Di tulis Oleh :
Muhammad Nurul Ikromi
Kesimpulan
Usaha pertambangan memang memiliki peranan yang sangat penting untuk
mendukung perekonomian nasional serta dapat memberikan kontribusi yang signifikan
kepada masyarakat, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa usaha pertambangan juga berpotensi
menyebabkan gangguan lingkungan dan sosial.
Kita sebagai bangsa Indonesia, harus lebih bijak lagi menghadapi keadaan
pertambangan yang ada di Indonesia saat ini. Saya sendiri sebagai umat islam yang berwarga
negara indonesia memandang pertambangan yang memiliki dua wajah tersebut dengan
sebuah kaidah arab yang berbunyi : ( )تحتم ل أخ ف المفس دتين ل دفع أعظمهماartinya “Mafsadat
(kerusakan) yang lebih ringan harus di jalani untuk menolak mafsadat yang lebih besar”
(Ibnu Najm, 1419 H). Maksudnya begini, pertambangan di Indonesia memiliki dua mafsadat.
Yaitu, pertama mafsadat apabila pertambangan tidak di kelola dan kedua mafsadat apabila
pertambangan di kelola.
Pertama, mafsadat apabila tidak mengelola pertambangan. Berbagai macam mafsadat
akan timbul di indonesia, seperti negara indonesia akan sulit menjadi negara berkembang
apalagi untuk menjadi negara maju. Seperti yang telah kita ketahui, indonesia tumbuh dengan
pertumbuhan yang cukup signifikan berkat pertambangan, seluruh pembangunan infrastuktur
di indonesia baik dari infrastruktur perekonomian, pendidikan, dan keagamaan banyak dari
tambang sebagaimana yang telah kita bahas di atas. Penerimaan negara seperti PDB, PNBP,
PPN, dan PPH terus berkembang berkat pertambangan, negara Indonesia di kenal di dunia
juga salah satunya berkat pertambangan. Kehidupan sehari-hari kita nyaman dengan
pencahayaan lampu yang di tenagai listrik juga berkat pertambangan, kebutuhan sehari-hari
kita juga berasal dari pertambangan. Maka akan timbul mafsadat apabila kita tidak mengelola
pertambangan.
Kedua, mafsadat apabila kita mengelola tambang. Mafsadat yang timbul dari
pengelolaan tambang sangat tampak pada lingkungan dan sosial. Seperti rusaknya alam
sekitar, hilangnya lahan pertanian, tercemarnya air minum, mudahnya longsor dan banjir,
polusi udara, terjadi pemanasan global, semakin langkanya satwa liar, berkurangnya
pendapatan nelayan akibat rusaknya terumbu karang, terjadi konflik agraria, rusaknya jalan
transportasi masyarakat, dll. Itu semua terjadi akibat pertambangan. Maka akan timbul
mafsadat juga apabila kita mengelola pertambangan.
Maka sesuai dengan kaidah arab di atas, kita harus menjalani mafsadat yang lebih
kecil untuk menghindari mafsadat yang lebih besar. Pertanyaannya, apa mafsadat yang lebih
kecil tersebut ?. Menurut hemat saya, mafsadat yang kecil adalah dengan mengelola tambang.
Alasannya, kenapa mafsadat ini lebih kecil. Karena, ketika tambang tidak di kelola, negara
indonesia akan kesulitan untuk mencari alat untuk meningkatkan perekonomiannya, karena
sekitar 53,4% yang berati separuh pendapatan negara berasal dari pertambangan. seandainya
saja ada sektor yang lebih besar sumbangannya terhadap penghasilan negara, maka kita
boleh boleh saja mengacuhkan pertambangan dan tidak mengelolanya. Lantas bagaimana
dengan mafsadat yang di timbulkan oleh pengelolaan tambang ?. Mafsadat yang di timbulkan
oleh pengelolaan tambang itu masih bisa kita tutupi dengan beberapa hal, salah satunya
yakni dengan penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) secara maksimal. Setiap
perusahaan harus memiliki tanggung jawab sosial, CSR harus di terapkan dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan yang artinya memenuhi kebutuhan sekarang tanpa harus
mengorbankan kebutuhan generasi masa depan.
Indonesia mengamanatkan agar perusahaan melakukan CSR, hal itu tercantum di
Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU
PT”) yang berbunyi:
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Contoh bentuk tanggung jawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian
bewasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum,
sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk
masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada
(Nurdizal, 2011).
Tentu saja tidak semua perusahaan akan melakukan kegiatan tersebut, karena
mungkin menurut mereka kegiata seperti hanya akan membuang buang uang. Maka dari itu
harus ada sanksi yang jelas jika perusahaan tambang tersebut tidak melaksanakan CSR.
Berdasarkan UU PT dan PP 47/2012, perseroan yang tidak melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
peraturan perundang-undangan yang dimaksud mengacu ke PP 23/2010 beserta
perubahannya. Terhadap perusahaan pertambangan yang tidak melaksanakan kewajiban
tanggung jawab sosial dan lingkungan dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi mineral
atau batubara; dan/atau
c. pencabutan IUP atau IUPK.
Sanksi administratif tersebut diberikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang pertambangan mineral dan batubara, gubernur, atau bupati/walikota.
sesuai dengan kewenangannya (Pasal 110 ayat (3) jo. Pasal 1 angka 9 PP 23/2010).
Segala peraturan di atas harus di terapkan oleh perusahaan tambang sehingga dampak
terhadap lingkungan akibat pertambangan bisa lebih di minimalisir. Dan kita sebagai
masyarakat tidak resah lagi dengan adanya pertambangan tersebut.
Daftar Pustaka
Pemerintah Indonesia, 2009. Undang Undang No.4 Tahun 2009 Yang Mengatur Tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara. Lembaran Negara RI Tahun 2009, No.4.
Sekretariat Negara. Jakarta
CNN, 2019. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190819144117-85-422695/ada-1384-
tambang-ilegal-pada-2013-2017-ditindak-bareskrim. Di akses 23 Desember 2020
KPA,2019.http://kpa.or.id/media/baca2/siaran_pers/98/Empat_Tahun_Implementasi_Reform
a_Agraria. Di akses 23 Desember 2020
Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, 2006. Pemetaan Sektor Ekonomi (Sektor
Petambangan) 2006. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Jakarta
Okezone, 2019. https://economy.okezone.com/read/2019/01/09/20/2002050/lampaui-target-
pnbp-sektor-pertambangan-2018-capai-rp50-triliun Di akses 23 Desember 2020
Diswaykaltim, 2020. https://diswaykaltim.com/2020/03/02/kontribusi-tambang-masih-besar-
untuk-pembangunan/ . Di akses 24 Desember 2020
Mongabay, 2012. https://www.mongabay.co.id/2012/09/28/jatam-70-persen-kerusakan-
lingkungan-akibat-tambang/ . Di akses 24 Desember 2020
Yunito,MR, Santosa LW, 2016. Kajian perubahan penggunaan lahan akibat penambangan
timah berdasarkan analisis neraca sumberdaya lahan spasial di kabupaten bangka.
Analisis Pertambangan. 5(1): 1
Dina Nurlaili, 2015. Analisis Pertambangan Batu Kumbung Dalam Perspektif Agama Islam.
Jurnal Studi Islam. 10(2): 55
Khusyairi Akhmad, M,Eng. 2012. dampak hidrologi tambang batubara. www.nuonline.co.id
di akses pada 24 Desember 2020
Kartika, 2011. Analisis Dampak Sosial Pertambangan Pada Masyarakat Lokal [Tesis].
Bengkulu (ID). Universitas Bengkulu
Pemerintah Indonesia, 2010. Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2010 Yang Mengatur
Tentang Reklamasi dan Pascatambang. Lembaran Negara RI Tahun 2010, No.138.
Sekretariat Negara. Jakarta
Laksono,D. (Sutradara) 2019. Sexy Killers. Watchdog di Youtube. Jakarta. 128 Menit
Ibnu Najm, 1999. Al-asybah Wa An-nadzairi ‘Ala Madzahibi Abi Hanifah An-nu’man hal
287. Darul Kitab Al-Alamiyah. Riyadh
Pemerintah Indonesia, 2007. Undang Undang No.40 Tahun 2007 Yang Mengatur Tentang
Perseroan Terbatas. Lembaran Negara RI Tahun 2007, No.106. Sekretariat Negara.
Jakarta
Rahman, Nurdizal M, dkk. 2011. Panduan lengkap pelaksanaan CSR. Penebar Swadaya.
Jakarta
Pemerintah Indonesia, 2012. Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2012 Yang Mengatur
Tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Lembaran
Negara RI, No.89. Sekretariat Negara. Jakarta
Pemerintah Indonesia, 2010. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2010 Yang Mengatur
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara.
Lembaran Negara RI, No.29. Sekretariat Negara. Jakarta