TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang konsep cedera otak, konsep terapi oksigen masker
sederhana, konsep posisi kepala 30°, konsep tingkat kesadaran, konsep saturasi oksigen.
Penelitian terdahulu terkait pengaruh pemberian terapi oksigen masker sederhana dan
posisi kepala 30° terhadap tingkat kesadaran dan saturasi oksigen pada pasien cedera otak
sedang.
1) Kecelakaan kerja
6) Kecelakaan olahraga
Cedera otak terjadi karena adanya benturan atau daya yang mengenai
kepala secara tiba-tiba (Black & Hawks, 2009 dalam Tarwoto, 2011). Berdasarkan
besarnya gaya dan lamanya gaya yang bekerja pada kepala manusia maka
lebih dari 200 milidetik. Mekanisme static loading ini jarang teejadi
kerusakan yang terjadi sangat berat mulai dari cedera pada kulit kepala
yang bekeeja pada kepala dapat secara langsung (impacy injury) ataupun
gaya tersebut tidak langsung (accelerated-deceleratet injury). Mekanisme
cedera otak dynamic loading ini paling sring terjadi (Padila, 2012 dalam
Saputra, 2017).
dari cedera otak, dapat di bedakan antara cedera otak ringan dan berat.
tampak jelas
Cedera berat Tanda-tanda peningkatan TIK
dkk, 2008).
GCS dibuat oleh Jennet dan Teasdale pada tahun 1974. Selain
digunakan untuk menafsirkan tingkat kesadaran dan prognosis penderita
cedera otak, GCS juga dapat dipakai untuk menilai kelainan neurologis
sedang (GCS 9 – 13), dan cedera otak berat (GCS 3 – 8) (Sibuea, 2009).
Penentuan Deskripsi
Keparahan
Minor/ Ringan GCS 13 – 15
cerebral, hematoma.
Sedang GCS 9 – 12
sederhana atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Juga
trauma yang parah akan memiliki lebih dari satu jenis perlukaan
jauh lagi meliputi seberapa luas kerusakan yang terjadi, lokasi, dan
a. Pencegahan Primer
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan saat peristiwa terjadi
yang terjadi.
Kepala dapat dibalut dengan ikatan yang kuat. Bila ada syok,
c. Pencegahan Terier
yang lebih berat, penanganan yang tepat bagi penderita cedera otak
1) Rehabilitasi Fisik
- Transplantasi tendon
2) Rehabilitasi Psikologis
3) Rehabilitasi Sosial
dengan masyarakat)
a. Kesadaran,
d. Pola penafasan ,
pada cedera otak selain dari faktor mempertahankan fungsi ABC (Airway,
Breathing, Circulation) dan menilai status neurologis (disability,
iskemia serebri yang terjadi. Keadaan ini dapat dibantu dengan pemberian
1. Bedrest total
3. Pemberian obat-obatan :
vasodilatasi.
1. Penatalaksanaan umum :
ventilasi,
2. Operasi
pada hidrosepalus,kraniotomi.
3. Pengobatan
O2>92%.
sistolik>90mmHg.
b. Survey Sekunder
bila diperlukan.
3. Tata laksana Pasien cedera otak ringan (Skor skala koma Glasgow 15
berikut :
sakit
c. Perawatan luka-luka
2.2.1 Pengertian
oksigen ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat
asma, akut berat dll. Oksigen dapat diberikan dalam keadaan darurat tanpa
efek negatif barotrauma oksigen (Donna et. al., 2009). Menurut Targib
(2011) tujuan terapi oksigen agar oksigenasi seluruh tubuh pasien adekuat.
a. Ventilasi.
b. Difusi Gas
difusi).
2.2.4 Indikasi
Menurut Donna et. al., (2009) indikasi dari oksigenasi adalah
terdiri dari Sumbatan jalan nafas, henti nafas, henti jantung, nyeri dada
2.2.5 Peralatan
rebreather mask, non rebreather mask, venture mask, bag valve mask
(ambu bag).
Mask
(Ampubag)
Tanpa Oksigen 21% (udara) -
Dengan Oksigen 40-60% 8-10 LPM
Dengan Reservior 100% 8-10 LPM
Sumber: Alimul (2006)
mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat
masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.
(Tarwoto&Wartonah, 2010:37). Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2
4. Vaselin / jelly
b. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
5. Mencuci tangan
6. Melakukan pencataan
- Jumlah liter oksigen yang diberikan
- Cara pemberiannya
- Reaksi pasien
tanda
telinga
- Mengontrol oksigen
2.3.1 Pengertian
Posisi kepala 30º (elevasi) merupakan suatu posisi untuk menaikan
kepala dari tempat tidur sekitar 30º dan posisi tubuh dalam keadaan sejajar
jaringan serebral. Hasil ini selaras dari studi oleh Fan (2004)
dan memonitor efek tekanan perfusi serebral pada pasien cidera kepala.
Kepala 30º :
pressure.
1. Pengertian
karidovaskuler.
televisi)
3. Persiapan Alat
a. Tempat tidur
b. Bantal kecil
c. Gulungan handuk
4. Prosedur
dinaikkan.
menutup mata, tidak bersuara dan tidak bergerak oleh rangsang nyeri
atau perintah apa pun. Koma biasanya terjadi setelah kerusakan atau
dapat digunakan dalam percarian yang luas pada saat mengevaluasi status
neurologik pasien yang mengalami cedera otak. Evaluasi ini tidak dapat
normal dan rendah untuk gangguan), dan penjumlahan dari gambaran ini
kemungkinan yang terjadi dari hasil yang ada. Nilai terendah adalah 3
suatu siklus. Pada kesadaran yang meningkat atau eksitasi serebral dapat
sekelilingnya.
e. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
(Ruhyanudin, 2011).
a. Membuka mata
1. Membuka mata
Spontan 4
Terhadap rangsang suara 3
Terhadap rangsang nyeri 2
Tidak ada 1
2. Respon verbal
Orientasi baik 5
Orientasi terganggu 4
Kata-kata tidak jelas 3
Suara tidak jelas 2
Tidak ada respon 1
3. Respon motorik
Mampu bergerak 6
Melokalisasi nyeri Fleksi 5
menarik Fleksi 4
abnormal Ekstensi 3
Tak ada respon 2
1
Total
penderita koma dalam, GCSnya 3 (1-1-1). Bila salah satu reaksi tidak
1. Cuci tangan
5. Prosedur kerja :
d. Tidak ada 1
Tanggapan Verbal
5
a. Orientasi baik
4
b. Orientasi terganggu
3
c. Kata-kata tidak jelas
2
d. Suara tidak jelas
1
e. Tidak ada respon
Respon Motorik
5
a. Mampu bergerak
4
b. Melokalisasi nyeri Fleksi
c. menarik Fleksi 3
d. abnormal Ekstensi 2
7. Cuci tangan
di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen yang rendah, sebagian
cahaya merah dan satu cahaya inframerah) pada satu sisi probe, kedua
pembuluh darah, biasanya pada ujung jari atau daun telingan, menuju
2.5.2 Tujuan
oksigenasi.
2. Cara kerja :
a. Cuci tangan
lainnya.
on/off
telinga
hidung.
2.6 Review Jurnal Literatur
1. Alit Suwandewi, Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pemberian oksigen
2017 Masker Sederhana dan Posisi Kepala masker sederhana dan posisi kepala 30 º terhadap perubahan tingkat
30° Terhadap Perubahan Tingkat kesadaran pada pasien cidera kepala sedang. GCS nilai rata-rata
Kesadaran pada pasien Cidera Kepala sebelumnya adalah 17,92 dan GCS nilai rata-rata sesudah 14,09 dengan
Sedang di RSUD nilai p 0,009. Penelitian ini bersifat aplikatif sehingga perlu di reflikasi
Eka Putra, M. rasjad systolic blood pressure (GAP SCORE) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara nilai GAP Score, dan
Indra, Djangga dan saturasi oksigen sebagai predictor saturasi oksigen dengan mortalitas pasien cidera kepala dalam 7 hari
Sargowo, Mukhamad mortalitas pasien cidera kepala di perawatan dengan p value dari semua variabel independen < 0,05. Hasil
fathoni Rumah Sakit Saiful Anwar Malang Uji regresi logistik menunjukkan bahwa persamaan GAP Score memiliki
sebesar 88%, dan persamaan GAP score dan saturasi Oksigen memiliki
nilai p value Uji Hosmer and Lemeshow =0,967 dengan AUC = 0.965
Saanin, Hafni Menggunakan Non-Rebreathing Mask darah sebelum dan setelah terapi oksigen menggunakan NRM (p<0,05).
Bachtiar Terhadap Tekanan Parsial CO2 Darah Terjadi penurunan tekanan parsial CO2 darah setelah terapi oksigen
pada Pasien Cedera Kepala Sedang mengunakan NRM dari39,00 ± 3,7menjadi432,06 ± 6,35. Pembahasan:
4. Marlisa, Ponpon S Efek Suction Melalui Catheter Mouth Hasil penelitian ini dapat dijadikan evidence based bagi perawat di
Idjradinata, Cecep terhadap Saturasi Oksigen Pasien ruang intensif untuk meningkatkan pelayanan perawatan dalam
Eli Kosasih Cedera Kepala melakukan tindakan suction untuk mengurangi resiko terjadinya
terpasang ventilator.
5. Valentina B. Pengaruh Stimulasi Sensori terhadap Hasil uji statistik menunjukkan adanya pengaruh stimulasi sensori
M.Lumbantobing1, Nilai Glaslow Coma Scale pada Pasien terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala primer (p=0,041).Dampak
Anastasia Anna Cedera Kepala di Ruang Neurosurgical dari penelitian ini adalah diharapkan stimulasi sensori sebagai terapi
Critical Care Unit Rsup Dr. Hasan non-farmakologibisa dipertimbangkan menjadi terapi komplementer
Takatelide Lucky T. Prong Terhadap Perubahan Saturasi 10 menit pertama, 10 menit pertama dan 10 menit kedua didapat nilai p-
Kumaat Reginus T. Oksigen Pasien Cedera Kepala Di value = 0,000 < α 0,05. Hasil uji antara 10 menit kedua dan 10 ketiga
Malara Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr. didapat nilai p-value = 0,005 < α 0,05 serta uji repeated ANOVA.
R. D. Kandou Manado
7. Elvin Elsa Pengaruh pemberian terapi oksigen Perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu :
Maharenny masker sederhana dan posisi kepala 1. Perbedaan dengan penelitian oleh Alit Suwandewi, 2017 adalah
30° terhadap tingkat kesadaran dan instrument yang digunakan kombinasi terapi O2 dan posisi kepala
saturasi oksigen pada pasien cedera 30° dengan menggunakan desain penelitian one group with control
Coma Scale pada pasien cidera kepala yang telah diberi intervensi
Stimulasi Sensori.
Berdasarkan teori diatas calon peneliti membuat kerangka konsep seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.7 kerangka teori penelitian Factor penyebab cedera otak : kekerasan
benda tumpul(kecelakaan, jatuh dari
ketinggian dan pukulan), benda tajam
Trauma kepala (bacokan sayatan, dan tembakan).
Keterangan :
Kerusakan sel otak ↑
O₂↓→ gangguan
metabolisme
menjadi 2 macam yaitu terkena benda tumpul (kecelakaan, jatuh dari ketinggian,
pukulan dari benda tumpul seperti balok kayu, besi, dll), dan terkena benda tajam
kepala akan kemungkinan mengalami trauma pada 3 bagian yaitu pada kulit kepala,
tulang kepala dan jaringan otak. Jika trauma kepala pada kulit kepala akan mengalami
hematoma pada kulit, jika trauma pada jaringan otak akan mengalami komosio,
TTV, dan kelainan neorologi pada pasien, jika terdapat trauma pada tulang kepala akan
mengakibatkan beberapa fraktur yaitu fraktur linear, commited, despressed, dan fraktur
ini menyebabkan gangguan respon fisiologis otak yang disebut dengan cedera otak
sekunder. Cedera otak sekunder ini mengakibatkan kerusakan sel otak meningkat, jika
untuk pasien yang mengalami gangguan kesadaran dan gangguan autoregulasi dapat
(furosemide 5-20 mg), paralisis (paneuronium 1-4 mg) dan drainase LCS, selain
non farmakologi yaitu posisi elevasi kepala 15-30° dan pemberian terapi oksigenasi.
2.8 Hipotesis Penelitian