Anda di halaman 1dari 25

Materi Elektronika Dasar

Nama :
Kelas :
Jurusan :
Bab 1
Resistor
Pengertian
Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan dalam Rangkaian Elektronika.
Pada dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi atau hambatan
tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika.
Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Hambatan atau Tahanan dan biasanya
disingkat dengan Huruf “R”. Satuan Hambatan atau Resistansi Resistor adalah OHM (Ω).

Jenis-jenis Resistor

Pada umumnya Resistor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah Fixed Resistor,
Variable Resistor, Thermistor dan LDR.

A. Fixed Resistor

Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya tetap. Nilai Resistansi atau
Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna ataupun kode Angka. Anda dapat
membaca artikel : Cara Menghitung Nilai Resistor berdasarkan Kode Angka dan Kode Warna.

Bentuk dan Simbol Fixed Resistor :

 
B. Variable Resistor

Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah dan diatur sesuai dengan
keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi menjadi Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.

Bentuk dan Simbol Variable Resistor  :

Potensiometer

Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah dengan
cara memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang terdapat pada Potensiometer. Nilai Resistansi
Potensiometer biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka.

Rheostat

Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada Tegangan dan Arus yang tinggi.
Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu
yang bergerak pada bagian atas Toroid.

Preset Resistor (Trimpot)

Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer Potensiometer) adalah jenis Variable
Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki
Tuas. Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil untuk dapat memutar
porosnya.

C. Thermistor (Thermal Resistor)

Thermistor adalah Jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu (Temperature).
Thermistor merupakan Singkatan dari “Thermal Resistor”. Terdapat dua jenis Thermistor yaitu
Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature
Coefficient).

Bentuk dan Simbol Thermistor :

D. LDR (Light Dependent Resistor)

LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai Resistansinya dipengaruhi oleh
intensitas Cahaya yang diterimanya.

Bentuk dan Simbol LDR  :

Fungsi-fungsi Resistor

Fungsi-fungsi Resistor di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya adalah sebagai berikut :

 Sebagai Pembatas Arus listrik


 Sebagai Pengatur Arus listrik
 Sebagai Pembagi Tegangan listrik
 Sebagai Penurun Tegangan listrik
Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Warna

Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh Warna-
warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4
Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.

Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda
gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang
bersangkutan.

Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :


Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2

Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 10 5
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.
Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10 n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 10 5
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.
Contoh-contoh perhitungan lainnya :

Merah, Merah, Merah, Emas → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi

Cara menghitung Toleransi :


2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm

Untuk mempermudah menghafalkan warna di Resistor, kami memakai singkatan seperti berikut :

HI CO ME O KU JAU BI UNG A PU
(HItam, COklat, MErah, Orange, KUning. HiJAU, BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)
Bab 2
Dioda
Pengertian dioda (diode) adalah komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan
mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah
sebaliknya.

Dalam ilmu fisika dioda digunakan untuk penyeimbang arah rangkaian elektronika. Elektronika memiliki
dua terminal yaitu anoda berarti positif dan katoda berarti negatif. Prinsip kerja dari anode berdasarkan
teknologi pertemuan positif dan negative semikonduktor. Sehingga anode dapat menghantarkan arus litrik
dari anoda menuju katoda, tetapi tika sebaliknya katoda ke anoda.

Simbol Dioda
Perhatikan gambar Dioda berikut ini:

Gambar di atas merupakan bentuk sederhana dari dioda. Ada simbol + berarti aliran yang positif disebut
anoda sedangkan simbol – berarti negatif disebut katoda.

Cara Kerja Dioda


Dioda semikonduktor hanya bisa melewati satu arus yang searah, pada saat dioda memperoleh arus akan
maju satu arah (forward Bias). Karena di dalam dioda ada junction yaitu pertemuan konduktor antara tipe
p dan tipe n. kondisi ini dapat dikatakan bahwa konduksi penghantar masih tergolong kecil. Sedangkan
bila dioda diberi satu arah/bias mundur (Reverse bias) maka dioda tidak bekerja dan pada kondisi ini
dioda mempunyai tahanan dalam yang tinggi sehingga arus sulit mengalir.

Apabila dioda silicon dialiri arus AC, maka yang mangalir hanya satu arah saja sehingga arus output
dioda berupa arus DC. Dari kondisi tersebut maka dioda hanya digunakan pada beberapa pemakaian saja
antara lain sebagai Penyearah setengah gelombang (Half Wave Rectifier), penyearah gelombang penuh
(Full Wave Rectifier) dll.
Jenis Dioda

Berikut ini adalah jenis diode diantaranya:

1. Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan
2. Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah arus AC ke
arus DC.
3. Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali
4. Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil tegangan.
5. Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya

Jenis-jenis Dioda (Diode)

Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan, Dioda kini telah memiliki banyak jenis dan
masing-masing jenis memiliki fungsinya. Berikut dibawah ini adalah jenis-jenis Dioda dan penjelasan
singkat pada jenis-jenis dioda tersebut.
1. Dioda Normal (Dioda PN Junction)

Dioda jenis ini merupakan dioda yang paling sering ditemui dalam rangkaian elektronika, terutama pada
rangkaian pencatu daya (power supply) dan rangkaian frekuensi radio (RF). Dioda jenis ini disebut juga
Dioda Normal (Normal Diode) karena merupakan dioda standar yang paling umum digunakan ataupun
Dioda Penyearah (Rectifier Diode) karena biasanya digunakan sebagai penyearah pada Pencatu Daya.
Dioda ini juga dikenal dengan nama PN Junction Diode.

2. Dioda Bridge (Bridge Diode)

Dioda Bridge pada dasarnya adalah Dioda yang terdiri dari 4 dioda normal yang umumnya digunakan
sebagai penyearah gelombang penuh dalam rangkaian Pencatu Daya (Power Supply). Dengan
menggunakan Dioda Bridge ini, kita tidak perlu lagi merangkai 4 buah dioda normal menjadi rangkaian
penyearah tegangan AC ke tegangan DC karena telah dikemas oleh produsen menjadi 1 komponen saja.
Dioda Bridge ini memiliki 4 kaki terminal yaitu 2 kaki terminal Input untuk masukan tegangan/arus
bolak-balik (AC) dan 2 kaki terminal untuk Output Positif (+) dan Output Negatif (-).

3. Dioda Zener (Zener Diode)

Dioda Zener adalah jenis dioda yang dirancang khusus untuk dapat beroperasi di rangkaian reverse
bias (bias balik). Karakteristik Dioda Zener ini adalah dapat melewatkan arus listrik pada kondisi bias
terbalik (reverse bias) apabila tegangan mencapai titik tegangan breakdown-nya.  Namun pada
saat Forward bias (bias maju), Dioda Zener ini dapat menghantarkan arus listrik seperti Dioda normal
pada umumnya. Dioda Zener dapat memberikan tegangan referensi yang stabil sehingga banyak
digunakan sebagai pengatur tegangan (Voltage Regulator) pada pencatu daya (Power supply).

4. Dioda LED (Light Emitting Diode)


Dioda LED atau Light Emitting Diode merupakan jenis dioda yang dapat memancarkan cahaya
monokromatik ketika diberikan tegangan maju (Forward bias). LED ada yang berwarna merah, jingga,
kuning, biru, hijau dan putih tergantung pada panjang gelombang (wavelength)  dan jenis senyawa
semikonduktor yang digunakannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan aplikasi LED di
lampu-lampu penerangan rumah maupun jalan raya, lampu indikator peralatan elektronik dan listrik,
lampu dekorasi dan iklan serta backlight untuk TV LCD.

6. Dioda Foto (Photodiode)

Dioda Foto atau Photodiode adalah jenis Dioda yang dapat mengubah energi cahaya menjadi arus listrik.
Dioda Foto ini sering digunakan sebagai sensor untuk mendeteksi cahaya seperti pada sensor cahaya
kamera, sensor penghitung kendaraan, scanner barcode dan peralatan medis. Dioda Foto ini dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu Dioda Photovoltaic  yang menghasilkan tegangan seperti sel surya dan
Dioda Photoconductive yang tidak menghasilkan tegangan dan harus diberikan sumber tegangan lain
untuk penggerak beban.
Bab 3
Capacitor

 Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan Kondensator (Condensator) adalah Komponen


Elektronika Pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara dengan satuan
kapasitansinya adalah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari nama penemunya yaitu Michael
Faraday (1791 ~ 1867) yang berasal dari Inggris. Namun Farad adalah satuan yang sangat besar, oleh
karena itu pada umumnya Kapasitor yang digunakan dalam peralatan Elektronika adalah satuan Farad
yang dikecilkan menjadi pikoFarad, NanoFarad dan MicroFarad.

Konversi Satuan Farad adalah sebagai berikut :

1 Farad = 1.000.000µF (mikro Farad)


1µF = 1.000nF (nano Farad)
1µF = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF = 1.000pF (piko Farad)

Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat konduktor yang pada umumnya
adalah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai pemisah. Dalam Rangkaian
Elektronika, Kapasitor disingkat dengan huruf “C”.

Jenis-Jenis Kapasitor
1. Kapasitor Keramik (Ceramic Capasitor)

Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari Keramik dan berbentuk bulat tipis
ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak memiliki arah atau polaritas, jadi dapat dipasang bolak-
balik dalam rangkaian Elektronika. Pada umumnya, Nilai Kapasitor Keramik berkisar antara 1pf sampai
0.01µF. Kapasitor yang berbentuk Chip (Chip Capasitor) umumnya terbuat dari bahan Keramik yang
dikemas sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan peralatan Elektronik yang dirancang makin kecil dan
dapat dipasang oleh Mesin Produksi SMT (Surface Mount Technology) yang berkecepatan tinggi.

Cara membaca nilai kapasitor keramik


Contoh misal pada badannya tertulis = 203, nilai kapasitasnya = 20.000 pF = 20 KpF =0,02 μF.
Jika pada badannya tertulis = 502, nilai kapasitasnya = 5.000 pF = 5 KpF = 0,005 μF

3. Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)

Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Polyester dengan bentuk persegi empat.
Kapasitor Polyester dapat dipasang terbalik dalam rangkaian Elektronika (tidak memiliki polaritas arah)

3. Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)

Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan pada umumnya nilai kapasitor
kertas berkisar diantara 300pf sampai 4µF. Kapasitor Kertas tidak memiliki polaritas arah atau dapat
dipasang bolak balik dalam Rangkaian Elektronika.

4. Kapasitor Mika (Mica Capacitor)

Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan Mika. Nilai Kapasitor Mika
pada umumnya berkisar antara 50pF sampai 0.02µF. Kapasitor Mika juga dapat dipasang bolak balik
karena tidak memiliki polaritas arah.
5. Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)

Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari Elektrolit (Electrolyte) dan
berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat dengan ELCO ini sering dipakai pada
Rangkaian Elektronika yang memerlukan Kapasintasi (Capacitance) yang tinggi. Kapasitor Elektrolit
yang memiliki Polaritas arah Positif (-) dan Negatif (-) ini menggunakan bahan Aluminium sebagai
pembungkus dan sekaligus sebagai terminal Negatif-nya. Pada umumnya nilai Kapasitor Elektrolit
berkisar dari 0.47µF hingga ribuan microfarad (µF). Biasanya di badan Kapasitor Elektrolit (ELCO) akan
tertera Nilai Kapasitansi, Tegangan (Voltage), dan Terminal Negatif-nya. Hal yang perlu diperhatikan,
Kapasitor Elektrolit dapat meledak jika polaritas (arah) pemasangannya terbalik dan melampui batas
kamampuan tegangannya.

6. Kapasitor Tantalum

Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-) seperti halnya Kapasitor
Elektrolit dan bahan Isolatornya juga berasal dari Elektrolit. Disebut dengan Kapasitor Tantalum karena
Kapasitor jenis ini memakai bahan Logam Tantalum sebagai Terminal Anodanya (+). Kapasitor Tantalum
dapat beroperasi pada suhu yang lebih tinggi dibanding dengan tipe Kapasitor Elektrolit lainnya dan juga
memiliki kapasintansi yang besar tetapi dapat dikemas dalam ukuran yang lebih kecil dan mungil. Oleh
karena itu, Kapasitor Tantalum merupakan jenis Kapasitor yang berharga mahal. Pada umumnya dipakai
pada peralatan Elektronika yang berukuran kecil seperti di Handphone dan Laptop.

Fungsi Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika

Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis Komponen Elektronika yang paling
sering digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor memiliki banyak fungsi sehingga hampir setiap
Rangkaian Elektronika memerlukannya.

Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika :

 Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik


 Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)
 Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
 Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
 Sebagai Kopling
 Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
 Sebagai Penggeser Fasa
 Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan dengan Spul
Antena dan Osilator)

Project 1
Membuat power supply sederhana

Komponen :
Dioda 1n4002 4 buah
Terminal 2p 2 buah
Elco 2200 16v/25v 1 buah
Resistor 1k 1 buah
Led 5mm 1 buah
pcb
travo 1a CT
Job sheet :
1. Buatlah layout/jalur dengan menggunakan software di laptop(Eagle/protus)
2. Cetak dan Sablon pada PCB
3. Larutkan dengan menggunakan larutan verycloride
4. Bor pada kaki komponen
5. Solder komponen dengan baik
6. Setelah itu tes dengan menggunakan travo 1a dengan tegangan kerja 12v
7. Amatilah apa yang terjadi pada output dengan menggunakan Volt meter!!!
8. Jelaskan dengan bahasamu sendiri pada kakak pembimbing
Bab 4
Transistor
Transistor adalah komponen semikonduktor yang memiliki berbagai macam fungsi seperti sebagai
penguat, pengendali, penyearah, osilator, modulator dan lain sebagainya. Transistor merupakan salah satu
komponen semikonduktor yang paling banyak ditemukan dalam rangkaian-rangkaian elektronika.

Jenis-jenis Transistor Bipolar

Transistor Bipolar terdiri dari dua jenis yaitu Transistor NPN dan Transistor PNP. Tiga Terminal
Transistor ini diantaranya adalah terminal Basis, Kolektor dan Emitor.

 Transistor NPN adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan tegangan
positif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari
Kolektor ke Emitor.
 Transistor PNP adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan tegangan
negatif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari
Emitor ke Kolektor.

Fungsi-fungsi Transistor diantaranya adalah :

 sebagai Penyearah,
 sebagai Penguat tegangan dan daya,
 sebagai Stabilisasi tegangan,
 sebagai Mixer,
 sebagai Osilator
 sebagai Switch (Pemutus dan Penyambung Sirkuit)

Cara Mengukur Transistor

Kita dapat menggunakan Multimeter Analog maupun Multimeter Digital untuk mengukur ataupun
menguji apakah sebuah Transistor masih dalam kondisi yang baik. Perlu diingatkan bahwa terdapat
perbedaan tata letak Polaritas (Merah dan Hitam) Probe Multimeter Analog dan Multimeter Digital dalam
mengukur/menguji sebuah Transistor.
Berikut ini adalah Cara untuk menguji atau mengukur Transistor dengan Mengunakan Multimeter Analog
dan Multimeter Digital.

A. Mengukur Transistor dengan Multimeter Analog

Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Analog

1. Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal Emitor (E),
Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi
baik
3. Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan menunjukan
nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.

Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Analog

1. Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal Emitor (E),
Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi
baik
3. Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan menunjukan
nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.

Catatan :
Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Jarum pada Multimeter Analog
harus tidak akan bergerak sama sekali atau “Open”.

 
B. Mengukur Transistor dengan Multimeter Digital

Pada umumnya, Multimeter Digital memiliki fungsi mengukur Dioda dan Resistansi (Ohm) dalam Saklar
yang sama. Maka untuk Multimeter Digital jenis ini, Pengujian Multimeter adalah terbalik dengan Cara
Menguji Transistor dengan Menggunakan Multimeter Analog.

Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Digital

1. Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda


2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal Emitor (E),
Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam
kondisi baik
3. Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika Display Multimeter nilai Voltage
tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.

Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Digital

1. Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda


2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal Emitor (E),
Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam
kondisi baik
3. Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika Display Multimeter menunjukan nilai
Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.

Catatan :
Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Display Multimeter Digital harus
tidak akan menunjukan Nilai Voltage atau “Open”
Bab 5
Relay
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen
Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan
Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk
menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan
listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet
5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk
menghantarkan listrik 220V 2A.

Gambar Bentuk dan Simbol Relay

Dibawah ini adalah gambar bentuk Relay dan Simbol Relay yang sering ditemukan di Rangkaian
Elektronika.

Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

1. Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi
CLOSE (tertutup)
2. Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi
OPEN (terbuka)

fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika diantaranya adalah :

1. Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)


2. Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay Function)
3. Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan dari Signal
Tegangan rendah.
4. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya dari
kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).
Bab 6
IC( integrated circuit )
IC (Integrated Circuit) merupakan salah satu komponen elektronika aktif. Bahan utama dari IC ialah
semikonduktor yang berupa silicon. Bagian IC terdiri dari ratusan sampai ribuan komponen elektronika
seperti resistor, kapasitor, transistor dan dioda yang digabungkan menjadi satu. Meskipun mempunyai
banyak komponen elektronika didalamnya, namun IC mempunyai bentuk dan ukuran yang kecil. Pada
peralatan elektronik saat ini, IC juga mempunyai peran yang cukup penting. Salah satu pengaplikasian IC
yang sangat menonjol ialah pada smartphone,  laptop dan Console Games. Dengan adanya IC, maka
peralatan elektronik yang menggunakannya akan memiliki bentuk yang mungil dan portable. Namun,
ada hal yang harus selalu diperhatikan bahwa IC adalah komponen elektronika aktif yang sensitif
terhadap pengaruh ESD (Electrostatic Discharge). Jadi, untuk mencegah terjadinya kerusakan pada IC
maka diperlukan penanganan khusus didalamnya.

Pada dasarnya, fungsi IC terbagi berdasarkan jenis-jenisnya. Utamanya sendiri ada tiga, yaitu:

IC linear

IC Linear adalah jenis IC yang hanya dapat beroperasi pada sinyal yang berbentuk gelombang kontinu. IC
Linear atau dapat disebut juga dengan Integrated Circuit Analog mempunyai beberapa fungsi,
diantaranya:

 Penguat Daya (Power Amplifier)


 Penguat Sinyal Mikro (Microwave Amplifier)
 Penguat RF dan IF (RF and IF Amplifier)
 Regulator Tegangan (Voltage Regulator)
 Voltage Comparator
 Multiplier
 Penerima Frekuensi Radio (Radio Receiver)
 Penguat Sinyal (Signal Amplifier)
 Penguat Operasional (Operational Amplifier / Op Amp)

IC digital

Saat ini, IC Digital merupakan komponen IC yang paling banyak digunakan untuk peralatan kalkulator,
komputer dan sistem kontrol elektronik. Pada umumnya IC digital adalah IC dengan
rangkaian switch yang tegangan input dan output-nya hanya memiliki 2 level yaitu tinggi dan rendah.
Selain itu IC digital juga berkaitan dengan kode binary yang dilambangkan dengan angka 1 dan 0.

IC digital mempunyai beberapa fungsi penting, diantaranya :

 Memory
 Clock
 Microprocessor (Mikroprosesor)
 Microcontroller
 Flip-flop
 Gerbang Logika (Logic Gates)
 Timer
 Counter
 Multiplexer
 Calculator

IC campuran.
Mixed IC adalah jenis IC yang dapat mengkombinasikan fungsi IC analog dan digital ke dalam satu
kemasan atau rangkaian. Pada umumnya, Mixed IC berfungsi sebagai komponen yang dapat
mengkonversikan sinyal digital menjadi analog (D/A Converter) ataupun sebaliknya (A/D Converter).
Seiring perkembangan teknologi, kini Mixed IC memungkinkan untuk dapat mengintegrasikan sinyal
digital dengan fungsi RF didalamnya.

Contoh :

Ic NE555
IC timer 555 merupakan IC atau sirkuit terpadu (chip) yang digunakan dalam berbagai aplikasi
pewaktuan, sumber pulsa gelombang, serta aplikasi osilator.
IC ini dapat dimanfaatkan dalam rangkaian elektronika sebagai penunda waktu (Delay Timer), rangkaian
flip-flop, dan osilator. Secara fisik IC 555 berbentuk DIP atau Dual inline Package dengan package 8 pin.

PIN OUT

1. GND : Ground
2. Trigger : sebagai pemantik agar pewaktuan berkerja
3. Output : akan dihubungkan ke beban contohnya : Led
4. Reset : berfungsi untuk menghentikan interval pewaktuan jika dihubungkan dengan GND
5. Control : sebagai pengakses pembagi tegangan sebesar 2/3 VCC
6. Threshold : untuk menentukan berapa lamanya pewaktuan
7. Discharge : biasanya dikonekkan dengan kapasitor elektrolit, dan pada waktu pembuangan
muatan el-co digunakan untuk menentukan interval pewaktuan
8. VCC : tegangan masukan antara 3 Vdc sampai 15 Vdc
Ic 4017
IC 4017 adalah suatu rangkaian terpadu yang berfungsi sebagai decade counter (Penghitung interval).
Maksud dari decade counter yakni dapat merubah salah satu output menjadi berlogika tinggi secara
bergantian dari output 0 hingga ke output 9 sehingga total output rangkaian ini berjumlah sepuluh buah
dengan total pin/kaki sebanyak 16 dan memiliki fungsinya masing masing. IC 4017 sendiri dikendalikan
dengan clock atau pulsa (gelombang kotak) yang nantinya akan menentukan kecepatan perpindahan
output dari IC 4017 itu sendiri. semakin tinggi frekuensi dari clock yang dimasukan ke kaki 14 pin ic
4017, maka akan semakin cepat pula perpindahan logika dari output IC tersebut. IC 4017 ini memiliki
banyak kegunaaan, diantaranya sebagai decade counter, counter (penghitung), flip-flop, timer, dan lain-
lain. Saya sendiri juga pernah membuat rangkaian saklar menggunakan sensor suara menggunakan IC
4017Oke untuk lebih memudahkan pembahasan lihat gambar berikut ini.

Gambar 2. Nama Seriap Pin IC 4017


Pin 1, Berfungsi sebagai output/keluaran 5
Pin 2, Output keluaran urutan 1
Pin 3, Output keluaran 0
Pin 4, Output keluaran 2
Pin 5, Output keluaran 6
Pin 6, Output Keluaran 7
Pin 8, Sebagai ground, atau supply tegangan 0 volt
Pin 9, Output keluaran 8
Pin 10, Output keluaran 4
Pin 11, Output keluaran 9

Pin 12, Carry Out. Untuk fungsi carry out sendiri yakni untuk menambahkan jumlah output pada IC
selanjutnya. Jadi misalkan anda ingin menambahkan lebih dari 10 output maka anda harus menambahkan
IC dengan cara pin 12 Carry out IC 4017 dihubungkan ke pin 14 IC 4017 yang lainnya. Namun
berdasarkan yang saya baca pada salah satu website, jika kita menggunakan pin 12 carry out ini, maka
nilai clock akan 10 kali lebih lambat dari sebelumnya.
Pin 13, Enable Input, biasa juga disebut dengan clock enable. Fungsinya yakni untuk mengaktifkan
jalannya clcok ke IC 4017 jika diberi tegangan negatif. Namun jika anda beri tegangan positif maka clcok
yang dijalankan akan dijeda atau di-pasuse. Untuk itulah pada rangkaian running led, pin 13 sering
dihubungkan ke terminal ground.
Pin 14, Clock Input. Fungsinya sebagai masukan clock dan biasanya clcok dibuat menggunakan IC NE
555. Pergeseran logika tinggi pada IC 4017 ini ditentukan berdasarkan masukan pin 14 IC ini. Rangkaian
clcok-nya sendiri bisa anda lihat di Rangkaian Clock IC 555 Sederhana

Pin 15, Reset. Seperti namanya fungsi reset sendiri adalah untuk mereset atau mengatur ulang kerja dari
IC 4017 ini sehingga pergeseran logika pada output IC 4017 ini akan dimulai lagi dari output 0. Jika pin
reset diberi tegangan postif atau logika tinggi, maka output 0 IC 4017 ini akan berlogika tinggi dan
kesembilan output lainnya akan berlogika 0 atau rendah. Namun jika diberi tegangan negatif, maka pin
reset akan nonaktif.
Pin 16, VCC. Sebagai masukan tegang Positif. Untuk IC 4017 ini, akan berkerja jika pin 16 diberi
tegangan antara +3 Volt DC hingga +15 Volt DC.

Nah, sebagai tambahan dari saya. Jika anda hanya ingin menggunakan misalnya 5 output saja pada IC
4017 ini. Bearti yang akan aktif nantinya Out 0, Out 1, Out 2, Out 3, dan Out 4. Anda hanya mesti
mengubungkan output 5 IC 4017 ini ke pin Reset. Jika anda ingin berhenti di output 7 maka anda hanya
perlu menghubungkan output 8 ke pin reset IC 4017 ini, dan begitu seterusnya.
Bab 7
Sensor ir
Infra red (IR) detektor atau sensor infra merah adalah komponen elektronika yang dapat mengidentifikasi
cahaya infra merah (infra red, IR). Sensor infra merah atau detektor infra merah saat ini ada yagn dibuat
khusus dalam satu module dan dinamakan sebagai IR Detector Photomodules. IR Detector
Photomodules merupakan sebuah chip detektor inframerah digital yang di dalamnya terdapat fotodiode
dan penguat (amplifier). IR Detector Photomodules yang digunakan dalam perancangan robot ini adalah
jenis TSOP (TEMIC Semiconductors Optoelectronics Photomodules). TSOP ini mempunyai berbagai
macam tipe sesuai dengan frekuensi carrier-nya, yaitu antara 30 kHz sampai dengan 56 kHz. Tipe-tipe
TSOP beserta frekuensi carrier-nya dapat dilihat pada lampiran data sheet.

Bentuk Dan Konfigurasi Pin IR Detector Photomodules TSOP

Detektor infra merah atau sensor inframerah jenis TSOP (TEMIC Semiconductors Optoelectronics
Photomodules) adalah penerima inframerah yang telah dilengkapi filter frekuensi 30-56 kHz, sehingga
penerima langsung mengubah frekuensi tersebut menjadi logika 0 dan 1. Jika detektor inframerah
(TSOP) menerima frekuensi carrier tersebut, maka pin keluarannya akan berlogika 0. Sebaliknya, jika
tidak menerima frekuensi carrier tersebut, maka keluaran detektor inframerah (TSOP) akan berlogika 1.
Project 2
Running Led

Project 3
Remote Lampu

Anda mungkin juga menyukai