Anda di halaman 1dari 8

JUKEMA

Vol. 3, No. 1, Februari 2017: 198-205

PERBEDAAN BIAYA RIIL RUMAH SAKIT DAN TARIF INA-CBG


UNTUK KASUS KATASTROPIK DENGAN PENYAKIT JANTUNG
KORONER PADA PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL DI RSUZA

Differences Between Real Rates and INA-CBG’s Rates for Catastrophic Case from
National Health Insurance Inpatients with Coronary Heart Disease in RSUZA

Lilissuriani1, Irwan Saputra2, dan Mahlil Ruby3


Magister Kesehatan Masyarakat, Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh, Aceh, 23245
1,2
3
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
1
lilissuriani@address.com, 2iwan.bulba@gmail.com, 3drmahlil@hotmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Tarif riil merupakan tarif yang digunakan rumah sakit berdasarkan jasa per pelayanan sesuai
peraturan daerah. Sedangkan Indonesia Case Based Groups (INA-CBG) merupakan paket pembiayaan
kesehatan berbasis kasus dengan mengelompokkan berbagai jenis pelayanan menjadi satu kesatuan. Terdapat
perbedaan tarif riil dengan tarif INA-CBG pada pembayaran klaim Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk
kasus katastropik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan tarif riil dan tarif INA-CBG untuk kasus
katastropik dengan penyakit jantung koroner. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain
cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen dan check list. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh pasien rawat inap peserta JKN yang menderita penyakit jantung koroner yaitu sebanyak 100
orang. Sampel yang digunakan adalah proportional random sampling yang berjumlah 100 orang. Hasil: Ada
perbedaan signifikan pada biaya riil rumah sakit dengan tarif INA-CBG yang ditunjukkan dengan nilai p-value
0,001. Selisih tarif rumah sakit dengan INA-CBG adalah sebesar Rp-532.954.324,- atau -27% dari tarif INA-
CBG. Kesimpulan: Rumah sakit diharapkan melakukan evaluasi kembali penghitungan biaya pelayanan untuk
mencapai efisiensi yang tinggi dengan tetap memperhatikan mutu pelayanan di rumah sakit.

Kata Kunci: JKN, Tarif Riil, INA-CBG, Kasus Katastropik, Penyakit Jantung Koroner.

ABSTRACT

Background: Real rate is the rate of hospital based services according to regional regulations. While Indonesia
Case Based Groups (INA-CBG) rates is a case-based health financing package by classifying various types of
services into a single unit. There are differences between real cost and the rate of INA-CBG on payment of
National Health Insurance (JKN) claims for catastrophic case. The aim of this study was to analyze the
differences between real rates and INA-CBG’s rates for catastrophic case of JKN inpatients with coronary heart.
Methods: This research was a descriptive analytic with cross-sectional design. The data collection was carried
out by study documents and check lists. The population in this study was all JKN inpatients with coronary heart
disease as many as 100 people. The sample used was proportional random sampling of 100 people. Results:
The results showed that there was a significant difference between the real rates and INA-CBG’s rates which
indicated by p-value 0,001. Difference between real rates of hospital and INA-CBG's rates is Rp-532.954.324,-
or -27% of the INA-CBG's rates. The hospital is expected to re-evaluate the calculation of cost of services to
achieve high efficiency while maintaining the quality of hospital services.

Keywords: JKN, Real Rate, INA-CBG, Catastrophic Case, Coronary Heart Disease

198
JUKEMA
Vol. 3, No. 1, Februari 2017: 198-205
PENDAHULUAN dari Rp1.000 triliun per tahun2.
Tarif INA-CBG dalam program JKN
Penyakit yang berbiaya tinggi dan berbasis pada data costing 137 rumah sakit
secara komplikasi dapat mengancam dan (RS) pemerintah dan RS swasta serta data
membahayakan jiwa. Beberapa penyakit coding 6 juta kasus penyakit3. Ada
yang termasuk penyakit katastropik di sejumlah aspek yang mempengaruhi
antaranya adalah hipertensi yang besaran biaya INA-CBG, yaitu diagnosa
berpotensi menjadi kronis dan utama, adanya diagnosa sekunder berupa
berkomplikasi misalnya terjadinya stroke penyerta (comorbidity) atau penyulit
atau serangan jantung. Penyakit jantung (complication), tingkat keparahan, bentuk
merupakan salah satu penyakit yang intervensi, serta umur pasien.
ditanggung dalam Jaminan Kesehatan Penelitian yang dilakukan oleh
Nasional (JKN). JKN adalah program Wijayanti dan Sugiarsi (2013) tentang
pemerintah yang bertujuan memberikan Analisis Perbedaan Tarif Riil dengan Tarif
kepastian jaminan kesehatan yang Paket INA-CBG pada Pembayaran Klaim
menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia Jamkesmas pasien rawat Inap di RSUD
untuk dapat hidup sehat, produktif dan Kabupaten Sukoharjo menyimpulkan
sejahtera. Penanganan penyakit katastropik bahwa terdapat perbedaan yang secara
seperti jantung secara signifikan memakan statistik signifikan antara tarif riil dan tarif
biaya besar. Enam bulan pertama paket INA-CBG pada pembayaran klaim
pelaksanaan JKN, Januari-Juni 2014, Jamkesmas pasien rawat inap di RSUD
klaim pengobatan rawat jalan dan rawat Kabupaten Sukoharjo, terdapat perbedaan
inap penyakit katastropik sebesar 5,27 yang secara statistik signifikan antara tarif
triliun rupiah1. riil dan tarif paket INA-CBG pada
Di luar biaya pengobatan, penderita pembayaran klaim Jamkesmas pasien
penyakit katastropik akan membebani rawat inap pelayanan penyakit dalam,
ekonomi negara. Terlebih lagi, kini tidak terdapat perbedaan yang secara
penyakit yang sebagian dipicu akibat statistik signifikan pada pembayaran klaim
perubahan gaya hidup khususnya pada Jamkesmas pasien rawat inap pelayanan
penduduk usia produktif. Kondisi itu Obgyn. Faktor-faktor yang menimbulkan
dipastikan akan mengurangi produktivitas perbedaan tarif riil dengan tarif klaim
di tempat kerja dan merugikan perusahaan, Jamkesmas paket INA-CBG pada
serta mengancam bonus demografi yang pelayanan pasien rawat inap di RSUD
mensyaratkan adanya tenaga kerja Kabupaten Sukoharjo, antara lain:
produktif. Penderita penyakit katastropik perbedaan standar tarif riil dengan tarif
umumnya juga mengalami disabilitas, INA-CBG, perbedaan lama dirawat of Stay
tidak bisa menjalankan kegiatannya sehari- memiliki clinical pathway4.
hari dengan mandiri. Itu membuat mereka Berdasarkan data dari Rumah Sakit
bergantung pada orang lain untuk Umum dr. Zainoel Abidin (RSUZA) yang
menemani beraktivitas, termasuk merupakan salah satu rumah sakit
menjalani pengobatan. Orang lain yang pemerintah yang melayani dan merawat
merawat umumnya tanpa dibayar karena pasien penyakit jantung dengan program
masih anggota keluarga. Padahal, tenaga JKN INA-CBG. Namun pelaksanaan INA-
mereka bisa dimanfaatkan untuk hal-hal CBG dalam rangkaian pelaksanaan
produktif lain. Beban ekonomi yang program tersebut masih banyak
ditanggung pemerintah untuk mengatasi menghadapi kendala, salah satunya
penyakit tidak menular memang hanya 5- mengenai paket INA-CBG ternyata
10 persen dari total beban. Saat ini beberapa ada yang berada di bawah tarif
diperkirakan, beban ekonomi semua rumah sakit5. Misalnya pada kasus
penyakit katastropik bisa mencapai lebih prosedur katerisasi jantung ringan selisih

199
JUKEMA
Vol. 3, No. 1, Februari 2017: 198-205
sampai 30 juta rupiah lebih, begitu juga Januari-Agustus tahun 2016 dan terklaim
dengan infark miokard akut sedang selisih dengan software INA-CBG 4.1 yaitu
sampai dengan 45 juta rupiah, dan kasus sebanyak 1.363 pasien. Jumlah sampel
kegagalan jantung ringan selisih sampai dalam penelitian sebanyak 100 pasien dan
dengan 70 juta rupiah. Berdasarkan hal pengambilan sampel dengan menggunakan
tersebut di atas, peneliti ingin mengkaji tehnik proportional random sampling.
lebih lanjut tentang perbedaan biaya riil Data yang digunakan dalam penelitian
rumah sakit dan tarif INA-CBG untuk ini adalah data sekunder yang diperoleh
kasus katastropik pasien JKN. dari berkas rekam medis dibagian klaim
Jamkesmas dan dari perincian biaya
METODOLOGI PENELITIAN perawatan (billing). Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini
Penelitian yang dilakukan merupakan adalah dengan cara observasi/pengamatan
jenis penelitian observational analitik secara langsung. Instrumen penelitian yang
dengan rancangan penelitiannya yaitu digunakan berupa tabel pengolahan data.
retrospektif. Metode dalam penelitian ini Analisa dalam penelitian ini menggunakan
menggunakan metode survei dengan analisa univariat dan analisa bivariat.
pendekatan cross sectional. Variabel
dalam penelitian ini adalah biaya riil HASIL PENELITIAN
rumah sakit untuk pasien JKN kasus
jantung koroner, tarif paket INA-CBG’s, Distribusi frekuensi pasien rawat inap
analisa perbedaan biaya riil rumah sakit penyakit jantung koroner peserta jaminan
dengan tarif INA-CBG. kesehatan nasional menurut umur dan jenis
Populasi dalam penelitian ini adalah kelamin di RSUZA pada tahun 2016, dapat
semua pasien JKN rawat inap penyakit dilihat pada tabel di bawah ini.
jantung koroner yang pulang pada bulan

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pasien Rawat Inap Penyakit Jantung Koroner Peserta
JKN di RSUZA

Karakteristik
Kelompok Jumlah Pasien Persen (%)
Pasien
Laki-laki 73 73,0
Jenis Kelamin
Perempuan 27 27,0
>65 tahun 15 15,0
Umur
<65 tahun 85 85,0
Sumber: Data primer, Januari 2016

Tabel 1 menunjukkan bahwa rentang Selanjutnya penderita penyakit jantung


umur pasien yang terbanyak pada umur di koroner dengan jenis kelamin laki-laki
bawah 65 tahun sebesar 85% dan pasien sebanyak 73 orang (73%) dan jenis
termuda dengan dengan umur 24 tahun kelamin perempuan sebanyak 27 pasien
dan usia tertua dengan umur 75 tahun. (27%).

200
JUKEMA
Vol. 3, No. 1, Februari 2017: 198-205
Tabel 2. Selisih antara Biaya Riil Kasus Katastropik Pasien Rawat Inap Penyakit
Jantung Koroner dengan Tarif INA-CBG Berdasarkan Diagnosa

TARIF Selisisih
Diagnosa Selisih
(%)
INA-CBG Riil
Colonary Artery
Rp945.604.800 Rp1.314.143.943 Rp(368.539.143) -28
Disease (CAD)
Non STElevasi
Miokard Infark Rp90.605.400 Rp109.399.058 Rp(18.793.658) -17
(NSTEMI)
ST Elavasi Miokard
Rp145.670.800 Rp215.328.221 Rp(69.657.421) -32
Infark (STEMI)
Stable Angina
Rp112.422.700 Rp167.884.912 Rp(55.462.212) -33
Pectoris (AP)
Unstable Angina
Rp150.411.900 Rp170.913.790 Rp(20.501.890) -12
Pectoris (UAP)
Total Rp444.715.600 Rp1.977.669.924 Rp(532.954.324) -27
Sumber: Data primer, Januari 2016

Berdasarkan hasil perhitungan, Rp1.977.669.924,-. Sementara total tarif


diketahui total tarif rumah sakit yang INA-CBG adalah Rp1.444.715.600,-. Jadi
dikeluarkan untuk pelayanan kepada besar selisih secara keseluruhan untuk
pasien JKN dengan kasus katastropik bulan Januari hingga Agustus 2016 sebesar
pasien rawat inap penyakit jantung koroner Rp(532.954.324,-) atau -27% dari tarif
(lihat Tabel 2). Apabila semua diagnosa INA-CBG. Selisih bernilai negatif karena
digabungkan maka diketahui bahwa total total biaya pelayanan yang dikeluarkan
keseluruhan tarif rumah sakit atau biaya rumah sakit untuk kasus kasastropik pasien
yang dikeluarkan rumah sakit untuk rawat jalan penyakit jantung koroner lebih
pemberian pelayanan kesehatan kepada besar dibandingkan total tariff INA-CBG
pasien rawat inap penyakit jantung koroner yang dibayarkan Badan Penyelenggara
untuk ke lima diagnosa tersebut adalah Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Tabel 3. Selisih antara Biaya Riil Kasus Katastropik Pasien Rawat Inap Penyakit
Jantung Koroner dengan Tarif INA-CBG Berdasarkan Kelas Rawatan Peserta JKN di
RSUZA

TARIF
Kelas Rawatan Selisih %
INA CBGS Riil
KELAS I Rp647.888.500 Rp774.096.129 Rp(126.207.630) -16
KELAS II Rp60.777.000 Rp86.269.132 Rp(25.492.132) -30
KELAS III Rp736.050.100 Rp1.117.304.664 Rp(381.254.565) -34
Rp1.444.715.600 Rp1.977.669.926 Rp(532.954.327) -27
Sumber: Data primer, Januari 2016

Berdasarkan hasil perhitungan, sebesar Rp(126.207.630,-) atau -16%,


diketahui total tarif rumah sakit yang selisih biaya kelas rawatan II sebesar
dikeluarkan untuk pelayanan kepada Rp(25.492.132) atau -30%, dan kelas
pasien JKN dengan kasus katastropik rawatan III sebesar Rp(381.254.565) atau -
pasien rawat inap penyakit jantung koroner 34%. Selisih bernilai negatif karena total
per kelas Rawatan. Besar selisih tarif INA biaya pelayanan yang dikeluarkan rumah
CBG dengan tarif riil kelas rawatan I sakit untuk kasus katastropik pasien rawat

201
JUKEMA
Vol. 3, No. 1, Februari 2017: 198-205
jalan penyakit jantung koroner lebih besar Untuk komponen dan besaran tarif rawat
dibandingkan total tarif INA-CBG yang inap terdiri dari jasa sarana, jasa pelayanan,
dibayarkan BPJS Kesehatan. dan jasa medis. Tarif rawat inap tidak
Hasil perhitungan perbedaan biaya riil termasuk obat-obatan, penggunaan alat-
dan tarif INA-CBG pada pasien rawat inap alat kesehatan, tindakan medis, tindakan
penyakit jantung koroner dapat dilihat keperawatan, tindakan penunjang medis,
pada Tabel 4 di bawah ini: dan jasa konsultasi spesialis akan dibayar
tersendiri oleh pasien. Sedangkan
Tabel 4. Perbedaan Biaya Riil DanTarif perhitungan tarif INA-CBG dihitung
INA CBG pada Pasien Rawat Inap berdasarkan akumulasi atau penggabungan
Penyakit Jantung Koroner JKN di kode diagnosa dan kode prosedur/tindakan
RSUZA ke dalam sebuah kode INA-CBG yang
standar tarifnya telah ditetapkan
Tarif Rata-rata (Rp) p-value pemerintah.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh
Rumah Sakit 19.776.699
0.017 informasi bahwa terdapat perbedaan yang
INA-CBG 14.447.156 secara statistik signifikan antara biaya riil
dengan tarif INA-CBG untuk kasus
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan katastropik dengan penyakit jantung
bahwa nilai Prob <P adalah 0,017, lebih koroner pada pasien rawat inap peserta
besar dari nilai signifikan uji sebesar 0,05. JKN di RSUZA (p-value 0,017). Selain itu
Hasil ini menunjukkan bahwa tidak juga terdapat perbedaan rata-rata (mean)
diterimanya Ho yang menyatakan bahwa biaya riil (Rp19.776.699,-) dengan mean
kedua populasi mempunyai rata-rata yang tarif paket INA-CBG (Rp14.447.156,-).
berbeda. Maka dapat disimpulkan bahwa Hasil penelitian ini yang serupa dengan
terdapat perbedaan antara tarif rumah sakit penelitian Agustin (2011), yang
dengan tarif INA-CBG. menyatakan bahwa terdapat perbedaan
yang secara statistik signifikan antara tarif
PEMBAHASAN riil dan tarif paket INA-CBG pada
pembayaran klaim Jamkesmas pasien
Perbedaan Biaya Riil Rumah Sakit rawat inap di RSUD Kabupaten Sukoharjo
dengan Tarif INA-CBG (p-value 0,001). Hasil penelitian Agustin
(2011) memiliki persamaan dengan yang
Pada perbedaan tarif riil dengan tarif dihasilkan oleh peneliti, yaitu sama-sama
paket INA-CBG di RSUZA, tarif riilnya menemukan perbedaan antara tarif riil dan
dihitung per rincian jenis pelayanan, dalam tarif paket. Perbedaan tersebut dapat
hal ini standar tarifnya sudah ditentukan dipengaruhi oleh beberapa faktor6.
berdasarkan peraturan Gubernur Aceh Menurut Thabrani (2011), faktor-faktor
Nomor 57 Tahun 2013 tentang Tarif Jasa yang mempengaruhi biaya kesehatan yaitu
Layanan pada RSUZA. Dimana besar tarif komponen inflasi biaya rumah sakit,
layanan kesehatan diperhitungkan atas kebijakan pemerintah, pembayar pihak
dasar riil (real unit cost) di RSUZA ketiga (asuransi), maupun tenaga
dengan memperhatikan kemampuan sosial kesehatan sendiri7. Sedangkan menurut
ekonomi masyarakat dan tarif rumah sakit Cleverly (1997), ada empat cara utama
setempat lainnya serta kebijakan secara teknis agar biaya untuk system
pemerintah dan Pemerintah Aceh. Adapun pembayaran paket (cased base groups)
tarif layanan kesehatan pada RSUZA dapat dikurangi, yaitu8:
meliputi komponen jasa sarana, jasa 1. Mengurangi harga yang dibayar untuk
pelayanan, dan jasa medis sesuai sumber daya/input;
kebutuhan masing-masing pelayanan. 2. Mengurangi lama dirawat pasien;

202
JUKEMA
Vol. 3, No. 1, Februari 2017: 198-205
3. Mengurangi intensitas pelayanan yang Length of Stay (LOS) tertinggi untuk
disediakan; pelayanan Januari hingga Agustus 2016
4. Meningkatkan efisiensi produksi. pasien rawat inap dengan kasus katastropik
Demikian halnya perbedaan tarif riil penyakit jantung koroner adalah 9 hari dan
dengan tarif INA-CBG suntuk kasus terendah 1 hari.
katastropik dengan penyakit jantung Menurut Suardana (2009)11, lama hari
koroner pada pasien rawat inap peserta rawat dilihat dari aspek medis dan aspek
JKN di RSUZA di antaranya dilatar ekonomis. Aspek medis dinyatakan bahwa
belakangi oleh perbedaan standar tarif semakin panjang lama dirawat maka dapat
yang diterapkan, lama dirawat, keberadaan menunjang kualitas kerja medis kurang
software, dan ketepatan pengodean baik karena pasien harus dirawat lebih
diagnosis/prosedur. Selanjutnya pada lama. Sebaliknya bila lama dirawat
penelitian Aditya, et al (2012) juga semakin pendek dapat diambil pengertian
diperoleh hasil yang sama bahwa terdapat bahwa kualitas kinerja medis baik. Aspek
perbedaan antara biaya riil dan tarif INA- ekonomis dinyatakan bahwa semakin
CBG sebesar Rp104.498.068,- dari 138 panjang lama dirawat berarti semakin
episode perawatan9. tinggi biaya yang nantinya harus dibayar
Hasil penelitian hampir serupa juga oleh pasien atau pihak keluarga12.
disampaikan oleh Sugeng (2010), yang Hal tersebut hanya berlaku pada tarif
menyatakan bahwa ada perbedaan yang rumah sakit saja, sedangkan pada tarif
secara statistik signifikan pada biaya paket INA-CBG, panjang atau pendek
pelayanan kesehatan pasien diare infeksius lama dirawat tidak berpengaruh terhadap
dengan sistem pembayaran INA DRG dan besarnya biaya yang nantinya akan
non INA DRG di RSUP Dr. Sardjito dibayarkan pihak pembayar.
Yogyakarta (p-value 0,001)10.
Analisis Selisih Biaya Riil RSUZA
Karakteristik Pasien dengan Tarif INA-CBG

Hasil diagnosa pasien rawat inap Berdasarkan hasil perhitungan,


penyakit jantung koroner diketahui total tarif rumah sakit yang
menunjukkanbahwa diagnosa yang banyak dikeluarkan untuk pelayanan kepada
dialami oleh pasien Colonary Artery pasien rawat inap peserta jaminan
Desease (CAD) yaitu sebesar 45% kesehatan nasional kasus katastropik
sedangkan diagnosa yang sedikit dialami dengan penyakit jantung koroner. Apabila
pasien Non ST Elavsi Miokard Infark semua diagnosa digabungkan maka
(STEMI) dan pasien Stable Angina diketahui bahwa total keseluruhan tarif
Pectoris (AP) sebesar 10%. rumah sakit atau biaya yang dikeluarkan
Average Length of Stay (ALOS) adalah rumah sakit untuk pemberian pelayanan
rata-rata lama rawat seorang pasien. kesehatan kepada pasien rawat inap
Diketahui dari hasil perhitungan ALOS penyakit jantung koroner untuk ke lima
RSUZA bulan Januari sampai Agustus diagnosa tersebut adalah
2016 yaitu empat hari. Jika dibandingkan Rp1.977.669.924,-. Sementara total tarif
dengan standar ideal ALOS menurut INA-CBG adalah Rp1.444.715.600,-. Jadi
Huffman dalam Ni Nengah (2014) adalah besar selisih secara keseluruhan bulan
3-12 hari. Maka ALOS RSUZA dianggap Januari hingga Agustus 2016 sebesar Rp
sesuai dengan standar ideal yang ada. (Rp532.954.324) atau -27% dari tarif INA-
Sementara apabila dibandingkan dengan CBG. Selisih bernilai negatif karena total
standar ideal ALOS milik Departemen biaya pelayanan yang dikeluarkan rumah
Kesehatan adalah 6-9 hari. Maka ALOS sakit untuk kasus kasastropik pasien rawat
RSUZA masih berada di bawah standar. jalan penyakit jantung koroner lebih besar

203
JUKEMA
Vol. 3, No. 1, Februari 2017: 198-205
dibandingkan total tarif INA-CBG yang yang nantinya harus dikeluarkan oleh
dibayarkan BPJS Kesehatan. rumah sakit12.
Melalui penjabaran di atas diketahui Berdasarkan hasil perhitungan biaya
bahwa secara keseluruhan untuk bulan yang paling banyak dikeluarkan untuk
pelayanan Januari hingga Agustus 2016 setiap pelayanan pasien JKN dengan kasus
pada setiap diagnosa, terdapat kesan katastropik pasien rawat inap penyakit
bahwa RSUZA mengalami kerugian jantung koroner yaitu untuk pelayanan
dengan pembayaran INA-CBG sebesar penunjang dengan rata-rata
27%. Namun rumah sakit menaikkan Rp16.653.846,- dan dan paling rendah
penambahan jasa pelayanan kasus adalah untuk jenis pelayanan administrasi
katastropik pasien jantung mencapai 50 dengan rata-rata Rp39.400.00,-.
persen di antaranya biaya medis,
penunjang dan biaya operasi, maka KESIMPULAN DAN SARAN
terbukti rumah sakit mendapatkan
keuntungan sebesar 23% dari pembayaran Kesimpulan
INA-CBG.
Menurut pernyataan yang tertuang Berdasarkan hasil penelitian mengenai
dalam Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas perbedaan biaya riil RSUZA dan tarif
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan INA-CBG untuk kasus katastropik
Kementrian Kesehatan RI (2010), bahwa penyakit jantung koroner pada pasien
biaya jasa medis/jasa pelayanan ditetapkan rawat inap peserta JKN diperoleh
direktur rumah sakit setinggi-tingginya kesimpulan bahwa total pengeluaran
44% atas biaya pelayanan kesehatan yang rumah sakit atau besar tarif rumah sakit
dilakukan. Jasa medis/jasa pelayanan untuk kasus katastropik penyakit jantung
tersebut meliputi biaya untuk pemberi koroner dalam penyelenggaraan jaminan
pelayanan dalam rangka observasi, kesehatan ternyata lebih besar dari total
diagnosis, pengobatan, tindakan medis, tarif INA-CBG yang dibayarkan pihak
perawatan, konsultasi, visit, dan/atau BPJS Kesehatan selama delapan bulan
pelayanan medis lainnya, serta untuk pelayanan (Januari-Agustus). Total tarif
pelaksana administrasi pelayanan. rumah sakit unit pelayanan rawat inap
Menurut peneliti, tingginya biaya yang untuk kasus katastropik penyakit jantung
dikeluarkan rumah sakit salah satunya koroner bulan pelayanan Januari hingga
dipengaruhi oleh lama hari rawat. Semakin Agustus adalah Rp1.977.669.924,- lebih
panjang lama hari rawat maka akan besar dari tarif INA-CBG. Rumah sakit
mempengaruhi besarnya biaya yang juga mengalami kerugian sebesar 27% di
dikeluarkan rumah sakit. Sedangkan pada mana total tarif rumah sakit ternyata lebih
tarif INA-CBG panjang pendeknya lama besar dibandingkan total tarif INA-CBG.
dirawat tidak berpengaruh terhadap Namun karena rumah sakit menaikkan jasa
besarnya biaya yang nantinya akan pelayanan mencapai 50% maka terbukti
diabayarkan pihak pembayar. Menurut rumah sakit mendapat keuntungan sebesar
Suardana (2009), lama hari rawatan dilihat 23% dari pembayaran paket INA-CBG.
dari aspek medis dinyatakan bahwa
semakin lama hari rawatan maka dapat Saran
menunjukkan kualitas kerja medis kurang
baik karena pasien harus dirawat lebih Disarankan bagi Pemerintah Aceh
lama, sebaliknya bila hari rawatan semakin untuk dapat melakukan sosisalisasi yang
pendek dapat diambil pengertian bahwa rutin dan berkelanjutan di internal rumah
kualitas kinerja medis baik. Aspek sakit, mulai dari jajaran tenaga medis
ekonomis dinyatakan bahwa semakin lama maupun non medis. Bagi pihak
hari rawatan berarti semakin tinggi biaya Manajemen RSUZA untuk dapat

204
JUKEMA
Vol. 3, No. 1, Februari 2017: 198-205
mengatur keuangan dengan melakukan Jamkesmas di RSUP dr. Sardjito
efisiensi kasus dengan tarif rumah sakit Yogyakarta, UGM; 2013.
yang terkadang memang lebih besar 10. Sugeng, Analisis Lama Rawat dan
maupun lebih kecil dari tarif INA-CBG. Biaya Pelayanan Kesehatan pada
Sistem Pembayaran INA-DRG dan
DAFTAR PUSTAKA Non INA-DRG di RSUP Dr.Sardjito
Yogyakarta. [Skripsi], Surakarta:
1. Manggala, W., Analisis Fakultas Ilmu Kesehatan UMS; 2010
Implementasi Kebijakan Jaminan 11. Suardana K., Model Diagnosis
Kesehatan Nasional (JKN) di Related’s Group (DRG) Sebagai
Rumah Sakit Umum Kota Bentuk Reformasi Sistem
Tangerang Selatan Tahun 2014, Pembayaran Pelayanan Kesehatan,
[Skripsi]. Universitas Islam Negeri Jurnal Ilmiah Keperawatan; (Vol 2)
Syarif Hidayatullah; 2014. No 1; 2009.
2. Sylvia A. Price dan Lorraine M.
Wilson, Patofisiologi Konsep Klinis,
Proses-proses, dan Penyakit, Edisi 6.
Jakarta. EGC; Hal. 576, 2006.
3. BPJS, Pedoman Pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
4. Wijayanti A.I., Analisis perbedaan
tarif riil dengan tarif INA-CBG
pada Pembayaran Klaim
Jamkesmas Pasien Rawat Inap di
RSUD Kabupaten Sukoharjo,
Surakarta: Universitas
Muhammadiyah; 2011.
5. Emmawati S. P., Prosedur INA CBG
kelebihan dan kekurangannya,
Jakarta: Elex Media Komputindo;
2010.
6. Canadian Blood Service, Clinical
Guide to Transfusion, Canadian
Blood Service; 2007.
7. Thabrani H., Sistem Pembayaran
Fasilitas kesehatan Pedoman
Manajemen Informasi Kesehatan di
Sarana Pelayanan Kesehatan, (ed),
Jakarta: UI-Press; 2011.
8. Komaryani K., Kebijakan Penentuan
Biaya INA-CBG, Jakarta: Tim Teknis
INA-CBG Kementerian Kesehatan RI;
2012.
9. Putra A. M. P., Komparasi Biaya
Riil dengan Tarif INA-CBG dan
Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Biaya Riil pada
Pasien Thalasemia Rawat Inap

205

Anda mungkin juga menyukai