Anda di halaman 1dari 4

Menyikapi Kebijakan Dirjen Pendidikan Vokasi

Oleh: Nala Saka Ocean Setiani (1503617065)

Di era globalisasi, perkembangan teknologi informasi mengalami perubahan dari


waktu ke waktu dan pasti akan berdampak pada sektor pendidikan. Tuntutan global menuntut
sektor pendidikan untuk selalu menyesuaikan perkembangan teknologi dengan upaya
peningkatan mutu pendidikan, terutama menyesuaikan penggunaannya di dalam proses
pembelajaran. (Haris Budiman, 2014)
Saat ini, Indonesia sedang menghadapi implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA). Perlu diketahui bahwa empat pilar MEA meliputi: 1) membangun pasar tunggal dan
basis produksi; 2) daerah dengan daya saing yang lebih tinggi; 3) pembangunan ekonomi
yang adil; 4) Integrasi dengan ekonomi dunia. Arti dari keempat pilar tersebut adalah
perdagangan dan tenaga kerja asing bebas masuk ke Indonesia. Alhasil, jika SDM Indonesia
kalah bersaing dengan tenaga kerja asing, maka dipastikan Indonesia hanya bisa menjadi
penolong bagi negaranya sendiri. (Achyanadia, 2016)
Dalam perubahan pesat di berbagai bidang kehidupan, kebutuhan akan sumber daya
manusia yang berkualitas sangat diperlukan. Indonesia saat ini sangat membutuhkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
Sebagai Dirjen baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tugas Direktorat
Jenderal Pendidikan Vokasi menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pendidikan vokasi, serta menangani SMK, kursus dan pelatihan, pendidikan tinggi
vokasi dan profesi, serta kerja sama dengan mitra dan dan industri.
Dalam merumuskan kebijakan ini, Dirjen berupaya menggali dan mendeskripsikan
secara objektif berbagai potensi dan permasalahan dalam pengembangan pendidikan vokasi
dalam skala nasional dan global. Perumusan kebijakan ini telah melalui berbagai proses dan
tahapan. Pertama adalah interaksi dengan para orang-orang penting, partisipasi biro di semua
tingkatan, dan memperhatikan semua capaian kinerja pembangunan pendidikan khususnya
pendidikan vokasi selama ini. Selain itu, kebijakan tersebut memperhatikan seluruh tanggung
jawab dan fungsi Administrasi Umum Pendidikan Vokasi, menjaga kelangsungan dan
kesinambungan rencana dan kebijakan vokasional, memenuhi keinginan masyarakat, serta
memberikan wadah bagi industri untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan vokasi.
Dalam penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan pendidikan vokasional telah
tersusun dari pusat ke daerah / kota, yaitu instansi pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah daerah dan kota, serta instansi lain yang dikelola oleh masyarakat.
Di tingkat pemerintah pusat, pengembangan pendidikan vokasi dikelola oleh
Administrasi Umum Pendidikan Vokasi yang terdiri dari 4 Direktorat dan satu sekretariat
yaitu Direktorat Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Pendidikan Tinggi
Vokasi, Direktorat Lembaga Diklat. Di tingkat provinsi, pengelolaan pengembangan sekolah
menengah kejuruan dikoordinasikan oleh dinas pendidikan, khususnya dinas pendidikan
menengah dan UPTD provinsi. Fungsi Dinas Pendidikan Provinsi lebih difokuskan pada
koordinasi dan mediasi antara pemerintah pusat. Di tingkat kabupaten / kota, pengelolaan
lembaga diklat dan kurikulum menjadi tanggung jawab dinas pendidikan kabupaten / kota.
Dinas pendidikan kabupaten / kota dan UPTD kabupaten / kota bersama-sama melaksanakan
pengembangan pendidikan dan melakukan pembinaan langsung kepada lembaga kursus dan
pelatihan. (Wikan Sakarinto, S.T, M.T, 2020)
Berdasarkan modul Rencana Strategis Dirjen Pendidikan Vokasi Tahun 2020-2024,
agar kebijakan ini tercapai dan tepat sasaran, perlu dilakukan beberapa hal berikut:
a. Jumlah lulusan pendidikan serta pelatihan vokasi yang mendapat pekerjaan dalam
jangka waktu satu tahun setelah lulus harus meningkat, maka dari itu agar tercapai
harus melalui:
- Libatkan para profesional industri dalam proses pembelajaran. Dengan melibatkan
partisipasi profesional industri akan membawa teori dan kenyataan yang lebih dekat
ke dunia kerja nyata.
- Menyelenggarakan bimbingan agar tercapainya pembelajaran berbasis industri, agar
peserta didik mendapatkan pengalaman nyata dengan model atau sistem yang
diterapkan di bidang industri.
- Kurikulum link and match dengan industri harus dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan.
- Sesudah diterapkannya kurikulum link and match, tentu saja penerapan model
pendidikan vokasional yang berbasis link and match juga harus diterapkan agar
peserta didik dapat mempelajari kebutuhan yang akan berguna untuk dunia industri.
- Fasilitas praktik maupun alat lab harus dipenuhi supaya membantu peserta didik
untuk terlibat secara langsung dengan suasana pekerjaan langsung.
b. Pendidikan SMK yang berstandar industri harus ditingkatkan, maka dari itu agar
tercapai harus melalui:
- Menambahkan jumlah guru dan kepala sekolah SMK yang telah melalui program
jumlah guru profesional yang mengikuti pelatihan keterampilan berstandar industri,
dan menambahkan kepala sekolah yang juga sudah mengikuti pelatihan keterampilan
berstandar industri.
- Untuk membangun lulusan SMK yang bermutu tinggi dengan keterampilan dan
kemampuan standar industri, sarana dan prasarana harus dilengkapi.
- Dalam konteks kerjasama profesional, upaya menarik praktisi profesional di industri
untuk meningkatkan kualitas siswa SMK dalam proses pembelajaran akan mendorong
inovasi dan kreativitas dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki SMK,
sehingga menghasilkan keluaran atau hasil inovasi, dan kreativitas baru dalam proses
pembelajaran.
c. Mewujudkan pelatihan vokasional sesuai dengan kebutuhan dan standar industri.
Pedoman kebijakan dan strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan rencana yaitu
jumlah sumber daya manusia dari lembaga pelatihan dan kursus yang dilatih oleh
industri.

Keberhasilan pelaksanaan Kebijakan ini sangat bergantung pada persiapan,


manajemen, sumber daya manusia dan pendanaan organisasi, serta masukan dari seluruh
pimpinan dan kekompakan seluruh pegawai, khususnya di lingkungan Administrasi Umum
Pendidikan Vokasi. Kebijakan tersebut harus menjadi acuan bagi unit kerja Administrasi
Umum Pendidikan Vokasi sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Diharapkan
seluruh unit kerja menjalankan tugasnya secara bertanggung jawab dan berkomitmen untuk
terus meningkatkan kinerja pelaksanaan kebijakan ini.
Oleh karena itu, diharapkan dapat dirumuskan berbagai kebijakan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan dan kebijakan operasional lainnya, antara lain peningkatan
peran industri dalam pendidikan vokasi, penataan penyelenggaraan pendidikan vokasi,
peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan tata kelola pendidikan dan pelatihan
vokasi, serta penguatan sistem sertifikasi kemampuan. Pada masalah teknis lainnya,
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan dan masyarakat
dalam rangka pembentukan sumber daya manusia dan karakter yang unggul, serta
meningkatkan produktivitas tenaga kerja Indonesia dan daya saing negara di tingkat
internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Achyanadia, S. (2016). Peran Teknologi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Sdm.


Jurnal Teknologi Pendidikan, 5(1), 11–21. https://doi.org/10.32832/tek.pend.v5i1.486
Haris Budiman. (2014). Peran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pendidikan. Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8(I), 31–43.
Wikan Sakarinto, S.T, M.T, P. . (2020). Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan
Vokasi Tahun 2020-2024.

Anda mungkin juga menyukai