Jtptunimus GDL Padangsury 7095 3 Babii
Jtptunimus GDL Padangsury 7095 3 Babii
http://digilid.unimus.ac.id
2.1.1. Penyebab Pencemaran Udara
Pertambahan jumlah kendaraan bermotor di jalan raya semakin
meningkat, hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah polusi
yang akan dihasilkan kendaraan bermotor. Selain kendaraan bermotor
dengan bahan bakar fosilnya, pabrik-pabrik atau industri juga ikut
berperan serta sebagai pencemar udara. (Rukaesih, 2004: 121)
Pada umumnya penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu :
a. Faktor internal (peristiwa alam), seperti :
1) Debu yang beterbangan
2) Abu dari gunung berapi berikut gas-gas vulkaniknya
3) Proses pembusukan sampah organik, dll.
b. Faktor eksternal (aktifitas manusia), seperti :
1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil
2) Debu/serbuk hasil kegiatan industri
3) Pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara.
http://digilid.unimus.ac.id
2.1.2. Pemakaian Bahan Bakar Fosil
Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya disebabkan kegiatan
industri maupun teknologi, melainkan disebabkan pula oleh kegiatan
penunjang industri dan teknologi yaitu kegiatan transportasi dan
penyediaan listrik. Kegiatan penunjang tersebut merupakan pengguna
terbesar bahan bakar fosil baik berupa batubara maupun minyak bumi.
Perkembangan jaman semakin maju, tuntutan akan kegiatan industri
dan teknologi semakin meningkat yang menyebabkan meningkatnya
kegiatan penunjang berupa kegiatan transportasi dan penyediaan listrik.
Meningkatnya kegiatan industri, teknologi beserta kegiatan penunjang
maka meningkat pula kebutuhan akan bahan bakar fosil. Penggunaan
bahan bakar fosil yang berlebihan tanpa dikendalikan dapat
mengakibatkan berkurangnya daya dukung alam dan meluasnya dampak
pencemaran lingkungan terutama pencemaran udara. (Wardhana, 2004)
http://digilid.unimus.ac.id
gas buang transportasi di Indonesia. Komponen pencemar udara tersebut
dapat menjadi racun secara sendiri-sendiri ataupun secara bersamaan.
Berikut adalah dampak pencemar udara (CO dan HC) yang
diakibatkan oleh masing-masing komponen pencemar udara.
a) Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa
dan juga tidak berwarna oleh karena itu lingkungan yang telah
tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Sudah
sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan gangguan kesehatan bahkan dapat menimbulkan
kematian.
Dampak konsentrasi gas karbon monoksida (CO) bagi
kesehatan tubuh manusia adalah gas CO yang terhisap oleh manusia
akan masuk ke dalam paru-paru kemudian melalui peredaraan darah
akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan tubuh. Hal ini
terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara
metabolis dalam darah. (Wardhana, 2004) Ambang batas WHO gas
CO dilampui dapat mengurangi oksigen dalam darah, mengganggu hati
dan sakit kepala. CO dapat juga memperlambat refleksi dan radang
tenggorokan. (Warju, 2009)
Tabel 2.3 Pengaruh CO di udara pada kesehatan manusia.
Konsentrasi CO di Konsentrasi COHb Gangguan pada
udara (ppm) dalam darah (%) tubuh
3 0,98 Tidak ada
5 1,3 Belum begitu terasa
10 2,1 Sistem syaraf sentral
20 3,7 Panca indra
40 6,9 Fungsi jantung
60 10,1 Sakit kepala
80 13,3 Sulit bernafas
100 16,5 Pingsan – kematian
(Sumber : Wardhana, 2004)
http://digilid.unimus.ac.id
Tabel 2.4 Pengaruh Kenaikan Kosentrasi CO Dalam Darah
Kosentrasi Persen konvensi Pengaruh terhadap manusia
CO (ppm) O₂Hb → COHb
10 2 Gangguan perasa, penglihatan
100 15 Sakit kepala, pusing, capai
250 32 Kehilangan kesadaran
750 60 Setelah beberapa jam mati
1000 66 Cepat mati
(Sumber : Rukaesih, 2004)
b) Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon (HC) dalam jumlah sedikit tidak membahayakan
kesehatan manusia meskipun HC juga bersifat toksik. Namun, HC
dalam jumlah yang banyak dan tercampur dengan zat pencemar lain
akan berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifat toksik di dalam
HC semakin meningkat.
HC terdiri dari dua jenis, yaitu padatan HC (partikel) dan HC
cairan. Dua jenis HC tersebut akan membentuk suatu ikatan-ikatan
baru dengan bahan pencemar lainnya yang disebut PAH (polycylic
Aromatic Hydrocarbon). PAH sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia karena PAH yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan
merangsang terbentuknya sel-sel kanker. Sumber utama timbulnya
PAH adalah buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil. (Wardhana,
2004).
Toksisitas dua buah senyawa HC aromatik yaitu Benzena
(C6H6) dan senyawa Toluena (C7H8) terhadap tubuh manusia dapat
dilihat pada tabel 2.5.
http://digilid.unimus.ac.id
Tabel 2.5. Toksisitas Benzena dan Toluena
Senyawa HC Konsentrasi (ppm) Pengaruhnya terhadap tubuh
100 Iritasi terhadap mukosa
3.000 Lemas (0,5 – 1 jam)
Benzena
7.500 Paralysys (0,5 – 1 jam)
20.000 Kematian (5 – 10 menit)
Pusing, lemas, pandangan kabur
200
setelah 8 jam
Toluene Gangguan saraf dan dapat
600 diikuti kematian setelah kontak
dalam waktu yang lama
(Sumber : Fardiaz, 1992)
http://digilid.unimus.ac.id
masuk ke dalam silinder karena tekanannya lebih rendah dari
tekanan atmosfir (< 1 atm)
http://digilid.unimus.ac.id
hasil pembakaran segera mengalir keluar dari dalam silinder menuju
sistem pembuangan (exhaust sistem).
d. Selanjutnya gerakan torak dari TMB ke TMA akan ikut
mempercepat pembuangan gas sisa hasil pembakaran tadi.
http://digilid.unimus.ac.id
Energi + Gas Buang
Pembakaran
http://digilid.unimus.ac.id
Pada kenyatannya bentuk diagram P-V dari siklus yang aktual tidak
sama dengan bentuk diagram P-V pada siklus ideal. Siklus aktual motor
bensin empat langkah tidak pernah merupakan siklus Volume Konstan seperti
terlihat pada gambar 2.3. hal ini disebabkan karena adanya penyimpangan
yang menimbulkan kerugian energi. Menurut (Arismunandar, 2005:29-30),
penyimpangan dari siklus udara ideal terjadi kerugian yang antara lain
disebabkan oleh :
1. Kebocoran fluida kerja karena penyekatan cincin torak dan katup tidak
dapat sempurna.
2. Penutupan dan pembukaan katub tidak tepat di TMA dan TMB, karena
pertimbangan dinamika mekanisme katub dan kelembaman fluida kerja.
3. Fluida kerja bukanlah udara yang dapat dianggap sebagai gas ideal
dengan kalor spesifik yang konstan selama proses siklus berlangsung.
4. Pada motor bakar torak yang sebenarnya, pada waktu torak berada di
TMA, tidak terdapat proses pemasukan kalor seperti pada siklus udara.
Kenaikan tekanan dan temperatur fluida disebabkan oleh proses
pembakaran bahan bakar.
5. Proses pembakaran memerlukan waktu. Jadi, tidak berlangsung
sekaligus. Akibatnya proses pembakaran berlangsung pada volume yang
berubah-ubah karena gerakan torak. Dengan demikian, proses
pembakaran harus sudah dimulai beberapa derajat sudut engkol sebelum
torak mencapai TMA dan berakhir beberapa derajat sudut engkol sesudah
torak di TMB. Jadi proses pembakaran tidak berlangsung pada volume
atau tekanan yang konstan. Selain itu pada kenyataannya tidak pernah
terjadi pembakarn sempurna. Oleh karena itu daya dan efisienya
sangatlah tergantung pada perbandingan campuran bahan bakar udara,
kesempurnaan campuran bahan bakar udara tersebut bercampur dan
timing penyalaan.
6. Terdapat kerugian kalor yang disebabkan oleh perpindahan kalor dari
fluida kerja ke fluida pendingin, terutama pada langkah kompresi,
ekspansi dan pada waktu gas buang meninggalkan silinder. Perpindahan
kalor tersebut terjadi karena perbedaan temperatur antara fluida kerja dan
http://digilid.unimus.ac.id
fluida pendingin. Fluida pendingin diperlukan untuk mendinginkan
bagian mesin yang menjadi panas sehingga dapat mencegah terjadinya
kerusakan.
7. Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa gas buang dari dalam
silinder ke atmosfir sekitarnya.
8. Terdapat kerugian energi karena gesekan antara fluida kerja dengan
dinding salurannya.
Berdasarkan kerugian di atas, bentuk diagram P vs v pada siklus aktual
tidak sama dengan bentuk diagram siklus ideal. Siklus aktual tidak pernah
merupakan siklus volume konstan, siklus tekanan konstan atau siklus tekanan
terbatas.
http://digilid.unimus.ac.id
keterangan :
λ = 1 campuran ideal
λ > 1 campuran kurus atau miskin
λ < 1 campuran gemuk atau kaya
http://digilid.unimus.ac.id
(CO) dan campuran alkohol, aldehida, keton, penol, asam, ester, ether,
epoksida, peroksida dan oksigen yang lain.
b. Bak oli adalah sumber kedua (20%) dan mengeluarkan hidrokarbon
yang terbakar maupun tidak yang dikarenakan blowby.
c. Tangki bahan bakar adalah faktor yang disebabkan oleh cuaca panas
dengan kerugian penguapan hidrokarbon mentah (5%).
d. Karburator adalah faktor lainnya, terutama saat berkendara pada posisi
stop and go (kondisi macet) dengan cuaca panas, dengan kerugian
penguapan dan bahan bakar mentah (5-10%). (Warju, 2009:111)
Dapat dilihat pada tabel di bawah ini kontribusi gas buang kendaraan
bermotor tanpa kontrol emisi.
http://digilid.unimus.ac.id
Standar emisi gas buang kendaraan bermotor yang telah ditetapkan
oleh pemerintah berdasarkan keputusan menteri lingkungan hidup nomor :
35/MENLH/10/1993 tanggal 15 Oktober 1993 tentang ambang batas emisi
gas buang kendaraan bermotor, nampak pada tabel 2.9 dibawah ini :
http://digilid.unimus.ac.id
Gas buang yang menganggu kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Karbon monoksida (CO)
Berdasarkan tabel 2.4 bahwa kadar CO pada motor bensin lebih tinggi
dari pada motor diesel pada kondisi stasioner. Hal ini disebabkan karena
perbandingan campuran berkisar 13 : 1. Disebabkan pula oleh frekuensi
http://digilid.unimus.ac.id
putaran rendah, derajat isian tidak sempurna dan tekanan kompresi yang
rendah sehingga mengakibatkan pembakaran tidak sempurna.
Tingginya prosentase zat asam dalam gas buang motor diesel terlihat
secara signifikan. Hal tersebut disebabkan oleh pemakaian udara lebih selama
pembakaran. Pada grafik di bawah ini terihat bahwa pembakaran pada
perbandingan 14,7 : 1 menghasilkan karbon monoksida menjadi nihil.
Namun, jika semakin miskin campuran maka akan meningkat presentase zat
asam. Apabila karbon di dalam bahan bakar terbakar habis dengan sempurna,
maka terjadi reaksi sebagai berikut:
C + O₂ → CO₂……. (2.3)
Namun, jika unsur oksigen (udara) tidak cukup, maka terjadi proses
pembakaran yang tidak sempurna yang menghasilkan CO seperti pada reaksi
di bawah ini.
C + ½ O₂ → CO…...(2.4)
http://digilid.unimus.ac.id
Gambar 2.6 Grafik hubungan lambda terhadap emisi CO dengan variasi
timing pengapian.
(Sumber : Irawan B, 2012)
2. Hidrokarbon (HC)
Sumber dari emisi HC adalah bahan bakar yang belum terbakar
tetapi sudah keluar bersama-sama gas buang ke atmosfer, karena bahan
bakar yang dipakai pada motor bensin terbuat dari hidrokarbon. Selain itu
disebabkan oleh pembakaran yang kurang sempurna, karena kekuarangan
oksigen sehingga ada sebagian bahan bakar yang belum terbakar dan
keluar masih dalam bentuk hidrokarbon atau juga terjadi karena
penguapan dari tangki bahan bakar dan bak oli.
http://digilid.unimus.ac.id
Apabila campuran kurus, maka kosentrasi HC menjadi naik, hal
ini disebabkan kurangnya pasokan bahan bakar sehingga menyebabkan
rambatan bunga api menjadi lambat dan bahan bakar akan segera keluar
sebelum terbakar dengan sempurna dan juga pada kondisi campuran kaya
konsentrasi HC akan naik akibat dari adanya bahan bakar yang belum
bereaksi dengan udara yang dikarenakan pasokan udara tidak cukup
untuk bereaksi menjadi sempurna, sehingga ada sebagian hidrokarbon
yang keluar pada saat proses pembuangan.
Selain itu emisi gas buang hidrokarbon timbul oleh sebab-sebab
di bawah ini :
1) Dinding ruang bakar yang bertemperatur rendah sehingga
mengakibatkan HC di sekitar dinding tidak terbakar dan keluar
bersama gas buang.
2) Pembakaran yang tidak merata (ever misfire).
3) Adanya overlap intake valve (kedua katup bersama-sama membuka)
sehingga HC berfungsi sebagai gas pembilas/pembersih.
(Swisscontact, 2001)
Terdapat zat hidrokarbon dalam gas buang yang belum terbakar.
Banyaknya tergantung dari keadaan waktu berjalan seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut ini.
http://digilid.unimus.ac.id
2.6. Teknologi Pengontrol Emisi
Pengontrolan emisi gas buang adalah usaha untuk membatasi atau
mengontrol emisi yang keluar dari kendaraan bermotor. Pengontrolan emisi
gas buang pada motor bensin bertujuan untuk mereduksi kosentrasi karbon
monoksida (CO), hidrokarbon (HC) pada gas buang.
Guna mereduksi emisi gas buang kendaraan bermotor tersebut terdapat
beberapa metode yang biasa digunakan antara lain :
1. Modifikasi mesin.
2. Modifikasi pada saluran gas buang.
3. Modifikasi penggunaan bahan bakar
Pada tugas akhir ini metode ke dua yang dipakai untuk mereduksi
emisi gas buang kendaraan bermotor yaitu dengan pembuatan dan
pemasangan catalytic converter pada saluran gas buang.
2.7.2. Katalis
Katalis (catalyst) adalah bahan yang mempercepat terjadinya reaksi
kimia yang tidak mempengaruhi keadaan akhir kesetimbangan reaksi dan
komposisi kimia katalis tersebut tidak berubah. Bisa juga dikatakan katalis
adalah suatu zat yang meningkatkan laju reaksi kimia tanpa ikut terpakai.
Katalis dapat bereaksi membentuk zat antara, tetapi akan diperoleh
kembali dalam tahap reaksi berikutnya. Di dunia industri katalis telah
digunakan secara luas, terutama pada industri kimia. Dalam dunia
otomotif, katalis juga dapat digunakan terutama untuk menangani masalah
http://digilid.unimus.ac.id
emisi gas buang. Dalam catalytic converter, katalis yang digunakan
berupa tembaga (Cu) berlapis mangan (Mn).
Gambar 2.8 Posisi penempatan catalytic converter pada sistem gas buang
(Sumber : Mursyid, M. dkk, 2003)
http://digilid.unimus.ac.id
katalis aktif yang cukup untuk memungkinkan hampir 100% terkonversi
menjadi gas buang yang tidak membahayakan dengan aktivitas katalitik
yang tinggi.
Catalytic converter ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu
penyangga dan inti logam aktif yang berfungsi sebagai katalis. Bahan yang
sering dipakai sebagai inti logam aktif adalah platina (Pt), rhodium (Rh),
paladium (Pd) dan keramik monolith. Logam Pt dan Pd sangat efektif
untuk mereduksi CO dan HC, sedangkan logam Rh mampu
“menjinakkan” NOx. Paduan Rhodium (Rh) dan platina (Pt) akan
membentuk catalytic converter yang disebut Three-Way Catalyist (TWC)
yang sangat efektif mereduksi sekaligus mengoksidasi CO, NOx maupun
HC. (Ellyanie, 2011)
Logam yang diketahui efektif sebagai katalis oksidasi dan reduksi
dari yang besar sampai yang kecil adalah Pt, Pd, Ru > Mn, Cu > Ni > Fe >
Cr > Zn dan oksidasi dari logam-logam tersebut. (Dowden, 1970)
http://digilid.unimus.ac.id
dan palladium. Katalis ini membantu reaksi CO dan HC dengan oksigen
yang ada di dalam gas buang. Reaksinya sebagai berikut:
2CO + O2 => 2CO2...... (2.8)
Tahapan ke 3 tidak berlaku pada penelitian tugas akhir ini. Hal ini
disebabkan engine pengujian masih manganut sistem pembakaran
konvensional (karburator) sehingga tidak dilengkapi Electronic Control
System (ECS).
Pada pembakaran yang sebenarnya, motor bensin tidak dapat bekerja
pada daerah operasi yang sempit tersebut, maka digunakan sistem
pengendalian loop tertutup, yaitu sistem pengendalian yang menjaga
komposisi campuran udara-bahan bakar yang masuk ke ruang bakar tetap
pada daerah lambda yang diinginkan (λ = 1 ± 1%). Sebagai pendeteksi gas
buang digunakan sensor lambda. Sensor ini akan mendeteksi apakah
campuran lebih kaya atau lebih miskin dari λ = 1
Berikut memperlihatkan daerah operasi katalitik oksidasi dan katalitik
oksidasi. Daerah yang gelap merupakan daerah operasi sekitar λ = 1 ± 1%.
http://digilid.unimus.ac.id
Gambar 2.9 Daerah operasi Three Way Catalytic Converter
http://digilid.unimus.ac.id
Gambar 2.10 Mekanisme reaksi oksidasi CO menurut Langmuir-Hinshelwood
http://digilid.unimus.ac.id
Gambar 2.12 Cataytic Converter Oksidasi
http://digilid.unimus.ac.id
Nitrogen (N2). Sistem ini menggunakan kontrol (lamda sensor) yang dapat
mengatur nilai λ sehingga dapat berfungsi secara optimal. (Irawan, B.
2003)
2.11. Katalis
2.11.1. Tembaga (Cu)
Tembaga merupakan salah satu unsur logam transisi yang
berwarna coklat kemerahan. Tembaga adalah salah satu dari sederetan
logam yang mempunyai termal ataupun electric conductivity terbaik.
Tembaga adalah termasuk logam mulia dengan logam yang cukup lama
dikenal manusia. Ia mempunyai sifat-sifat tahan karat non asam, mampu
mengalirkan panas serta listrik dengan baik. (Suharto, 1995)
(Ananta dan Purbianto, 1989) diketahui bahwa Cu termasuk
logam yang dapat digunakan sebagai katalis, dimana Cu memiliki elektron
terluar “d” dan termasuk unsur transisi dalam sistem periodek unsur-unsur.
(Warju, 2006)
http://digilid.unimus.ac.id
Sifat-sifat Cu sebagai berikut :
a. Bersifat logam
b. Persenyawaannya dengan unsur lain memiliki bilangan oksidasi
positif
c. Dapat menghantarkan listrik dan panas
d. Titik didih dan titik leburnya cukup tinggi
e. Electron-elektron pada orbital d yang tidak penuh memungkinkan
untuk berpindah tempat
f. Dijelaskan (Incropera dan De Witt, 2004) bahwa sifat-sifat Cu
berdasarkan thermophisical adalah Melting point : 1358 K/1100°C,
massa jenis : 8933 kg/m³, Cp : 385 J/kg.K, kondukvisitas panas (k) :
401 W/m.K, serta difusitas panasnya (ᾰ ) : 117 x m²/s. (Warju,
2006)
http://digilid.unimus.ac.id
2.12. Pelapisan Tembaga (Cu) dengan Mangan (mn)
2.12.1. Persiapan Spesimen Plat Tembaga (Cu)
Langkah awal dimulai dengan membersihkan spesimen (plat
tembaga) dari minyak maupun kotoran lain. Spesimen dibersihkan
menggunakan sikat dan kain dengan bantuan larutan degresing (larutan
sabun) yang dicampur dengan air. Perbandingannya adalah 10 : 1 (10 air :
1 degresing).
http://digilid.unimus.ac.id
Concentric Orifice merupakan jenis orifice yang paling banyak
digunakan. Profil lubang orifice ini mempuyai takik (bevel) dengan
kemiringan 45° pada tepi bagian downstream (lihat gambar 2.12 di
bawah). Hal ini akan mengurangi jarak tempuh dari aliran tersebut
mengalami perbedaan tekanan melintang. Setelah aliran melewati orifice
akan terjadi penurunan tekanan dan kemudian mencoba kembali ke
tekanan semula tetapi terjadi sedikit tekanan yang hilang permanen
(permanent pressure loss) sehingga perbedaan tekanan upstream dan
downstream tidak terlalu besar.
Perbandingan diameter orifice dan diameter dalam pipa
dilambangkan dengan “β”. Orifice jenis ini memiliki ketentuan untuk nilai
β = d / D yaitu antara 0.2-0.7 karena akurasinya akan berkurang untuk
nilai diluar batas tersebut. (Retrieved 08 April, 2013)
Dilihatkan pada gambar 2.16 bahwa piranti dasar dari orifice yang
pemakaiannya disarankan oleh Organisasi Internasional untuk Standarisasi
(ISO). (White, F.M. 1986)
http://digilid.unimus.ac.id
Tebal plat orifice: ≤ 0.1 D
http://digilid.unimus.ac.id
Beda tekanan pada manometer pipa (P1 – P2)
–
Persamaan Bernouli :
2 2
P1 V1 P2 V2
gz1 gz2 (2.10)
2 2
2 2
V2 V2
P1 P2 1 (2.11)
2 V1
Subtitusi persamaan :
2 2
V2 A2
P1 P2 1
2 A1
Sehingga V2 teoritis:
Persamaan Kontinuitas :
0 d V .dA
t CV CS
0 V A1
1 1 V A2
2 2
V1 A1 V2 A2
2 2 4
V1 A2 D2
(2.13)
V2 A1 D1
Dimana :
(2.14)
http://digilid.unimus.ac.id
Persamaan diatas kurang akurat karena diabaikan bebeperapa
faktor seperti gaya gesek, oleh karena itu untuk mengurangi
ketidaksesuaian tersebut ditambahkan satu koefisien baru yaitu:
Cd (discharge coefficient), dan β sehingga
http://digilid.unimus.ac.id
Dan teoritis adalah :
2 P1 P2
m teoritis V2 A2 2
A2
A2
1
A1
C d A2
m 2 P1 P2
4
1
http://digilid.unimus.ac.id