Anda di halaman 1dari 4

GAGASAN

Matematika merupakan sesuatu yang tidak asing bagi semua kalangan masyarakat
karena kegunaannya dalam setiap aktivitas kehidupan, baik itu disadari atau tidak disadari.
Matematika telah menjadi mata pelajaran wajib yang ada di setiap jenjang maupun jenis
pendidikan dengan tingkat kesulitan yang berbeda‐beda. Sejak anak pertama kali belajar di
suatu lembaga pendidikan, tentu akan dikenalkan dan diajari mengenai matematika
walaupun itu masih matematika dasar.  

Seperti yang tertuang dalam Undang‐Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 37 Ayat 1 yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar
dan menengah wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan
jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal (Undang‐ undang Sistem
Pendidikan Nasional, 2011: 29‐30). Undang‐undang tersebut semakin menegaskan bahwa
matematika merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan sejak jenjang pendidikan dasar
sampai menengah. Suatu mata pelajaran yang diharapkan mampu mempunyai kegunaan
dalam kehidupan sehari‐hari bagi yang mempelajarinya.

Setiap bertambahnya jenjang pendidikan, maka bertambah juga materi yang akan
disampaikan. Terdapat rumus‐rumus dan pola‐pola baru yang harus dipahami.
Kecenderungan ini menjadikan matematika sebagai sesuatu yang menakutkan bagi
sebagian siswa. Para siswa beranggapan bahwa matematika sesuatu yang sulit dan hanya
orang‐orang jenius saja yang dianggap mampu menguasai matematika. Padahal matematika
terutama matematika dasar mampu dikuasai oleh semua orang karena matematika
merupakan ilmu terapan. 

Sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang dikeluarkan oleh Depdiknas dan masih berlaku sampai tahun 2012 ini, bahwa
tujuan pembelajaran matematika yaitu: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah (Hayanti, 2011). Berdasarkan tujuan‐tujuan tersebut, pembelajaran matematika
bertujuan agar siswa mampu memahami konsep, penalaran, pemecahan masalah,
mengkomunikasikan, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika. Untuk sampai
tahap terakhir yaitu munculnya sikap menghargai kegunaan matematika, siswa dituntut
untuk mampu mengkomunikasikan matematika sesuai pemahamannya. 

Proses komunikasi sendiri merupakan salah satu standar proses dalam pembelajaran
matematika. Hal ini terdapat dalam Prinsip‐prinsip dan Standar Matematika Sekolah yang
dikeluarkan oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) tahun 2000. NCTM
menjabarkan bahwa dalam pembelajaran matematika memuat lima standar proses, yaitu:
(1) Pemecahan soal, (2) Pemahaman dan bukti, (3) Komunikasi, (4) Hubungan, dan (5)
Penyajian (Van De Walle, 2008: 4). Sehingga komunikasi menjadi bagian penting dalam
proses pembelajaran matematika yang perlu mendapat perhatian lebih dari segi
pengelolaannya. 

A. Kurikulum Matematika

Menurut Lerner (1988: 430) kurikulum bidang matematika hendaknya mencakup tiga
elemen, yaitu: konsep, keterampilan, dan pemecahan masalah.

1. Konsep Konsep menunjuk pada pemahaman dasar, contohnya anak mengenal konsep
segiempat sebagai suatu bidang yang dikelilingi oleh empat garis lurus. Pemahaman anak
tentang konsep segiempat dapat dilihat ketika anak mampu membedakan berbagai bentuk
geometri selain segiempat.

2. Keterampilan Keterampilan menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang,


contohnya proses menggunakan operasi dasar dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian adalah suatu jenis keterampilan matematika. Keterampilan dapat dilihat dari
kinerja anak secara baik atau kurang baik, secara cepat atau lambat, dan mudah atau sukar.

3. Pemecahan Masalah Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan,
contohnya pada saat anak diminta untuk mengukur luas selembar papan, beberapa konsep
dan keterampilan ikut terlibat.

B. Pendekatan Dalam Pengajaran Matematika

Ada 4 pendekatan yang paling berpengaruh dalam pengajaran matematika, yaitu: urutan
belajar yang bersifat perkembangan (developmental learning sequences), belajar tuntas
(mastery learning), strategi belajar (learning strategies), pemecahan masalah (problem
solving).

1. Pendekatan urutan belajar yang bersifat perkembangan menekankan pada pengukuran


kesiapan belajar siswa, penyediaan pengalaman dasar dan keterampilan matematika
prasyarat. Pengajaran matematika harus dimulai dari yang konkrit menuju ke semi konkrit
dan akhirnya ke abstrak.

2. Pendekatan belajar tuntas menekankan pada pengajaran matematika melalui


pembelajaran langsung (direct instruction) dan terstruktur. Langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut: a. Menentukan sasaran atau tujuan pembelajaran khusus yang dapat diukur
dan diamati. Contoh: siswa dapat menuliskan jawaban terhadap 20 soal penjumlahan 1
sampai 10 dalam waktu 10 menit dengan 90% benar. b. Menguraikan langkah-langkah
yang diperlukan untuk mencapai tujuan. c. Menentukan langkah-langkah yang sudah
dikuasai oleh siswa. d. Mengurutkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan.

3. Pendekatan strategi belajar memusatkan pada bagaimana belajar matematika (how to


learn mathematics).

4. Pendekatan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk berfikir tentang


cara memecahkan masalah dan pemrosesan informasi.

C. Jenis-Jenis kesulitan Belajar Matematika

Karakteristik Matematika secara umum menurut Soedjadi (2000) adalah memiliki kajian
objek abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang
kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan dan konsisten dalam sistemnya.
Berdasarkan karakteristiknya, metematika memiliki objek kajian abstrak. Ada dua objek
yang dapat diperoleh siswa yaitu objek-objek langsung dan objek-objek tak langsung.
Objek-objek langsung dalam pembelajaran matematika meliputi fakta, konsep, skill dan
prinsip, sedangkan objek tang langsung dalam pelajaran matematika dapat berupa
kemampuan menyelediki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif
terhadap matematika, serta tahu bagaimana seharusnya belajar.

Keabstrakan objek matematika dipercaya dipercaya dengan konsep-konsep yang beraneka


ragam. Kekayaan konsep-konsep dalam matematika dikembangkan dengan berbagai
manipulasnya. Objek-objek abstrak dalm matematika adalah ada yang mudah dipelajari
siswa namun ada juga yang sulit dipelajari siswa. Siswa akan mudah mempelajari
matematika, apabila siswa telah mengetahui konsep dalam matematika dengan baik.
Penjabaran objek-objek langsung tersebut sebagai berikut :
a. Fakta
Fakta matematika berupa konvensi-konvensi yang diungkapkan dengan simbol-simbol
tertentu (Soedjadi, 2000). Fakta meliputi istilah (nama), notasi (lambang/simbol), dan lain-
lain. Fakta dapat dipelajari dengan teknik yaitu : menghafal, banyak latihan, peragaan dan
sebagainya. Conto kesalahan fakta antara lain : “2” adalah simbol dari bilangan dua, “-“
adalah simbol dari operasi kurang.
b. Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau
mengklasifikasi sekumpulan objek. Apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau
buka (Soedjadi, 2000). Siswa harus membentuk konsep melalui pengalaman sebelumnya
(prakonsepsi) diikuti latihan soal untuk memahami pengertian suatu konsep. Prakonsepsi
adalah konsep awal yang dimiliki siswa tentang suatu objek yang akan digunakan untuk
memahami konsep selanjutnya. Konsep dibangun dari defenisi, seperti kalimat, simbol, dan
nama yang menunjukkan gejala sebagaimana yang dimaksudkan konsep. Contohnya
“koefisien” adalah angka-angka didepan variabel.
c. Operasi (skill)
Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika yang lain
(Soedjadi, 2000). Sebagai contoh misalnya penjumlahan, perkalian, gabungan, irisan.
Operasi bisa disebut juga skill sehingga operasi dapat diartikan sebagai suatu prosedur yang
digunakan untuk menyelesaikan soal-soal dalam jangka waktu tertentu (cepat) dan benar
(Soedjadi, 2000). Contohnya mengubah bentuk aljabar ke bentuk aljabar yang paling
sederhana.
d. Prinsip
Prinsip adalah objek matematika yang kompleks, dapat berupa gabungan beberapa konsep,
beberapa fakta, yang dibentuk melalui operasi dan relasi. Soedjadi (2000) mengungkapkan
prinsip dapat berupa aksioma/postulat, teorema, sifat dan sebagainya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan diantara konsep-konsep. Contohnya untuk
mengerti prinsip operasi hitung bentuk aljabar siswa harus menguasai konsep antara lain :
konsep suku sejenis, konsep operasi perkalian, operasi penjumlahan dan operasi
pengurangan.

Anda mungkin juga menyukai