Anda di halaman 1dari 51

TERAPI WARNA UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA

REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

SKRIPSI

Oleh :

Kafiyatul Aysha
201210230311363

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH MALANG
2016
TERAPI WARNA UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA REMAJA YANG
HAMIL DI LUAR NIKAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang


sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi

Oleh :

Kafiyatul Aysha
201210230311363

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH MALANG
2016

i
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Terapi warna untuk mengurangi kecemasan pada remaja yang hamil
di luar nikah
2. Nama Peneliti : Kafiyatul Aysha
3. NIM : 201210230311363
4. Fakultas : Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Psikologi
6. Waktu Penelitian : 16 Desember 2015 – 9 Januari 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 30 Januari 2016

Dewan Penguji
Ketua Penguji : Dr. Latipun, M.Kes ( )
Anggota Penguji : 1. Zainul Anwar, M.Psi ( )
2. Yudi Suharsono, M.Si ( )
3. Diana Savitri H., M.Psi ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Latipun, M.Kes Zainul Anwar, M.Psi

Malang,
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang,

Dra.TriDayakisni, M.Si.

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Kafiyatul Aysha
Nim : 201210230311363
Fakultas/ Jurusan : Psikologi
PerguruanTinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :
Terapi warna untuk mengurangi kecemasan pada remaja yang hamil di luar nikah

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagaian manapun kesuluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas
Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini
tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang
berlaku.

Malang, Februari 2016

Mengetahui,
Ketua Program Studi Yang menyatakan

Yuni Nurhamidah, S.Psi, M.Si. Kafiyatul Aysha

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi atas rahmat dan hidayah-
Nya, tak lupa Shalawat penulis haturkan kepada nabi junjungan umat Islam, Rasulullah SAW
beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang mulia sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Terapi Warna untuk Mengurangi Kecemasan
dalamMenghadapi Persalinan dari Kehamilan Pranikah Pada Remaja” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari segala bimbingan yang bermanfaat dari berbagai
pihak yang diterima oleh penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang.
2. Dr. Latipun, M.Kes dan Zainul Anwar, M.Psi selaku Pembimbing I dan Pembimbing II
yang telah memberikan banyak inspirasi, banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk memberikan bimbingan dan arahan bermanfaat sehingga penulis dapat
menyempurnakan penelitian ini dengan maksimal.
3. Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si selaku ketua program Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang sekaligus dosen pembimbing PKI yang telah memberikan
banyak bimbingan, arahan, dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
4. Siti Maimunah, S.Psi., MM., MA., selaku dosen wali yang telah member dukungan dan
serta arahan kepada penulis selama penulis mengikuti kegiatan perkuliahan.
5. Ayah dan Ibu, yang senantiasa memberikan dukungan baik secara moril maupun materil,
serta memberikan do’a yang begitu luar biasa untuk penulis, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Marfu’ah selaku ibu penulis dan terapis dalam penelitian ini yang selalu membantu
penelitian ini untuk menjadi terapis dari awal sampai akhir penelitian.
7. Kakak dan adik peneliti dan selaku keluarga besar peneliti yang tiada henti memberikan
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Subjek penelitian yang telah bekerjasama menjadi subjek penelitian penulis dan telah
mengikuti eksperimen dari awal sampai akhir.
9. Keluarga besar Laboratorium Psikologi Ibu Siti Maimunah, S.Psi, MM, MA dan Santi
Palupi, S.Psi. serta teman-teman asisten Laboratorium Psikologi yang bersedia
memotivasi dan memberikan bantuan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
10. Teman-teman seperjuangan penulis, kelas Psikologi G-2012 yang telah menemani
penulis memberikan warna dalam kehidupan penulis selama hampir empat tahun hingga
penulis selalu termotivasi dalam mengerjakan skripsi ini.
11. Orang-orang yang tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata namun mampu merubah
dan memberi pelajaran hidup yakni sahabat tersayang Yusi, Citra, Devi, Risya, Firly, dan
Ulya yang dalam suka dan duka menemani, memberikan motivasi sehingga penulis
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
12. Adik-adik kost jomblo yang telah menemani memberikan pencerahan dan menyemangati
penulis dengan keceriaan yang tiada tara.
13. Teman-teman KKN kelompok 18 yang telah memberikan motivasi dan membantu
memberikan masukan-masukan dalam pengerjaan skripsi ini.
14. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun memiliki peran yang sangat
membantu penulis mengerjakan skripsi ini.

iv
Penulis menyadari bahwa penelelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga besar
harapan penulis untuk dapat menerima pendapat, kritik, dan masukan guna perbaikan untuk
penelitian ini kedepannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi
yang bermanfaat bagi ilmu Psikologi, serta pembaca pada umumnya.

Malang, Januari 2016


Penulis

Kafiyatul Aysha

v
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ..................................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL................................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... viii
JUDUL SKRIPSI...................................................................................................................... 1

IDENTITAS .............................................................................................................................. 1
ABSTRAK................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 3

LANDASAN TEORI
A. Kecemasan pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah .................................................... 4
B. Terapi Warna ...................................................................................................................5
C. Kecemasan pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah dan Terapi Warna...................... 6
HIPOTESIS .............................................................................................................................. 8

METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ..................................................................................................... 8
B. Subjek Penelitian ............................................................................................................ 8
C. Intervensi dan Alat ......................................................................................................... 8
D. Prosedur dan Analisa Data Penelitian ............................................................................ 9
HASIL PENELITIAN............................................................................................................ 10
DISKUSI ................................................................................................................................. 12

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................................................................ 14


REFERENSI ........................................................................................................................... 14

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rancangan Penelitian .................................................................................................. 8

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................................................... 10

Tabel 3. Deskriptif Uji Mann-Whitney Data Pre-Test Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen ................................................................................................................ 11
Tabel 4. Deskriptif Uji Wilcoxon Data Pre-Test dan Post-Test Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen .............................................................................................. 11
Tabel 5. Deskriptif Uji Mann-Whitney Data Post-Test Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen ................................................................................................................ 11

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian ................................................................................................... 17

Lampiran 2. Blueprint dan Pengkategorian Skala Penelitian................................................... 19

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kecemasan ........................................ 21


Lampiran 4. Modul Terapi Warna............................................................................................ 24

Lampiran 5. Data Kasar Pre-Test dan Post-Test Penelitian ..................................................... 33

Lampiran 6. Hasil Analisis Uji Mann-Whitney dan Wilcoxon Terhadap Kecemasan ............. 36
Lampiran 7. Surat Keterangan Terapis .................................................................................... 39

Lampiran 8. Informed Consent Subjek Penelitian ................................................................... 41

Lampiran 9. Surat Keterangan Kesehatan Subjek Penelitian ................................................... 42

viii
TERAPI WARNA UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA REMAJA YANG
HAMIL DI LUAR NIKAH

Kafiyatul Aysha

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

kafiyatulaysha@gmail.com

Dewasa ini banyak sekali kasus kehamilan yang terjadi diluar nikah pada remaja dan banyak
sekali remaja yang tidak siap dengan kehamilannya. Adapun dampak dari kehamilan di luar
nikah adalah remaja tersebut mengalami kecemasan, terlebih lagi ketika remaja tersebut
menghadapi persalinannya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu terapi dan salah satunya adalah
terapi warna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan kecemasan
antara kelompok control dan eksperimen setelah diberikan intervensi berupa terapi warna
pada remaja yang hamil di luar nikah. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan
desain control group pre-test post-test dengan subjek penelitian sebanyak 10 orang. Dari
penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
mengenai tingkat kecemasan dari kelompokkontrol dan eksperimen (Z = -2.619 dan p =
0.009). Kelompok eksperimen memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan
kelompok kontrol. Oleh karena itu, diketahui bahwa terapi warna mampu mengurangi
kecemasan pada remaja yang hamil diluar nikah.

Kata Kunci : Terapi warna, kecemasan pada remaja, kehamilan di luar nikah

Nowadays the are many cases of adolescent premarital pregnancy and they have no
preparation on it. The impact of premarital pregnancy is the solicitude that is happened to
adolescent, especially when they face the childbirth. Therefore, it is necessary to conduct a
therapy. An appropriate therapy for this case is the color therapy. The aim of this study is to
show the reader if there is an difference of anxiety between control and experimental group
after intervention of color therapy for adolescents who has premarital pregnancy. This study
employed experimental research design with pre-test and post-test on control group and it
has 10 research subjects. From this study, the researcher got the significant difference in
regard to level of anxiousness in facing childbirth from control and experimental group, the
result is (Z = -2.619 and p =0.009). The experimental group has the lower level of
anxiousness than control group. In consequence, the color therapy could decrease
anxiousnessin facing childbirth of adolescent premarital pregnancy.

Keywords: Color therapy, adolescent’s anxiousness, premarital pregnancy.

1
Telah diketahui dewasa ini terjadi peningkatan angka kehamilan yang terjadi diluar nikah
yakni dalam data PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia), sebanyak 22% dari
37.000 responden remaja yang belum menikah mengalami kehamilan diluar nikah. Tidak
hanya di Indonesia, bahkan dari temuan yang dilakukan oleh Dr. Iwu D. Utomo (2013)
diketahui bahwa terdapat kasus hamil di luar nikah pada remaja dengan usia 15-19 tahun di
seluruh dunia setiap tahunnya. Banyak remaja Indonesia yang mengalami kasus hamil di luar
nikah harus memutuskan sekolahnya. Usia remaja yang dikatakan masih sangat muda yakni
15-19 tahun bukanlah usia yang tepat untuk hamil baik secara fisik maupun mentalnya.
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan tindakan seks di luar
nikah. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah media atau fasilitas internet yang bebas
mengakses video porno, kurangnya pengawasan dari orang tua, rendahnya moral pada remaja
sehingga banyak yang mengunduh video porno dan menyebabkan remaja mencoba
melakukan seks diluar nikah dan ketika remaja tersebut hamil maka mereka terpaksa menikah
untuk menutupi kehamilannya (Solihat, 2013).

Menurut Sarwono (Solihat, 2013), remaja yang hamil diluar nikah merasakan dampak
psikososial seperti ketegangan mental dan kebingungan mengenai peran sosial dimana di
dalam lingkungan sosialnya dia menerima penolakan. Kehamilan adalah salah satu periode
yang harus dilewati oleh seorang remaja, dimana periode ini mampu menimbulkan
perubahan-perubahan yang drastis baik dari segi fisik ataupun psikologis. Bagi seorang ibu
yang telah siap dengan kehamilannya maka perubahan-perubahan yang terjadi tidak menjadi
masalah. Namun bagi remaja yang belum siap untuk hamil maka remaja tersebut mendapati
perasaan-perasaan yang mampu memberikan tekanan terhadap keadaan psikologis remaja
tersebut.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Saputro (Utomo, 2013), bahwa perasaan remaja yang
hamil di luar nikah saat mengetahui bahwa dirinya hamil adalah muncul perasaan bingung
apabila pacarnya tidak bertanggung jawab, takut dan merasa bersalah terhadap orang tua serta
merasa malu dengan lingkungan sekitar. Adapun dampak dari kehamilan diluar nikah adalah
remaja tersebut mengalami kecemasan (Solihat, 2013) dalam bentuk kesulitan untuk tidur,
tidak nafsu makan, gelisah, khawatir dengan keadaannya, mual, malas beraktivitas, kepala
terasa pusing, sering merasa bingung atas kondisi yang tengah dialami, dan kondisi emosi
yang labil.

Melahirkan atau proses persalinan adalah titik puncak penantian selama sembilan bulan
dimana seorang ibu hamil dilanda kehawatiran mengenai bagaimana menghadapi saat-saat
proses persalinan terlebih lagi pada remaja dengan kehamilan yang tidak diinginkannya
(Mansur, 2009). Kecemasan yang dialami oleh remaja tersebut berdampak buruk baik bagi
dirinya maupun bayinya. Hal tersebut dikarenakan bayi yang dikandung bukanlah bayi yang
diinginkan serta bayi dari hubungan diluar pernikahan (Cukrowicz, 2009).

Berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan peneliti menggunakan metode wawancara
dan observasi, diketahui remaja yang hamil diluar nikah juga mengalami kecemasan ketika
menghadapi proses persalinan. Kecemasan tersebut dimanifestikan dalam bentuk seperti
gelisah, tidak ingin berbicara dengan orang lain, otot yang tegang, wajah pucat, tidak ingin
makan atau minum apapun, badan berkeringat, dan tidak mendengarkan apa yang
diperintahkan oleh ahli medis ketika proses persalinan. Tidak hanya itu, subjek juga
mengatakan bahwa kecemasan tersebut juga timbul karena perasaan malu terhadap orang lain
mengenai bayi yang dilahirkannya serta suami yang tidak ingin bertanggung jawab terhadap

2
bayinya. Dari kecemasan tersebut, proses persalinan tidak berjalan dengan baik yakni ketika
proses persalinan bayi susah keluar karena sang ibu mengalami kecemasan dan ketika bayi
lahir, bayi tersebut mengalami asfeksia atau sesak nafas akibat menelan banyak air ketuban.

Oleh karena itu dibutuhkan sebuah terapi yang mampu mengurangi kecemasan dalam
menghadapi persalinannya. Dalam berbagai penelitian mengenai warna, seperti dalam buku
Avicenna dengan judulnya “Canon of Medicine” yang menerangkan teori tentang aksi warna
terhadap tubuh manusia mampu mengubah fungsi psikologis pada manusia. Menurut Hartini
(Limantono, 2013) warna memiliki berbagai karakteristik energi yang berbeda–beda apabila
diaplikasikan pada tubuh dan warna didefinisikan sebagai suatu spektrum yang terdapat di
dalam cahaya, di mana identitas dari warna ditentukan oleh panjang gelombang cahaya
tersebut yang ditangkap oleh mata dan disalurkan dari syaraf mata dan diteruskan ke otak.
Menurut ilmuwan dari Thomas Jefferson University Philadelphia (Limantono, 2013), terapi
warna biru dapat menyingkirkan masalah depresi dan terapi warna hijau memiliki efek yang
menenangkan, menyegarkan sistem syaraf, dan menyeimbangkan tubuh.

Penggunaan terapi warna menjadi salah satu terapi yang menarik untuk mengurangi
kecemasan karena mudah dan praktis digunakan dan bisa dilakukan dari berbagai kalangan
dari anak kecil sampai orang dewasa (Wijayanto, 2013). Selain itu, kelebihan terapi warna
dibandingkan terapi yang lain bahwa dari warna tersebut syaraf-syaraf dari indera visualisasi
manusia ketika menangkap warna langsung disalurkan ke otak dan manusia langsung
merefleksikan warna tersebut dengan perilaku tenang atau rileks. Terlebih lagi karena proses
persalinan yang membutuhkan kecepatan dalam mengurangi kecemasan agar persalinan
berjalan dengan baik. Menurut Kusuma (Sawitri, 2013), terapi warna adalah terapi yang dapat
menimbulkan relaksasi dan mampu mengurangi stres namun belum banyak di terapkan di
Indonesia. Terapi warna adalah terapi yang memberikan unsur relaksasi, dimana dari berbagai
penelitian relaksasi mampu mengurangi suatu ketegangan atau kecemasan pada individu
(Rochmawati, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Curry, dkk (2005) yakni melakukan sebuah eksperimen
mengenai mewarnai suatu gambar Mandala untuk mengurangi kecemasan. Dimana warna-
warna ini sebagai suatu media untuk meditasi bagi orang yang mengalami kecemasan dengan
metode menggunakan sebuah seni untuk melakukan terapi. Dari penelitian ini, diketahui
bahwa mewarnai Mandala mampu mengurangi kecemasan pada individu. Hal ini
membuktikan bahwa suatu warna memiliki efek untuk menyembuhkan gejala-gejala
psikologis bagi orang yang mengalami kecemasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sawitri, dkk (2013) mengenai terapi warna untuk mengurangi
stres pada lansia di panti sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar. Penelitian ini
menggunakan warna hijau untuk mengurangi stres pada lansia yang dikarenakan perubahan
hidup dan kemunduran fisik yang dialami lansia, rasa kesepian yang disebabkan oleh
putusnya hubungan dengan orang-orang yang paling dekat dan disayangi, serta post power
syndrome yang banyak dialami lansia baru mengalami pensiun, kehilangan kekuatan,
penghasilan dan kebahagiaannya. Metode terapi yang dilakukan adalah dengan
mengumpulkan responden ke dalam ruangan yang telah dicat dengan warna hijau dan
diberikan paparan slide yang berwarna hijau selama 10 menit dan kegiatan tersebut dilakukan
satu kali sehari dengan jangka waktu pemberian terapi selama seminggu. Dari terapi warna
yang telah dilakukan diketahui bahwa pemberian terapi warna dengan warna hijau mampu
mengurangi stress pada lansia di panti sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar. Hasil

3
penelitian tersebut juga didukung oleh teori yang menunjukkan bahwa terapi warna hijau ini
dapat mempengaruhi hipotalamus dalam mengeluarkan berbagai neurohormon sehingga dapat
mengurangi stres. Jalur utama dari mekanisme transmisi warna menuju sistem limbik dan
sistem endokrin adalahRetinohypothalamic tract yang merupakan salah satu jalur dimana
hipotalamus menghubungkan sistem saraf dengan Autonomic Nervous System (ANS) dan
sistem endokrin.

Penelitan lain yang dilakukan oleh Harini (2013) yakni terapi warna untuk mengurangi
kecemasan dengan menggunakan berbagai metode dalam terapi warna dan menggunakan
warna biru atau hijau untuk mengurangi kecemasan pada individu. Penelitian ini berhasil
menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan pada mahasiswa setelah diberikan
perlakuan terapi warna dengan tingkat kecemasan yang menurun pada kelompok
eksperimental dibandingkan kelompok kontrol yang pada awalnya semua responden pada
kelompok eksperimental memiliki kecemasan yang berat namun akhirnya berkurang.

Dari berbagai pemaparan data diatas, peneliti menentukan judul “Terapi Warna untuk
Mengurangi Kecemasan pada Remaja yang Hamil Di Luar Nikah” berdasarkan kegunaannya
yang praktis dan cepat, bisa dilakukan di berbagai kalangan serta dari penelitian ini mampu
menambah referensi mengenai terapi warna. Selain itu, peneliti menentukan terapi warna
sebagai terapi untuk remaja yang hamil di luar nikah karena terapi warna adalah terapi yang
mengandung teknik-teknik relaksasi yang mampu melemaskan otot sehingga remaja mampu
merasakan hilangnya ketegangan sebagai salah satu respon kecemasan dengan lebih jelas
(Rochmawati, 2012). Selain itu terapi warna adalah suatu terapi yang menggunakan warna
untuk mengurangi kecemasan seseorang, dimana warna adalah sebuah spektrum cahaya yang
mampu meningkatkan kadar hormon serotonin yang berfungsi untuk mengontrol sejumlah
perilaku atau perasaan (mood) seseorang. Pemberian terapi warna hijau merangsang pelepasan
serotonin, sehingga peningkatan kadar serotonin dapat meningkatkan mood individu dan
dapat menciptakan rasa bahagia dan menurunkan stres atau rasa cemas individu (Wijayanto,
2013).

Adapun berbagai manfaat yang bisa kita dapatkan dari penelitian ini, yakni berupa manfaat
teoritis dan praktis. Manfaat teoritis yang bisa kita dapatkan yakni dalam penelitian ini
diharapkan mampu mengembangkan ilmu psikologi terutama pada ilmu psikologi klinis atau
biopsikologi dengan fokus mengenai terapi warna untuk mengurangi kecemasan. Peneliti juga
ingin menambahkan referensi mengenai terapi warna karena penelitian mengenai terapi warna
dirasa masih kurang. Selain itu, manfaat praktisnya diharapkan dalam penelitian ini bisa
diaplikasikan terhadap subyek yang mengalami kecemasan dari kehamilannya yang di luar
nikah agar subyek mampu menghadapi persalinan dengan lancar dan bisa mengurangi
kecemasan yang dialaminya.

Kecemasan pada Remaja yang Hamil Di Luar Nikah

Hall (Santrock, 2007) mengungkapkan masa remaja berlangsung dari umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita. Remaja ditandai oleh perubahan yang besar, diantaranya
kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis. Pencarian identitas dan
membentuk hubungan baru termasuk mengekspresikan perasaan seksual.

Persalinan menurut Prawirohardjo (Arindra, 2012) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
yang hidup dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Dan terdapat dua persalinan yakni

4
persalinan normal dan abnormal dimana pada persalinan normal terdapat empat tahapan yakni
kala I-IV.

Nevid (Agustini, 2012) mengungkapkan kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang
memiliki ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak
menyenangkan dan perasaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk nantinya
terjadi. Adapun pengertian lainnya yang mengungkapkan bahwa kecemasan adalah keadaan
suasana yang ditandai dengan gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran
mengenai masa depan (Pratiwi, 2013). Kecemasan pada remaja yang hamil diluar nikah bisa
terwujud dalam bentuk kesulitan untuk tidur, tidak nafsu makan, gelisah, khawatir dengan
keadaannya, mual, malas beraktivitas, kepala terasa pusing, sering merasa bingung atas
kondisi yang tengah dialami, kondisi emosi yang labil.

Menurut Hamilton (Purnama, 2015), kecemasan memiliki berbagai gejala dan gejala-gejala
tersebut diantaranya adalah adanya ketegangan, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu;
adanya perasaan cemas karena memiliki firasat buruk, mudah tersinggung, dan takut dengan
pikirannya sendiri; ketakutan-ketakutan; memiliki gangguan tidur seperti terbangun pada
malam hari, tidur tidak nyenyak, susah untuk memulai tidur, dan mimpi buruk; perasaan
depresi seperti hilangnya minat, kurangnya minat pada hobinya, perasaan-perasaan yang tidak
menyenangkan terjadi sepanjang hari, dan sedih; gangguan kecerdasan seperti mudah lupa
atau sulit berkonsentrasi, dan terjadi penurunan daya ingat; gejala somatik seperti nyeri dan
kekakuan pada otot-otot, adanya kedutan pada otot, gertakan gigi, dan suara tidak stabil;
gejala kardiovaskuler seperti nyeri di dada, takikardi, denyut nadi mengeras dan detak jantung
hilang sekejap; gejala sensorik seperti penglihatan kabur, perasaan seperti ditusuk-tusuk,
muka merah, pucat, dan lemas; gejala urogenital seperti sering kencing ataupun tidak bisa
menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi; gejala gastrointestinal seperti
obstipasi atau tidak bisa buang air besar, berat badan menurun, mual dan muntah, sulit
menelan, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan serta perasaan panas di perut; gejala
pernafasan seperti perasaan tercekik, rasa tertekan di dada, sering menarik nafas panjang dan
merasa nafas pendek; gejala vegetatif seperti mudah berkeringat, mulut kering, muka merah,
bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala; dan yang terakhir adalah perilaku saat wawancara
yakni jari-jari gemetar, gelisah, mengkerutkan dahi atau kening, tonus otot meningkat dan
nafas pendek serta nafas cepat, dan muka tegang.

Oleh karena itu kecemasan pada remaja dalam menghadapi persalinan dari kehamilan di luar
nikah adalah perasaan takut atau khawatir mengenai berbagai hal ketika menghadapi
persalinan dikarenakan fungsi fisik dan mental yang kurang siap dari kehamilannya.

Terapi Warna

Teori colour harmony mengungkapkan bahwa mata manusia bisa menangkap tujuh juta
warna yang berbeda. Tetapi ada beberapa warna utama yang memiliki dampak pada kesehatan
dan perasaan (Zein, 2013). Setiap warna memancarkan panjang gelombang energi yang
berbeda dan memiliki efek yang berbeda pula, dengan menggunakan berbagai nuansa warna
dapat membawa harmoni, stabilitas dan keseimbangan.Warna bisa membuat suasana hati
meningkat atau moodboster dan bisa juga membantu mencapai suasana yang ingin diciptakan.
Terapi warna yang dikenal juga dengan namachromatherapy merupakan terapi yang tercipta
karena didasarkan pada pernyataan bahwa setiap warna tertentu mengandung energi-energi
penyembuh. Di dalam bidang kedokteran, menurut Kusuma (2010) terapi warna digolongkan

5
sebagai electromagnetic medicine atau pengobatan dengan gelombang elektromagnetik. Salah
satu warna yang dapat dimanfaatkan dan memiliki efek positif yaitu warna hijau. Warna
didefinisikan secara obyektif atau fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, dan secara
subjektif atau psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan (Harini, 2013).

Warna yang sering digunakan untuk menenangkan individu adalah warna hijau karena warna
hijau berefek pada sistem saraf secara keseluruhan, terutama bermanfaat bagi sistem saraf
pusat. Seperti yang telah diungkapkan oleh Vernolia (Sawitri, 2013) warna ini memiliki efek
penenang, mengurangi iritasi dan kelelahan, serta dapat menenangkan gangguan emosi dan
sakit kepala. Tidak hanya itu, selain warna hijau, terdapat warna biru yang juga memiliki
fungsi untuk memperkuat kondisi tubuh fikiran untuk menenangkan kondisi jiwa,
memulihkan stress dan menciptakan kondisi yang tenang bagi individu. Selain itu warna hijau
mampu meningkatkan hormon-hormon yang bersifat antidepresan dan mengurangi hormon
yang membuat individu merasa cemas.

Adapun berbagai metode terapi warna yang sering digunakan adalah (1) Pernafasan warna,
pernafasan warna adalah sebuah teknik bernafas dengan cara membayangkan suatu warna
dalam bernafas. Teknik ini dilakukan ketika individu menghirup dan menghembuskan nafas.;
(2) Meditasi, meditasi yakni membayangkan atau berimajinasi dengan memusatkan perhatian
pada objek yang bersifat visual atau yang mengandung warna-warna dan dari bayangan yang
dimunculkannya mampu memberikan efek relaksasi pada tubuh.; (3) Air solarisasi, air
solarisasi yakni terapi dengan media botol, gelas atau air dimana salah satu dari ketiga media
itu harus diberi air dan harus memiliki warna. Warna yang dimaksudkan tidak hanya warna
dari airnya sendiri namun entah dari botol ataupun gelas yang dipakai bisa dengan warna-
warna tertentu dan diberikan air biasa (air putih) kemudian airnya diminum.; (4) Aurasoma,
aurasoma yakni terapi dengan teknik menggunakan botol-botol kecil yang berisi dengan
lapisan warna dengan minyak esensial dan ekstrak tumbuhan.; (5) Warna kain sutra, warna
kain sutra yakni terapi dengan teknik menggunakan kain sutra yang dipakaikan ke tubuh
orang untuk digunakan dalam waktu tertentu dan kain-kain tersebut memiliki warna-warna
tertentu.

Terapi warna yang digunakan adalah meditasi warna dan juga pernafasan warna, dimana
kedua metode tersebut memiliki unsur relaksasi di dalamnya. Herodes dkk (Rochmawati,
2012) mengatakan relaksasi adalah suatu teknik yang mampu mengurangi kecemasan
individu melalui berbagai metode seperti pernafasan, pelemasan otot-otot, membayangkan
sesuatu yang membuat individu tenang dan rileks. Tujuan dari teknik relaksasi juga untuk
menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah,
memperbaiki kemampuan untuk berkonsentrasi dan mengatasi stres, membangun emosi
positif dan negatif.

Kecemasan pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah dan Terapi Warna
Berdasarkan penjelasan mengenai seorang remaja dengan kehamilan diluar nikah, diketahui
bahwa remaja tersebut mengalami sebuah kecemasan dalam berbagai bentuk. Kecemasan
yang dirasakan tersebut seperti kesulitan untuk tidur, tidak nafsu makan, gelisah, khawatir
dengan keadaannya, mual, malas beraktivitas, kepala terasa pusing, sering merasa bingung
atas kondisi yang tengah dialami, kondisi emosi yang labil. Itu adalah kecemasan pada remaja
dengan kehamilan diluar nikah, terlebih lagi seorang remaja mengalami kecemasan yang

6
bertambah ketika menghadapi proses persalinan terdapat kemungkinan bahwa dari kecemasan
tersebut nantinya menganggu proses persalinan.

Oleh karena sebuah terapi dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan pada remaja yanghamil
diluar nikah. Salah satu terapi yang dipilih oleh peneliti adalah terapi warna yang mampu
mengurangi kecemasan dalam menghadapi persalinannya. Dalam berbagai penelitian
mengenai warna, aksi warna terhadap tubuh manusia mampu mengubah fungsi psikologis
pada manusia. Terapi warna atau chromatherapy adalah sebuah terapi yang menekankan pada
pokok bahasan yakni warna tertentu mengandung energi-energi penyembuh dan terapi ini bisa
dikatakan sebagai terapi pengobatan dengan gelombang elektromagnetik. Penggunaan terapi
warna menjadi salah satu terapi yang menarik untuk mengurangi kecemasan karena mudah
dan praktis digunakan dan bisa dilakukan dari berbagai kalangan dari anak kecil sampai orang
dewasa (Wijayanto, 2013). Selain itu, kelebihan terapi warna dibandingkan terapi yang lain
bahwa dari warna tersebut syaraf-syaraf dari indera visualisasi manusia ketika menangkap
warna langsung disalurkan ke otak sehingga manusia langsung merefleksikan warna tersebut
dengan perilaku tenang atau rileks. Terlebih lagi masa remaja adalah masa dimana
kemampuan sensori untuk menangkap suatu obyek adalah dengan berbagai warna.

Terapi warna hijau ini dapat mempengaruhi hipotalamus dalam mengeluarkan berbagai
neurohormon sehingga dapat mengurangi stres. Jalur utama dari mekanisme transmisi warna
menuju sistem limbik dan sistem endokrin adalah Retinohypothalamic tract yang merupakan
salah satu jalur dimana hipotalamus menghubungkan sistem saraf dengan Autonomic Nervous
System (ANS) dan sistem endokrin. Warna hijau menyebabkan terjadinya peningkatan rata-
rata kadar hormon. Peningkatan terjadi pada hormon serotonin hingga 104%, oksitosin hingga
45,5%, beta endorfin hingga 33%, dan growth hormone hingga 150%. Warna hijau juga
menyebabkan terjadinya penurunan kadarnorepinefrin hingga 29%. Perubahan kadar zat
kimia saraf dan neurohormon tersebut memiliki pengaruh dalam menurunkan stres ataupun
kecemasan pada individu. Serotonin disekresikan oleh nukleus yang berasal dari medial
batang otak dan berproyeksi di sebagian besar daerah otak, khususnya yang menuju radiks
dorsalis medula spinalis dan hipotalamus. Setelah dilepaskan, serotonin mampu
mengaktifkan reseptor serotonin pre-sinaps maupun post-sinaps. Serotonin dalam kondisi
normal mempunyai peran penting untuk mengontrol tidur-bangun, perilaku makan,
pengendalian transmisi sensoris, mood, dan sejumlah perilaku. Pemberian terapi warna hijau
merangsang pelepasan serotonin, sehingga peningkatan kadar serotonin dapat meningkatkan
mood individu dan dapat menciptakan rasa bahagia dan menurunkan stres atau rasa cemas
individu. Pemberian terapi warna hijau dapat meningkatan kadaroksitosin dalam darah,
sehingga efek ansiolitik yang dikeluarkan dapat menurunkan stres. Terapi warna hijau juga
meningkatkan beta endorfin dan dapat menurunkan kadarnorepinefrin dalam darah, dan stres
atau kecemasan dapat berkurang.
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai kecemasan pada remaja dari kehamilan di luar nikah
dan terapi warna, terdapat hubungan bahwa terapi warna mampu mengurangi kecemasan
individu. Oleh karena itu diharapkan penelitian mengenai terapi warna ini mampu
mengurangi kecemasan pada remaja dalam menghadapi persalinan dari kehamilan di luar
nikah.

7
Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan kecemasan antara
kelompok control dan eksperimen setelah diberikan intervensi berupa terapi warna pada
remaja yang hamil di luar nikah.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimenyakni dengan model yang digunakan
adalah control group pre-test and post-test design. Maksudnya adalah penelitian ini dilakukan
dengan memberikan pre-test baik kepada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen
sebelum perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen dan memberikan post-test kepada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah perlakuan diberikan kepada kelompok
eksperimen untuk mengetahui pengaruh terapi warna yang diberikan kepada subjek
(Suryabrata, 2008). Untuk lebih jelasnya rancangan penelitian telah dijabarkan menggunakan
tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Kelompok Rancangan Penelitian


Kontrol X1 → X2
Eksperimen X1 → Q → X2

Keterangan :
X1 = Pengukuran atau pemberian skala sebelum dilakukan intervensi (Pre-Test)
Q = Pemberian intervensi atau perlakuan
X2 = Pengukuran atau pemberian skala setelah dilakukan intervensi (Post-Test)

Subjek Penelitian

Pengambilan subjek menggunakan teknik purposive sampling yaitu bentuk metode pemilihan
subjek sesuai dengan karakteristik peneliti (Latipun, 2004). Karakteristik-karakteristik subjek
penelitian adalah (1) perempuan dengan jumlah partisipan sebanyak 10 orang yakni lima
orang sebagai kelompok kontrol dan lima orang sebagai kelompok eksperimen; (2) remaja
yang berusia 12-21 tahun; (3) usia kehamilan subjek yakni dengan usia trimester tiga (6-9
bulan) pada kehamilannya; (4) kehamilan subjek adalah kehamilan di luar nikah; (5) subjek
memiliki skor kecemasan dengan kategori sedang sampai berat berdasarkan skala kecemasan
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS); (6) subjek tidak sedang melakukan treatment lain
selain terapi warna.

Intervensi dan Alat

Eksperimen ini menggunakan intervensi dalam bentuk terapi warna, yaitu suatu perlakuan
terhadap subjek menggunakan berbagai warna sebagai inti dari terapi dengan cara
membayangkan suatu warna tertentu atau melihat langsung warna-warna tertentu sesuai
dengan arahan terapis dalam proses terapi. Modul intervensi diadaptasi dan direvisi oleh

8
peneliti dari modul terapi warna yang dibuat oleh Novita (Harini, 2013) dan telah dilakukan
uji coba modul intervensi dengan 10 partisipan dalam uji coba modul. Terapi dilakukan
selama empat hari dan dilakukan sebanyak empat sesi dengan menggunakan dua metode
terapi yang berbeda. Hari pertama sampai dengan hari kedua menggunakan suatu metode
terapi pernafasan warna yakni membayangkan warna hijau dan biru masuk ke dalam tubuh
subjek dan membuat subjek merasa nyaman atau rileks. Pada hari ketiga sampai keempat
menggunakan metode terapi meditasi warna yakni dengan membayangkan subjek berada di
tempat yang terdapat suatu warna tertentu yakni dengan warna dominan hijau dan biru agar
subjek merasa rileks dan nyaman. Terapi dilakukan di tempat praktek swasta terapis atau
bidan dikarenakan lokasi yang strategis dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
membuat janji dengan subjek dan jumlah keseluruhan subjek eksperimen adalah lima orang.
Selain itu, terapi warna akan dilakukan secara personal atau individual dengan waktu yang
akan disesuaikan dengan subjek namun tetap dengan jangka waktu terapi selama empat hari.

Sedangkan kecemasan pada remaja dalam menghadapi persalinan dari kehamilan di luar
nikah adalah respon subjek terhadap perasaan takut atau khawatir mengenai berbagai hal
ketika menghadapi persalinan dikarenakan fungsi fisik dan mental yang kurang siap dari
kehamilannya. Instrumen yang digunakan adalah skala kecemasan yaitu Hamilton Anxiety
Rating Scale (HARS) yang sudah dilakukan perombakan dan sudah disesuaikan dengan
subjek penelitian. Telah dilakukan try out pada skala sehingga skala memiliki reliabilitas
dengan nilai alpha Cronbach sebesar 0,896. Secara keseluruhan skala memiliki 21 item yang
terdiri dari beberapa aspek seperti ketegangan dengan jumlah item sebanyak satu item,
perasaan cemas karena memiliki firasat buruk dengan jumlah item sebanyak dua item,
ketakutan-ketakutan dengan jumlah item sebanyak dua item, gangguan tidur dengan jumlah
item sebanyak dua item, perasaan depresi dengan jumlah item sebanyak dua item, gangguan
kecerdasan dengan jumlah item sebanyak dua item, gejala somatik dengan jumlah item
sebanyak dua item, gejala kardiovaskuler dengan jumlah item sebanyak satu item, gejala
sensorik dengan jumlah item sebanyak satu item, gejala urogenital dengan jumlah item
sebanyak tiga item, gejala gastrointestinal dengan jumlah item sebanyak dua item, gejala
pernafasan dengan jumlah item sebanyak dua item, gejala vegetatif dengan jumlah item
sebanyak satu item, dan gejala otonom dengan jumlah item sebanyak satu item. Skala ini
memiliki penilaian terkait dengan gejala-gejala kecemasan yakni dengan pemberian nilai 0-4.
Nilai 0 menandakan bahwa partisipan tidak pernah merasakan gejala-gejala kecemasan
tersebut, nilai 1 menandakan bahwa partisipan merasakan gejala-gejala kecemasan tersebut
hanya sesekali, nilai 2 menandakan bahwa partisipan terkadang merasakan gejala-gejala
kecemasan tersebut, nilai 3 menandakan bahwa partisipan sering merasakan gejala-gejala
kecemasan tersebut, dan nilai 4 menandakan bahwa partisipan selalu merasakan gejala-gejala
kecemasan tersebut. Salah satu contoh item pada skala ini adalah “Terbangun pada malam
hari”.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Tahap awal penelitian adalah menentukan subjek penelitian sesuai dengan kriteria dari subjek
penelitian dan subjek harus memberikan persetujuan untuk bisa menjadi subjek penelitian
tanpa ada keterpaksaan dari pihak manapun (keinginan diri sendiri). Tidak lupa peneliti harus
membentuk rapport yang baik terhadap subjek penelitian, ketika subjek menyatakan
kesediaannya untuk menjadi subjek penelitian, maka subjek akan diberikan skala kecemasan
sebagai pre-test untuk mengetahui kecemasan yang dialami oleh subjek dan menjadi data
awal untuk melakukan klasifikasi apakah subjek layak untuk dijadikan subjek penelitian

9
berdasarkan kecemasan yang dialaminya. Selain itu subjek penelitian juga telah diperiksa
sehingga tidak ada satu pun subjek penelitian yang mengalami buta warna (normal).

Langkah selanjutnya adalah melakukan eksperimen atau memberikan perlakuan kepada


subjek penelitian ketika subjek mau menghadapi persalinan (kehamilan pada trimester tiga).
Eksperimen dilakukan selama 4 hari dengan memberikan dua metode terapi warna yakni
meditasi warna dan pernafasan warna. Pada hari I-II dilakukan terapi warna dengan metode
pernafasan warna dengan menggunakan warna hijau dan biru. Pada hari III-IV dilakukan
terapi warna dengan metode meditasi warna dengan menggunakan warna hijau dan biru.
Terapi dilakukan oleh terapis yakni bidan yang telah memiliki kemampuan dibidangnya dan
memiliki keterampilan dalam melakukan terapi warna sesuai dengan keinginan peneliti dan
telah melakukan uji modul terapi warna yang dibuat oleh peneliti.

Setelah eksperimen berakhir, peneliti kemudian memberikan skala post-test yakni sekitar 1-2
hari setelah subjek diberikan intervensi dan pemberian post-test dilakukan di rumah masing-
masing subjek. Post-test dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan ketika subjek diberikan perlakuan.

Ketika data telah didapatkan maka dilakukan analisis data, dimana teknik analisis data pada
penelitian ini menggunakan program SPSS dengan analisis non-parametrik yakni uji
Wilcoxon dan Mann-Withney untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pada saat pre-
test dan post-test subjek penelitian.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dilakukan uji analisis kuantitatif kepada 10 subjek
dengan pemilihan subjek menggunakan metode purposive sampling yakni remaja perempuan
yang hamil dengan usia kandungan pada trimester tiga dan kehamilannya adalah kehamilan
diluar nikah, selain itu subjek memiliki kecemasan dengan kategori sedang sampai berat.
Untuk lebih jelasnya deskripsi subjek telah dijabarkan menggunakan tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian

Kategori Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen


Usia
16 tahun 1 (20%) 0 (0%)
17 tahun 1 (20%) 0 (0%)
18 tahun 0 (0%) 2 (40%)
19 tahun 1 (20%) 3 (60%)
20 tahun 1 (20%) 0 (0%)
21 tahun 1 (20%) 0 (0%)
Usia Kehamilan
7-8 bulan 4 (80%) 2 (40%)
8-9 bulan 1 (20%) 3 (60%)
Tingkat Kecemasan
Sedang 0 (0%) 1 (20%)
Berat 5 (100%) 4 (80%)

10
Diketahui bahwa pada kelompok kontrol semua subjek berada pada kategori kecemasan berat,
sedangkan pada kelompok eksperimen empat subjek berada pada kategori berat. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian memiliki tingkat kecemasan dengan kategori
berat pada saat pre-test.

Dari deskripsi data penelitian, maka langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan
analisis menggunakan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kesetaraan skor rata-rata
kecemasan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan.

Tabel 3. Deskriptif Uji Mann-Whitney Data Pre-Test Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen

Kelompok N Z P
Kontrol 5 -0.841 0.401
Eksperimen 5

Dari hasil uji analisis Mann-Whitney diambil keputusan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada skor kecemasan pada kedua kelompok (Z = -0.841, p = 0.401). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dalam
kondisi setara sebelum diberikan perlakuan. Setelah diketahui kondisi kedua kelompok setara,
dilakukan uji analisis lebih lanjut pada menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui
perbedaan skor pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Tabel 4. Deskriptif Uji Wilcoxon Data Pre-Test dan Post-Test Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen

Rerata Skor Kecemasan


Kelompok N Z P
Pre-Test Post-Test
Kontrol 5 57.8 61.2 -0.276 0.783
Eksperimen 5 58 45.8 -2.032 0.042

Dari uji analisis Wilcoxon dapat diambil kesimpulan bahwa pada kelompok kontrol tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada skor kecemasan (Z = -0.276, p = 0.783). Sedangkan
pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan pada skor kecemasan (Z = -
2.032, p = 0.042).

Setelah uji analisis Wilcoxon, maka dilakukan kembali uji analisis Mann-Whitney untuk
mengetahui perbedaan skor kecemasan pada kelompok kontrol dan eksperimen setelah
kelompok eksperimen diberikan perlakuan.

Tabel 5. Deskriptif Uji Mann-Whitney Data Post-Test Kelompok Kontrol dan


Kelompok Eksperimen

Kelompok N Z P
Kontrol 5 -2.619 0.009
Eksperimen 5

11
Dari uji analisis Mann-Whitney dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan skor kecemasan
yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah kelompok
eksperimen diberikan perlakuan (Z = -2.619, p = 0.09). Dengan demikian skor kecemasan
pada kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan terapi warna lebih rendah
dibandingkan pada kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil analisis kuantitatif yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yakni adanya perbedaan kecemasan
antara kelompok control dan eksperimen setelah diberikan intervensi berupa terapi warna
pada remaja yang hamil di luar nikah dengan penurunan kecemasan pada kelompok
eksperimen.

DISKUSI

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, yakni terapi warna untuk mengurangi
kecemasan dalam menghadapi persalinan diketahui bahwa terdapat penurunan tingkat
kecemasan pada subjek eksperimen yang diberikan perlakuan yakni terapi warna. Hal tersebut
dibuktikan dengan uji analisis Mann-Whitney terhadap skor pre-test yakni kondisi kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen adalah setara. Kemudian setelah dilakukan penelitian,
dilakukan uji analisis Wilcoxon dan diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
skor kecemasan dari pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan eksperimen. Setelah
eksperimen dilakukan dilakukan lagi uji analisis Mann-Whitney terhadap skor post-test
sehingga diketahui bahwa kondisi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah
kelompok eksperimen diberikan perlakuan adalah tidak setara. Sebelum diberikan perlakuan,
semua subjek pada kelompok eksperimen memiliki rata-rata kecemasan dengan kategori
berat. Namun setelah perlakuan diberikan, diketahui bahwa semua subjek memiliki
kecemasan dengan kategori sedang dan hal tersebut membuktikan bahwa terapi warna mampu
mengurangi kecemasan pada subjek.

Individu dikatakan sebagai remaja ketika berusia 12-21 tahun bagi perempuan (Hall dalam
Santrock, 2007), dimana ketika individu memasuki tahapan remaja maka individu tersebut
akan mencari identitas dirinya dan terkadang mengalami kebingungan akan peran sosialnya.
Bagi sebagian remaja yang mampu mencari identitas diri dengan baik maka individu tersebut
nantinya memahami bagaimana peran sosialnya. Namun bagi sebagian remaja perempuan
yang tidak mampu mencari identitas dirinya maka individu tersebut bisa melakukan tindakan-
tindakan diluar norma sosialnya. Dengan berbagai fasilitas yang diberikan pada zaman ini,
maka bukan mustahil para remaja mampu melakukan tindakan asusila dan pada akhirnya
terjadilah kehamilan diluar nikah. Remaja yang hamil diluar nikah pasti akan mengalami
kebingungan peran sosial dan tidak semua lingkungan mampu menerima remaja tersebut.
Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa remaja yang hamil diluar nikah mengalami
kecemasan dalam berbagai bentuk seperti kesulitan untuk tidur, tidak nafsu makan, gelisah,
khawatir dengan keadaannya, mual, malas beraktivitas, kepala terasa pusing, sering merasa
bingung atas kondisi yang tengah dialami, kondisi emosi yang labil.

Penelitian ini dilakukan untuk mengurangi kecemasan dalam menghadapi persalinan pada
remaja yang hamil diluar nikah dengan usia kehamilan menginjak trimester tiga (28-40
minggu) pada lima subjek eksperimen dan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria
penelitian. Hal ini dikarenakan untuk membuktikan hipotesis peneliti maka dilakukan
penelitian dengan memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen. Terapi warna yang

12
dilakukan menggunakan dua metode yakni pernafasan warna dan meditasi warna dengan
menggunakan warna hijau dan biru untuk mengurangi kecemasan pada subjek. Pada
dasarnya, metode terapi warna yang diberikan kepada subjek penelitian memiliki unsur
relaksasi. Penelitian yang dilakukan oleh Condrad (2007) dan Ali (2010) yakni mengenai
relaksasi tubuh yang mampu mengurangi kecemasan individu dengan berbagai teknik seperti
pernafasan, pelemasan otot-otot, membayangkan sesuatu yang membuat individu tenang dan
rileks. Oleh karena itu dalam terapi warna dimana kedua metode yang digunakan (meditasi
warna dan pernafasan warna) mampu mengurangi kecemasan pada subjek penelitian.

Tidak hanya karena terapi warna mengandung unsur relaksasi, namun dalam metode terapi
warna yang menggunakan dua warna yakni hijau yang memiliki efek penenang, mengurangi
iritasi dan kelelahan, meningkatkan hormon-hormon yang bersifat antidepresan dan
mengurangi hormon yang membuat individu merasa cemas, serta dapat menenangkan
gangguan emosi dan sakit kepala, dan warna biru untuk memperkuat kondisi tubuh fikiran
untuk menenangkan kondisi jiwa, memulihkan stress dan menciptakan kondisi yang tenang
bagi individu (Vernolia dalam Sawitri, 2013). Ketika penelitian dilakukan pun semua subjek
memberikan reaksi yang sama ketika terapis memberikan terapi warna dengan dua metode
terapi.

Dari perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian dengan memberikan terapi berupa
pernafasan warna dan meditasi warna dengan menggunakan warna hijau dan biru diperoleh
gambaran bahwa sebelum dilakukan perlakuan, hampir semua subjek masih susah untuk
berbicara lancar, wajah pucat dan otot-otot tubuhnya tegang. Namun ketika terapi dilakukan
diketahui subjek mampu merenggangkan otot-ototnya yang tegang dan mampu mengikuti
instruksi dengan baik, wajah tidak pucat seperti sebelumnya. Tidak hanya itu, dari feedback
yang dilakukan hampir semua subjek mengatakan bahwa dirinya merasa lebih tenang dan
rileks setelah diberikan terapi.

Dengan melakukan penelitian ini, didapatkan hasil bahwasanya terapi warna juga mampu
mereduksi kecemasan dalam menghadapi persalinan dari kehamilan diluar nikah pada remaja.
Sebelumnya juga telah dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Harini (2013) yakni
mereduksi kecemasan menggunakan terapi warna namun subjek penelitiannya adalah
mahasiswa yang memiliki tingkat kecemasan sedang sampai berat dan hasil yang diperoleh
adalah bahwa terapi warna yang dilakukan berhasil mereduksi kecemasan subjek penelitian
yakni mahasiswa. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan subjek
yang lebih spesifik lagi yakni remaja yang hamil diluar nikah dengan usia kehamilan pada
trimester tiga. Hipotesis yang diajukan pada penelitian yang dilakukan juga dapat diterima
karena hasil uji Mann-Whitney dan Wilcoxon pun menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok kontrol dan juga kelompok eksperimen setelah kelompok
eksperimen diberikan perlakuan (Z = -2.619, p = 0.009). Dengan demikian maka diketahui
bahwa terapi warna adalah salah satu cara untuk mereduksi kecemasan yang tidak hanya
dialami oleh orang pada umumnya, namun terapi warna mampu mereduksi kecemasan dalam
menghadapi persalinan pada remaja yang hamil diluar nikah.

Peneliti telah menjelaskan mengenai penelitian yang dilakukan dan mampu mereduksi
kecemasan dalam menghadapi persalinan dari kehamilan diluar nikah pada remaja melalui
terapi warna. Namun dalam penelitian tersebut pasti terdapat berbagai hambatan yang ditemui
oleh peneliti. Adapun berbagai hambatan yang terdapat dalam penelitian ini adalah kurangnya
keterbukaan subjek kepada peneliti bahwa kehamilan subjek adalah kehamilan diluar nikah

13
meskipun peneliti memiliki data bahwa subjek memang mengalami kehamilan diluar nikah,
namun peneliti mencoba untuk mendekati subjek agar bisa terbuka mengenai kehamilannya
sehingga meyakinkan subjek untuk terbuka mengenai kehamilannya membutuhkan waktu
yang lama dan juga dengan persyaratan selama proses intervensi tidak diperbolehkan
mengambil dokumentasi dalam bentuk apapun. Hambatan lainnya terkadang terdapat
beberapa subjek yang kurang mampu bekerja sama dengan peneliti dan sering datang
terlambat dari jadwal yang dijanjikan dan pada akhirnya mengganggu jalannya kegiatan terapi
pada subjek pada jadwal selanjutnya. Subjekpun terkadang tidak mengikuti jadwal yang
disepakati bersama sehingga peneliti juga harus mampu menyesuaikan jadwal dengan subjek
dan juga terapis untuk bisa bersama-sama melaksanakan terapi. Selain itu pada modul
seharusnya terapi warna dilakukan selama empat hari berturut-turut, namun karena ada
beberapa subjek yang kurang bisa bekerja sama pada akhirnya tetap melakukan empat sesi
namun tidak bisa dilakukan selama empat hari berturut-turut.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan mengenai tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan pada kelompok
eksperimen yakni dengan nilai p < 0.05 (p = 0.009). Penelitian ini membuktikan bahwa
pemberian terapi warna mampu mereduksi kecemasan dalam menghadapi persalinan dari
kehamilan di luar nikah pada remaja.

Adapun implikasi dari penelitian ini adalah penelitian ini mampu memberikan wacana baru
baik dari dunia psikologi maupun kesehatan dalam mengurangi kecemasan pada remaja yang
hamil diluar nikah menggunakan suatu metode baru yakni menggunakan terapi warna
sehingga bisa mengurangi kecemasan bagi para remaja yang hamil diluar nikah. Bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan variabel yang sama yakni terapi warna,
usahakan memberikan variasi terhadap terapi warna karena masih kurang sekali referensi di
Indonesia mengenai terapi warna seperti memberikan tambahan variabel penelitian lain
ataupun menggunakan subjek penelitian yang berbeda dari penelitian yang sudah dilakukan.

REFERENSI

Agustini, A. (2013). Kecemasan calon ibu baru pada pernikahan dini. Retrieved October 14,
2014, from dijilib.uin-suka.ac.id
Ali, U. (2010). The effectiveness of relaxation therapy in the reduction of anxiety related
symptoms (a case study). International Journal of Psychological Studies, 2(2), 202 –
208.
Arindra, D. (2012). Kecemasan menghadapi persalinan anak pertama pada ibu dewasa awal.
Accessed on October 14, from www.gunadarma.ac.id
Cukrowicz, K.C., Smith, P.N., Hohmeister, H.C., & Joiner, T.E. (2009). The moderation of an
early intervention program for anxiety and depression by specific psychological
symptoms. Journal of Clinical Psychology, 65(4), 337 – 351, doi:10.1002/jclp.20560
Curry, N.A., & Kasser, T. (2005). Can coloring mandalas reduce anciety?. Art Therapy:
Journal of the American Art Therapy Association, 22(2), 81 – 85.
Condrad, A., & Walton T. R. (2007). Muscle relaxation therapy for anxiety disorders: it
works but how?. Journal of Anxiety Disorder, 21,234 – 264.

14
Darmawan, D. (2014). Metodologipenelitiankuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset
Gennari, P. J. (2013). Adolescent pregnancy in developing countries. International Journal of
Childbirth Education 28, 57 – 69.
Harini, N. (2013). Terapi warna untuk mengurangi kecemasan. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 1(2), 291 – 303.
Khomsatun, Trisnawati, Y., & Pantiawati, I. (2012). Hubungan pengetahuan remaja putri
menikah dini tentang kehamilan dengan kecemasan menghadapi kehamilan di
kecamatan Pulosari kabupaten Pemalang. JurnalIlmiah Kebidanan, 3, 1 – 12.
Kusuma, E. (2010). Pengertian gelombang dan aplikasi. Retrieved on April, 2015, from
http://ichsan09.blog.uns.ac.id/files/2010/11/pengertian-gelombang-dan-aplikasi.pdf
Latipun. (2004). Psikologi eksperimen. Malang: UMM Press
Limantono, & Nova, M. (2013). Preferensi manula terhadap jenis lampu, suhu warna lampu
dan warna dinding pada ruang tidur (studi kasus Panti Wredha Hanna Yogyakarta).
Retrieved May 12, 2015, from e-journal.uajy.ac.id
Mansur, H. (2009). Psikologi ibu dan anak untuk kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Noor, J. (2011). Metodologi penelitian. Jakarta: Kencana
Pratiwi, & Alvian, T. (2013). Coping remaja perempuan yang hamil diluar nikah. Retrieved
October 14, 2015, from www.psikologi.ub.ac.id
Purnama, B.W.R. (2015). Pengaruh guide imagery untuk mengurangi kecemasan dalam
menghadapi persalinan. Skripsi. Malang.
Rochmawati, D.H. (2012). Teknik relaksasi otot progresif untuk menurunkan kecemasan.
Retrieved October 20, 2015, from www.uin-semarang.ac.id
Sawitri, Devi, P.S., & Nurhesti, K.A. (2013). Pengaruh terapi warna hijau terhadap stres pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar. Jurnal Online Udayana,
42(2), 14 – 23
Santrock, J. W. (2007). Life-span development: perkembangan masa hidup, jilid 1, edisi
ketigabelas. Jakarta: Erlangga
Solihat, & Intan, S. (2013). Penyesuaian diri remaja yang hamil di luar nikah (studi kasus
pada dua remaja yang hamil di luar nikah di kota Bandung).Jurnal Sosiologi dan
Pengaplikasian, 1(3), 1 – 13
Sudiyanti, E. (2003). Keefektifan relaksasi untuk mengurangi kecemasan pada ibu hamil.
Jurnal Kebidanan, 23(03), 67 – 80
Suryabrata, S. (2008). Metodologi penelitian. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Utomo, I.D., & Utomo, A. (2013). Adolescent pregnancy in Indonesia. JournalStudyof World
Population Day, 2, 23 – 34
Wijayanto, & Vera, A. (2013). Perancangan interior pusat terapi anak autis dan indigo
berdasar pendekatan psikologi interior di Surabaya. Jurnal Intra, 1(2), 1 – 12.
Zein, A.O., Tamara, & Khaerunnisa. (2013). Hubungan warna dengan tingkat stres
pengunjung. Jurnal Rekajiva: Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, 1(1), 1 – 10

15
LAMPIRAN

16
Lampiran 1.

Skala Penelitian

17
INSTRUMEN PENELITIAN

Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan yang menyatakan gejala umum yang terjadi pada
orang yang hamil. Berilah penilaian terhadap pertanyaan tersebut yakni dengan penilaian
antara 0-4 yang menandakan keadaan diri anda saat ini kemudian berilah tanda (√) pada
kolom penilaian yang tersedia. Pilihan jawaban sebagai berikut :

0=Tidak Pernah 1=Jarang 2=Kadang-Kadang 3=Sering 4=Selalu

NO PERNYATAAN 0 1 2 3 4
1 Tidak bisa istirahat tenang
2 Gelisah
3 Takut melakukan gerakan yang banyak
4 Sulit untuk tidur
5 Terbangun pada malam hari
6 Sulit berkonsentrasi
7 Perhatian sering teralihkan
8 Hilangnya minat
9 Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
10 Sakit dan nyeri di otot-otot
11 Gerakan kaku
12 Muka merah atau pucat
13 Dada berdebar
14 Rasa tertekan atau sempit di dada
15 Nafas pendek/sesak
16 Sulit menelan
17 Perut terasa kembung
18 Keputihan berlebihan
19 Gairah seksual menurun
20 Tidak menikmati hubungan seksual dengan suami
21 Mudah berkeringat

18
Lampiran 2.

Blueprint dan Pengkategorian Skala


Penelitian

19
Indikator Kecemasan Bobot No Item Jumlah Item
Ketegangan 4,8% 1 1
Ketakutan 9,5% 2,3 2
Gangguan tidur 9,5% 4,5 2
Gangguan kecerdasan 9,5% 6,7 2
Perasaan depresi 9,5% 8,9 2
Gejala somatik 9,5% 10,11 2
Gejala sensorik 4,8% 12 1
Gejala kardiovaskuler 4,8% 13 1
Gejala pernafasan 9,5% 14,15 2
Gejala gastrointestinal 9,5% 16,17 2
Gejala urogenital 14,3% 18,19,20 3
Gejala otonom 4,8% 21 1
TOTAL 100 % 21

Setiap item dijumlahkan berdasarkan penilaian yang diberikan oleh subyek yakni 0 hingga 4,
dengan rentangan skor 0-88. Terdapat klasifikasi kecemasan berdasarkan skor yang diperoleh
yakni :

NO KLASIFIKASI SKOR
1 Ringan < 28
2 Sedang 28-56
3 Berat > 56

20
Lampiran 3.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala


Kecemasan

21
1. Semua Item :

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha

,893 22

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
Item_1 51,97 84,378 ,455 ,890
Item_2 51,57 80,323 ,530 ,888
Item_3 50,27 83,306 ,515 ,888
Item_4 50,10 78,714 ,681 ,883
Item_5 51,57 80,944 ,545 ,887
Item_6 50,40 79,628 ,601 ,886
Item_7 52,03 84,930 ,417 ,891
Item_8 50,17 80,006 ,610 ,885
Item_9 51,90 83,610 ,518 ,888
Item_10 50,27 83,306 ,515 ,888
Item_11 51,57 80,323 ,530 ,888
Item_12 50,20 87,476 ,171 ,896
Item_13 51,53 80,602 ,520 ,888
Item_14 50,23 84,737 ,324 ,893
Item_15 50,23 80,323 ,522 ,888
Item_16 52,03 84,930 ,417 ,891
Item_17 51,73 82,202 ,517 ,888
Item_18 50,30 79,528 ,567 ,887
Item_19 50,20 85,821 ,310 ,893
Item_20 52,03 84,930 ,417 ,891
Item_21 50,27 83,306 ,515 ,888
Item_22 50,13 79,223 ,655 ,884

22
2. Setelah item no 12 dihilangkan :

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha

,896 21

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted

Item_1 48,80 81,959 ,456 ,893


Item_2 48,40 77,697 ,547 ,890
Item_3 47,10 81,059 ,502 ,892
Item_4 46,93 76,478 ,674 ,886
Item_5 48,40 78,248 ,568 ,890
Item_6 47,23 77,357 ,596 ,889
Item_7 48,87 82,533 ,415 ,894
Item_8 47,00 77,655 ,610 ,888
Item_9 48,73 81,168 ,522 ,891
Item_10 47,10 81,059 ,502 ,892
Item_11 48,40 77,697 ,547 ,890
Item_13 48,37 77,964 ,538 ,891
Item_14 47,07 82,616 ,302 ,897
Item_15 47,07 77,857 ,529 ,891
Item_16 48,87 82,533 ,415 ,894
Item_17 48,57 79,840 ,516 ,891
Item_18 47,13 77,292 ,560 ,890
Item_19 47,03 83,344 ,314 ,896
Item_20 48,87 82,533 ,415 ,894
Item_21 47,10 81,059 ,502 ,892
Item_22 46,97 76,930 ,651 ,887

23
Lampiran 4.

Modul Terapi Warna

24
“Modul Terapi Warna”

A. PENGANTAR
Sebuah terapi dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan pada remaja dalam
menghadapi persalinan dari kehamilan diluar nikah. Salah satu terapi yang memiliki efek
untuk mengurangi kecemasan adalah terapi warna. Dalam berbagai penelitian mengenai
warna, aksi warna terhadap tubuh manusia mampu mengubah fungsi psikologis pada
manusia.
Terapi warna atau chromatherapy adalah sebuah terapi yang menekankan pada
pokok bahasan yakni warna tertentu mengandung energi-energi penyembuh dan terapi ini
bisa dikatakan sebagai terapi pengobatan dengan gelombang elektromagnetik.
Penggunaan terapi warna menjadi salah satu terapi yang menarik untuk mengurangi
kecemasan karena mudah dan praktis digunakan dan bisa dilakukan dari berbagai
kalangan dari anak kecil sampai orang dewasa (Wijayanto, 2013). Selain itu, kelebihan
terapi warna dibandingkan terapi yang lain bahwa dari warna tersebut syaraf-syaraf dari
indera visualisasi manusia ketika menangkap warna akan langsung disalurkan ke otak
sehingga manusia langsung merefleksikan warna tersebut dengan perilaku tenang atau
rileks. Terlebih lagi masa remaja adalah masa dimana kemampuan sensori untuk
menangkap suatu obyek adalah dengan berbagai warna.
Terapi warna merupakan terapi yang tercipta karena didasarkan pada pernyataan
bahwa setiap warna tertentu mengandung energi-energi penyembuh. Di dalam bidang
kedokteran, menurut Kusuma (2010) terapi warna digolongkan sebagai electromagnetic
medicine atau pengobatan dengan gelombang elektromagnetik. Salah satu warna yang
dapat dimanfaatkan dan memiliki efek positif yaitu warna hijau. Warna didefinisikan
secara obyektif atau fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, dan secara subyektif
atau psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan (Harini, 2013). Oleh
karena itu diharapkan terapi warna mampu mengurangi kecemasan pada remaja dalam
menghadapi persalinan dari kehamilan di luar nikah. Terapi warna yang akan digunakan
adalah meditasi warna dan juga pernafasan warna, dimana kedua metode tersebut
memiliki unsur relaksasi di dalamnya.

B. TUJUAN
Tujuan dilakukan eksperimen adalah untuk mengurangi kecemasan pada remaja
dalam mengahadapi persalinan dari kehamilan di luar nikah. Selain itu eksperimen
dilakukan untuk menyelesaikan tugas akhir dalam meraih gelar sarjana psikologi.

C. WAKTU DAN TEMPAT


Pelaksanaan intervensi akan dilakukan selama 6 hari (2 hari untuk pre-test dan post-
test, 4 hari untuk pemberian terapi warna) dan juga intervensi akan dilakukan di rumah
masing-masing subyek dengan jadwal sebagai berikut :
Hari Ke Intervensi Tempat
1 Pre-Test Fleksibel
2 Pernafasan Warna Bidan Praktek Swasta
3 Pernafasan Warna Bidan Praktek Swasta
4 Meditasi Warna Bidan Praktek Swasta
5 Meditasi Warna Bidan Praktek Swasta
6 Post-Test Fleksibel

25
D. MANFAAT
Ada dua manfaat dari penelitian yang dilakukan yakni :
a. Manfaat Teoritis
Mampu mengembangkan ilmu psikologi terutama pada ilmu psikologi klinis dengan
fokus mengenai terapi warna untuk mengurangi kecemasan, serta menambahkan
referensi mengenai terapi warna karena penelitian mengenai terapi warna dirasa
masih kurang.
b. Manfaat Praktis
Mampu diaplikasikan terhadap subyek yang mengalami kecemasan dari
kehamilannya yang di luar nikah agar subyek mampu menghadapi persalinan dengan
lancar dan bisa mengurangi kecemasan yang dialaminya.

E. SASARAN PENELITIAN
Sasaran penelitian yakni :
1. Perempuan
2. Remaja yang berusia 12-21 tahun
3. Subyek akan menghadapi persalinannya yakni dengan usia trimester pada
kehamilannya
4. Kehamilan subyek adalah kehamilan di luar nikah
5. Subyek memiliki skor kecemasan dengan kategori sedang sampai berat berdasarkan
skala kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
6. Subyek tidak sedang melakukan treatment lain selain terapi warna.

F. TABEL PELAKSANAAN TERAPI

HARI KE
I II III IV
TEMPAT
Metode yang digunakan : Metode yang digunakan :
Pernafasan Warna Meditasi Warna
T Pembukaan : Pembukaan : Pembukaan : Pembukaan : Bidan
A  Perkenalan  Membuka  Membuka  Membuka Praktek
H  Pembentukan kegiatan kegiatan kegiatan Swasta
A rapport  Membicarak  Membicarak  Membicarak
P kepada an topik an topik an topik
A subyek ringan ringan ringan
N  Memberikan  Memberikan  Memberikan  Memberikan
penjelasan penjelasan penjelasan penjelasan
T kepada kepada kepada kepada
E subyek subyek subyek subyek
R mengenai mengenai mengenai mengenai
A kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan
P yang akan yang akan yang akan yang akan
I dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
serta tujuan serta tujuan serta tujuan serta tujuan
W kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan
A Pembentukan : Pembentukan : Pembentukan : Pembentukan :
R  Memberikan  Memberikan  Memberikan  Memberikan
N penjelasan penjelasan penjelasan penjelasan
A mengenai mengenai mengenai mengenai

26
kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan
yang akan yang akan yang akan yang akan
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
selanjutnya selanjutnya selanjutnya selanjutnya
 Menanyakan  Menanyakan  Menanyakan  Menanyakan
kesiapan kesiapan kesiapan kesiapan
subyek subyek subyek subyek
dalam dalam dalam dalam
mengikuti mengikuti mengikuti mengikuti
kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan
 Mengamati  Mengamati  Mengamati  Mengamati
subyek subyek subyek subyek
Terapi : Terapi : Terapi : Terapi :
 Meminta  Meminta  Meminta  Meminta
subyek untuk subyek untuk subyek untuk subyek untuk
duduk duduk duduk duduk
dengan posisi dengan posisi dengan posisi dengan posisi
yang nyaman yang nyaman yang nyaman yang nyaman
 Terapis  Terapis  Terapis  Terapis
mencoba mencoba mencoba mencoba
untuk untuk untuk untuk
menciptakan menciptakan menciptakan menciptakan
suasana yang suasana yang suasana yang suasana yang
rileks rileks rileks rileks
 Latihan  Latihan  Latihan  Latihan
pernafasan pernafasan meditasi meditasi
warna warna warna warna
(dengan (dengan (dengan (dengan
warna hijau) warna hijau) warna hijau) warna hijau)
 Istirahat  Istirahat  Istirahat  Istirahat
 Latihan  Latihan  Latihan  Latihan
pernafasan pernafasan meditasi meditasi
warna warna warna warna
(dengan (dengan (dengan (dengan
warna biru) warna biru) warna biru) warna biru)
Penutup : Penutup : Penutup : Penutup :
 Mengucapka  Mengucapka  Mengucapka  Mengucapka
n terima n terima n terima n terima
kasih pada kasih pada kasih pada kasih pada
subyek subyek subyek subyek
 Memberikan  Memberikan  Memberikan  Memberikan
motivasi motivasi motivasi motivasi
kepada kepada kepada kepada
subyek subyek subyek subyek
 Memberikan  Memberikan  Memberikan  Memberikan
salam salam salam salam

27
G. DESKRIPSI PELAKSANAAN
1. Terdapat 3 tahapan dalam melakukan eksperimen yakni :
a. Pra Pelaksaan Eksperimen (Pre-Test)
b. Pelaksanaan Eksperimen
c. Pasca Pelaksanaan Eksperimen (Post-Test)
2. Tujuan Ekperimen
3. Peralatan yang Dibutuhkan
a. Alat tulis
b. Skala kecemasan
c. Informed Consent
d. Kursi atau tempat duduk yang nyaman untuk subyek
Adapun tahapan-tahapan tersebut akan dijabarkan di bawah ini :
a. Pra Pelaksaan Eksperimen (Pre-Test)
 Waktu : 20 menit
 Tempat : Fleksibel
 Alat dan Bahan : Alat tulis, skala kecemasan, dan informed consent
 Tujuan :
Untuk menentukan subyek penelitian dan mengetahui data awal mengenai
tingkat kecemasan yang dialami oleh subyek penelitian.
 Prosedur :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menemui subyek penelitian yakni remaja yang hamil diluar nikah dan akan
menghadapi persalinan.
3. Memperkenalkan diri kepada subyek
4. Membangun kesan atau rapport yang baik dengan subyek agar subyek mampu
bekerjasama dengan peneliti dalam mengambil data.
5. Meminta kesediaan subyek untuk mengikuti kegiatan dari penelitian dengan
menandatangani informedconsent yang diberikan oleh peneliti sehingga subyek
mampu bekerjasama dan dengan keinginan sendiri menjadi subyek penelitian.
6. Setelah menandatangani informedconsent, peneliti akan membacakan berbagai
pernyataan dari skala kecemasan HARS kepada subyek untuk mengetahui
kecemasan yang dialami oleh subyek dalam menghadapi persalinan.
7. Setelah memperoleh data, maka peneliti akan melakukan skoring dan
mengklasifikasikan tingkat kecemasan yang dimiliki oleh subyek. Apabila
subyek memiliki tingkat kecemasan sedang sampai dengan berat maka subyek
bisa menjadi subyek penelitian.
8. Pra pelaksanaan eksperimen dilakukan sampai peneliti mendapatkan jumlah
subyek sesuai dengan target eksperimen yakni sebesar 3 orang yang mau
berpartisipasi dalam eksperimen yang akan dilakukan.
9. Setelah pra pelaksanaan eksperimen selesai, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan eksperimen atau memberikan perlakuan kepada subyek penelitian.

b. Pelaksanaan Eksperimen Hari Ke 1-2


 Kegiatan : Pernafasan Warna
 Waktu : 30 menit
 Tempat : Rumah subyek
 Alat dan Bahan : kursi

28
 Terapis : Bidan
 Tujuan :
Untuk mengurangi ketegangan atau ketakutan yang dialami subyek dalam
menghadapi persalinan dan memulihkan keadaan emosional subyek agar
kecemasan yang dialami berkurang sehingga subyek merasa lebih tenang, nyaman,
dan lebih rileks dalam menghadapi persalinannya.
 Prosedur :
1. Peneliti melakukan perkenalan kembali dan membangun kepercayaan kepada
subyek agar subyek merasa tenang dan mau bekerjasama dengan peneliti.
2. Peneliti menjelaskan kepada subyek bahwa yang akan melakukan terapi
bukanlah peneliti tetapi orang lain (bidan) sehingga subyek lebih tenang karena
terapis juga sekaligus orang yang akan menolong persalinan subyek. Selain itu
peneliti menjelaskan bahwa peneliti akan melakukan observasi atau mengamati
jalannya terapi.
3. Peneliti menanyakan kepada subyek apakah subyek sudah siap dalam
melakukan terapi yang akan diberikan.
4. Jika subyek siap maka peneliti menyerahkan terapi kepada terapis dan terapis
akan memberikan terapi pernafasan warna.
5. Terapis membicarakan topik-topik ringan agar subyek tidak merasa tegang.
6. Terapis menanyakan kesiapan subyek dalam mengikuti terapi dan tidak lupa
membangun kepercayaan bahwa terapi yang akan dilakukan akan berguna
untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh subyek.
7. Setelah subyek siap maka terapis akan memulai terapi dengan memberikan
instruksi untuk duduk di kursi dengan posisi yang paling nyaman menurut
subyek dan diharapkan kaki subyek menyentuh lantai namun bila tidak mampu
menyentuh lantai maka subyek diminta untuk membayangkan bahwa kakinya
telah menyentuh lantai.
8. Subyek diminta untuk memejamkan mata dan subyek diminta untuk
membayangkan bahwa dirinya diselimuti oleh warna hijau yang segar dan
begitu sejuk.
9. Subyek diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya
selama beberapa kali.
10. Setelah subyek merasa lebih rileks maka subyek diminta untuk meletakkan
tangan kanan di atas pusar dan tangan kiri di dada.
11. Terapis memberikan instruksi dengan mengatakan “Perlahan-lahan hembuskan
nafas anda dan rasakan udara turun dari dada anda dan warna hijau sedang
mengalir ke badan anda dari atas dan keluar melalui kaki anda sehingga badan
anda tertutupi oleh warna hijau yang sejuk dan memberikan kesegaran kepada
tubuh anda. Lakukan lagi sebanyak tiga kali dan tetap bayangkan bahwa warna
hijau mengalir di tubuh anda dari atas sampai keluar melalui kaki”
12. Ketika subyek merasa lebih rileks maka terapis meminta subyek untuk kembali
membuka matanya secara perlahan dengan menghitung mundur dari angka 5
sampai dengan angka 1.
13. Subyek diminta untuk beristirahat sejenak selama 5 menit kemudian
melanjutkan kembali terapi.
14. Terapis memberikan instruksi untuk duduk di kursi dengan posisi yang paling
nyaman menurut subyek.

29
15. Subyek diminta untuk memejamkan mata dan subyek diminta untuk
membayangkan bahwa dirinya diselimuti oleh warna biru yang tenang seperti
air laut yang tenang.
16. Subyek diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya
selama beberapa kali.
17. Setelah subyek merasa lebih rileks maka subyek diminta untuk meletakkan
tangan kanan di atas pusar dan tangan kiri di dada.
18. Terapis memberikan instruksi dengan mengatakan “Perlahan-lahan hembuskan
nafas anda dan rasakan udara turun dari dada anda dan warna biru sedang
mengalir ke badan anda dari atas dan keluar melalui kaki anda sehingga badan
anda tertutupi oleh warna biru yang tenang dan memberikan kenyamanan
kepada tubuh anda. Lakukan lagi sebanyak tiga kali dan tetap bayangkan
bahwa warna biru mengalir di tubuh anda dari atas sampai keluar melalui kaki”
19. Ketika subyek merasa lebih rileks maka terapis meminta subyek untukkembali
membuka matanya secara perlahan dengan menghitung mundur dari angka 5
sampai dengan angka 1.
c. Pelaksanaan Ekperimen Hari Ke 3-4
 Kegiatan : Meditasi Warna
 Waktu : 60 menit
 Tempat : Rumah subyek
 Alat dan Bahan : kursi
 Terapis : Bidan
 Tujuan :
Untuk mengurangi ketegangan atau ketakutan yang dialami subyek dalam
menghadapi persalinan dan memulihkan keadaan emosional subyek agar
kecemasan yang dialami berkurang sehingga subyek merasa lebih tenang, nyaman,
dan lebih rileks dalam menghadapi persalinannya.
 Prosedur :
1. Peneliti melakukan perkenalan kembali dan membangun kepercayaan kepada
subyek agar subyek merasa tenang dan mau bekerjasama dengan peneliti.
2. Peneliti menjelaskan kepada subyek bahwa yang akan melakukan terapi
bukanlah peneliti tetapi orang lain (bidan) sehingga subyek lebih tenang karena
terapis juga sekaligus orang yang akan menolong persalinan subyek. Selain itu
peneliti menjelaskan bahwa peneliti akan melakukan observasi atau mengamati
jalannya terapi.
3. Peneliti menanyakan kepada subyek apakah subyek sudah siap dalam
melakukan terapi yang akan diberikan.
4. Jika subyek siap maka peneliti menyerahkan terapi kepada terapis dan terapis
akan memberikan terapi
5. Terapis membicarakan topik-topik ringan agar subyek tidak merasa tegang.
6. Terapis menanyakan kesiapan subyek dalam mengikuti terapi dan tidak lupa
membangun kepercayaan bahwa terapi yang akan dilakukan akan berguna
untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh subyek.
7. Setelah subyek siap maka terapis akan memulai terapi dengan memberikan
instruksi untuk duduk di kursi dengan posisi yang paling nyaman menurut
subyek dan diharapkan kaki subyek menyentuh lantai namun bila tidak mampu
menyentuh lantai maka subyek diminta untuk membayangkan bahwa kakinya
telah menyentuh lantai.

30
8. Subyek diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya
selama beberapa kali. Terapis mengatakan agar ketika melepaskan nafas,
subyek juga mengeluarkan ketegangan atau kekhawatiran yang dialami oleh
subyek meskipun sejenak.
9. Setelah subyek merasa lebih rileks maka subyek diminta untuk bernafas normal
kembali.
10. Terapis meminta subyek untuk memejamkan mata dan meminta subyek untuk
membayangkan subyek berada di tempat yang indah yakni di tengah alam
dengan banyak burung yang berkicau merdu dan angin yang menerpa subyek
sehingga subyek ingin menghirup segarnya udara di tempat tersebut. Terapis
mengatakan “Lihatlah sekeliling sampai anda menemukan jalan kecil
kemudian berjalanlah melewati jalan tersebut sampai anda menemukan sebuah
lorong dan yang anda lihat adalah hamparan pohon pinus yang indah dan segar.
Bukalah pintu lorong tersebut dan tutup kembali pintu tersebut ketika anda
sudah masuk ke dalam hutan pinus tersebut”
11. Terapis tetap mengarahkan subyek dengan memberikan instruksi “Silahkan
anda berjalan-jalan ke dalam hutan pinus tersebut dan tetap lihatlah sekeliling
anda bahwa pinus-pinus tersebut sangat indah dan banyak rerumputan hijau
yang menghiasi tempat tersebut. Cobalah untuk berjalan di tengah-tengah
pohon tersebut yang berwarna hijau terang dan menyenangkan mata, lalu
hiruplah aroma kesegaran pohon-pohon tersebut. Ketika anda menghirup
aroma segar disana, bayangkan warna tanaman hijau yang segar itu
menggenangi aura dan setiap sel anda. Rasakan warna hijau tersebut benar-
benar membuat perubahan pada diri anda sehingga anda merasa lebih tenang
dan rileks daripada sebelumnya”.
12. Subyek diminta untuk mengulangi kegiatan tersebut yakni menghirup dengan
membayangkan warna hijau rerumputan sehingga warna hijau tersebut
membuat aura subyek mengalami perubahan. Setelah itu terapis memberikan
pengarahan kembali dengan mengatakan “Berterima kasihlah kepada tanaman-
tanaman yang berwarna hijau tersebut karena bantuan yang diberikan oleh
rerumputan tersebut. Setelah berterima kasih, berjalanlah meninggalkan hutan
dan jangan lupa untuk menutup pintu yang menuju hutan tersebut. Kembalilah
melalui jalan yang awalnya anda lewati tersebut.”
13. Terapis memberikan instruksi kepada subyek agar secara perlahan subyek
kembali membuka matanya dengan menghitung mundur dari angka 5 sampai
dengan angka 1.
14. Subyek diminta untuk beristirahat sejenak selama 5 menit kemudian
melanjutkan kembali terapi.
15. Terapis memberikan instruksi untuk duduk di kursi dengan posisi yang paling
nyaman menurut subyek.
16. Subyek diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya
selama beberapa kali. Terapis mengatakan agar ketika melepaskan nafas,
subyek juga mengeluarkan ketegangan atau kekhawatiran yang dialami oleh
subyek meskipun sejenak.
17. Setelah subyek merasa lebih rileks maka subyek diminta untuk bernafas normal
kembali.
18. Terapis meminta subyek untuk memejamkan mata dan meminta subyek untuk
membayangkan subyek berada di tempat yang indah yakni di suatu pantai yang
begitu segar dan indah dengan angin sepoi-sepoi menerpa wajah.

31
19. Terapis mengatakan “Coba bayangkan pantai tersebut dan lihatlah air lautnya
yang berwarna biru begitu memikat hati anda dan memberikan kesegaran bagi
tubuh anda. Serta dengarkan suara ombak yang bergemuruh perlahan dan
tenang menerpa kaki anda. Berjalan-jalanlah di sekeliling pantai tersebut dan
nikmatilah setiap perjalanan anda”
20. “Sekarang duduklah di pinggir pantai dan ambillah air laut yang biru tersebut
dengan kedua telapak anda. Kemudian perlahan-lahan usapkan air tersebut ke
muka anda dan rasakan kesegaran air tersebut. Usapkan lagi ke leher, tangan,
muka anda dimana air tersebut adalah air yang memberikan kesegaran kepada
anda dan lakukan sekali lagi sampai anda merasa semakin nyaman dan segar
karena air laut yang biru tersebut memberikan kesegaran kepada anda”
21. Ketika subyek merasa lebih rileks maka terapis meminta subyek untuk kembali
membuka matanya secara perlahan dengan menghitung mundur dari angka 5
sampai dengan angka 1.
d. Pasca Pelaksanaan Eksperimen (Post-Test)
 Waktu : 20 menit
 Tempat : Fleksibel
 Alat dan Bahan : Alat tulis, skala kecemasan
 Tujuan :
Untuk mengambil data setelah dilakukan intervensi dan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan intersvensi.
 Prosedur :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Peneliti menanyakan perasaan subyek ketika menghadapi persalinannya untuk
mencairkan suasana dan tetap membangun hubungan yang baik dengan
subyek.
3. Setelah subyek merasa nyaman, peneliti menanyakan apakah subyek mau
menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh subyek yakni mengenai
pernyataan yang terdapat pada skala kecemasan HARS.
4. Jika subyek sudah bersedia, maka peneliti menanyakan kepada subyek
mengenai pernyataan yang ada dalam skala kecemasan.
5. Setelah selesai, maka peneliti mengucapkan terima kasih karena subyek telah
bersedia menjadi partisipan dalam eksperimen yang dilakukan dan juga telah
bekerjasama dari awal eksperimen sampai eksperimen berakhir.
6. Data yang telah didapatkan dari subyek kemudian dikumpulkan dan segera
dilakukan analisis data apakah terdapat pengaruh pada terapi yang diberikan
kepada subyek.

REFERENSI
Harini, N. (2013). Terapi warna untuk mengurangi kecemasan. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 1(2), 291-303
Kusuma, E. (2010). Pengertian gelombang dan aplikasi. Retrieved on April, 2015, from
http://ichsan09.blog.uns.ac.id/files/2010/11/pengertian-gelombang-dan-aplikasi.pdf
Wijayanto, & Vera, A. (2013). Perancangan interior pusat terapi anak autis dan indigo
berdasar pendekatan psikologi interior di Surabaya. Jurnal Intra, 1(2), 1-12.

32
Lampiran 5.

Data Kasar Pre-Test dan Post-Test


Penelitian Beserta Kategori Kecemasannya

33
1. Pre-Test Kelompok Kontrol
Item
Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
HH 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2 4 61
AC 1 3 3 4 3 3 1 4 2 3 3 3 4 3 1 1 3 3 1 3 4 56
FM 2 2 4 4 2 4 1 3 2 4 2 2 4 1 1 3 4 4 1 4 3 57
CM 1 2 4 4 2 3 1 4 2 4 2 2 4 4 1 1 3 3 1 4 4 56
K 1 2 4 4 2 4 1 4 1 4 2 2 4 4 1 2 4 4 1 4 4 59
Rata-Rata 57,8

2. Pre-Test Kelompok Eksperimen


Item
Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
PO 1 4 4 4 3 2 1 4 1 4 4 4 4 4 1 2 2 4 1 4 4 62
DR 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 4 3 2 3 3 54
SS 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 73
LP 2 1 4 4 1 4 2 4 2 4 1 1 4 4 2 2 4 4 2 4 4 60
ED 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 57
Rata-Rata 61,2

3. Post-Test Kelompok Kontrol


Item
Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
HH 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2 3 60
AC 1 3 3 4 3 3 2 4 2 3 3 3 4 3 1 1 3 3 1 3 4 57
FM 2 2 4 4 2 4 1 3 2 2 2 2 4 1 1 3 4 4 1 4 3 55
CM 1 2 4 4 2 3 1 4 2 4 4 2 3 4 1 1 3 3 1 4 4 57
K 1 2 4 4 2 4 1 4 1 4 2 4 4 4 1 2 4 4 1 4 4 61
Rata-Rata 58

4. Post-Test Kelompok Eksperimen


Item
Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
PO 1 3 3 2 3 4 1 2 1 3 3 3 1 2 1 2 4 4 1 3 2 49
DR 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 1 2 2 4 2 1 4 2 2 2 42
SS 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 4 2 1 4 3 2 3 3 54
LP 2 1 3 3 1 3 2 3 2 3 1 1 3 3 2 1 3 3 2 3 3 48
ED 1 1 2 3 1 2 1 3 1 2 1 1 2 3 1 1 2 2 1 2 3 36
Rata-Rata 45,8

34
5. Kategori Kecemasan Subjek Pre-Test dan Post-Test

Subjek Subjek
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Pre- Post- Pre- Post-
Kategori Kategori Kategori Kategori
Test Test Test Test
HH 61 Berat 60 Berat PO 62 Berat 49 Sedang
AC 56 Berat 57 Berat DR 54 Sedang 42 Sedang
FM 57 Berat 55 Berat SS 73 Berat 54 Sedang
CM 56 Berat 58 Berat LP 60 Berat 48 Sedang
K 59 Berat 61 Berat ED 57 Berat 36 Sedang

35
Lampiran 6.

Hasil Analisis Uji Mann-Whitney dan


Wilcoxon Terhadap Kecemasan

36
1. Hasil analisis analisis skor Pre-Test menggunakan Mann-Whitney

Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Kontrol 5 4,70 23,50

Pre_Test Ekperimen 5 6,30 31,50

Total 10

Test Statisticsa
Pre_Test

Mann-Whitney U 8,500
Wilcoxon W 23,500
Z -,841
Asymp. Sig. (2-tailed) ,401
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,421b

a. Grouping Variable: Kelompok


b. Not corrected for ties.

2. Hasil analisis skor Pre-Test dan Post-Test menggunakanWilcoxon

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks

Negative Ranks 2a 3,25 6,50

Post_Test_Kontrol - Positive Ranks 3b 2,83 8,50


Pre_Test_Kontrol Ties 0c

Total 5
Negative Ranks 5d 3,00 15,00

Post_Test_Eksperimen - Positive Ranks 0e ,00 ,00


Pre_Test_Eksperimen Ties 0f

Total 5

a. Post_Test_Kontrol < Pre_Test_Kontrol


b. Post_Test_Kontrol > Pre_Test_Kontrol
c. Post_Test_Kontrol = Pre_Test_Kontrol
d. Post_Test_Eksperimen < Pre_Test_Eksperimen
e. Post_Test_Eksperimen > Pre_Test_Eksperimen
f. Post_Test_Eksperimen = Pre_Test_Eksperimen

37
Test Statisticsa
Post_Test_Kontrol Post_Test_Eksper
- imen -
Pre_Test_Kontrol Pre_Test_Eksperi
men
Z -,276b -2,032c
Asymp. Sig. (2-tailed) ,783 ,042
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
c. Based on positive ranks.

3. Hasil analisis skor Post-Testmenggunakan Mann-Whitney

Mann-Whitney Test

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Kontrol 5 8,00 40,00

Post_Test Ekperimen 5 3,00 15,00

Total 10

Test Statisticsa
Post_Test

Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,619
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b

a. Grouping Variable: Kelompok


b. Not corrected for ties.

38
Lampiran 7.

Surat Keterangan Terapis

39
40
Lampiran 8.

Informed Consent Subjek Penelitian

41
Lampiran 9.

Surat Keterangan Kesehatan Subjek


Penelitian

42

Anda mungkin juga menyukai