Di era globalisasi, perkembangan teknologi informasi mengalami perubahan dari
waktu ke waktu dan pasti akan berdampak pada sektor pendidikan. Tuntutan global menuntut sektor pendidikan untuk selalu menyesuaikan perkembangan teknologi dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, terutama menyesuaikan penggunaannya di dalam proses pembelajaran. (Haris Budiman, 2014) Saat ini, Indonesia sedang menghadapi implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Perlu diketahui bahwa empat pilar MEA meliputi: 1) membangun pasar tunggal dan basis produksi; 2) daerah dengan daya saing yang lebih tinggi; 3) pembangunan ekonomi yang adil; 4) Integrasi dengan ekonomi dunia. Arti dari keempat pilar tersebut adalah perdagangan dan tenaga kerja asing bebas masuk ke Indonesia. Alhasil, jika SDM Indonesia kalah bersaing dengan tenaga kerja asing, maka dipastikan Indonesia hanya bisa menjadi penolong bagi negaranya sendiri. (Achyanadia, 2016) Dalam perubahan pesat di berbagai bidang kehidupan, kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan. Indonesia saat ini sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Sebagai Dirjen baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tugas Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan vokasi, serta menangani SMK, kursus dan pelatihan, pendidikan tinggi vokasi dan profesi, serta kerja sama dengan mitra dan dan industri. Dalam merumuskan kebijakan ini, Dirjen berupaya menggali dan mendeskripsikan secara objektif berbagai potensi dan permasalahan dalam pengembangan pendidikan vokasi dalam skala nasional dan global. Perumusan kebijakan ini telah melalui berbagai proses dan tahapan. Pertama adalah interaksi dengan para orang-orang penting, partisipasi biro di semua tingkatan, dan memperhatikan semua capaian kinerja pembangunan pendidikan khususnya pendidikan vokasi selama ini. Selain itu, kebijakan tersebut memperhatikan seluruh tanggung jawab dan fungsi Administrasi Umum Pendidikan Vokasi, menjaga kelangsungan dan kesinambungan rencana dan kebijakan vokasional, memenuhi keinginan masyarakat, serta memberikan wadah bagi industri untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan vokasi. Dalam penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan pendidikan vokasional telah tersusun dari pusat ke daerah / kota, yaitu instansi pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah daerah dan kota, serta instansi lain yang dikelola oleh masyarakat. Di tingkat pemerintah pusat, pengembangan pendidikan vokasi dikelola oleh Administrasi Umum Pendidikan Vokasi yang terdiri dari 4 Direktorat dan satu sekretariat yaitu Direktorat Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi, Direktorat Lembaga Diklat. Di tingkat provinsi, pengelolaan pengembangan sekolah menengah kejuruan dikoordinasikan oleh dinas pendidikan, khususnya dinas pendidikan menengah dan UPTD provinsi. Fungsi Dinas Pendidikan Provinsi lebih difokuskan pada koordinasi dan mediasi antara pemerintah pusat. Di tingkat kabupaten / kota, pengelolaan lembaga diklat dan kurikulum menjadi tanggung jawab dinas pendidikan kabupaten / kota. Dinas pendidikan kabupaten / kota dan UPTD kabupaten / kota bersama-sama melaksanakan pengembangan pendidikan dan melakukan pembinaan langsung kepada lembaga kursus dan pelatihan. (Wikan Sakarinto, S.T, M.T, 2020) Berdasarkan modul Rencana Strategis Dirjen Pendidikan Vokasi Tahun 2020-2024, agar kebijakan ini tercapai dan tepat sasaran, perlu dilakukan beberapa hal berikut: a. Jumlah lulusan pendidikan serta pelatihan vokasi yang mendapat pekerjaan dalam jangka waktu satu tahun setelah lulus harus meningkat, maka dari itu agar tercapai harus melalui: - Libatkan para profesional industri dalam proses pembelajaran. Dengan melibatkan partisipasi profesional industri akan membawa teori dan kenyataan yang lebih dekat ke dunia kerja nyata. - Menyelenggarakan bimbingan agar tercapainya pembelajaran berbasis industri, agar peserta didik mendapatkan pengalaman nyata dengan model atau sistem yang diterapkan di bidang industri. - Kurikulum link and match dengan industri harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. - Sesudah diterapkannya kurikulum link and match, tentu saja penerapan model pendidikan vokasional yang berbasis link and match juga harus diterapkan agar peserta didik dapat mempelajari kebutuhan yang akan berguna untuk dunia industri. - Fasilitas praktik maupun alat lab harus dipenuhi supaya membantu peserta didik untuk terlibat secara langsung dengan suasana pekerjaan langsung. b. Pendidikan SMK yang berstandar industri harus ditingkatkan, maka dari itu agar tercapai harus melalui: - Menambahkan jumlah guru dan kepala sekolah SMK yang telah melalui program jumlah guru profesional yang mengikuti pelatihan keterampilan berstandar industri, dan menambahkan kepala sekolah yang juga sudah mengikuti pelatihan keterampilan berstandar industri. - Untuk membangun lulusan SMK yang bermutu tinggi dengan keterampilan dan kemampuan standar industri, sarana dan prasarana harus dilengkapi. - Dalam konteks kerjasama profesional, upaya menarik praktisi profesional di industri untuk meningkatkan kualitas siswa SMK dalam proses pembelajaran akan mendorong inovasi dan kreativitas dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki SMK, sehingga menghasilkan keluaran atau hasil inovasi, dan kreativitas baru dalam proses pembelajaran. c. Mewujudkan pelatihan vokasional sesuai dengan kebutuhan dan standar industri. Pedoman kebijakan dan strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan rencana yaitu jumlah sumber daya manusia dari lembaga pelatihan dan kursus yang dilatih oleh industri.
Keberhasilan pelaksanaan Kebijakan ini sangat bergantung pada persiapan,
manajemen, sumber daya manusia dan pendanaan organisasi, serta masukan dari seluruh pimpinan dan kekompakan seluruh pegawai, khususnya di lingkungan Administrasi Umum Pendidikan Vokasi. Kebijakan tersebut harus menjadi acuan bagi unit kerja Administrasi Umum Pendidikan Vokasi sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Diharapkan seluruh unit kerja menjalankan tugasnya secara bertanggung jawab dan berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja pelaksanaan kebijakan ini. Oleh karena itu, diharapkan dapat dirumuskan berbagai kebijakan dalam bentuk peraturan perundang-undangan dan kebijakan operasional lainnya, antara lain peningkatan peran industri dalam pendidikan vokasi, penataan penyelenggaraan pendidikan vokasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan tata kelola pendidikan dan pelatihan vokasi, serta penguatan sistem sertifikasi kemampuan. Pada masalah teknis lainnya, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan dan masyarakat dalam rangka pembentukan sumber daya manusia dan karakter yang unggul, serta meningkatkan produktivitas tenaga kerja Indonesia dan daya saing negara di tingkat internasional. DAFTAR PUSTAKA
Achyanadia, S. (2016). Peran Teknologi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Sdm.
Jurnal Teknologi Pendidikan, 5(1), 11–21. https://doi.org/10.32832/tek.pend.v5i1.486 Haris Budiman. (2014). Peran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pendidikan. Al- Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8(I), 31–43. Wikan Sakarinto, S.T, M.T, P. . (2020). Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Tahun 2020-2024.