan
materi alat ukur dan pengukuran kuat arus dan materi signifikansi sebesar 0.358 > 0.05 dan hasil penilaian
alat ukur dan pengukuran suhu. Hasil data penguasaan konsep mahasiswa juga merupakan
pengamatan di Tahap 2 digunakan sebagai data yang homogen dengan signifikansi sebesar
pembanding terhadap hasil data di Tahap 1. 0.332 > 0.05.
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran tersebut Berdasarkan hasil penilaian keterampilan proses
menggunakan bahan ajar alat ukur dan pengukuran sains dan penguasan konsep di atas, tampak bahwa
fisika berbasis inkuiri terbimbing menunjukkan bahwa nilai rata-rata keterampilan proses sains mahasiswa
bahan ajar tersebut dapat meningkatkan keterampilan yang mengikuti pembelajaran dengan bahan ajar
proses sains dan penguasaan konsep mahasiswa jika inkuiri terbimbing yang dikembangkan secara lanjutan
Tabel 5. Hasil Uji t-Test pada Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Mahasiswa
F Sig t Sig
Keterampilan Proses Sains Equal variances assumed 2.868 0.141 -1.629 0.151
karena hanya digunakan 1 kelas dengan jumlah 4 perlu menggunakan jumlah sampel yang banyak
mahasiswa sehingga pada analisa data kurang baik sehingga data penelitian memiliki keragaman. 3)
walaupun data tersebut terdistribubsi normal, dan b) Bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika dapat
implementasi bahan ajar pada satu kelas dan tidak dicetak sebagai buku ajar universitas dan
ada kelas pembanding. Hal ini akan membuat dipublikasikan.
penelitian ini akan menjadi lemah dan kurang baik
dalam hal analisis statistika.
DAFTAR RUJUKAN
Hasil penelitian dalam pengembangan bahan
ajar alat ukur dan pengukuran fisika berbasis inkuiri Abungu, H.E., Okere, M.L.O, & Wachanga, S.M. 2014.
terbimbing memiliki beberapa kelebihan dan The Effect of Science a Process Skills Teaching
kekurangan. Kelebihan dari bahan ajar ini, yaitu: (1) Approach on Secondary School Student’
dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan Achievement in Chemistry in Nyando District,
praktikum di Fisika, (2) dapat digunakan sebagai Kenya. Journal of Educational and Social
referensi tidak hanya di tingkat universitas namun Research, Volume 4 No. 6 Hal. 359-372.
bisa di lingkup sekolah dasar dan menengah, dan (3) Darmayanti, 2012. Pengembangan Buku Siswa Berbasis
mudah dijangkau. Selain itu, untuk kelemahan dari Inkuiri pada Pokok Bahasan Perencanaan dan
bahan ajar ini yaitu: (1) kurang detail dalam Kerusakan Lingkungan untuk Meningkatkan
penjelasan konsepnya, dan (2) desain bahan ajar Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN Maesan
yang terlalu sederhana sehingga kurang diminati oleh Bondowoso. Universitas Negeri Jember.
pembaca. Deta, U.A., Suparmi, & Widha, S. 2013. Pengaruh Metode
Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas, serta
Keterampilan Proses Sains terhadap Prestasi
SIMPULAN DAN SARAN Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, Volume 9 Hal. 28-34.
Simpulan
Ekene, I. 2011. Effects of Co-Operative Learning Strategy
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis and Demonstration Method on Acquisition of
data, disimpulkan mengenai beberapa hal, yaitu: 1) Science Process Skill by Chemistry Students of
bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika berbasis Different Levels of Scientific Literacy. Journal of
inkuiri terbimbing dalam kategori cukup layak Research and Development, Volume 3 No. 1 Hal
diimplementasikan, 2) keterampilan proses sains 204-212.
mahasiswa mengalami peningkatan, 3) penguasaan Jack, G.U. 2013. The Influence of Identified Student and
konsep mahasiswa meningkat berdasar hasil skornya, School Variables on Studentd Science Process Skill
meski secara statistik tidak terjadi perbedaan secara Acquisition. Journal of Education and Practice,
signifikan, dan 4) terdapat korelasi antara Volume 4 No. 5 Hal:16-22.
keterampilan proses sains dan penguasaan konsep Jaya, S.P. 2012. Pengembangan Modul Fisika
mahasiswa melalui bahan ajar alat ukur dan Konstektual untuk Meningkatkan Hasil Belajar
pengukuran fisika berbasis inkuiri terbimbing yang Fisika Peserta Didik Kelas X Semester 2 di SMK
dikembangkan secara berkelanjutan. Namun, setelah Negeri 3 Singaraja. Tesis: Program Pasca Sarjana
pengembangan lanjutan, tidak terdapat korelasi Universitas Pendidikan Ganesa.
antara keterampilan proses sains dan penguasaan Kholifudin, M.Y. 2012. Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri
konsep mahasiswa. Terbimbing melalui Metode Eksperimen dan
Demonstrasi ditinjau dari Gaya Belajar Siswa.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI Himpunan
Saran Fisika Indonesia Jawa Tengah. 2012.
Novianty, Iqma. 2013. Efektifitas Penerapan Modul Materi
Berdasarkan hasil penelitian maka dikemukaan
Analisis Elektrokimia Berbasis Inkuiri Terbimbing
beberapa saran sebagai berikut. 1) Pengembangan
terhadap Hasil Belajar dan Persepsi Siswa Kelas
bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika berbasis
XI Semester 1 Kompetensi Keahlian Kimia Analisis
inkuiri terbimbing disusun berdasarkan kurikulum yang
SMKN 7 Malang. Skrispsi tidak diterbitkan,
berlaku dan disesuaikan dengan kebutuhan
Malang: FMIPA UM.
mahasiswa dan lapangan. 2) Untuk mengetahui lebih
Rustaman, N. 2005. Perkembangan Penelitian
lanjut perkembangan dari bahan ajar tersebut maka Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam
Putra, Sujarwanto–Bahan Ajar Alat Ukur dan Pengukuran.....89
Pendidikan Sains. Makalah Seminar Nasional II: Wahyudi, Sutikno, dan Isa, A. 2009. Kefektifan
Bandung Pembelajaran Menggunakan Metode Inkuiri
Sarwi, Sutardi, & Prayitno, W.W. 2016. Implementasi Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan
Pembelajaran Fisika Guided Inquiry untuk Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Indonesia, Volume 6, Hal. 58-62, 2010.
Pengembangan Karakter Konservasi Siswa. Jurnal Wenning, C.J. 2011. Experimental Inquiry in Introductory
Pendidikan Fisika Indonesia, Volume 12 No. 1 Physics Courses. Journal of Physics Teacher
Hal. 1-7. Education Online, Volume 6, No. 02 Hal. 09-16.
Sukarno, Permanasari, A., & Hamidah, I. 2013. The Profile Winarni. 2012. Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri
of Science Process Skill (SPS) Student at Secondary Terbimbing pada Pokok Bahasan kalor untuk
High School (Case Study in Jambi). International SMA/MA Kelas X. Program Pasca Sarjana
Journal of Scientific Enginering and Research, Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Volume 1 No. 1 Hal. 79-83. Witanecahya, S.Z. & Jatmiko, B. 2014. Penerapan Model
Sukron. 2000. Penggunaan Model Pembelajaran Pembelajaran inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan untuk mengurangai Miskonsepsi Siswa Kelas X
Kemampuan Penalaran Siswa tentang Konsep SMAN 2 Ponorogo pada Pokok Bahasan
Suhu dan kalor di MAN Bandar Lampung. Jurnal Perpindahan Panas. Jurnal Inovasi Pendidikan
Pendidikan Fisika Indonesia, Volume 3 No. 2. Fisika (JIPF), Volume 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 6-
Tampubolon, R, Sahyar, & Sirait, M. 2015. Pengembangan 10.
Bahan Ajar Fisika Berbasis Inkuiri pada Materi Yulianti, D., Marfu’ah, S. & Yulianto, A. 2015.
Fluida Statis untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika
Siswa. Jurnal Tabularasa PPs Unimed, Volume 12 untuk Membangun Keterampilan Proses Sains
No. 2 Agustus 2015. Bernilai Konservasi. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, Volume 11 No. 2 Hal. 126-133.