Anda di halaman 1dari 43

Tugas Besar Irigasi

Yusak Nurrizki
03111640000105

BAB 1
PENDAHULUAN
Irigasi merupakan suatu usaha untuk mendatangkan air dari sumber air untuk
keperluan pertanian dengan cara mengalirkan dan membagikan air secara teratur yang
kemudian dibuang kembali. Berdasarkan pelaku pengelolanya, irigasi bisa dibedakan menjadi
2 yaitu Irigasi pedesaan dan Irigasi pemerintah. Irigasi desa bersifat komunal dan
pembangunannya dilakukan penuh oleh masyarakat. Sedangkan irigasi pemerintah dibangun
pemerintah dengan standar baku yang diatur dalam KP.

Irigasi pemerintah dibagi menjadi 3, yaitu irigasi teknis, irigasi semi teknis, dan
irigasi sederhana. Irigasi teknis yaitu jaringan air yang mendapat pasokan air terpisah dengan
jaringan pembuang dan pemberian airnya dapat diukur. Irigasi semi teknis yaitu pengaliran
air ke sawah dapat diatur. Namun, banyak yang tidak dapat diukur. Irigasi sederhana yaitu
pengelolaannya dilakukan aparat desa, tidak memiliki alat ukur, dan pengontrol aliran.

Sistem irigasi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan sangat diperlukan agar hasil
pertanian yang dihasilkan maksimal dan memiliki kualitas yang baik. Oleh karena itu,
perencanaan irigasi pertanian sangat dibutuhkan.
Tugas Besar Irigasi
Yusak Nurrizki
03111640000105

BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Petak Tersier
Petak tersier merupakan unit atau petak tanah terkecil dengan ukuran 50-
150ha. Dengan batas seperti jalan, kampong, saluran pembuang, lembah, dan
berbatasan langsung dengan saluran sekunder. Petak ini merupakan bagian dari
daerah irigasi yang mendapat air irigasi dari satu bangunan sadap tersier dan dilayani
oleh satu jaringan tersier. Petak tersier dibagi menjadi beberapa petak sub tersier. Dan
petak subtersier dibagi menjadi beberapa petak kuarter.

2.2 Kapasitas Rencana


Kapasitas rencana merupakan kebutuhan pokok sawah yang dapat ditentukan
dengan rumus :

NFR . A
Q =
e
dimana :
Q = Debit rencana (lt/dt)
NFR = Kebutuhan air di sawah (lt/dr/ha)
A = Luas petak yang diairi (ha)
e = Efisiensi

2.3 Saluran Irigasi


Saluran irigasi ini difungsikan untuk mengalirkan air ke petak-petak irigasi.
Saluran irigasi umunya berbentuk trapezium dan terbuat dari tanah, namun untuk
saluran primer dan sekunder dapat pula diberi perkuatan. Saluran ini dapat dihitung
dengan rumusan :

Qrencana = Qsaluran
Qrencana = v. A
Qrencana = v .b(b+zh) …saluran trapezium
v = K R2/3I1/2
Harga k; i; dan m (kemiringan talud) didapatkan dari table Devos.
Tugas Besar Irigasi
Yusak Nurrizki
03111640000105

2.4 Bangunan Bagi, Bagi sadap, dan Sadap


Bangunan bagi merupakan bangunan air dengan pintu yang berfungsi untuk
membagi aliran saluran menjadi dua atau lebih saluran dengan debit yang lebih kecil.
Bangunan bagi sadap adalah bangunan bagi dengan pintu sadap yang berfungsi selain
membagi juga mengalirkan air langsung ke petak tersier. Sedangkan bangunan sadap
merupakan bangunan yang hanya menyadap saluran langsung ke petak tersier untuk
mengairi sawah, biasanya pada saluran sekunder.

2.5 Gorong Gorong


Gorong-gorong merupakan bangunan air yang digunakan untuk saluran
apabila melewati bawah jalan. Gorong-gorong dibagi menjadi gorong-gorong terbuka
dan tertutup. Rumusan yang digunakan dalam perhitungan gorong-gorong terbuka
adalah :

Luas Penampang
A = B .h ; Penampang menggunakan U-ditch persegi
Tugas Besar Irigasi
Yusak Nurrizki
03111640000105

Kecepatan Aliran
Q
V = ; dimana Q = debit yang melalui (m3/dt)
A
A = luas penampang (m2)
Kehilangan energi
2
a. Q=μ A 2 g (Z + V )
√ 2g
b. Z=Z 1+Z 2+Z 3
(V −Va)2
 Z 1=εmasuk
2g
 Z 2=Igorong × Ljalan
(Va−V )2
 Z 3=εkeluar
2g

Dari dua rumus diatas di bandingakan, dan digunakan kehilangan energi


terbesar
Tugas Besar Irigasi
Yusak Nurrizki
03111640000105

2.6 Bangunan Terjun


Digunakan di tempat dimana kemiringan medan lebih besar dari kemiringan
rencana.

2.7 Talang
Talang merupakan bangunan air pembantu untuk menyeberangkan air melalui
rintangan seperti jurang, saluran lain, dan sungai. Talang yang digunakan untuk
menyeberangi sungai harus memperhatikan tinggi jagaan dari permukaan sungai.
Tinggi jagaan minimum adalah 1,5 m jika dibawah itu disarankan menggunakan
shypon.

Rumus perhitungan yang digunakan pada talang sama dengan gorong gorong
terbuka.

2.8 Bendung Tetap


Bendung merupakan bangunan air yang berfungsi untuk menghalangi jalannya
air agar tercipta elevasi muka air yang lebih tinggi. Fungsinya sendiri ialah agar air
dapat dibawa ke saluran lain untuk dimanfaatkan, salah satunya keperluan irigasi.
Ketinggian minimal bendung dapat diketahui dari tinggi elevasi intake yang
dibutuhkan ditambah 10 cm.
Tugas Besar Irigasi
Yusak Nurrizki
03111640000105

Bendung memiliki dua tipe yaitu bulat dan Ogee. Pada tugas besar ini akan
direncanakan bendung Ogee vertikal. Perhitungan peramcangan bendung sebagai
berikut:

A = Q/v

Dimana : Q = debit banjir rencana

V = kecepatan aliran sungai

2 2
Q= Cd
3 3 √
g B× H 11,5

Dimana: H1 = ketinggian air diatas mercu (m)

B = lebar bendung efektif (m)

Cd = C0 x C1 (koefisien bendung)

g = kecepatan gravitasi (m/s2)

Untuk mencari Hd (ketinggian sesaat sebelum menuruni lereng bendung)


digunakan rumus:

H1 = Hd + V2/2g

Kelengkungan mercu Ogee verikal:

R1 = 0,2 × Hd

R2 = 0,5 × Hd
BAB 3
PERHITUNGAN & ANALISIS SALURAN IRIGASI
3.1 Perencanaan Kapasitas Rencana Saluran
NFR . A
Digunakan rumus Q =
e
Dimana A didapat dari pemodelan petak irigasi di AutoCAD. Data e digunakan
sebagai berikut:
e total = 0,72
e primer = 0,95
e sekunder = 0,95
e tersier = 0,8
, dan NFR = 1,45

3.1.1 Kapasitas Rencana Saluran KO4 KA


NFR . A
Q =
e

e tersier = 0,8

A = 82,2 ha

1,45. 82,2
Q =
0,8
Q = 149,4 l/dt
Q ≈ 0,15 m3/dt

3.1.2 Kapasitas Rencana Saluran Rko4


NFR . A
Q =
e

e = 0,8×0,95

= 0,76

A = 187,3 ha (dari petak 22 dan 23)

1,45. 187,3
Q =
0,76
Q = 358,3 l/dt
Q ≈ 0,36 m3/dt

3.1.1 Kapasitas Rencana Saluran RG1


NFR . A
Q =
e

e total = 0,72

A = 2553,6 ha (luasan total petak irigasi)

1,45. 2553,6
Q =
0,72
Q = 5142,7 l/dt
Q ≈ 5,14 m3/dt

Untuk saluran lainnya akan ditabelkan pada halaman berikutnya.


Luas Q Q (rencana)
Saluran
(ha) (l/dt) (m3/dt)
Primer RG1 2553,60 5142,67 5,14
RG2 1833,48 3692,43 3,69
RK1 888,72 1789,78 1,79
Sekunder RG3 471,59 902,24 0,90
RG4 212,77 407,07 0,41
RK2 717,37 1372,47 1,37
RK3 488,35 934,31 0,93
RK4 377,95 723,09 0,72
RGi1 262,42 502,06 0,50
RKo1 608,91 1164,96 1,16
RKo2 432,97 828,36 0,83
Rko3 216,08 413,40 0,41
Rko4 187,26 358,26 0,36
Tersier GR1 KA 141,20 256,64 0,26
GR1 KI 107,33 195,08 0,20
GR2 KA 145,20 263,91 0,26
GR2 KI 113,62 206,51 0,21
GR3 KA 111,63 202,89 0,20
GR3 KI 101,14 183,83 0,18
KL1 KA 110,25 200,38 0,20
KL1 KI 117,14 212,91 0,21
KL2 KA 108,47 197,15 0,20
KL2 KI 120,55 219,10 0,22
KL3 110,40 200,66 0,20
KL4 115,53 209,98 0,21
GI1 KA 121,30 220,47 0,22
GI1 KI 141,12 256,49 0,26
KO1 92,55 168,21 0,17
KO2 KA 102,73 186,72 0,19
KO2 KI 73,21 133,06 0,13
KO3 KA 99,47 180,79 0,18
KO3 KI 117,42 213,41 0,21
KT1 KA 138,88 252,42 0,25
KT1 KI 77,20 140,31 0,14
KO4 KI 105,08 190,99 0,19
KO4 KA 82,18 149,37 0,15
3.2 Dimensi Saluran Irigasi
Saluran yang digunakan pada saluran irigasi terdiri dari saluran primer,
sekunder, dan tersier. Saluran primer menggunakan saluran beton, saluran sekunder
menggunakan saluran pasangan, dan saluran tersier menggunakan saluran tanah.

Untuk saluran beton dan pasangan di gunakan data maning sebagai berikut

Diambil Saluran primer n = 0,015 (Beton halus)

Saluran sekunder n = 0,02 (Pasangan batu belah)

Sedangkan untuk saluran tersier diambil dari table devos, dengan kecepatan maksimum
adalah 0,8 m2/dt

Data umum lainnya ialah lebar dasar saluran dan bentuk saluran
Untuk saluran primer bentuknya trapezium dengan Z = 1; B = 1,5 m

Untuk Saluran sekunder bentuknya trapezium dengan Z = 1; B = 1 m

Untuk saluran Tersier bentuknya trapezium dengan Z = 1; B = 0,7 m

Adapun tinggi jagaan saluran mengikuti table berikut:

3.2.1 Dimensi Saluran KO4 KA


Saluran terbuat dari tanah dengan bentuk trapezium.

Q ≈ 0,15 m3/dt

B = 0,7 m
Z =1
I, kemiringan saluran mengikuti medan lapangan

I = 0,0013

K = 35
v = K R2/3I1/2
Q = v. A
Q = K R2/3I1/2A
Dengan memasukan h = 0,33
Didapat: v = 0,45 m/dt ≤ 0,80 m/dt (OK)
Q = 0,15 m3/dt (OK)
Diambil tinggi jagaan 0,4 m; sehingga tinggi saluran menjadi 0,73 m;
dibulatkan keatas sehingga

H pakai =1m

3.2.2 Dimensi saluran RKo4


Saluran terbuat dari pasangan batu dengan bentuk trapezium

Q ≈ 0,36 m3/dt

B =1m

Z =1
I, kemiringan saluran tidak mengikuti kemiringan medan karena terlalu curam
(menyebabkan kecepatan terlalu tinggi)
Diambil,
I rencana = 0,0010
n = 0,02
v = (1/n) R2/3I1/2
Q = v. A
Q = (1/n) R2/3I1/2A
Dengan memasukan h = 0,4
Didapat: v = 0,7 m/dt ≤ 1 m/dt (OK)
Q = 0,36 m3/dt (OK)
Diambil tinggi jagaan 0,2 m; sehingga tinggi saluran menjadi 0,6 m;
dibulatkan keatas sehingga
H pakai =1m
3.2.3 Dimensi Saluran RG1
Saluran terbuat dari beton dengan bentuk trapezium

Q ≈ 5,14 m3/dt
B = 1,5 m
Z =1
I, kemiringan saluran tidak mengikuti kemiringan medan karena terlalu landai
(tidak ada kemiringan lapangan, karena saluran berada di garis kontur)
Diambil,
I rencana = 0,0005
n = 0,015
v = (1/n) R2/3I1/2
Q = v. A
Q = (1/n) R2/3I1/2A
Dengan memasukan h = 1,43
Didapat: v = 1,24 m/dt ≤ 1,5 m/dt (OK)
Q = 5,14 m3/dt (OK)
Diambil tinggi jagaan 0,3 m; sehingga tinggi saluran menjadi 1,73 m;
dibulatkan keatas sehingga
H pakai = 2,0 m

Untuk saluran lainnya akan ditabelkan dihalaman berikutnya.


Dimensi Saluran Trapesium Kontur
Saluran S rencana V Q Kontrol Q Kontrol V
b w H H pakai z h k n A P R L dH S medan
Primer RG1 1,5 0,3 1,73 2 1 1,43 0,015 4,19 5,54 0,76 1850 0,00 0,0000 0,0005 1,24 5,18 OK OK
RG2 1,5 0,25 1,46 1,5 1 1,21 0,015 3,28 4,92 0,67 2050 0,00 0,0000 0,0005 1,14 3,73 OK OK
RK1 1,5 0,25 1,08 1,5 1 0,83 0,015 1,93 3,85 0,50 1300 0,00 0,0000 0,0005 0,94 1,82 OK OK
Sekunder RG3 1 0,2 0,79 1 1 0,59 0,02 0,94 2,67 0,35 1300 2,00 0,0015 0,0015 0,98 0,92 OK OK
RG4 1 0,2 0,72 1 1 0,52 0,02 0,79 2,47 0,32 1450 4,00 0,0028 0,0009 0,70 0,55 OK OK
RK2 1 0,2 1,02 1 1 0,82 0,02 1,49 3,32 0,45 1375 3,00 0,0022 0,0010 0,93 1,38 OK OK
RK3 1 0,2 0,79 1 1 0,59 0,02 0,94 2,67 0,35 1150 2,00 0,0017 0,0016 1,00 0,93 OK OK
RK4 1 0,2 0,74 1 1 0,54 0,02 0,83 2,53 0,33 750 1,00 0,0013 0,0013 0,87 0,72 OK OK
RGi1 1 0,2 0,71 1 1 0,51 0,02 0,77 2,44 0,32 1525 2,00 0,0013 0,0008 0,66 0,50 OK OK
RKo1 1 0,2 0,96 1 1 0,76 0,02 1,34 3,15 0,42 1950 3,20 0,0016 0,0010 0,89 1,19 OK Ok
RKo2 1 0,2 0,83 1 1 0,63 0,02 1,03 2,78 0,37 1625 3,10 0,0019 0,0010 0,81 0,84 OK Ok
Rko3 1 0,2 0,72 1 1 0,52 0,02 0,79 2,47 0,32 1200 2,10 0,0018 0,0009 0,70 0,55 OK OK
Rko4 1 0,2 0,6 1 1 0,4 0,02 0,56 2,13 0,26 2750 3,80 0,0014 0,0010 0,65 0,36 OK OK
Tersier GR1 KA 0,7 0,4 1,00 1 1 0,60 35 0,78 2,40 0,33 1600 0,00 0,0000 0,0004 0,33 0,26 OK OK
GR1 KI 0,7 0,4 0,89 1 1 0,49 35 0,58 2,09 0,28 925 0,00 0,0000 0,0005 0,33 0,20 OK OK
GR2 KA 0,7 0,4 0,86 1 1 0,46 35 0,53 2,00 0,27 1000 1,20 0,0012 0,0012 0,50 0,27 OK OK
GR2 KI 0,7 0,4 0,77 1 1 0,37 35 0,40 1,75 0,23 925 1,50 0,0016 0,0016 0,52 0,21 OK OK
GR3 KA 0,7 0,4 0,91 1 1 0,51 35 0,62 2,14 0,29 1200 0,00 0,0000 0,0005 0,34 0,21 OK OK
GR3 KI 0,7 0,4 0,88 1 1 0,48 35 0,57 2,06 0,28 2500 0,00 0,0000 0,0005 0,33 0,19 OK OK
KL1 KA 0,7 0,4 0,90 1 1 0,50 35 0,60 2,11 0,28 1000 0,00 0,0000 0,0005 0,34 0,20 OK OK
KL1 KI 0,7 0,4 0,92 1 1 0,52 35 0,63 2,17 0,29 1050 0,00 0,0000 0,0005 0,34 0,22 OK OK
KL2 KA 0,7 0,4 1,07 1 1 0,67 35 0,92 2,60 0,35 525 0,08 0,0002 0,0002 0,22 0,20 OK OK
KL2 KI 0,7 0,4 0,93 1 1 0,53 35 0,65 2,20 0,30 1000 0,00 0,0000 0,0005 0,35 0,23 OK OK
KL3 0,7 0,4 0,90 1 1 0,50 35 0,60 2,11 0,28 800 0,00 0,0000 0,0005 0,34 0,20 OK OK
KL4 0,7 0,4 0,91 1 1 0,51 35 0,62 2,14 0,29 900 0,00 0,0000 0,0005 0,34 0,21 OK OK
GI1 KA 0,7 0,4 0,93 1 1 0,53 35 0,65 2,20 0,30 2200 0,00 0,0000 0,0005 0,35 0,23 OK OK
GI1 KI 0,7 0,4 0,87 1 1 0,47 35 0,55 2,03 0,27 1750 1,80 0,0010 0,0010 0,47 0,26 OK OK
KO1 0,7 0,4 0,86 1 1 0,46 35 0,53 2,00 0,27 750 0,00 0,0000 0,0005 0,32 0,17 OK OK
KO2 KA 0,7 0,4 0,88 1 1 0,48 35 0,57 2,06 0,28 450 0,00 0,0000 0,0005 0,33 0,19 OK OK
KO2 KI 0,7 0,4 0,80 1 1 0,40 35 0,44 1,83 0,24 375 0,00 0,0000 0,0005 0,30 0,13 OK OK
KO3 KA 0,7 0,4 0,88 1 1 0,48 35 0,57 2,06 0,28 625 0,00 0,0000 0,0005 0,33 0,19 OK OK
KO3 KI 0,7 0,4 0,84 1 1 0,44 35 0,50 1,94 0,26 1075 1,00 0,0009 0,0009 0,43 0,22 OK OK
KT1 KA 0,7 0,4 0,92 1 1 0,52 35 0,63 2,17 0,29 750 0,50 0,0007 0,0007 0,40 0,25 OK OK
KT1 KI 0,7 0,4 0,88 1 1 0,48 35 0,57 2,06 0,28 1675 1,00 0,0006 0,0006 0,36 0,20 OK OK
KO4 KI 0,7 0,4 0,85 1 1 0,45 35 0,52 1,97 0,26 700 0,50 0,0007 0,0007 0,38 0,20 OK OK
KO4 KA 0,7 0,4 0,73 1 1 0,33 35 0,34 1,63 0,21 2625 3,50 0,0013 0,0013 0,45 0,15 OK OK
BAB 4
PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP

4.1 Perencanaan Bangunan Terjun


Bangunan terjun digunakan bila kemiringan rencana lebih landai daripada
kemiringan medan. Saluran dengan kemiringan rencana yang lebih landai dari
kemiringan medan ada pada saluran RG4; RK2; RK3; RGi1; Rko1; Rko2; RKo3; dan
RKo4.

Bangunan terjun yang digunakan adalah bangunan terjun tipe tegak

Contoh perhitungan bangunan terjun pada saluran RKo4

1. Data:
a. I medan (Im) = 0,0014
b. I rencana (Ir) = 0,0010
c. Panjang saluran (L) = 2750 m
d. Elevasi hulu medan = dH = 3,8 m
e. Elevasi hulu saluran = Ir × L = 2,75 m
f. Q (debit) = 0,36 m3/dt
2. Selisih Tinggi (∆H) = Elevasi hulu medan – Elevasi hulu saluran =
1,05 m
3. Digunakan bangunan terjun dengan tinggi (h) = 0,55 m; 2 buah
4. Lebar dasar diambil 80% dari lebar saluran
B = 0,8 * 1 = 0,8 m
5. Tinggi terjunan air diatas bangunan (dc)

1 1
Q 3 0,36
dc=
√ √
3

gB 2
=
9,81 x 0,82
=0,39 m

6. Tinggi penahan energi (h’)


h’ = dc/2 = 0,39/2 = 0,2 m
7. Panjang kolam olak (L)

dc dc 0,39 0,39
(
L= 2,5+1,1
h
+0,7
h )
× √ h dcL= 2,5+1,1 (
0,55
+0,7
0,55
× √ 0,55 x 0,39 )
L=1,7 m

Untuk saluran lainnya sesuai table dibawah.

Tinggi
Ketinggian Jumlah Bangunan
Saluran dH (m) Selisih Tinggi bangunan B (m) dc (m) L (m) h' (m)
rencana Terjun
terjun
Sekunder RG4 4,00 1,305 2,70 0,9 3 0,8 0,45 2,0 0,3
RK2 3,00 1,375 1,63 0,82 2 0,8 0,60 2,6 0,3
RK3 2,00 1,84 0,16 0,16 1 0,8 0,53 9,2 0,3
RGi1 2,00 1,22 0,78 0,8 1 0,8 0,43 1,9 0,3
RKo1 3,20 1,95 1,25 0,63 2 0,8 0,58 2,5 0,3
RKo2 3,10 1,625 1,48 0,74 2 0,8 0,51 2,2 0,3
Rko3 2,10 1,08 1,02 0,55 2 0,8 0,45 1,9 0,3
Rko4 3,80 2,75 1,05 0,55 2 0,8 0,39 1,7 0,2

4.2 Perencanaan Talang


Talang digunakan untuk menyebrangkan air diatas sungai. Saluran yang
terdapat talang adalah saluran RG2 yang melintasi sungai Mailang dan RK1 yang
melintasi sungai Buduan.

Contoh perhitungan talang diambil pada saluran RK1

1. Data:
a. Digunakan talang baja
b. K = 80
c. B = 1,5 m
d. Q =1,82 m3/dt
e. I = 0,002
f. L talang = 28 m
2. Perhitungan Dimensi Saluran
A = Q/v
A = Bh
Dari perhitungan MS. Excel didapat:
h = 0,675 m
v = 1,8 m/dt ≥ 1,5 m/dt (OK)
w = 0,6
H = h + w = 1,275 dipakai 1,5 m
Maka dimensi talang adalah 1,5 × 1,5 m
3. Kontrol Bilangan Froude (Fr)

Fr=V / √ 2 g h

Fr=1,8/ √ 2 ×9,81 ×0,675


Fr=0,49 ≤ 0,7 (OK)

4. Perhitungan kehilangan energi


Kehilangan energi di hitung dengan rumus

V 2 …………… (rumus 1)

Q=μ A 2 g (Z +
2g
)

Dimana µ = 0,8 untuk saluran persegi

V = kecepatan aliran saluran

Dan Rumus Z=Z 1+Z 2+Z 3 ……....... (rumus 2)


Dimana Z1 = kehilangan energi masuk
Z2 = kehilangan energi sepanjang saluran
Z3 = kehilangan energi keluar
 Dengan menggunakan rumus satu didapat Z =0,21 m
 Dengan menggunakan rumus dua didapat Z = 0,11 m
2
o Z 1=εmasuk (V −Va) =0,02
2g
o Z 2=Italang × Ltalang=0,056
2
o Z 3=εkeluar (Va−V ) =0,037
2g
 εmasuk =0,5
 εkeluar =1
 Maka kehilangan yang dipakai adalah yang paling besar, Z pakai =
0,21 m
Untuk Saluran lainnya akan ditabelkan dibawah ini.

Talang
Saluran
Jumlah V (m/s) K B (m) P A h (m) R Fr I µ g (Q/( µ B h))^2 Z Z1 Z2 Z3 Ztot Zpakai
Primer RG2 1 2,11 80 1,5 3,86 1,77 1,18 0,46 0,44 0,00 0,80 9,81 6,96 0,29 0,02 0,06 0,05 0,13 0,29
RK1 1 1,8 80 1,5 2,85 1,01 0,67 0,36 0,49 0,00 0,80 9,81 5,06 0,21 0,02 0,06 0,04 0,11 0,21

4.3 Perencanaan Gorong-Gorong Terbuka


Gorong Gorong digunakan pada saluran yang melalui jalan raya. Saluran yang
didalamnya terdapat gorong gorong adalah RG2; RK1; RKo1; RKo3; RKo4; GR1 KI;
GR3 KA; GR3 KI; KL1 KA; KL1 KI; KL2 KA; KL2 KI; GI1 KA; GI1 KI; KO1;
KO2 KI; KO3 KI; KT1 KA; dan KT1 KI.

Contoh perhitungan gorong-gorong diambil pada saluran KT1 KI

5. Data:
a. Digunakan gorong gorong beton persegi
b. K = 70
c. B = 0,5 m
d. Q =0,2 m3/dt
e. I rencana = 0,004
f. L jalan = 10 m
6. Perhitungan Dimensi Saluran
A = Q/v
A = Bh
digunakan U-ditch ukuran 500 × 600 mm
Dari perhitungan MS. Excel didapat:
h = 0,34 m ≤ 0,6 m (Terbuka)
v = 1,2 m/dt ≥ 1,0 m/dt (OK)
7. Perhitungan kehilangan energi
Kehilangan energi di hitung dengan rumus

V 2 …………… (rumus 1)

Q=μ A 2 g (Z +
2g
)

Dimana µ = 0,8 untuk saluran persegi

V = kecepatan aliran saluran


Dan Rumus Z=Z 1+Z 2+Z 3 ……....... (rumus 2)
Dimana Z1 = kehilangan energi masuk
Z2 = kehilangan energi sepanjang saluran
Z3 = kehilangan energi keluar
 Dengan menggunakan rumus satu didapat Z =0,11 m
 Dengan menggunakan rumus dua didapat Z = 0,09 m
2
o Z 1=εmasuk (V −Va) =0,018
2g
o Z 2=Igorong × Ljalan=0,04
2
o Z 3=εkeluar (Va−V ) =0,036
2g
 εmasuk =0,5
 εkeluar =1
 Maka kehilangan yang dipakai adalah yang paling besar, Z pakai =
0,11 m

Untuk Saluran lainnya akan ditabelkan dihalaman berikut.


Gorong
Saluran
Jumlah V (m/s) K B (m) P A h (m) R I Miu g (Q/(Miu B h))^2 Z Z1 Z2 Z3 Ztot Zpakai
Primer RG2 3 1,5 70 1,61 4,70 2,49 1,54 0,53 0,001 0,80 9,81 3,52 0,11 0,003 0,011 0,007 0,02 0,11
RK1 1 1,5 70 1,61 3,12 1,21 0,75 0,39 0,002 0,80 9,81 3,52 0,13 0,008 0,016 0,016 0,04 0,13
Sekunder RKo1 1 1,5 70 1 2,59 0,80 0,80 0,31 0,002 0,80 9,81 3,52 0,14 0,009 0,022 0,019 0,05 0,14
Rko3 1 1,5 70 1 1,74 0,37 0,37 0,21 0,004 0,80 9,81 3,52 0,15 0,016 0,036 0,032 0,08 0,15
Rko4 2 1,5 70 1 1,48 0,24 0,24 0,16 0,005 0,80 9,81 3,52 0,16 0,018 0,052 0,037 0,11 0,16
Tersier GR1 KI 1 1,2 70 0,5 1,15 0,16 0,33 0,14 0,004 0,80 9,81 2,25 0,11 0,019 0,040 0,038 0,10 0,11
GR3 KA 1 1,2 70 0,5 1,20 0,18 0,35 0,15 0,004 0,80 9,81 2,25 0,11 0,019 0,038 0,038 0,09 0,11
GR3 KI 1 1,2 70 0,5 1,13 0,16 0,31 0,14 0,004 0,80 9,81 2,25 0,11 0,019 0,041 0,038 0,10 0,11
KL1 KA 1 1,2 70 0,5 1,18 0,17 0,34 0,14 0,004 0,80 9,81 2,25 0,11 0,019 0,039 0,038 0,10 0,11
KL1 KI 1 1,2 70 0,5 1,23 0,18 0,36 0,15 0,004 0,80 9,81 2,25 0,11 0,019 0,037 0,037 0,09 0,11
KL2 KA 1 1,2 70 0,5 1,16 0,17 0,33 0,14 0,004 0,80 9,81 2,25 0,11 0,025 0,040 0,049 0,11 0,11
KL2 KI 1 1,2 70 0,5 1,26 0,19 0,38 0,15 0,004 0,80 9,81 2,25 0,11 0,019 0,037 0,037 0,09 0,11
GI1 KA 2 1,2 70 0,5 1,26 0,19 0,38 0,15 0,004 0,80 9,81 2,25 0,11 0,019 0,037 0,037 0,09 0,11
GI1 KI 1 1,3 70 0,5 1,30 0,20 0,40 0,15 0,004 0,80 9,81 2,64 0,12 0,018 0,042 0,035 0,09 0,12
KO1 1 1,2 70 0,5 1,08 0,14 0,29 0,13 0,004 0,80 9,81 2,25 0,11 0,020 0,043 0,039 0,10 0,11
KO2 KI 1 1,1 70 0,5 0,98 0,12 0,24 0,12 0,004 0,80 9,81 1,89 0,09 0,016 0,040 0,032 0,09 0,09
KO3 KI 2 1,2 70 0,5 1,22 0,18 0,36 0,15 0,004 0,80 9,81 2,25 0,11 0,015 0,038 0,030 0,08 0,11
KT1 KA 1 1,3 70 0,5 1,28 0,19 0,39 0,15 0,004 0,80 9,81 2,64 0,13 0,021 0,043 0,041 0,10 0,13
KT1 KI 1 1,2 70 0,5 1,18 0,17 0,34 0,14 0,004 0,80 9,81 2,25 0,11 0,018 0,039 0,036 0,09 0,11
4.4 Perencanaan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah drempel dengan rumus

Q=1,71 B h' 3/ 2

Pada perhitungan contoh, akan dihitung alat ukur dari Intake pada saluran RG1.

1. Perhitungan tinggi air maksimum diatas drempel


o Direncanakan B = Bsaluran = 1,5 m
o Q = 5,14 m3/dt
Q 23 2 /3
5,14
o h'= ( )
1,71 B
=(
1,71× 1,5
) =1,59 m

2. Kehilangan Energi mula-mula(Z)


o Z = h’/3
o Z = 0,53 m
3. Ketinggian Drempel (P)
o P = hsal + Z – h’
o P = 1,43 + 0,53 – 1,59 = 0,37
o P pakai = 0,4 m
4. Kehilangan Energi Pakai
o Z pakai = P pakai – hsal + h’
o Z pakai = 0,4 – 1,43 + 1,59
o Z pakai = 0,56 m
5. Kelengkungan drempel
o R = 0,2 H1max
Q
o V= =8,57 m/dt
BP
' V 8,57
o H 1max ¿ h + =1,59+ =2,03 m
2g 2 ×9,81
o R = 0,41 m

Untuk Perhitungan alat ukur pada bangunan lainnya akan ditabelkan dihalaman
berikut.
P
Nama Nama J enis 3
h' diatas
b (m) h (m) Q (m /s ) z Tinggi p pakai Z pakai K ontrol A V o2 H1 Max L r
B angunan S aluran S aluran drempel
Drempel
Intake RG1 Primer 1,50 1,43 5,143 1,59 0,53 0,37 0,40 0,56 OK 0,60 8,57 2,03 3,95 0,41
RG3 Sekunder 1,00 0,59 0,902 0,65 0,22 0,15 0,20 0,26 OK 0,20 4,51 0,88 1,72 0,18
BBS G1 GR1 KA Tersier 0,70 0,60 0,257 0,36 0,12 0,36 0,40 0,16 OK 0,28 0,92 0,40 0,79 0,08
GR1 KI Tersier 0,70 0,49 0,195 0,30 0,10 0,29 0,30 0,11 OK 0,21 0,93 0,35 0,67 0,07
RG4 Sekunder 1,00 0,44 0,407 0,38 0,13 0,18 0,20 0,14 OK 0,20 2,04 0,49 0,95 0,10
BBS G2 GR2 KA Tersier 0,70 0,46 0,264 0,36 0,12 0,22 0,30 0,20 OK 0,21 1,26 0,43 0,84 0,09
GR2 KI Tersier 0,70 0,37 0,207 0,31 0,10 0,16 0,20 0,14 OK 0,14 1,48 0,39 0,75 0,08
RK2 Sekunder 1,00 0,82 1,372 0,86 0,29 0,24 0,30 0,34 OK 0,30 4,57 1,10 2,14 0,22
BBS K1 KL1 KA Tersier 0,70 0,50 0,200 0,30 0,10 0,30 0,30 0,10 OK 0,21 0,95 0,35 0,69 0,07
KL1 KI Tersier 0,70 0,52 0,213 0,32 0,11 0,31 0,40 0,20 OK 0,28 0,76 0,36 0,69 0,07
RK3 Sekunder 1,00 0,59 0,934 0,67 0,22 0,14 0,20 0,28 OK 0,20 4,67 0,91 1,77 0,18
BBS K2 KL2 KA Tersier 0,70 0,67 0,197 0,30 0,10 0,47 0,50 0,13 OK 0,35 0,56 0,33 0,64 0,07
KL2 KI Tersier 0,70 0,53 0,219 0,32 0,11 0,32 0,40 0,19 OK 0,28 0,78 0,36 0,71 0,07
RK4 Sekunder 1,00 0,54 0,723 0,56 0,19 0,16 0,20 0,22 OK 0,20 3,62 0,75 1,46 0,15
BBS K3
KL3 Tersier 0,70 0,50 0,201 0,30 0,10 0,30 0,30 0,10 OK 0,21 0,96 0,35 0,69 0,07
RGi1 Sekunder 1,00 0,51 0,502 0,44 0,15 0,22 0,30 0,23 OK 0,30 1,67 0,53 1,03 0,11
BBS G3
KL4 Tersier 0,70 0,51 0,210 0,31 0,10 0,30 0,40 0,20 OK 0,28 0,75 0,35 0,69 0,07
RKo1 Sekunder 1,00 0,76 1,165 0,77 0,26 0,24 0,30 0,31 OK 0,30 3,88 0,97 1,90 0,19
BBS Ko1 RKo4 Sekunder 1,00 0,40 0,358 0,35 0,12 0,16 0,20 0,15 OK 0,20 1,79 0,44 0,87 0,09
KO1 Tersier 0,70 0,46 0,168 0,27 0,09 0,28 0,30 0,11 OK 0,21 0,80 0,31 0,61 0,06
Rko2 Sekunder 1,00 0,83 0,828 0,62 0,21 0,42 0,50 0,29 OK 0,50 1,66 0,70 1,37 0,14
BBS Ko2 KO2 KA Tersier 0,70 0,48 0,187 0,29 0,10 0,29 0,30 0,11 OK 0,21 0,89 0,34 0,65 0,07
KO2 KI Tersier 0,70 0,40 0,133 0,23 0,08 0,25 0,30 0,13 OK 0,21 0,63 0,26 0,51 0,05
Rko3 Sekunder 1,00 0,52 0,413 0,39 0,13 0,26 0,30 0,17 OK 0,30 1,38 0,46 0,89 0,09
BBS Ko3 KO3 KA Tersier 0,70 0,48 0,181 0,28 0,09 0,29 0,30 0,10 OK 0,21 0,86 0,33 0,64 0,07
KO3 KI Tersier 0,70 0,44 0,213 0,32 0,11 0,23 0,30 0,18 OK 0,21 1,02 0,37 0,72 0,07
GR3 KA Tersier 0,70 0,51 0,203 0,31 0,10 0,31 0,40 0,20 OK 0,28 0,72 0,34 0,67 0,07
BSG1
GR3 KI Tersier 0,70 0,48 0,184 0,29 0,10 0,29 0,30 0,11 OK 0,21 0,88 0,33 0,65 0,07
GI1 KA Tersier 0,70 0,65 0,220 0,32 0,11 0,44 0,50 0,17 OK 0,35 0,63 0,36 0,69 0,07
BSGi1
GI1 KI Tersier 0,70 0,55 0,256 0,36 0,12 0,31 0,40 0,21 OK 0,28 0,92 0,40 0,79 0,08
KT1 KA Tersier 0,70 0,52 0,252 0,35 0,12 0,28 0,30 0,13 OK 0,21 1,20 0,42 0,81 0,08
BSKla1
KT1 KI Tersier 0,70 0,48 0,140 0,24 0,08 0,32 0,40 0,16 OK 0,28 0,50 0,27 0,52 0,05
KO4 KI Tersier 0,70 0,45 0,191 0,29 0,10 0,25 0,30 0,14 OK 0,21 0,91 0,34 0,66 0,07
BSKo1
KO4 KA Tersier 0,70 0,33 0,149 0,25 0,08 0,16 0,20 0,12 OK 0,14 1,07 0,30 0,59 0,06
4.5 Perencanaan Pintu Air
Contoh perhitungan akan diambil pada intake ke saluran RG1

1. Data:
a. Q = 5,14 m3/dt
b. µ = 0,8
c. Z = 0,1
d. h sal = 1,43 m
e. B sal = 1,5 m
f. Diasumsikan tidak menggunakan pilar, sehingga B pintu = B sal
2. Perhitungan tinggi bukaan pintu (a)
Q
a. a= =3,06 m≥ h sal
μB √ 2 g Z
b. maka , HP=h sal+0,1=1,53 m
3. Perhitungan Lebar pintu (B bruto)
a. B bruto = B pintu + Sponeng
b. B bruto = 1,5 + 2×0,1 = 1,7 m
4. Perhitungan Tebal pintu
Diasumsikan pintu menutup sepenuhnya
a. Gaya akibat air
i. Air pada pintu bagian atas P1 = 0 t/m2
ii. Air pada pintu bagian bawah P2 = 1t/m3 × h saluran = 1,43
t/m2
iii. Gaya akibat air F = (P1+P2) × hsaluran/2 = 1,02 t/m’
b. Gaya akibat sedimen

Diasumsikan sedimen penuh dibelakang pintu

i. Tegangan akibat sedimen di bagian bawah (e) = 1,6 t/m3 ×


HP = 2,45 t/m2
ii. Gaya akibat sedimen Fe = e × Hp/2 =1,87 t/m’
c. Gaya total (q) = F + Fe =2,89 t/m2
d. Mmax = (q × B2 )/8 = 0,8143 tm = 81,43 t.cm
e. Tebal Pintu (t)
Mmax

t= 6 ×
σijin ×( Bbruto ×100)
Dimana σijin=1,6 t / cm2
81,43

t= 6 ×
1,6 ×( 1,7× 100)
=1,34 cm

Tebal pelat minimum ipasaran adalah 2 cm, jadi digunakan t = 2 cm

Untuk diameter stang pintu digunakan tebal minimum dipasaran yaitu 7 cm.

Stang digunakan untuk menahan beban Tarik saat pintu diangkat

D = 7 cm

Fy = 1600 kg/cm2

Tahanan Tarik (Rn) = Ag. Fy = ¼ πD2 . 1600=38,5 . 1600=61600 kg

Gaya tarik terbesar terjadi pada pintu intake W = 7,2 × Vpintu + 7,2 ×Vstang
W = 0,51 ton = 510 kg
W < Rn (OK)
Maka semua pintu menggunakan diameter minimum 7 cm

Perhitungan pintu air saluran lainnya akan ditabelkan dihalaman berikut


a Tinggi
Dari Jenis Q irigasi g b saluran adanya b pilar b pintu B bruto P1 P2 Mmax M stang D stang Cek
Ke saluran z (m) u √2gz h air Q pakai bukaan Hp (m) x (m) F (t/m') e (t/m^2) Fe (t/m') q (t/m') W (cm^3) t (cm) t pakai (cm) q (t) L (m) W (ton) Rn (ton)
Bangunan Saluran (m^3/dt) (m/dt^2) (m) pilar (m) (m) (m) (t/m^2) (t/m^2) (t.cm) (tm) (cm) Rn > W
pintu (m)

Intake RG1 Primer 5,14 9,81 0,1 0,8 1,401 1,43 1,5 Tidak ada 0 1,5 5,14 3,060 1,530 1,700 0,000 0,000 1,430 1,022 2,448 1,873 2,895 81,427 50,892 1,340 2,000 4,922 4,800 23,625 7,000 0,507 61,600 OK
BBSG1 RG3 Sekunder 0,90 9,81 0,1 0,8 1,401 0,59 1 Tidak ada 0 1 0,90 0,805 0,690 1,200 0,000 0,000 0,590 0,174 1,104 0,381 0,555 6,937 4,335 0,466 2,000 0,666 1,700 1,132 7,000 0,166 61,600 OK
GR1 KA Tersier 0,26 9,81 0,1 0,8 1,401 0,61 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,26 0,327 0,500 0,900 0,105 0,105 0,605 0,178 0,800 0,200 0,378 2,314 1,446 0,310 2,000 0,340 1,100 0,374 7,000 0,095 61,600 OK
GR1 KI Tersier 0,20 9,81 0,1 0,8 1,401 0,53 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,20 0,249 0,400 0,900 0,128 0,128 0,528 0,131 0,640 0,128 0,259 1,587 0,992 0,257 2,000 0,233 0,900 0,210 7,000 0,077 61,600 OK
BBSG2 GR2 KA Tersier 0,26 9,81 0,1 0,8 1,401 0,61 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,26 0,336 0,500 0,900 0,114 0,114 0,614 0,182 0,800 0,200 0,382 2,340 1,462 0,312 2,000 0,344 1,100 0,378 7,000 0,095 61,600 OK
GR2 KI Tersier 0,21 9,81 0,1 0,8 1,401 0,54 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,21 0,263 0,400 0,900 0,143 0,143 0,543 0,137 0,640 0,128 0,265 1,625 1,015 0,260 2,000 0,239 0,900 0,215 7,000 0,077 61,600 OK
BSG1 GR3 KA Tersier 0,20 9,81 0,1 0,8 1,401 0,54 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,20 0,259 0,400 0,900 0,138 0,138 0,538 0,135 0,640 0,128 0,263 1,613 1,008 0,259 2,000 0,237 0,900 0,213 7,000 0,077 61,600 OK
GR3 KI Tersier 0,18 9,81 0,1 0,8 1,401 0,51 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,18 0,234 0,400 0,900 0,112 0,112 0,512 0,125 0,640 0,128 0,253 1,550 0,968 0,254 2,000 0,228 0,900 0,205 7,000 0,077 61,600 OK
BBSK1 RK2 Sekunder 1,37 9,81 0,1 0,8 1,401 0,82 1 Tidak ada 0 1 1,37 1,225 1,400 1,200 0,000 0,000 0,820 0,574 2,240 1,568 2,142 26,775 16,734 0,915 2,000 2,570 2,900 7,454 7,000 0,322 61,600 OK
KL1 KA Tersier 0,20 9,81 0,1 0,8 1,401 0,50 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,20 0,255 0,400 0,900 0,100 0,100 0,500 0,120 0,640 0,128 0,248 1,519 0,949 0,252 2,000 0,223 0,900 0,201 7,000 0,077 61,600 OK
KL1 KI Tersier 0,21 9,81 0,1 0,8 1,401 0,52 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,21 0,271 0,400 0,900 0,120 0,120 0,520 0,128 0,640 0,128 0,256 1,568 0,980 0,256 2,000 0,230 0,900 0,207 7,000 0,077 61,600 OK
BBSK2 KL2 KA Tersier 0,20 9,81 0,1 0,8 1,401 0,67 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,20 0,251 0,400 0,900 0,270 0,270 0,670 0,188 0,640 0,128 0,316 1,936 1,210 0,284 2,000 0,284 0,900 0,256 7,000 0,077 61,600 OK
KL2 KI Tersier 0,22 9,81 0,1 0,8 1,401 0,53 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,22 0,279 0,400 0,900 0,130 0,130 0,530 0,132 0,640 0,128 0,260 1,593 0,995 0,258 2,000 0,234 0,900 0,211 7,000 0,077 61,600 OK
BBSK3 KL3 Tersier 0,20 9,81 0,1 0,8 1,401 0,50 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,20 0,256 0,400 0,900 0,100 0,100 0,500 0,120 0,640 0,128 0,248 1,519 0,949 0,252 2,000 0,223 0,900 0,201 7,000 0,077 61,600 OK
BBSG3 KL4 Tersier 0,21 9,81 0,1 0,8 1,401 0,51 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,21 0,268 0,400 0,900 0,110 0,110 0,510 0,124 0,640 0,128 0,252 1,544 0,965 0,254 2,000 0,227 0,900 0,204 7,000 0,077 61,600 OK
BSGi1 GI1 KA Tersier 0,22 9,81 0,1 0,8 1,401 0,53 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,22 0,281 0,400 0,900 0,130 0,130 0,530 0,132 0,640 0,128 0,260 1,593 0,995 0,258 2,000 0,234 0,900 0,211 7,000 0,077 61,600 OK
GI1 KI Tersier 0,26 9,81 0,1 0,8 1,401 0,47 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,26 0,327 0,500 0,900 0,000 0,000 0,470 0,118 0,800 0,200 0,318 1,945 1,215 0,285 2,000 0,286 1,100 0,314 7,000 0,095 61,600 OK
BBSKo1 Rko1 Sekunder 1,16 9,81 0,1 0,8 1,401 0,76 1 Tidak ada 0 1 1,16 1,040 1,200 1,200 0,000 0,000 0,760 0,456 1,920 1,152 1,608 20,100 12,563 0,793 2,000 1,930 2,500 4,824 7,000 0,277 61,600 OK
Rko4 Sekunder 0,36 9,81 0,1 0,8 1,401 0,40 1 Tidak ada 0 1 0,36 0,320 0,500 1,200 0,000 0,000 0,400 0,100 0,800 0,200 0,300 3,750 2,344 0,342 2,000 0,360 1,100 0,396 7,000 0,117 61,600 OK
KO1 Tersier 0,17 9,81 0,1 0,8 1,401 0,46 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,17 0,214 0,400 0,900 0,060 0,060 0,460 0,104 0,640 0,128 0,232 1,421 0,888 0,243 2,000 0,209 0,900 0,188 7,000 0,077 61,600 OK
BBSKo2 KO2 KA Tersier 0,19 9,81 0,1 0,8 1,401 0,48 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,19 0,238 0,400 0,900 0,080 0,080 0,480 0,112 0,640 0,128 0,240 1,470 0,919 0,247 2,000 0,216 0,900 0,194 7,000 0,077 61,600 OK
KO2 KI Tersier 0,13 9,81 0,1 0,8 1,401 0,40 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,13 0,170 0,300 0,900 0,100 0,100 0,400 0,075 0,480 0,072 0,147 0,900 0,563 0,194 2,000 0,132 0,700 0,093 7,000 0,058 61,600 OK
BBSKo3 KO3 KA Tersier 0,18 9,81 0,1 0,8 1,401 0,48 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,18 0,230 0,400 0,900 0,080 0,080 0,480 0,112 0,640 0,128 0,240 1,470 0,919 0,247 2,000 0,216 0,900 0,194 7,000 0,077 61,600 OK
KO3 KI Tersier 0,21 9,81 0,1 0,8 1,401 0,44 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,21 0,272 0,400 0,900 0,040 0,040 0,440 0,096 0,640 0,128 0,224 1,372 0,858 0,239 2,000 0,202 0,900 0,181 7,000 0,077 61,600 OK
BSKla1 KT1 KA Tersier 0,25 9,81 0,1 0,8 1,401 0,52 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,25 0,322 0,500 0,900 0,020 0,020 0,520 0,135 0,800 0,200 0,335 2,052 1,282 0,292 2,000 0,302 1,100 0,332 7,000 0,095 61,600 OK
KT1 KI Tersier 0,14 9,81 0,1 0,8 1,401 0,48 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,14 0,179 0,300 0,900 0,180 0,180 0,480 0,099 0,480 0,072 0,171 1,047 0,655 0,209 2,000 0,154 0,700 0,108 7,000 0,058 61,600 OK
BSKo1 KO4 KI Tersier 0,19 9,81 0,1 0,8 1,401 0,45 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,19 0,243 0,400 0,900 0,050 0,050 0,450 0,100 0,640 0,128 0,228 1,397 0,873 0,241 2,000 0,205 0,900 0,185 7,000 0,077 61,600 OK
KO4 KA Tersier 0,15 9,81 0,1 0,8 1,401 0,33 0,7 Tidak ada 0 0,7 0,15 0,190 0,300 0,900 0,030 0,030 0,330 0,054 0,480 0,072 0,126 0,772 0,482 0,179 2,000 0,113 0,700 0,079 7,000 0,058 61,600 OK
BAB 5
PERENCANAAN BENDUNG
5.1 Elevasi Intake
Akan dicontohkan perhitungan untuk elevasi pada 1 bangunan sadap dan
elevasi pada 1 bangunan bagi sadap

5.1.1 Elevasi pada BSG1


a) Dari petak 5 (saluran GR3 KA)
Elevasi = 28+0,1 + I*L+Zgorong-gorong+ Z Alat ukur + Z pintu
Elevasi = 28+ 0,1 + 0,0005 *1200 + 1*0,11 + 0,2 +0,2 = +29,21 m
b) Dari petak 6 (saluran GR3 KI)
Elevasi = 26+0,1 + I*L+Zgorong-gorong + Z Alat ukur + Z pintu
Elevasi = 26 + 0,1 + 0,0005 * 2500 + 1*0,11+ 0,11 + 0,2 = +27,77 m
c) Maka elevasi BSG1 diambil dai elevasi paling tinggi
E = +29,21

5.1.2 Elevasi pada BBSG2


a) Dari petak 3 (saluran GR2 KA)
Elevasi = 31 + 0,1 + I*L + Z alat ukur + Z pintu air
Elevasi = 31 + 0,1 + 0,0012 * 1000 + 0,2 + 0,2 = +32,70 m
b) Dari petak 4 (Saluran GR2 KI)
Elevasi = 31 + 0,1 + I*L + Z alat ukur + Z pintu air
Elevasi = 31 + 0,1 + 0,0016 * 925 + 0,14 + 0,2 = +32,92 m
c) Dari BSG1
Elevasi = 29,21 + I*L + Z alat ukur + Z bangunan Terjun
Elevasi = 29,21 + 0,0009*1450 + 0,16 + 3* 0,9 = +33,375 m
d) Maka elevasi BBSG2 diambil dari elevasi paling tinggi
E = +33,375 m

Perhitungan tinggi lainnya akan ditabelkan dihalaman berikut


Elevasi Elevasi
Banguna
Dari muka pada
n Air
air bangunan
KO4 KI 31,18 31,18
BSKo1
KO4 KA 30,61  

KT1 KA 25,96 25,96


BSKla1
KT1 KI 25,87  

GI1 KA 25,95 26,41


BSGi1
GI1 KI 26,41  

GR3 KA 29,21 29,21


BSG1
GR3 KI 27,77  

KO3 KA 26,77 28,43

BBSKo3 KO3 KI 26,85  

BS3 28,43  

KO2 KA 30,78 31,74

BBSKo2 KO2 KI 30,77  

BBSKo3 31,74  

KL4 27,81 28,58


BBSG3
BS2 28,58  

KL3 28,55 29,77


BBSK3
BBSG3 29,77  

KL2 KA 31,08 33,08

BBSK2 KL2 KI 30,95  

BBSK3 33,08  

GR2 KA 32,70 33,38

BBSG2 GR2 KI 32,92  

BS1 33,38  

BBSKo1 BS4 35,31 35,35

BBSKo2 35,35  
KO1 33,86  

BBSKo1 36,34 36,38

BBSK2 36,38  
BBSK1
KL1 KA 33,91  

KL1 KI 33,93  

BBSK1 38,03 38,03

BBSG2 35,60  
BBSG1
GR1 KA 33,92  

GR1 KI 33,90  

Intake BBSG1   39,49

5.2 Rating Curve


Perhitungan Rating curve dilakukan dengan menggambarkan kontur sungai
pada autoCAD lalu menghitung Debit berdasarkan kedalaman air.

H air A I P R V Q
n
(m) (m2) saluran (m) (m) (m/s) (m3/s)

0 0 0,0005 0,033 0 0 0 0

1 15,5 0,0005 0,033 18,8 0,82 0,60 9,23

2 35,3 0,0005 0,033 22,1 1,60 0,93 32,68

3 57 0,0005 0,033 24,6 2,32 1,19 67,63

4 81 0,0005 0,033 28,4 2,85 1,36 110,38

5 106,8 0,0005 0,033 30,5 3,50 1,56 166,87

6 133,3 0,0005 0,033 32,6 4,09 1,73 230,96

7 160,2 0,0005 0,033 34,6 4,63 1,88 301,55

8 187,5 0,0005 0,033 36,7 5,11 2,01 376,87


RATING CURVE
9
8
7
6
TINGGI AIR (m)

5
4
3
2
1
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
DEBIT (m3/s)

Dari Rating curve diatas dapat diambil debit banjir (Q) = 200 m3/dt

h = 5,6 m

5.3 Tinggi Bendung (P)


Tinggi bendung didapat dari selisih tinggi elevasi Intake dengan dasar sungai
ditambah 10 cm.

Dari perhitugnan elevasi didapat E intake = +39,49 m

Elevasi pengambilan air = +35,5 m

Kedalaman Sungai saat banjir = 5,6 m

P = 39,49-35,5+5,6 + 0,1 P = 9,69 m

5.4 Perencanaan Bendung tipe Ogee Vertikal


Data:

1. Q = 200 m3/dt
2. P = 5,69 m
3. B = 28 m
4. V = 1,65 m/dt
5. B pembilas = 4 m (2 pintu 2 pilar)
6. Ka = 0,2
 Perhitungan Hd
2 2
Q= Cd
3 3 √
g × Be × H 11,5

Be=B−B pembilas−Ka × H 1

Diasumsikan Ka hanya satu karena ujung lainnya ada pintu pembilas.

Cd adalah C0 dikali C1, dimana C1 diasumsikan 1 dan C0 adalah 1,3

Dari perhitungan Ms. Excel didapat H1 = 2,45 m; bila Q = 200 m3/dt

Mencari Hd, dengan perumusan:

Q2
H 1=Hd+
( ( Hd+ P ) B)2 ×2 g

Dari Ms. Excel didapat Hd =2,43 m

 Perhitungan kelengkungan Mercu

R1 = 0,2 Hd = 0,48 ≈ 0,5 m

R2 = 0,5 Hd = 1,2 m

 Tinggi Tanggul samping

Tinggi Tanggul = P – 8m +H1 + 0,5 m= 4,7 m

5.5 Stabilitas Bendung


Kontrol yang dilakukan adalah control panjang rembesan dan guling. Gambar
bendung disederhanakan seperti dibawah ini agar mudah dihitung.
5.5.1 Kontrol Rembesan
Rumus control rembesan:

1
Lv + LH ≥ C × ∆ H
3

Dimana:

Lv = panjang kumulatif vertical dasar bendung

LH = panjang kumulatif horizontal dasar bendung

C = koefisien tanah (C=0,5)

∆ H = Beda tinggi muka air banjir

Dari gambar bendung didapat

Lv = 16 m

Lh = 19,1 m

∆H = tinggi bendung + H1 – Elevasi muka air banjir

= 9,69 + 2,45 – 5,6

= 6,54 m

Sehingga,

1
Lv + LH ≥ C × ∆ H
3

1
16+ 19,1 ≥ 0,5× 6,54
3

22,367 m≥ 3,27 m (OK!)


5.5.2 Kontrol Guling
a) Perhitungan gaya berat bendung
Berat bendung diperhitungkan per meter lebar. Bendung dibagi
pias-pias agar mudah menghitung luasan.

Contoh perhitungan pias 1 :

V=Pxtxb

V = 2 m x (9,69+5) m x 1 m

V = 29,38 m3/m’

Berat jenis beton adalah 2,4 t/m3

Pias lain ditabelkan dibawah ini,


Nomor Pias Luas (m2)
1 29,38
2 87,21
3 22,5
4 7,5
5 10,65
6 2

Didapat total Volume per meter lebar total adalah 159,24 m3/m’

Maka PG = 2,4 x 159,24 = 382,18 ton (arah kebawah), terletak di titik


berat bendung

b) Perhitungan gaya berat air pendorong


Air diatas bendung memberikan gaya guling seberat
PGa = 5,6 m x (7,1+1) m x 1 m x 1 t/m3
PGa = 45,36 ton

c) Perhitungan gaya gempa


Gaya gempa dirumuskan sebagai berikut,
¿=Gb× E
ad
E=
g
ad=n× m× ( ac × z )
Z untuk pulau jawa adalah 1
Data n,m, ac didapat dari table dibawah ini

Jenis tanah alluvium dan untuk bendung diambil periode ulang 1000
tahun
Maka,
n = 1,56
m = 0,89
ac = 275
sehingga,
ad = 1,56 x 0,89 x (275 x 1)
ad = 381,81 cm/dt2
cm
381,81
E = dt 2
981 cm/ dt 2
E = 0,39
Gb = berat bendung = 382,18 ton
Gg = 382,18 x 0,39
Gg = 148,75 ton
Pe = Gg = 148,75 ton (kearah pendorong horizontal), terletak
dititik berat bendung)

d) Perhitungan gaya tekan air permukaan


Tekan air permukaan pendorong
Pw1 = 2,45 x 9,69 = 23,74 ton
Pw2 = (12,14-2,45) x 9,69/2 = 46,95 ton
Tekan air permukaan penahan
Pw3 = (5,6-0) x 5,6/2 = 15,68 ton

e) Perhitungan gaya tekan horizontal air tanah


Panjang Rembesan
Titik DeltaH ZigmaL Lx DeltaH/ZigmaL Hx Ux
LV LH LH/3 Lx
1 6,54 0,00 0,00 0,00 0,00 22,37 0,00 12,14 12,14
2 6,54 5,00 0,00 0,00 5,00 22,37 1,46 17,14 15,68
3 6,54 5,00 2,00 0,67 5,67 22,37 1,66 17,14 15,48
4 6,54 7,50 2,00 0,67 8,17 22,37 2,39 14,64 12,25
5 6,54 7,50 8,00 2,67 10,17 22,37 2,97 14,64 11,67
6 6,54 10,00 8,00 2,67 12,67 22,37 3,70 17,14 13,44
7 6,54 10,00 11,00 3,67 13,67 22,37 4,00 17,14 13,14
8 6,54 13,50 11,00 3,67 17,17 22,37 5,02 13,64 8,62
9 6,54 13,50 18,10 6,03 19,53 22,37 5,71 13,64 7,93
10 6,54 14,00 18,10 6,03 20,03 22,37 5,86 14,14 8,28
11 6,54 14,00 19,10 6,37 20,37 22,37 5,95 14,14 8,19
12 6,54 16,00 19,10 6,37 22,37 22,37 6,54 12,14 5,60

Sehingga gaya tekan horizontal yang terjadi adalah,


Gaya (ton)
P1 60,70
P2 8,85
P3 36,60
P4 4,04
P5 2,21
P6 29,17
P7 30,17
P8 7,92
P9 0,09
P10 3,96
P11 8,19

f) Perhitungan gaya uplift bendung


Berdasarkan perhitungan Ux pada gaya tekan horizontal, dari Ms.
Excel didapat gaya gaya uplift seperti berikut
Gaya (ton)
P12 30,97
P13 0,19
P14 70,00
P15 1,75
P16 39,43
P17 0,44
P18 56,29
P19 2,46
P20 8,19
P21 0,05
g) Perhitungan titik guling dan titik berat bendung
Titik guling (O) terlihat seperti pada gambar dibawah ini.

Jika titik 0,0 ditinjau dari dasar hulu bendung maka didapat koordinat
titik guling adalah (11,5)
Titik berat bendung, gambar bendung dibagi menjadi 6 pias seperti
gambar dibawah ini.

Titik 0,0 ditinjau dari dasar hulu bendung


Nomor Pias Luas Xg Yg
1 29,38 1 7,345
2 87,21 5 8,23
3 22,5 6,5 3,75
4 7,5 9,5 1,25
5 10,65 14,55 4,25
6 2 18,6 4

Sehingga

Xrata−rata=
∑ Luas × Xg
∑ Luas
Xrata−rata=5,5 m

Yrata−rata=
∑ Luas ×Yg
∑ Luas
Yrata−rata=6,8 m

h) Perhitungan momen gaya pendorong


Lengan gaya dihitung dari pusat gaya tegak lurus kearah proyeksi titik
guling
Contoh :
Perhitungan lengan gaya Pe
Pe kearah horizontal maka lengan gaya diambil arah vertikal, didapat
dari selisih Y koordinat pusat gaya dengan titik guling
Ld = (6,8– 5) m
Ld = 1,8 m
Perhitungan momen dilakukan dengan mengalikan gaya dengan lengan
gaya
M = Pe x Ld
M = 148,75 ton x 1,8 m
M =267,74 tm
Perhitungan momen pendorong lainnya akan ditabelkan

Gaya Pendorong (ton) Ld (m) M (tm)


Pw1 23,74 4,85 115,02
Pw2 46,95 3,23 151,64
Pe 148,74 1,80 267,74
P3 36,60 3,75 137,25
P4 4,04 4,16 16,78
P7 30,17 3,25 98,06
P8 7,92 3,83 30,34
P11 8,19 1,33 10,89
P12 30,97 10,00 309,66
P13 0,19 10,33 2,01
P14 70,00 6,00 420,03
P15 1,75 7,00 12,28
P16 39,43 1,50 59,15
P17 0,44 2,00 0,88
Pga 45,36 4,05 183,71
PL 75,12 3,23 242,63

Sehingga total momen yang didapat adalah


∑ M pendorong=2058,1tm
i) Perhitungan momen gaya Penahan

Lengan gaya dihitung dari pusat gaya tegak lurus kearah proyeksi titik
guling

Contoh :

Perhitungan lengan gaya PG

PG kearah vertikal maka lengan gaya diambil arah horizontal, didapat


dari selisih X koordinat pusat gaya dengan titik guling

Ld = (11– 5,5) m

Ld = 5,5 m

Perhitungan momen dilakukan dengan mengalikan gaya dengan lengan


gaya

M = PG x Ld

M = 382,18 x 5,5

M =2102 tm

Perhitungan momen lainnya akan ditabelkan

Gaya Penahan (ton) Ld (m) M (tm)


Pw3 15,68 1,87 29,27
PG 382,18 5,50 2101,97
P1 60,70 2,50 151,75
P2 8,85 3,33 29,45
P5 2,21 3,74 8,27
P6 29,17 4,17 121,54
P9 0,09 1,75 0,15
P10 3,96 1,83 7,27
P18 56,29 3,55 199,84
P19 2,46 2,37 5,81
P20 8,19 7,60 62,21
P21 0,05 7,43 0,36

Sehingga total mome yang didapat


∑ M penahan=2717,9 tm
j) Gambar Gaya pada Bendung
k) Kontrol guling
Kontrol guling dirumuskan sebagai berikut
SF ≥ 1, 1
Dimana,

SF=
∑ Momen penahan
∑ Momen pendorong
2717,9
SF= =1,32
2058,1
Sehingga,
1,32 ≥1,2 (OK!)
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Perhitungan kapaistas rencana digunakan untuk merencanakan dimensi
saluran irigasi, bangunan pelengkap, dan bendung. Dari hasil perhitungan didapat kan
elevasi muka air untuk intake air pada sungai daerah irigasi seluas 2553,6 ha didaerah
banyuwangi, jawa timur adalah +39,49 disadap dari ketinggian sungai normal +35,5
dengan kedalaman 5,6 m; sehingga dibutuhkan bendung dengan tinggi 9,69 m untuk
dapat menyadap dan memenuhi kebutuhan air didaerah irigasi tersebut. Perhitungan
lengkap untuk dimensi saluran, bangunan pelengkap, dan bendung telah terlampir
dalam laporan ini.

Bendung yang digunakan adalah bendung tetap tipe Ogee vertikal, Dengan
desain terlampir. Ketinggian air diatas bendung saat debit banjir adalah 2,45 m;
sehingga memerlukan tinggi tanggul 4,7 m di pinggir sungai tempat bendung berada

Anda mungkin juga menyukai