Anda di halaman 1dari 9

Judul: Pendidikan Islam dalam perspektif normatif dan perspektif historis

Oleh: Lina Oktavia/ PBI/ 183221292

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah suatu Pendidikan yang menganut nilai-nilai Islam
dalam proses pembelajarannya. Pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai
suatu usaha untuk menumbuhkan, membentuk,dan mengembangkan
kepribadian utama menurut nilai-nilai dalam agama Islam yang terdapat
dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Pendidikan Islam berkembang sejalan
dengan kemunculan agama Islam sendiri. Dalam perkembangannya,
pendidikan Islam memiliki banyak persoalan yang perlu dikaji. Persoalan
tersebut dapat dikaji dengan berbagai sudut pandang, misalnya sudut pandang
normatif dan historis.
Pendekatan normatif merupakan pendekatan yang memandang ajarannya
dari sumber-sumber hukum agama Islam yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadist.
Pendekatan ini memberi penekanan pada aspek norma-norma dalam Islam
yang kebenarannya bersifat mutlak dan murni seperti yang terdapat dalam Al-
Qur'an maupun Al-Hadist. Sebagai contoh, aspek normatif dari Islam
meliputi turunnya ayat-ayat Al-Qur'an dimana kedudukannya adalah absolut.
Kebenaran yang terdapat dalam Al-Qur'an merupakan sesuatu yang pasti1.
Selain pendekatan normatif, pendidikan Islam juga dapat dikaji melalui
sudut pandang historis. Persoalan pendidikan Islam dalam perkembangannya
dapat dipelajari melalui peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lalu..
Historis atau sejarah merupakan sebuah ilmu yang membahas berbagai
peristiwa dengan melibatkan beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut meliputi
unsur waktu dan tempat, objek, latar belakang peristiwa, dan tokoh yang
terlibat dalam peristiwa tersebut 2 . Ilmu ini menekankan pada pemahaman
berbagai gejala dalam dimensi waktu 3 . Makalah ini membahas mengenai
pendidikan Islam berdasarkan perspektif normatif dan historis.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini mengambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan Islam?
2. Bagaimana pendidikan islam di Indonesia dalam perspektif normatif?

1
H.M. Rozali, Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan, PT Rajawali
Buwana Pusaka, Depok, 2020, Hal 42

2
H.M. Rozali, Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan, PT Rajawali
Buwana Pusaka, Depok, 2020, Hal 43

3
Syariffudin, “Pendekatan Historis dalam Pengkajian Pendidikan Islam”, Jurnal Studi Pemikiran
Pendidikan Agama Islam Vol. XII No 2, 2015
3. Bagaimana pendidikan islam di Indonesia dalam perspektif historis?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan suatu usaha yang secara sadar dilakukan oleh
seseorang untuk merubah fisik serta mental seorang peserta didik menuju ke
arah kedewasaan dan diselenggarakan secara formal maupun non formal 4 .
Pendidikan Islam didefinisikan sebagai pendidikan yang menggunakan
hukum-hukum dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai dasar dalam
melaksanakan proses pengajaran. Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik
berupaya untuk mengarahkan, membina, dan membimbing peserta didik guna
menciptakan peserta didik yang memiliki kepribadian utama sesuai dengan
nilai-nilai dan syariat Islam.
Pendidikan Islam memiliki tujuan yang sangat berkaitan dena tujuan
penciptaan manusia, yaitu untuk menciptakan individu yang bertaqwa kepada
Sang Pencipta dan untuk mendapatkan kebahagiaan di kehidupan dunia
maupun di akhirat 5 . Hal ini dijelaskan dalam kalam Allah SWT QS. Al-
Dzariat: 56; dan QS. Ali Imran: 102).

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku"6

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar


takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam."7

B. Pendidikan Islam di Indonesia dalam perspektif normatif


Aspek normatif dalam pendidikan Islam dapat dilihat dari ayat-ayat yang
terdapat dalam Al-Qur'an. Pentingnya pengetahuan dijelaskan dalam
beberapa ayat Al-Qur'an. Tanpa adanya pengetahuan, maka hidup manusia
akan sengsara. Islam memerintahkan umatnya untuk menuntut pengetahuan
4
Rusdi, “Pendidikan Islam di Indonesia Sebelum Proklamasi Kemerdekaan”, Lentera Pendidikan
Vol. X No. 2, 2007

5
Muhammad Tang, “Kajian Religius-Historis Pendidikan Islam di Indonesia”, Jurnal Pemikiran dan
Pendidikan Islam Vol. 8 No 1, 2018, h. 58

6
QS. Al-Dzariyat: 56

7
QS. Ali Imron: 102
melalui pendidikan. Allah SWT akan meninggikan derajat bagi individu yang
diberi ilmu pengetahuan. Hal ini terdapat dalam QS. Al-Mujadalah: 11

“Allah Swt akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”8
Pendidikan bertujuan untuk menjadikan seseorang dari ketidaktahuan
menjadi tahu. Perintah pertama dari Allah SWT adalah untuk membaca.
Membaca merupakan bentuk kegiatan dalam Pendidikan. Dengan membaca,
maka akan memperluas wawasan seseorang. Perintah tersebut disebutkan
dalam QS. Al-Alaq: 1

َ‫ٱ ْق َرأ بِٱس ِْم َربِكَ ٱلَّذِى َخلَق‬

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.”9


Dalam QS Ali Imran ayat 37, umat Islam diperintahkan untuk memberi
Pendidikan yang baik. Kita diperintahkan untuk memberikan pengajaran yang
baik bagi anak-anak. Hal ini bertujuan untuk menciptakan generasi yang
berkarakter dan berprinsip.

"Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik,


membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan
pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di
mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata,
Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh? Dia (Maryam) menjawab, Itu
dari Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia
kehendaki tanpa perhitungan."10

8
QS. Al-Mujadalah: 11

9
QS. Al-Alaq:1

10
QS. Ali Imran: 37
Hukum menuntut ilmu dalam agama Islam adalah fardhu kiyafah. Hal ini
dijelaskan dalam QS At Taubah: 122. Dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa
setiap umat Islam harus menuntut ilmu dan mengenyam Pendidikan. Hal ini
sebagai bentuk penjagaan diri11.

"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi
untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat
menjaga dirinya."12
C. Pendidikan Islam di Indonesia dalam perspektif historis
Pendidikan telah ada sejak manusia pertama (Adam). Allah SWT
memerintahkan manusia (Adam) untuk belajar, berfikir, dan memahami
tentang lingkungan sekitar13. Hal tersebut dijelaskan dalam kalam Allah SWT
dalam QS Al Baqarah : 31.
"Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian
Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-
Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!"14
Pendidikan Islam telah berkembang seiring dengan dakwah penyebaran
agama Islam oleh Rasulullah saw. Di Indonesia sendiri, pendidikan Islam
telah muncul dan berkembang sejak agama Islam dibawa oleh pedagang
Timur Tengah yang hidup membaur dengan penduduk lokal. Pendidikan
Islam menjadi bagian yang berkaitan erat dengan proses penyebaran agama
Islam di Nusantara. Perkembangan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan
dalam beberapa fase jika dikaitkan dengan penyebaran agama Islam di
Nusantara. Namun, makalah ini hanya akan membahas pendidikan Islam
sebelum penjajahan, masa penjajahan, dan setelah kemerdekaan.
1. Pendidikan Islam sebelum masa penjajahan
Di Indonesia, Pendidikan Islam mempunyai kaitan yang erat
dengan kedatangan Islam di Indonesia. Beberapa sumber menyebutkan

11
Dwi Endriyani, “Ayat-Ayat Al-Quran tentang Pendidikan”,
(http://slideshare.net/mobile/dwynaaberharhaaph/ayat-ayat-al, diakses pada 17 Desember 2020)

12
QS. At-Taubah:122

13
Fathorrahman, "Problematika Dualisme Ideologi dan Kelembagaan Pendidikan Islam", Kabilah
Vol. 2 No. 1, 2017

14
QS. Al-Baqarah: 31
bahwa pendidikan Islam telah berkembang sejak Islam masuk ke
Nusantara. Mayoritas sumber menyebutkan bahwa agama Islam masuk ke
Indonesia sejak abad 7 M. Pendidikan Islam merupakan salah satu jalan
penyebaran agama Islam. Pendidikan dipandang sebagai prioritas
masyarakat muslim di Nusantara pada awal perkembangan Islam.
Pendidikan Islam diajarkan dengan cara yang sederhana. Kebutuhan umat
muslim terhadap pendidikan Islam mendorong umat muslim untuk
mengadopsi lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada kedalam
lembaga pendidikan Islam. Contohnya, umat muslim di Jawa mengadopsi
lembaga Hindu-Buddha menjadi pesantren.
Meskipun agama Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad 7 M,
penyebaran agama Islam baru meluas pada abad 13 M. Perkembangan
pendidikan Islam yang pesat mendorong terbentuknya kerajaan Islam di
Indonesia. Berikut ini merupakan beberapa kerajaan Islam di Nusantara
sebelum masa penjajahan:
a. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan yang terletak di pesisir Sumatera ini adalah kerajaan
Islam pertama di Nusantara. Berdasarkan keterangan dari seorang
pengembara Maroko, Ibnu Batutah, kerajaan Samudera Pasai
menganut sistem pendidikan sebagai berikut: pendidikan dan
pengajaran menganut mazhab Syafii; pendidikan dilakukan di majlis
ta'lim dan halaqah secara informah; tokoh pemerintah merangkap
sebagai ulama; negara membiayai proses pendidikan15.
b. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan Islam yang berada
di pulai Jawa. Raden Fatah merupakan raja pertama dari kerajaan ini.
Beliau merupakan seorang santri di Ampel Denta. Pendidikan Islam
yang dilaksanakan di kerajaan Demak sejalan dengan dakwah
penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh walisongo 16 .
Pendidikan Islam dilaksanakan di masjid. Kegiatan ini dipimpin oleh
seorang guru yang ditugaskan oleh kerajaan. Pendidikan Islam yang
dilakukan di kerajaan Demak memiliki beberapa kemiripan dengan
pendidikan Islam yang dilakukan di daerah Aceh17.
c. Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa Tallo adalah kerajaan yang berperan besar dalam
perkembangan Islam di Sulawesi. Dalam waktu dua tahun, kerajaan
ini mampu membuat rakyatnya memeluk Islam. Dalam bidang

15
Hasnida, "Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia pada Masa Pra Kolonialisme
dan Masa Kolonialisme (Belanda, Jepang, Sekutu)", KORDINAT Vol. XVI No. 2, 2017

16
Aisyah Nursyarief, "Pendidikan Islam di Indonesia dalam Lintasan Sejarah (Perspektif Kerajaan
Islam)", Lentera Pendidikan Vol. 17 No. 2, 2014, h. 260

17
Susmihara, "Pendidikan Islam Masa Kerajaan Islam di Nusantara", Jurnal Rihlah Vol. 6 No. 1,
2018, h. 27
pendidikan, Kerajaan Gowa Tallo aktif untuk menyalin dan menulis
buku-buku agama Islam. Selain itu, setiap daerah di kerajaan Gowa
Tallo memiliki tempat (masjid dan langgara') sebagai tempat ibadah
dan tempat pengajian agama. Salah satu murid Sunan Giri, Datok
Ribandang merupakan salah satu tokoh agama yang sangat
berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di Sulawesi.
d. Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram merupakan kerajaan Islam yang terletak di
pulau Jawa. Kerajaan ini memberikan perhatian besar dalam bidang
Pendidikan. Pada masa kepemimpinan Sultan Agung, setiap desa
harus memiliki masjid sebagai tempat dilaksanakannya proses
pengajaran18. Di tempat tersebut, diajarkan dasar-dasar keislaman.
2. Pendidikan Islam masa penjajahan
Pada masa penjajahan Belanda, para santri mulai sadar bahwa
pemerintah penjajah merupakan "pemerintah kafir" yang sedang menjajah
agama dan negara 19 . Hal ini menyebabkan pesantran mengambil sikap
anti Belanda. Umat Islam mengambil sikap anti Belanda karena banyak
kebijakan pemerintah yang mementingkan kepentingan mereka sendiri.
Pendidikan Islam dipandang sebagai bentuk perlawanan terhadap
pemerintah Belanda sehingga pihak Belanda melakukan penekanan dan
bertindak mengekang terhadap kegiatan keagamaan. Umat muslim
berusaha untuk melakukan perlawanan untuk mempertahankan diri.
Perang Diponegoro dan perang Padri merupakan contoh perlawanan yang
melibatkan beberapa tokoh agama.
Pada masa penjajahannya, Belanda juga membatasi kegiatan
keagamaan dan pendidikan. Kerajaan Islam di Indonesia diruntuhkan satu
persatu. Pemerintah Belanda juga mendirikan sekolah barat yang liberal
dan sekuler yang tidak memuat materi keagamaan sama sekali. Di sekolah
umum, pendidikan keagamaan hanya boleh dilakukan di luar jam
pelajaran. Sedangkan di pesantren, pendidikan keagamaan diajarkan
dengan bersumber pada kitab-kitab klasik 20 . Selain itu, Belanda juga
mendirikan suatu badan khusus yang bertugas sebagai pengawas kegiatan
keagamaan dan Pendidikan Islam.
Berbeda dengan Belanda, pemerintahan Jepang memberikan
kesempatan untuk mengembangkan pendidikan dengan menghapus
peraturan pemerintah Belanda yang diskriminatif. Pemerintah Jepang
memberikan kebebasan bagi umat muslim untuk melakukan praktik

18
Edi Kurniawan Farid, “Wacana Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia: Pendekatan
Historis dan Sosiologis”, DIROSAT Vol. 2 No 2, 2017

19
Susmihara, "Pendidikan Islam Masa Penjajahan Belanda dan Jepang", Jurnal Rihlah Vol. 1 No. 1,
2013

20
Susmihara, "Pendidikan Islam Masa Penjajahan Belanda dan Jepang", Jurnal Rihlah Vol. 1 No. 1,
2013
keagamaan dan mengembangkan pendidikan Islam. Hal ini dilakukan
oleh Jepang sebagai siasat untuk kepentingan Perang Dunia II. Akan
tetapi, ulama tidak akan tunduk apabila peraturan tersebut tidak sesuai
dengan Islam. Contohnya, KH Ahmad Dahlan yang menentang kebijakan
pemerintah Jepang untuk melaksanakan tradiri Seikerei (tradisi
menghadap kearah matahari sebagai bentuk penhormatan terhadap kaisar
Jepang). Penentangan tersebut menyebabkan beliau ditangkap dan
dipenjara selama 8 bulan. Beberapa tokoh lain yang menentang kebijakan
pemerintah Jepang adalah Tengku Abdul Jalil (Aceh) dan KH Zainal
Mustafa (Jawa Barat)21.
3. Pendidikan Islam pasca kemerdekaan
Kemerdekaan Indonesia membawa pengaruh yang luar biasa dalam
bisang pendidikan Islam modern. Diskriminasi pendidikan tidak dikenal
lagi. Setiap individu berhak untuk memilih kemana dia akan mengenyam
pendidikan sesuai dengan kemampuan, bakat, serta minatnya. Hal ini
menyebabkan kebimbangan terhadap butuh tidaknya peran agama dalam
kehidupan bernegara. Akibatnya, terjadilah dualisme pendidikan di
Indonesia. Pendidikan di Indonesia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
pendidikan umum dan pendidikan agama.
Pada awal abad ke-20, terdapat 2 golongan Pendidikan di
Indonesia, yaitu Pendidikan oleh sekolah barat yang tidak mengenal
agama dan Pendidikan agama oleh pondok pesantren yang hanya
mengenal agama. Setiap golongan memiliki model dan tujuan yang
berbeda. Ciri Pendidikan dengan corak lama adalah menyiapkan ulama
yang kompeten dalam bidang keagamaan. Sebaliknnya, ciri corak baru
adalah menonjolkan intelek bahkan bersikap negatif terhadap Islam22.
Pemisahan antara pendidikan umum dengan pendidikan agama
seperti yang telah dijelaskan di atas merupakan pengertian dari dualisme
pendidikan. Dualisme pendidikan yang terjadi di Indonesia menyebabkan
tingkat pengetahuan masyarakat menjadi terbelah-belah dan tidak utuh
sehingga terdapat perbedaan penilaian terhadap pendidikan yang ideal23.
Perbedaan ini terjadi sesuai dengan latar belakang pendidikan yang
ditempuh. Apabila problematika ini terus dibiarkan berjalan, maka akan
menyebabkan keterbelakangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan
Islam.
Memasuki masa orde baru, pendidikan islam mengalami kemajuan
karena pendidikan agama dijadikan sebagai mata pelajaran wajib di
seluruh Indonesia. Selain itu, sistem pendidikan Islam juga digunakan
dalam sistem pendidikan nasional walaupun dalam praktiknya masih

21
Miftahur Rohman, "Kebijakan Pendidikan Islam Masa Penjajahan Jepang", Al-Hikmah: Jurnal
Pendidikan Agama Islam Vol. 02 No. 01, 2018, h. 22

22
Umar Hasibullah, “Sosio-Historis Pendidikan Islam di Indonesia”, Ar-Risalah Vol. XI No 1, 2013

23
Abdul Wahab, "Dualisme Pendidikan di Indonesia", Lentera Pendidikan Vol. 16 No. 2, 2013
terdapat beberapa kendala. Pada masa orde baru, pembaruan secara fisik
dan non-fisik terhadap madrasah dan pesantren juga dilakukan.
Pembaruan ini dilakukan dengan meningkatkan sarana prasarana,
infrastruktur, fasilitas, serta pembaruan dalam manajemen, sumber daya
manusia, dan kelembagaan. Majlis Ta'lim sebagai pemberdaya pendidikan
Islam nonformal juga mulai bermunculan. Bahkan terdapar ribuan majlis
ta'lim dari tingkat pusat sampai kabupaten dan kecamatan.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pendidikan islam merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk
menumbuhkan, membentuk, dan mengembangkan karakter utama seseorang
sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Dalam pendidikan Islam, terdapat banyak
hal yang dapat dikaji dalam berbagai sudut pandang. Dalam perspektif
normatif, pendidikan Islam memiliki dasar normatif yaitu Al-Qur'an.
Sedangkan dalam perspektif historis, Pendidikan Islam dikaji melalui
berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu. Pendidikan Islam dalam
perspektif historis dapat dikaji melalui perkembangan pendidikan Islam di
Indonesia pada masa sebelum penjajahan, masa penjajahan, dan masa pasca
kemerdekaan.

Daftar Pustaka
Endriyani, D. (2014, 5 5). Retrieved from
http://slideshare.net/mobile/dwynaaberharhaaph/ayat-ayat-al
Farid, E. K. (2017). Wacana Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia:
Pendekatan Historis dan Sosiologis. DIROSAT, 183-208.
Fathorrahman. (2017). Problematika Dualisme Ideoloi dan Kelembagaan
Pendidikan Islam. Kabilah, 102-117.
Hasibullah, U. (2013). Sosio-Historis Pendidikan Islam di Indonesia. Ar-Risalah,
99-107.
Hasnida. (2017). Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia pada
Masa Pra Kolonialisme dan Masa Kolonialisme (Belanda, Jepang, Sekutu).
KORDINAT, 237-256.
Nursyarief, A. (2014). Pendidikan Islam di Indonesia dalam Lintasan Sejarah
(Perspektif Kerajaan Islam). Lentera Pendidikan, 256-271.
Raudah. (2015, June 16). Retrieved from
http://raudah1402521335.blogspot.com/2015/06/dasar-normatif-
pendidikan-islam.html?m=1
Rohman, M. (2018). Kebijakan Pendidikan Islam Masa Penjajahan Jepang. Al-
Hikmah: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 15-33.
Rozali. (2020). Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin
Keilmuan. Depok: PT Rajawali Buwana Pustaka.
Rusdi. (2007). Pendidikan Islam di Indonesia Sebelum Proklamasi Kemerdekaan.
Lentera Pendidikan, 228-237.
Susmihara. (2013). Pendidikan Islam Masa Penjajahan Belanda dan Jepang.
Jurnal Rihlah, 106-128.
Susmihara. (2018). Pendidikan Islam Masa Kerajaan Islam di Nusantara. Jurnal
Rihlah, 13-32.
Syariffudin. (2015). Pendekatan Historis dalam Pengkajian Pendidikan Islam.
Jurnal Studi Pemikiran Pendidikan Agama Islam, 1-13.
Tang, M. (2018). Kajian Religius-Historis Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal
Pemikiran dan Pendidikan Islam, 52-74.
Wahab, A. (2013). Dualisme Pendidikan di Indonesia. Lentera Pendidikan, 220-
229.

Anda mungkin juga menyukai