Anda di halaman 1dari 5

USAHA DOKTER SEBAGAI FUNGSI UTAMA DALAM EDUKASI

PELAYANAN KESEHATAN YANG BERLANDASKAN PENDIDIKAN


PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM SISTEM KESEHATAN
MASYARAKAT PADA MASA PANDEMI

Muhamad Rivan Islamy

Jurusan Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran

Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Jalan Taman Pemuda No.2, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

ivanislamy93@gmail.com

ABSTRAK

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi dunia ini. Pendidikan menjadi suatu elemen
yang bisa membawa kebaikan dengan ilmu sebagai kekuatannya. Menurut UU RI No. 20 tentang
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, definisi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Konsep dalam pendidikan tentu beragam, salah satunya adalah
konsep pendidikan pembangunan berkelanjutan atau ESD. Definisi Education for Sustainable
Development (ESD), menurut UNESCO tahun 2009 adalah merupakan suatu proses
pembelajaran berdasarkan tujuan dan prinsip-prinsip yang mendasari keberlanjutan dan berkaitan
dengan semua tingkat jenis pendidikan. Ini juga sesuai dengan negara kita yang sedang gencar
gencarnya melakukan pembangunan. Harapannya adalah sistem edukasi ini bisa menunjang
negara kita lewat masyarakatnya yang paham akan konsep pembangunan berkelanjutan yang
memang dibutuhkan oleh negara kita terutama dalam situasi pandemi seperti ini. Education for
Sustainable Development juga adalah sistem yang mencakup semuanya, tak terkecuali pelayanan
kesehatan masyarakat yang dimotori oleh dokter. Dengan menerapkan sistem ESD di pelayanan
kesehatan, diharapkan para dokter bisa terus mengikuti perkembangan yang terjadi pada saat ini.

Kata kunci: ESD, Pelayanan Kesehatan, Dokter, Pandemi


PENDAHULUAN

Masalah dunia saat ini semakin kompleks kadang harus membuat masyarakat
dan rumit untuk diselesaikan dengan satu mengabaikan protokol kesehatan dengan
sudut pandang saja. Dimulai dari masalah alasan ekonomi ini. Tentunya, penyedia
sosial, lingkungan, ekonomi, budaya dan fasyankes harus mempunyai cara yang
sebagainya. Krisis yang begitu banyak ini ampuh agar edukasi pelayanan kesehatan ini
semakin diperparah dengan adanya pandemi bisa berjalan dengan baik dan dapat
yang sedang melanda dunia saat ini. Krisis dipahami oleh masyarakat. Karena dampak
kesehatan pun merajalela, pasien tidak tidak teredukasinya masyarakat ini cukup
terkendali, banyak dokter yang gugur serta berbahaya. Berbahaya bagi siapa? Banyak
masih banyaknya masyarakat yang masih pihak. Dokter pun akan memiliki resiko
tidak paham begitu pentingnya protokol yang cukup besar pula dalam menangani,
kesehatan yang biasa diserukan oleh pihak karena tidak teredukasinya masyarakat.
berwenang. Krisis yang dilanda Indonesia Banyak pasien yang tidak mau mengaku
ini memang tidak terlepas dari krisis yang tentang gejala yang didapatkan nya dengan
sudah ada sebelumnya. Tanpa pandemi pun, alasan khawatir akan dikucilkan masyarakat.
kita sudah banyak terkena masalah seperti Apakah berbahaya bagi masyarakat? Jelas.
ekonomi, sosial, kesehatan dan banyak isu Karena dengan tidak jujur nya pasien kepada
lainnya. Berfokus pada masalah yang paling dokter tentang gejalanya, tentu penanganan
utama dan disorot pada masa pandemi, yaitu yang diberikan dokter pun tidak maksimal
kesehatan, disini semakin terlihat bahwa atau bahkan tidak sesuai dengan gejala
sistem kesehatan Indonesia masih memiliki sebenarnya yang diderita oleh pasien.
banyak kekurangan. Covid-19 ini seakan Dengan teredukasinya masyarakat,
membangunkan kita, menjadi wake up call harapannya tentunya prinsip ESD yang telah
kita terhadap sistem kesehatan nasional, menjadi suatu fokus dan poin yang dapat
ternyata sistem kesehatan kita rapuh. membantu pembangunan dapat terus
Pandemi COVID-19 juga menjadi berlanjut dengan meminimalisir
tantangan bagi sistem-sistem kesehatan di pengurangan sumber daya manusia yang
seluruh dunia. Peningkatan pesat kebutuhan memiliki keunggulan lebih maupun yang
akan perawatan bagi orang dengan COVID- memiliki fungsi masyarakat yang lainnya.
19 semakin diperparah dengan rasa takut, Sesuai dengan Education for Sustainable
misinformasi, dan pembatasan gerak orang Development (ESD), yang merupakan suatu
dan pasokan yang mengganggu pemberian proses pembelajaran berdasarkan tujuan dan
layanan kesehatan garis depan bagi semua prinsip-prinsip yang mendasari
orang. Saat sistem kesehatan kewalahan dan keberlanjutan dan berkaitan dengan semua
orang tidak dapat mengakses layanan yang tingkat jenis pendidikan, jadi, dengan
dibutuhkan, kematian langsung dan tidak menerapkan sistem pendidikan ESD sejak
langsung akibat penyakit yang dapat dicegah awal bagi dokter dan pasien, diharapkan
dan diobati meningkat. Hal ini juga bahwa keduanya dapat saling melengkapi
diperparah dengan krisis ekonomi yang dalam pelayanan kesehatan yang diberikan.
METODE PENELITIAN tingkat jenis pendidikan. Apakah menurut
kalian, sistem pendidikan pembangunan
Metode yang digunakan dalam penelitian berkelanjutan ini sesuai dan dapat
jurnal ini adalah metode penelitian kualitatif menyokong kemajuan fasilitas pelayanan
dengan sistem pengisian survey pada google kesehatan? Dan semua informan setuju
form yang telah diisi oleh para informan. mengenai bahwa ESD ini dapat menyokong
kemajuan fasilitas pelayanan kesehatan.
Disini juga ditanyakan, apakah alasan setuju
HASIL DAN PEMBAHASAN atau tidaknya, ada informan yang
berpendapat bahwa “Bisa, karena jika
Seperti yang diketahui, masalah yang ada di
pendidikan pembangunan sesuai dapat
dunia ini semakin lama, semakin kompleks. meningkatkan kemajuan fasilitas pelayanan
Dimulai dari masalah ekonomi, sosial, kesehatan”. Opini dari informan ini, sesuai
pendidikan dan diperparah dengan pandemi dengan argument yang diawal bahwa, penerapan
ini yang tentunya berdampak pada satu pendidikan pembangunan berkelanjutan dapat
sector yaitu, kesehatan. Hal ini juga menyokong semua aspek, termasuk kesehatan.
Ada juga informan yang berpendapat dengan
diperparah dengan kurang siapnya sector
bunyi “Jika dilihat dari esensi ESD itu sendiri
pelayanan kesehatan Indonesia yang
seharusnya dapat menyokong kemajuan fasilitas,
memang masih “kaget” dalam hantaman karena ESD mendorong manusia untuk lebih
yang disebabkan oleh pandemi ini. Faktor- memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta
faktor lainnya pun semakin memperparah mendapatkan nilai-nilai yang berguna untuk
kekurangan fasyankes ini, seperti, kurang menghadapi tantangan global di masa depan dan
jujur dan terbuka nya pasien dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan”. Ini
juga sesuai dengan Argumen di pendahuluan
menghadapi dokter saat terkena covid 19,
bahwa dengan diterapkan nya ESD, dokter dan
yang mengakibatkan dokter pun tidak dapat
pasien dapat saling bekerja sama dalam
melayani dan menangani pasien dengan keterampilan yang dibutuhkan nya masing-
sempurna serta bahkan lebih buruknya, masing serta dapat menghadapi tantangan global.
dapat membuat dokter dan tenaga kesehatan Lalu, berlanjut ke pertanyaan berikutnya, yang
lainnya. Mungkin, dengan dijalankan nya menanyakan perihal “Apakah Pandemi membuat
konsep pembelajaran ESD bagi dokter dan krisis berbagai hal yang ada di Indonesia
semakin parah?” Seluruh informan menjawab
pasien, akan lebih memudahkan fasyankes
setuju atau ya. Saat ditanyakan mengenai alasan
ini berjalan, karena keduanya sama sama
nya, ada informan yang berpendapat bahwa
teredukasi. Disini, saya telah melakukan “Karena dengan adanya pandemi bangsa
survey dari 12 orang, dengan pertanyaan Indonesia semakin mengalami penurunan
pertama adalah, Diagram respons Formulir. terhadap faktor ekonomi yg ada di indonesia
Judul pertanyaan: Definisi Education for sekarang”. Ini juga bernada sama dengan
Sustainable Development (ESD), menurut argumen di pendahuluan, bahwa pandemi covid
19 memang berdampak pada banyak faktor,
UNESCO tahun 2009 adalah merupakan
salah satunya, faktor ekonomi yang memang
suatu proses pembelajaran berdasarkan
ttanpa pandemi pun sudah banyak memiliki
tujuan dan prinsip-prinsip yang mendasari krisis. Ada juga argumen dari informan lain yang
keberlanjutan dan berkaitan dengan semua menyebutkan, “Menurut saya dengan
menerapkan ESD pendidikan dokter akan lebih P, Fisika P, Pendidikan F, et al. Integrasi
berkualitas lagi, dengan adanya seperti itu bisa ESD ( Education Sustainable Development )
dalam Pembelajaran Problem Based Learning
juga nanti pasien yang berobat ke luar negeri
( PBL ) Untuk Meningkatkan Penguasaan
berkurang, karena pelayanan kesehatan di Konsep Siswa SMP. :75–81.
Indonesia juga sebenarnya sudah cukup memadai
namun kurangnya kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia.
Mungkin dengan menerapkan ESD dapat
menambah kualitas pendidikan dokter khususnya
sebagai tenaga kesehatan, dan juga bukan dokter
saja bisa juga seperti perawat, bidan, apoteker,
dsb”. Opini dari informan yang satu ini juga
sesuai dengan argumen di pendahuluan, bahwa
sistem ESD ini mendukung segala aspek serta
dalam segala situasi pula juga dalam
mengembangkan keterampilan dan skill yang ada
pada segala pihak termasuk pihak pelayanan
kesehatan.

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa setelah melaksanakan


survei serta disambungkan dengan teori yang ada
di dalam pendahuluan bahwa ESD atau sistem
pendidikan pembangunan berkelanjutan ini dapat
membawa dampak yang sangat positif bagi
semua bidang, termasuk dalam bidang kesehatan
juga. Dengan adanya ESD dan menerapkannya,
dapat membuat semua bidang bisa menghadapi
tantangan global, serta saling memaksimalkan
potensi dan memaksimalkan pelayanan dalam
bidang apapun, termasuk pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. termasuk penjangkauan dan


kampanye , dalam konteks pandemi COVID-
19 Panduan interim. 2020;

2. Syakur A. Education For Sustainable


Development (ESD) Sebagai Respon Dari Isu
Tantangan Global Melalui Pendidikan
Berkarakter Dan Berwawasan Lingkungan
Yang Diterapkan Pada Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Dan Kejuruan Di Kota
Malang. Eduscience. 2017;1(1):37–47.

3. Latifah I, Nugraha MG, Wijaya AFC, Studi

Anda mungkin juga menyukai