Anda di halaman 1dari 13

Ibukota Ambon

Ibukota dalam pengasingan Tidak jelas (Belanda)

Pemerintahan Republik
Presiden :
a. April – Mei 1950 Johanis Manuhutu
b. 1950 - 1966 Chris Soumokil
c. 1966 - 1992 Johan Manusama
d. 1993 - 2010 Frans Tutuhatunewa
e. 2010 - sekarang John Wattilete
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Upaya Penumpasan
4. Dampak
1. (PENYEBAB)Latar Belakang
•Pada 25 April 1950 RMS diproklamasikan oleh orang-orang bekas
prajurit KNIL dan pro-Belanda yang di antaranya adalah Dr. Chr.R.S.
Soumokil bekas jaksa agung Negara Indonesia Timur yang kemudian
ditunjuk sebagai Presiden, Ir. J.A. Manusama dan J.H. Manuhutu.
Pemerintah Pusat yang mencoba menyelesaikan secara damai, mengirim
tim yang diketuai Dr. J. Leimena sebagai misi perdamaian ke Ambon.

•Tapi kemudian, misi yang terdiri dari para politikus, pendeta, dokter dan
wartawan, gagal dan pemerintah pusat memutuskan untuk menumpas
RMS, lewat kekuatan senjata. Dibentuklah pasukan di bawah pimpinan
Kolonel A.E. Kawilarang.
Pada 14 Juli 1950 Pasukan ekspedisi APRIS/TNI mulai menumpas pos-
pos penting RMS. Sementara, RMS yang memusatkan kekuatannya di
Pulau Seram dan Ambon, juga menguasai perairan laut Maluku Tengah,
memblokade dan menghancurkan kapal-kapal pemerintah.
• Pemberontakan ini berhasil digagalkan secara
tuntas pada bulan November 1950, sementara para
pemimpin RMS mengasingkan diri ke Belanda.
Pada 1951 sekitar 4.000 orang Maluku Selatan,
tentara KNIL beserta keluarganya (jumlah
keseluruhannya sekitar 12.500 orang), mengungsi
ke Belanda, yang saat itu diyakini hanya untuk
sementara saja.

• RMS di Belanda lalu menjadi pemerintahan di


pengasingan.
• Pemimpin pertama RMS dalam pengasingan di
Belanda adalah Prof. Johan Manusama,
pemimpin kedua Frans Tutuhatunewa turun pada
tanggal 25 april 2009. Kini John Wattilete adalah
pemimpin RMS pengasingan di Belanda
3. Tujuan
4. Upaya Penumpasan
• Opsi kedua, dilakukan blokade laut untuk
memaksa mereka bersedia berunding.

• Dengan cara membolkade laut, dilakukan pada


18 Mei sampai 14 Juli 1950. Semua perairan
Maluku diawasi dan kapal-kapal pemberontak
dihancurkan. Pada 14 Juli diadakan pendaratan
di Pulau Buru dan kemudian di pula-pulau
lainseperti Seram, Tanimbar, Kei, dan Aru. Opsi
kedua ini pun tidak bisa memaksa Soumokil
bersedia berunding.
• Dilakukan opsi ketiga yaitu operasi militer

• pemerintah melakukan operasi militer untuk


membersihkan gerakan RMS dengan mengerahkan
pasukan Gerakan Operasi Militer (GOM) III yang
dipimpin oleh seorang kolonel bernama A.E Kawilarang

• penumpasan pemberontakan RMS dilakukan pada tanggal


14 Juli 1950

• Tanggal 28 September, pasukan militer yang diutus untuk


menumpas pemberontakan menyerbu ke daerah Ambon,
dan pada tanggal 3 November 1950, seluruh wilayah
Ambon dapat dikuasai termasuk benteng Nieuw Victoria
yang akhirnya juga berhasil dikuasai oleh pasukan militer
tersebut.
5. DAMPAK
• Tahun 1978 anggota RMS menyandera kurang lebih
70 warga sipil yang berada di gedung pemerintahan
Belanda di Assen-Wesseran.
• Tahun 1975 kelompok Bunuh Diri di Maluku Selatan
merampas kereta api dan menyandera 38 penumpang
kereta api
• Tahun 2004, ratusan pendukung RMS mengibarkan
bendera RMS di Kudamati. Akibat dari pengibaran
bendera ini, sejumlah aktivis yang berada di bawah
naungan RMS ditangkap dan akibat dari
penangkapan tersebut, terjadilah sebuah konflik
antara sejumlah aktivis RMS dengan Kelompok
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
• Pada 29 Juni 2007 beberapa pemuda Maluku
mengibarkan bendera RMS di hadapan Presiden
Susilo Bambang Yudhono pada hari keluarga
nasional di Ambon

Anda mungkin juga menyukai