Kelompok : VI (Enam)
Nama : Maria Simaremare (1507034848)
Nadya Eka Putri (1507036966)
Rahmat Ade Agustias (1507036341)
Tabel 1.2. Katalis metanolisis dan produksi metil ester asam-asam lemak relatif.
Produksi metil ester
Katalis Komposisi
asam lemak relatif
MgO 9,8 % MgO -
SiO2 93% SiO2 ; 3 % Al2O3 -
CaO 7% CaO ; 72% Al2O3 -
CaO.MgO 9,22% CaO ; 91% MgO 10
CaO. Al2O3 14,8% CaO ; 85,2%Al2O3 -
CaO.SiO2 12,6% CaO ; 87,4%SiO2 -
CaO bubuk 3
6,34% CaO ; 5,64% MgO ; 0,5
CaO.MgO. Al2O3
86% Al2O3
K2CO3.MgO 4,76% K2CO3 ; 95,2% MgO 5
K2CO3.Al2O3 14,2% K2CO3 ;85% Al2O3 4
K2CO3 bubuk 6
Na2CO3 bubuk 0,8
2,73% Fe2O3 .SiO2O; 97,3% -
Fe2O3.MgO
MgO
1,5% - 3,6% CH3ONa ; 98,5% 2
CH3ONa.SiO2
- 96,5% SiO2
Sumber : Peterson dan Scarrah, 1984 (dikutip dari Zahrina, 2000)
Katalis-katalis dengan komponen Kalsium dan Magnesium kurang baik
digunakan sebagai katalis karena cenderung membentuk sabun (memiliki sifat
ganda). Senyawa yang mengikat komponen Si, Mg dan Al cenderung berfungsi
sebagai penyangga katalis. Katalis logam seperti Cu dan Sn pada reaksi
metanolisis tidak ditemukan hasil berupa metil ester. Katalis yang bersumber dari
limbah seperti janjang sawit dan limbah sekam padi juga dapat digunakan sebagai
katalis. Sekam padi mengandung senyawa dengan komponen K dan Na, janjang
sawit banyak mengandung komponen K yang baik sebagai katalis.
3.2 Pembahasan
Biodiesel dibuat melalui suatu proses kimia yang disebut transesterifikasi,
dimana reaksi antara senyawa ester (CPO/minyak kelapa sawit) dengan senyawa
alkohol (metanol). Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil ester
(biodiesel) dan gliserin (Tim Penyusun, 2013). Proses transesterifikasi yang
umum untuk membuat biodiesel dari minyak nabati (biolipid) ada tiga macam,
yaitu:
a. Transesterifikasi dengan katalis basa
b. Transesterifikasi dengan katalis asam langsung
c. Transesterifikasi minyak/lemak nabati menjadi asam lemak dilanjutkan
menjadi biodiesel (Tim Penyusun, 2013).
Gambar 3.2 Pemisahan metil ester dan gliserol pada corong pisah
(Sumber: Arsip pribadi)
84
82
80
Konversi (%)
78
76
74
72
70
20 40 60 80 100 120 140
Waktu reaksi (min)
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin
besar sehingga akan menghasilkan konversi yang semakin besar (Zahrina, 2000).
Berdasarkan Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa hasil konversi minyak nabati
menjadi biodiesel mengalami penurunan dari waktu reaksi 60 menit hingga 120
menit. Hal ini bisa disebabkan pada saat reaksi akan dimulai maupun selama
reaksi berlangsung, terdapat metanol yang menguap keluar dari sistem pada ujung
kondensor. Sehingga menyebabkan konversi minyak nabati menjadi biodiesel
tidak optimal. Konversi terbesar yang dihasilkan adalah pada waktu reaksi 60
menit yaitu 82%. Pada waktu reaksi 30 menit konversinya adalah sebesar 77%,
pada waktu reaksi 90 menit sebesar 80%, sedangkan pada waktu reaksi 120 menit
konversi yang dihasilkan sebesar 75% .
3.2.2 Berat Jenis Biodiesel
Pada percobaan ini ada beberapa uji sifat fisika dari biodiesel yang
diperoleh, berupa berat jenis dan viskositas. Massa jenis merupakan sifat fisik
yang berkaitan dengan nilai kalori dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per
satuan volume bahan bakar. Makin ringan bahan bakar semakin rendah pula
massa jenisnya dan sebaliknya makin berat bahan bakar semakin tinggi massa
jenisnya.
0.87
0.87
0.87
0.87
Densitas (gr/cm3)
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
0.85
0.85
20 40 60 80 100 120 140
Waktu reaksi (min)
Gambar 3.5 Kurva hubungan variasi waktu reaksi konversi minyak nabati
menjadi biodiesel dengan densitas
9.00
8.00
Viskositas (mm/s)
7.00
6.00
5.00
4.00
20 40 60 80 100 120 140
Waktu reaksi (min)
Gambar 3.6 Kurva hubungan variasi waktu reaksi konversi minyak nabati
menjadi biodiesel dengan viskositas
150
140
130
120
110
100
20 40 60 80 100 120 140
Waktu reaksi (min)
Flash point (titik nyala atau titik kilat) adalah titik suhu terendah yang
menyebabkan bahan bakar dapat menyala. Penentuan titik nyala ini berkaitan
dengan keamanan dalam penyimpanan dan penanganan bahan bakar. Pada
standart ASTM biodiesel nilai flash point minimal 100oC karena untuk
mengeliminasi kontaminasi metanol akibat proses konversi minyak nabati yang
tidak sempurna (Prihandana, 2006:67).
Gambar 3.7 Kurva hubungan variasi waktu reaksi konversi minyak nabati
menjadi biodiesel dengan titik nyala
Titik nyala biodiesel yang diperoleh pada waktu reaksi 30 menit yaitu pada
suhu 170oC, pada waktu reaksi 60 menit dapat menyala pada suhu 140oC, pada
waktu reaksi 90 menit biodiesel menyala pada suhu 130oC, sedangkan pada waktu
reaksi 120 menit biodiesel menyala pada suhu 132oC. Berdasarkan hasil
percobaan, semakin lama waktu reaksi, maka suhu nyala cenderung semakin
rendah. Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak rantai karbon yang
terputus oleh metanol, sehingga biodiesel yang dihasilkan lebih ringan dan titik
nyalanya semakin rendah (lebih cepat dan mudah terbakar).
3.2.6 pH Biodiesel
Berdasarkan Tabel 3.1 pH dari biodiesel yang diperoleh pada tiap variasi
waktu adalah sama, yaitu 6. Biodiesel yang memiliki pH terlalu tinggi atau terlalu
rendah akan menyebabkan kerusakan pada alat yang menggunakan biodiesel
sebagai bahan bakar seperti terjadinya korosif. Metil ester pada kondisi standart
memiliki pH antara 6 hingga 8. Hasil pengujian pH pada biodiesel percobaan
menunjukan kondisi pH biodiesel ini dapat diterima atau sesuai dengan standart
metal ester.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Konversi yang dihasilkan pada waktu reaksi 30, 60, 90, dan 120 menit
secara berturut-turut didapat sebesar 77%, 82%, 80% dan 75%.
2. Berat jenis biodiesel yang diperoleh pada waktu reaksi 30, 60, 90, dan 120
menit secara berturut-turut yaitu sebesar 0,87 gr/cm3, 0,868 gr/cm3, 0,863
gr/cm3, dan 0,859 gr/cm3.
3. Viskositas biodiesel yang diperoleh pada waktu reaksi 30, 60, 90, dan 120
menit secara berturut-turut yaitu sebesar 6,63 mm/s, 7,83 mm/s, 8,92 mm/s,
dan 8,48 mm/s.
4. Kadar air biodiesel yang diperoleh pada waktu reaksi 30, 60, 90, dan 120
menit secara berturut-turut yaitu sebesar 2,46%, 1,69%, 1,42%, dan 4,7%.
5. Titik nyala biodiesel yang diperoleh pada waktu reaksi 30, 60, 90, dan 120
menit secara berturut-turut berada pada suhu 170 oC, 140 oC, 130 oC, dan 132
o
C.
4.2 Saran
Labu alas bulat yang tersedia hanya satu buah, sementara percobaan ini
dilakukan sebanyak 4 run. Sebaiknya dilakukan penambahan jumlah labu alas
bulat yang dipakai guna menghemat waktu percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM, 2002, Annual Book of ASTM Standar Section Five Petroleum Products,
Lubrication, and fossil fuels, ASTM, America.
Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press,
Jakarta.
Prihandana, R., dan Hendroko, R., 2006, Energi Hijau ‘Pilihan Bijak Menuju
Negeri Mandiri Energi, Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Yohannes, S., Krisbiyantoro, Adi, 2009, Mahir Kimia SMA X, XI,XII, Yogyakarta:
Kendi Mas Media.
Zahrina, 2002, Bahan Bakar Alternatif Biodiesel, Jurusan Teknik Kimia Fakulitas
Teknik, USU, Medan.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.3 Viskositas
Hasil Percobaan :
Tabel B.1 Data hasil konversi biodiesel yang diperoleh pada berbagai variasi
waktu reaksi (30, 60, 90 dan 120 menit)
Waktu
Volume minyak nabati Volume biodiesel Konversi
reaksi
(ml) (ml) (%)
(menit)
30 50 38,5 77
60 50 41 82
90 50 40 80
120 50 37,5 75
Tabel B.2 Data hasil perhitungan berat jenis biodiesel pada berbagai variasi
waktu reaksi (30, 60, 90 dan 120 menit)
Berat
Waktu Volume Berat picnometer Berat
picnometer
reaksi picnometer + biodiesel jenis
kosong
(menit) (ml) (gr) (gr/ml)
(gr)
30 10 15,58 24,28 0,87
60 10 15,58 24,26 0,868
90 10 15,58 24,21 0,863
120 10 15,58 24,17 0,859
Tabel B.3 Data hasil perhitungan viskositas minyak uji dan biodiesel pada
berbagai variasi waktu reaksi (30, 60, 90 dan 120 menit)
Waktu Jarak tanda batas atas hingga
Eflux time Viskositas
reaksi tanda batas bawah
(sekon) (mm/s)
(menit) (mm)
30 30 4,52 6,63
60 30 3,83 7,83
90 30 3,36 8,92
120 30 3,54 8,48
Tabel B.4 Data hasil perhitungan kadar air minyak uji dan biodiesel pada
berbagai variasi waktu reaksi (30, 60, 90 dan 120 menit)
Waktu Berat biodiesel sebelum Berat biodiesel setelah Kadar
reaksi di oven di oven air
(menit) (gram) (gram) (%)
30 31,76 30,98 2,46
60 34,29 33,71 1,69
90 33,09 32,62 1,42
120 31,07 29,61 4,70
Tabel B.5 Data hasil penentuan titik nyala (flash point) biodiesel pada berbagai
variasi waktu reaksi (30, 60, 90 dan 120 menit)
Waktu Flash
reaksi point
(menit) (oC)
30 170
60 140
90 130
120 132