Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa jumlah pasien

yang menjalani pembedahan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang

sangat signifikan. Tercatat pada tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh

rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan

sebesar 148 juta jiwa1. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(Depkes RI) pada tahun 2012, tindakan pembedahan menempati urutan yang

kesebelas dari 50 penyakit di rumah sakit se-Indonesia dengan persentase 12,8%

yang diperkirakan 32% merupakan bedah laparatomi2.

Data tindakan laparatomi di Indonesia meningkat kasus setiap tahun dari

162 kasus pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus

pada tahun 2007 (Hartoyo,2015). Penelitian Affandi (2013) tentang hubungan

pengetahuan, sikap dengan perilaku mobilisasi dini pada pasien post laparatomi

di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2011 jumlah pasien bedah umum

berdasarkan golongan penyakit tercatat 203 laparatomi, 197 herniatomi, 85

appendiktomi, 253 ekscisi, 62 operasi eksterpasi, 53 ismuletektomi, dan 331

lain-lain. Sedangkan berdasarkan data Kamar Operasi Sentral RSUD dr. H.

1
Hartoyo, Eko Puji .2015. Hubungan antara Karakteristik Demografi dengan Pengetahuan Mobilisasi Dini pada
Pasien Post Operasi Laparatomi di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Repository Universitas Muhamadiyah
Yogyakarta. Jogjakarta: PSIK UMY
2
Kusumayanti. 2014. Faktor-aktor yang berpengaruh terhadap lamanya perawatan pada pasien pasca operasi
laparatomi di Instalasi Rawat Inap BRSU Tabanan. Skirpsi. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Abdul Moeloek pada 6 bulan terakhir dari bulan Juli sampai dengan bulan

Desember tahun 2016 jumlah laparatomi sebanyak 139 pasien.

Masalah yang muncul pada tindakan operasi lapratomi ialah nyeri, nyeri

yang dirasakan klien pada luka bekas insisi yang disebabkan karena adanya

stimulus nyeri pada daerah luka insisi yang menyebabkan keluarnya madiator

nyeri yang dapat menstimulasi tranmisi impuls disepanjang serabut syaraf aferen

nosiseptor ke substansi dan diinterpretasikan sebagai nyeri3. Selain dari stimulasi

nyeri yang dirasakan pasien, komplikasi yang bisa terjadi pada pasien pasca

laparatomi adalah kelemahan sehingga pasien tidak toleran terhadap aktifitas

sehari-harinya, resiko infeksi karena luka insisi post laparatomi dan pemantauan

terhadap nutrisi dan diit setelah menjalani operasi4. Nyeri merupakan kondisi

berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan

nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya

orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang

dialaminya5.

Nyeri dapat memicu beberapa hormon stres seperti adrenokortikotropin,

kortisol, katekolamin dan interleukin dan secara simultan dapat menurunkan

pelepasan insulin dan fibrinolisis yang mengakibatkan memperlambatnya proses

penyembuhan luka paska pembedahan6. Upaya yang dapat dilakukan untuk

mengatasi nyeri yaitu dengan manajemen nyeri yang di bagi dalam dua tindakan,

3
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Hal : 45-47.
4
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal bedah.
Jakarta : Salemba medika.
5
A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. ( 2012 ). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya : Health
Books Publishing
6
Chelly, J.,E, Ben., David, B., Williams, B.A, & Kentor, M.L. (2008). Anesthesia and post eperative analgesia
outcomes following prthopedic surgey. Diterjemahkan oleh Nikhe Budhi Subekti. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
yaitu tindakan farmakologi dan non farmakologi 7. Penatalaksanaan nyeri dengan

tindakan non farmakologi merupakan metode yang lebih sederhana, murah,

praktis, dan tanpa efek yang merugika8.

Pada pasien post laparotomi, peran perawat juga penting yaitu dengan

adanya luka operasi yang dialami oleh pasien, maka dapat menimbulkan

permasalahan yang kompleks mulai dari nyeri, resiko terjadi infeksi, resiko

perdarahan serta berbagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya.

Pada pre laparatomi peran perawat yaitu mengedukasi pasien tentang

manajemen nyeri non farmakologi, edukasi puasa, kolaboratif dalam melakukan

site marking, kolaborasi dengan petugas kamar bedah untuk menjadwalkan

pasien laparatomi. Pada post laparatomi perawat mengajarkan teknik untuk

mengurangi nyeri, membersihkan luka dengan teknik aseptik untuk menghindari

terjadinya infeksi, mobilisasi dini pasien, kolaborasi dengan gizi untuk

menentukan diet pasien dan perawat membantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan dasar lainnya.

Perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai

dalam semua aspek perawatan perioperatif mencakup

fungsi pernapasan yang optimal, meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan post

laparatomi (mual dan mutah, distensi abdomen, cegukan), pemeliharaan suhu

tubuh normal, bebas dari cidera, pemeliharaan keseimbangan nutrisi, kembalinya

fungsi perkemihan yang normal, dan tidak adanya komplikasi9.


7
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC
8
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

9
Chung, S, et al. (2012). Effect of Preoperative Warming During Cesarean Section Under Spinal Anesthesia. Korean
J Anesthesiol: Korea
Perawat dengan menggunakan pengetahuannya dapat mengatasi masalah

nyeri post laparatomi dengan menggunakan pendekatan non farmakologi10.

Pendekatan non farmakologi merupakan pendekatan untuk menghilangkan nyeri

dengan menggunakan teknik manajemen nyeri yang meliputi: stimulus dan

massage kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi syaraf eliktris transkutan,

distraksi, imajinasi terbimbing, hipnotis dan Teknik relaksasi napas dalam11.

Berdasarkan beberapa fenomena diatas maka peneliti merasa tertari

kuntuk mengadakan penelitian tentang “ Hubungan tingkat pengetahuan dan

sikap perawatdengan tindakan perawat dalam managemen nyeri pasien post

laparatomi di Ruang Rawat Inap Ruby dan Shapire Rumah Sakit Lira Medika

Karawang 2020”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

ada “Adakah hubungan tingkat pengetahuan dan sikap perawat dengan Tindakan

perawat dalam managemen nyeri pasien post laparatomi di Ruang Rawat Inap

Ruby dan Shapire Rumah Sakit Lira Medika Karawang 2020”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

10
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition. China : LWW
11
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition. China : LWW
Diketahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap perawat dengan

Tindakan perawat dalam managemen nyeri pasien post laparatomi di Ruang

Rawat Inap Ruby dan Shapire Rumah Sakit Lira Medika Karawang 2020

2. Tujuan khusus

a. Diketahui gambaran Pengetahuan perawat di ruang Rawat Inap Ruby

dan Shapire Rumah Sakit Lira Medika Karawang

b. Diketahui gambaran sikap perawat diruang Rawat Inap Ruby dan

Shapire Rumah Sakit Lira Medika Karawang

c. Diketahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap perawat dengan

Tindakan perawat dalam managemen nyeri pasien post laparatomi di

Ruang Rawat Inap Ruby dan Shapire Rumah Sakit Lira Medika

Karawang 2020

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan pada manajemen untuk

merancang kebijakan pelayanan keperawatan khususnya peningkatan

kualitas sumber daya manusianya dengan cara pengiriman tenaga

keperawatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada hubungannya

dengan pelayanan pasien khususnya perawatan pada pasien post laparatomi

b. Bagi institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya bahan

ajar terkait tentang perawatan manajemen nyeri pada pasien post laparatomi

sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya dalam penelitian keperawatan

perioperatif

c. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan peneliti

dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan hubungan tingkat

pengetahuan sikap perawat dengan tindakan keperawatan dalam manajemen

nyeri pada pasien post laparatomi.

Anda mungkin juga menyukai