PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang
dan mortalitas di masyarakat. Jika hipertensi tidak terkontrol maka akan menyerang
organ organ yang dapat menyebabkan stroke, gangguan ginjal, serangan jantung dan
sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg
(Kemenkes.RI, 2014)
Menurut data WHO di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di
seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi
29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara
maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata,
2016).
> 18 tahun sebesar 34,1% tertinggi di Kalimantan selatan (44,1%) sedangkan terendah
63.309.620 orang, sedangkan angka kematian nya ialah sebesar 427.218 kematian.
530.387 orang kasus hipertensi (0.07 % terhadap jumlah penduduk lebih dari 18
tahun), tersebar di 22 kabupaten/kota. Kasus tertinggi di Kota Sukabumi 0,07% dan
terendah di Kab Garut, Kab Cirebon, Kab Tasikmalaya, dan Kab Karawang sebesar
Hipertensi memiliki gejala secara umum seperti: sakit kepala, kelelahan, mual,
muntah, sesak napas, gelisah. Inti penatalaksanaan hipertensi antara lain pencegahan
pada sasaran individu yang memiliki tekanan darah tinggi, riwayat keluarga
hipertensi, dan satu atau lebih gaya hidup yang terkait dengan usia yang
meningkatkan tekanan darah, seperti obesitas, asupan tinggi natrium, inaktivitas fisik,
penurunan berat badan, olahraga secara teratur, diet rendah garam, tingkatkan asupan
kalium, kalsium dan magnesium, kurang asupan alcohol dan berhenti merokok.
(Manungtung, 2018)
Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu yang satu keluarga
dengan penderita hipertensi lebih berisiko daripada individu yang tidak ada riwayat
merupakan suatu hal yang sangt penting untuk dimiliki, agar keluarga bisa
menanggulangi penyakit hipertensi didalam keluarga itu sendiri .(Wahyuni dan Ferti
E.S, 2017).
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada Ny. A dengan Hipertensi
b. Mampu membuat rencana keperawatan pada Ny. A dengan Hipertensi
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny. A dengan Hipertensi
d. Mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
Ny. A dengan Hipertensi
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan
Hipertensi
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi klien
Dapat dijadikan sebagai pengetahuan untuk klien dalam mengontrol hipertensi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bacaan dan menambah wawasan dalam mengatasi kasus penyakit
hipertensi.
3. Bagi penulis
Menambah pengetahuan mengenai cara penanganan penyakit Hipertensi.
D. Metode Telaah
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan tugas karya akhir ilmiah
ini dipergunakan beberapa metode sebagai berikut :
1. Metode wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung pada klien dan keluarga untuk
mendapatkan data sesuai kebutuhan. Seperti biodata klien, keluhan klien, riwayat
ksehatan dan tindakan medis yang telah diperoleh.
2. Metode observasi
Observasi dibutuhkan untuk melengkapi data yang dibutuhkan yaitu dengan
menganalisa data klien melalui survey.
3. Metode studi kepustakaan
Metode studi kepustakaan dilakukan dengan cara menggunakan beberapa buku
referensi dan kajian dalam jurnal-jurnal ilmiah.
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan
metode telaah.
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
Bab ini berisikan teori yang meliputi konsep hipertensi, konsep pijat
punggung, dan konsep asuhan keperawatan dengan penyakit hipertensi.
BAB III TINJAUAN KASUS
Bab ini merupakan asuhan keperawatan pada pasien dengan pasien
Hipertensi.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi
bila tekanan darahnya > 140/90 mmHg. Sedangkan menurut kemenkes (2014)
darah di atas normal atau tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi secara
morbiditas dan mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg dan fase diastolic
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolic dapat dibagi
menjadi enam klasifikasai, klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1
Menurut Triyanto (2014) klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun
ke atas yaitu:
3. Etiologi
penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.
Peningkatan tpr yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan saraf atau
hormone pada arteriol atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat
rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh
darah pada peningkatan TPR. Jantung harus memompa secara lebih kuat dan
dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah
Jika peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai
secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, saraf
saraf otot juga Mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya akan
4. Patofisiologi
tekanan darah. namun, masih belum ada penyebab tunggal yang dapat
Penyebab hipertensi primer diketahui, meskipun telah banyak penyebab yang dapat
c. Baroreseptor
d. renin secretion
meningkat. Raja sekali peranan ahli gizi dalam pemasukan sodium dan hipertensi
sodium pada individu yang berdampak pada tingginya tekanan darah titik baliknya,
pembebasan dari renin, precusor dari angiotensin II. precusor ini menyebabkan
penempatan kembali dari otot dan garis jaringan elastik dengan jaringan fibriotik.
hlm 126).
Tabel 2.2 Pathway Hipertensi
Elastisitas menurun
Dan arteriosklerosis
Hipertensi
Perubahan struktur
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Sistemik Koroner
Vasokontiriksi Spasme
Resistensi pembuluh Vasokontri Iskemi arteriole
pembuluh Suplai O2 darah ginjal ksi miocard
darah otak otak
Afterload
meningkat menurun Blood flow Displopia
meningkat
menurun Nyeri dada
Sinkop Respon RAA Resiko
Nyeri Gangguan
Penurunan tinggi
kepala pola tidur Rangsang curah Injuri
Gangguan aldosteron jantung
perfusi Retensi N a
jaringan Kelebihan
5. isiko volume cairan
Edema
Sumber: (Nanda Nic-Noc,2015)
5. Faktor Resiko
Tabel 2.3
Dikendalikan Dikendalikan
Kelebihan berat badan atau obesitas Usia
Kurang aktivias fisik Ras
Konsumsi tembakau Riwayat keluarga
Diet yang tidak sehat
Konsumsi alcohol berlebihan
Stress
Apneu tidur
Diabetes
(Sumber: Bell, dkk., 2015)
6. Manifestasi Klinis
Pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi
tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
( kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh
Smeltzer, dkk.(2010) menyatakan sebagian besar gejala klinis yang timbul, yaitu:
tinggi.
hipertensi berat.
e. Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadil, gagal jantung bisa terjadi kemudian.
7. Komplikasi
Menurut Manungtung (2018) komplikasi ada beberapa macam yaitu stroke yang
dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh non otak yang tertekan tekanan tinggi. Infark miokard dapat
terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup
aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Gagal ginjal bisa terjadi karena
kerusakan yang sifatnya progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal,
paru, jaju dan jaringan lain yang biasa disebut dengan edema.
8. Pencegahan
berikut:
f. Menjalani gaya hidup yang wajar dan mempelajari cara tepat untuk
menghindari stress