Anda di halaman 1dari 55
DIREKTORAT JENDERAL STANDARDISAS! DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN ‘lan ML Ravan ai os tara 0110 “eL O45 169255817 x 1225 Fo. OL S85805, KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR : 26/SPK/KEP/3/2015 ‘TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGUJIAN ATAS KERENARAN KUANTITAS BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS ‘YANG DINYATAKAN DALAM SATUAN BERAT DAN VOLUME. DIREKTUR JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (3) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/10/2011 tentang Barang Dalam Keadaan Terbungkus, perlu mengatur petunjuk teknis pengujian atas kebenaran kuantitas Barang Dalam Keadaan Terbungkus yang dinyatakan dalam satuan berat dan volume; b. bahwa penetapan petunjuk teknis pengujian atas kebenaran kuantitas Barang Dalam Keadaan ‘Terbungkus yang dinyatakan dalam satuan berat dan volume, dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum atas jaminan kebenaran kuantitas Barang Dalam Keadaan Terbungkus yang dinyatakan dalam satuan berat dan volume; c. bahwa berdasarkan pertimbangan _sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan — Keputusan —-Direktur —_Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen tentang Petunjuk Teknis Pengujian atas Kebenaran Kuantitas Barang Dalam Keadaan Terbungkus yang Dinyatakan dalam Satuan Berat dan Volume; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193); 2, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512); 10. 1 12, 13, 14. Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Nomor: 26/SPK/KEP/3/2015 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan, dan Satuan Lain Yang Berlaku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3351); Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24); Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon 1 Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Tahun 2014 Nomor 25); Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019; Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50/M-DAG/PER/ 10/2009 tentang Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis Metrologi Legal; Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012; Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/10/2011 tentang Barang Dalam Keadaan Terbungkus; Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 69/M-DAG/PER/10/2014 tentang —_-Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kemetrologian; Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 71/M-DAG/PER/ 10/2014 tentang Pengawasan Alat- alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya, Barang Dalam Keadaan Terbungkus, dan Satuan Ukuran; Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Kensumen Nomor: 26/SPK/KEP/3/2015 MEMUTUSKAN Menctapkan : PERTAMA —: Memberlakukan Petunjuk Teknis Pengujian Atas Kebenaran Kuantitas Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) yang Dinyatakan Dalam Satuan Berat dan Volume yang selanjutnya disebut Petunjuk Teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur — Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen ini. KEDUA 2 Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA merupakan pedoman bagi Pengamat Tera dan Pengawas Kemetrologian dalam melaksanakan kegiatan pengujian dalam rangka pembinaan dan pengawasan atas kebenaran kuantitas BDKT yang dinyatakan dalam satuan berat dan volume. KETIGA : Pada saat Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen ini mulai berlaku, ketentuan mengenai pengujian kebenaran kuantitas BDKT khusus untuk BDKT yang dinyatakan dalam satuan berat dan volume dalam Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 31/DJPDN/Kep/XI/ 1999 tentang Pedoman Pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. KEEMPAT : Keputusan Direktur Jenderal__Standardisasi_ dan Perlindungan Konsumen ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2015 Salinan Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen ini disampaikan kepada: 1. Menteri Perdagangan Republik Indonesia; 2. Para Pejabat Esclon | di Lingkungan Kementerian Perdagangan; 3. Para Pejabat Esclon II di Lingkungan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen; 4. Kepala Biro Hukum, Kementerian Perdagangan. LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR, ‘TANGGAL 2 26/SPK/KEP/3/2015 + 25 Maret 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGUJIAN ATAS KEBENARAN KUANTITAS BARANG DALAM KKEADAAN TERBUNGKUS YANG DINYATAKAN DALAM SATUAN BERAT DAN VOLUME Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Lampiran Lampiran I Lampiran IL Lampiran IIL Lampiran IV Lampiran V Lampiran V DAFTAR ISI Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2, Maksud dan Tujuan 1.3, Lingkup dan Penerapan 1.4. Pengertian Ketentuan dan Tata Cara Pengambilan Sampel 2.1. Ketentuan Pengambilan Sampel 2.2, ‘Tata Cara Pengambilan Sampel Ketentuan Pengujian BDKT 3.1, Batas Kesalahan yang Diizinkan 3.2 Persyaratan Diterimanya Lot Pemeriksaan BDKT ‘Tata Cara Pengujian BDKT 4.1, Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT dalam Satuan Berat 4.1, Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT dalam Satuan Volume Penutup Cerapan Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT dalam Satuan secara Umum Cerapan Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT yang Dibekukan (Frozen) Cerapan Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT Berat Tuntas (Drained Weight) Cerapan Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT Gas Cair Cerapan Pengujian Kuantitas BDKT dalam Satuan Volume (Metode Penimbangan] Cerapan Pengujian Kuantitas BDKT dalam Satuan Volume (Metode Penakaran) DIREKTUR, JENDERAL STANDARDISASI DAN P} BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran kuantitas Barang Dalam Keadaan ‘Terbungkus (BDKT), telah ditetapkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/ 10/2011 tentang Barang Dalam Keadaan Terbungkus yang merupakan amanat Pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Dalam Peraturan Menteri Perdagangan tersebut secara umum mengatur kewajiban bagi produsen, importir atau pengemas untuk memenuhi kesesuaian pelabelan kuantitas dan kebenaran kuantitas BDKT. Sebagai_upaya untuk memenuhi kebenaran kuantitas BDKT yang dinyatakan dalam satuan berat dan volume, harus dilakukan pengawasan untuk memastikan kuantitas nominal BDKT sesuai dengan kuantitas sebenarnya berdasarkan ketentuan pengujian BDKT. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan Petunjuk Teknis Pengujian atas kebenaran kuantitas BDKT yang dinyatakan dalam satuan berat dan volume, 1.2. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Untuk mewujudkan kesamaan persepsi dan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan pengujian atas kebenaran kuantitas BDKT yang dinyatakan dalam satuan berat dan volume. 2, Tujuan ‘Tersedianya pedoman bagi Pengamat ‘Tera dan Pengawas Kemetrologian dalam melaksanakan kegiatan pengujian dalam rangka pembinaan dan pengawasan atas kebenaran kuantitas BDKT yang dinyatakan dalam satuan berat dan volume. 1.3. Lingkup dan Penerapan 1, Lingkup Petunjuk teknis ini mengatur tentang ketentuan dan tata cara pengambilan sampel serta ketentuan dan tata cara pengujian teknis atas kebenaran kuantitas untuk BDKT yang dinyatakan dalam satuan berat dan volume 2. Penerapan Petunjuk teknis ini digunakan sebagai pedoman pengujian kebenaran kuantitas BDKT yang dinyatakan dalam satuan berat dan volume. Pengujian dimaksud dilakukan setelah titik akhir pengecckan/ quality control BDKT, di tempat penyimpanan/gudang BDKT atau di tempat penjualan BDKT. 1.4. Pengertian Dalam petunjuk teknis ini yang dimaksud dengan: 12. 13. 14, 15. 16. Barang Dalam Keadaan ‘Terbungkus yang selanjutnya disingkat BDKT adalah barang atau komoditas tertentu yang dimasukkan ke dalam kemasan tertutup, dan untuk mempergunakannya harus merusak kemasan atau segel kemasan yang kuantitasnya telah ditentukan dan dinyatakan pada label sebelum diedarkan, dijual, ditawarkan, atau dipamerkan, Label adalah setiap keterangan mengenai barang yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain yang memuat informasi tentang barang dan keterangan pelaku usaha serta informasi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang disertakan pada barang, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, ditempatkan pada, atau merupakan bagian kemasan barang. Kemasan adalah wadah yang digunakan untuk mengemas atau membungkus barang yang bersentuhan langsung dengan barang atau tidak bersentuhan, Merusak kemasan atau segel kemasan adalah semua perbuatan berupa membuka kemasan atau melepaskan segel kemasan BDKT. Berat adalah besaran yang sinonim dengan massa yang digunakan untuk menyatakan ukuran hasil penimbangan. Volume adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan isi. Tara adalah kemasan BDKT. Berat Tara adalah nilai berat kemasan BDKT. Kuantitas nominal (Qn) adalah nilai kuantitas BDKT yang tercantum pada label. Sampel adalah contoh BDKT yang dipilih untuk mewakili suatu populasi. . Satuan ukuran adalah satuan yang merupakan ukuran dari satuan besaran. Satuan Sistem Internasional (SI) adalah satuan ukuran yang sistemnya bersumber pada suatu ukuran yang didapat berdasarkan atas satuan dasar yang disahkan oleh Konferensi Umum untuk Ukuran dan Timbangan. Satuan lain yang berlaku adalah satuan yang tidak termasuk baik sebagai satuan dasar maupun satuan turunan, yang oleh La Conference Generale des Poids at Mesures (CGPM) dibolehkan pemakaiannya dengan ketentuan-ketentuan tertentu karena penting dan luas penggunaannya. Kuantitas sebenarnya adalah nilai kuantitas BDKT yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Batas Kesalahan Yang Diizinkan (T) adalah batas kesalahan negatif dari nilai kuantitas BDKT yang diizinkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sampling acak adalah pengambilan sampel dari suatu_populasi dengan menganggap bahwa setiap sampel dalam populasi tersebut mempunyai peluang yang sama. 17. 18. Ukuran satu lot adalah jumlah BDKT dalam satu kali penyerahan ke gudang, jumlah BDKT yang diproduksi dalam kurun waktu satu jam, atau jumlah BDKT yang ada di dalam tempat penjualan (display). Faktor k adalah faktor keamanan untuk menghitung tingkat kepercayaan dalam uji statistik yang didasarkan pada tingkat kepercayaan 99,5%, BAB II KETENTUAN DAN TATA CARA PENGAMBILAN SAMPEL BDKT 2.1 Ketentuan Pengambilan Sampel BDKT Pengambilan sampel BDKT dilakukan dengan menggunakan metode sampling acak dari populasi/lot setelah titik akhir pengecekan/quality control BDKT, di tempat penyimpanan/gudang BDKT atau di tempat penjualan BDKT. Lot berkaitan dengan jumlah total BDKT yang diproduksi perusahaan yang sama dan harus memiliki kesamaan: 1. kuantitas nominal; 2. bentuk/desain; 3. jenis produk; dan 4, kode produksi. Dalam hal pengambilan sampel terhadap BDKT dengan kode produksi yang sama tidak dapat dilakukan atau BDKT tidak memiliki kode produksi, maka pengambilan sampel BDKT dilakukan dengan memperhatikan angka 1, 2 dan 3. Ketentuan penetapan populasi/lot BDKT sebagai berikut: 1. Untuk sampel BDKT yang diambil pada titik akhir pengecekan/quality control yang berada di proses produksi/ production line, ukuran 1 (satu) lot sama dengan jumlah BDKT yang diproduksi dalam kurun waktu 1 (satu) jam. 2. Untuk sampel BDKT yang diambil di tempat penyimpanan/gudang, ukuran 1 (satu) lot sama dengan jumlah BDKT dalam satu kali penyerahan ke tempat penyimpanan. Satu kali penyerahan dibatasi sampai dengan 10.000 produk. 3. Untuk sampel BDKT yang diambil dari tempat penjualan,ukuran (satu) lot sama dengan jumlah BDKT yang dijual di tempat tersebut. Perlengkapan yang diperlukan dalam pengambilan sampel: 1, Stopwatch; 2. Komputer, kalkulator, atau tabel bilangan acak; 3. Alat tulis. Dalam menentukan teknik sampling untuk pengujian BDKT menggunakan 3 (tiga) cara: 1, Sampling untuk pengujian dengan cara tidak merusak Pengambilan sampel untuk pengujian dengan cara tidak merusak dilakukan berdasarkan petunjuk pada Tabel 1. ‘Tabel 1. Tabel Sampling Ukuran Lot Ukuran | Banyaknya“BDKT | Faktor k sampel | tidak sesuai” yang diizinkan (Ly (n) (c) (k) 100 sampai 500 50 3 0,379 501 sampai 3200 80 5 0,295 Lebih dari 3200 125 a 0,234 2. Sampling untuk pengujian dengan cara merusak Pengambilan sampel untuk pengujian dengan cara merusak dilakukan berdasarkan petunjuk pada Tabel 2. ‘Tabel 2. Ketentuan Sampel untuk Pengujian secara Merusak Ukuran Lot Ukuran Banyaknya “BDKT Faktor k sample | tidak sesuai” yang | diizinkan (4) (n) () {k) Sama dengan atau 20 1 0,640 lebih dari 100 3. Sampling keseluruhan/total Pengambilan sampel keseluruhan/total (100% BDKT) dilakukan apabila ukuran lot lebih kecil dari 100 dan banyaknya BDKT yang tidak memenuhi ketentuan tidak boleh melebihi 2,5% dari BDKT yang diproduksi/dijual. Sampling ini dapat dilakukan untuk pengujian BDKT dengan cara tidak merusak dan merusak. 2.2 Tata Cara Pengambilan Sampel BDKT 1. Pengambilan Sampel di Titik Akhir Pengecekan/ Quality Control BDKT Tahapan pengambilan sampel di titik akhir pengecekan/quality control BDKT yang berada di proses produksi/production line sebagai berikut: a, Tentukan populasi/lot pemeriksaan dalam kurun waktu 1 (satu) jam proses produksi. b. Tentukan jumlah sampel dari populasi/lot pemeriksaan di atas berdasarkan petunjuk pada tabel sampling (Tabel 1 dan Tabel 2) atau sampling pada pengujian total. ¢. Tentukan nilai bilangan acak dengan melihat tabel bilangan acak atau bilangan acak yang diperoleh (generate) dari alat hitung komputer atau kallculator, d. Urutkan nilai bilangan acak di atas dimulai dari yang terkecil. e, Untuk mengubah ke dalam satuan waktu, hitung dasar waktu pertama kali sampel itu akan diambil dengan menggunakan rumus: 3600 deowe dimana: f =nilai satuan waktu dalam sekon. N =jumlah populasi/lot. f. Ubah nilai bilangan acak ke dalam satuan waktu (dalam sekon) dengan cara mengalikan bilangan acak dengan nilai satuan waktu (1). Kemudian hasilnya dibulatkan tanpa desimal. g. Pilih sampel dengan menggunakan nilai dalam satuan waktu dengan bantuan stopwatch, . Pengambilan Sampel di Tempat Penyimpanan/Gudang BDKT Tahapan pengambilan sampel di tempat penyimpanan/gudang BDKT sebagai berikut: a. Tentukan populasi/lot. Penentuan populasi/lot dapat berdasarkan dokumen pengiriman BDKT ke tempat penyimpanan/gudang, b. Populasi/lot dibagi ke dalam beberapa kluster. c. Tentukan jumlah sampel dari populasi/lot_pemeriksaan di atas berdasarkan petunjuk pada tabel sampling (Tabel 1 dan Tabel 2) atau sampling pada pengujian total. d. Acak kluster tersebut dengan metode pengambilan sampel sederhana untuk menentukan kluster mana yang akan diambil. ¢. Tentukan nilai bilangan acak dengan melihat tabel bilangan acak atau bilangan acak yang diperoleh (generate) dari alat hitung komputer atau kalkulator. Urutkan nilai bilangan acak dimulai dari yang terkecil. g. Pilih sampel dari sctiap kluster berdasarkan nilai bilangan acak, 3. Pengambilan Sampel di Tempat Penjualan BDKT ‘Tahapan pengambilan sampel di tempat penjualan BDKT sebagai berikut: a. Tentukan populasi berdasarkan jumlah BDKT yang ada pada tempat penjualan (display). b. Tentukan jumlah sampel dari populasi di atas berdasarkan pada tabel sampling (Tabel 1 dan Tabel 2) atau sampling pada pengujian total. c. Tentukan nilai bilangan acak dengan melihat tabel bilangan acak atau bilangan acak yang diperoleh (generate) dari alat hitung komputer atau kalkulator. d. Urutkan nilai bilangan acak di atas dimulai dari yang terkecil. e. Pilih sampel berdasarkan nilai bilangan acak di atas. 10 BAB Ill KETENTUAN PENGUJIAN BDKT 3.1 Batas Kesalahan yang Diizinkan (1) Nilai T pada BDKT adalah sebagaimana petunjuk yang tercantum pada Tabel 3 ‘Tabel 3. Batas Kesalahan yang Diizinkan Kuantitas Nominal Batas Kesalahan yang Diizinkan Produk (Qs) oy dalmatian Persen dariQ, |g atau mL. E 5 s/d 50 9 - 50 s/d 100 z 45 100 s/d 200 cars - 200 s/d 300 i 9 300 s/d 500 ag 7 500 s/d 1000 : 15 1000 s/d 10 000 15 10 000 s/d 15 000 7 150 15 000 s/d 50 000 1 7 Keterangan: Dalam penggunaan tabel, nilai Batas Kesalahan yang dihitung berdasarkan persen dari Qn harus dibulatkan satu desimal ke atas. Nilai T adalah dalam negatif. Untuk BDKT yang pengemasannya tidak sama yang dinyatakan dalam satuan berat, toleransi kesalahan sesuai petunjuk pada Tabel 4. ‘Tabel 4. Toleransi Kesalahan untuk BDKT yang Pengemasannya Tidak Sama Kuantitas nominal (Q.) | — ‘Toleransi kesalahan (gram) (gram) sampai 500 2 501 sampai 2000 5 2001sampai_10000 10 | 3.2. Persyaratan Diterimanya Lot Pemeriksaan BDKT Persyaratan diterimanya lot pemeriksaan BDKT harus memenuhi 3 (tiga) ketentuan sebagaimana petunjuk pada Tabel 5. Apabila seluruh ketentuan pada Tabel 5 terpenuhi, maka lot pemeriksaaan dinyatakan diterima dan Jika tidak terpenuhi seluruhnya maka lot pemeriksaan dinyatakan ditolak. qn Tabel 5. Persyaratan Diterimanya Lot Ketentuan Uraian 7 Kuantitas sebenarnya BDKT secara rata-raia tidak boleh kurang dari kuantitas nominal. Banyaknya “BDKT tidak sesuai” yang masuk dalam 2 kesalahan T1 memenuhi ketentuan pada Tabel 1, Tabel 2, atau ketentuan pada sampling total : Tidak ada “BDKT tidak sesuai” yang masuk dalam kesalahan T2. 1. Ketentuan 1 (Ketentuan Rata-Rata BDKT) Untuk menentukan apakah hasil pengujian memenuhi persyaratan rata- rata BDKT, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Hitung nilai kesalahan total BDKT (TPE) dengan menjumlahkan kesalahan BDKT individu («) dengan menggunakan rumus: 1e=$) Kesalahen BDKT indivi dimana: n ukuran sampel i urutan sampel b, Hitung nilai kesalahan rata-rata BDKT (AE) dengan menggunakan rumus: Ag = "PE 0 dimana: TPE = nilai kesalahan total BDKT n= ukuran sampel, dengan ketentuan: 1) Apabila AE bernilai positif, maka Ketentuan 1 pada Tabel 5 terpenuhi. 2) Apabila AE bernilai negatif, maka dilanjutkan dengan menghitung Batas Kesalahan Sampel (SEL), SEL = 51) xk sn b,-y dimana: Sy) = standar deviasi/simpangan baku sampel BDKT k= faktor k n = ukuran sampel yi = selisih kuantitas sebenamya dengan Qn sampel ke-i = rata-rata selisih kuantitas sebenamya dengan Qn 12 dengan ketentuan: 1) Apabila (SEL+AE) bernilai positif maka Ketentuan 1 pada Tabel 5 terpenuhi; 2) Apabila (SEL+AE) bernilai negatif, maka ketentuan 1 pada Tabel 5 tidak terpenuhi. 2. Ketentuan 2 (Ketentuan Kesalahan T1) Kesalahan T1 adalah rentang penunjukan kesalahan negatif (c) antara Batas Kesalahan yang Diizinkan (T) sampai dengan dua kali Batas Kesalahan yang Diizinkan (27), seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 1 : Kesalahan Tl dan Kesalahan T2 Kesalahan dalam BKD (T) Untuk menentukan apakah hasil pengujian memenuhi Ketentuan 2 dengan cara membandingkan tiap kesalahan negatif BDKT individu dengan nilai T pada Tabel 3, dengan ketentuan: a. Apabila nilai kesalahan negatif BDKT individu melebihi Batas Kesalahan yang Diizinkan (I) pada Tabel 3, maka BDKT tersebut dinyatakan "tidak sesuai”. b. Ketentuan 2 terpenuhi apabila banyaknya “BDKT tidak sesuai” yang masuk dalam kesalahan T1 memenuhi jumlah yang diijinkan sebagaimana ditetapkan pada Tabel 1, Tabel 2 atau ketentuan pada sampling total. c. Apabila banyaknya "BDKT tidak sesuai” yang masuk dalam kesalahan T1 melebihi jumlah yang diijinkan sebagaimana ditetapkan pada ketentuan Tabel 1, Tabel 2, atau ketentuan pada sampling total maka Ketentuan 2 tidak terpenuhi. 3. Ketentuan 3 (Ketentuan Kesalahan T2) Kesalahan T2 adalah rentang penunjukan kesalahan negatif (e) lebih dari dua kali Batas Kesalahan yang Diizinkan (2T) seperti terlihat pada Gambar 1 Untuk menentukan apakah hasil pengujian memenuhi Ketentuan 3, dilakukan dengan cara membandingkan tiap kesalahan negatif BDKT individu dengan nilai T pada Tabel 3, dengan ketentuan: 13 a. Apabila nilai kesalahan negatif BDKT individu melebihi Batas Kesalahan yang Diizinkan (T) pada Tabel 3, maka BDKT tersebut dinyatakan “tidak sesuai” b. Ketentuan 3 terpenuhi apabila tidak ada “BDKT tidak sesuai” yang masuk dalam kesalahan T2. 14 BAB IV TATA CARA PENGUJIAN BDKT 4.1, Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT dalam Satuan Berat 1, Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT Dalam Satuan Berat Secara Umum Pengujian kebenaran kuantias BDKT dalam satuan berat secara umum dilakukan untuk pengujian kuantitas BDKT selain BDKT yang dibekukan (frozen), BDKT berat tuntas (drained weight) dan BDKT Gas Cair. Pengujian kebenaran kuantitas BDKT dalam satuan berat secara umum menggunakan metode pengujian dengan cara tidak merusak. a. Persiapan 1) Menyiapkan peralatan atau perlengkapan yang diperlukan antara lain: a) timbangan elektronik dengan skala interval yang sesuai berdasarkan petunjuk pada Tabel 6; b) alat hitung (kallculator atau komputer); c) gunting; ) wadah; ¢) lap kain/tissue, Tabel 6. Skala Interval ‘Timbangan untuk Pengukuran Berat ‘Berat Kotor/bruto Skala Interval (d) (gram) (gram) keurang dari 25 25 s.d kurang dari 1000 1000 s.d kurang dari 5000 5000 dan lebih 2) Menyiapkan dokumen yang diperlukan, antara lain: a) Cerapan pengujian kebenaran kuantitas BDKT dalam satuan berat secara umum dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, b) Sertifikat timbangan. 3) Memastikan timbangan yang akan digunakan —_sudah dikalibrasi/ditera ulang dan memiliki sertifikat/tanda tera sah yang berlaku. 4) Menyetel timbangan dalam keadaan datar serta menunjuk angka 0 (nol). 5) Mencatat data BDKT pada cerapan pengujian BDKT kuantitas berat secara umum, 6) Menentukan lot untuk pemeriksaan dan menentukan sampel BDKT sebagaimana ditentukan dalam BAB I, dengan cara scbagai berikut: a) Pengujian dengan cara tidak merusak menggunakan Tabel 1. b) Pengujian dengan cara merusak menggunakan Tabel 2. ¢) Pengujian dengan ukuran lot lebih kecil dari 100 dilakukan terhadap keseluruhan BDKT dengan ketentuan banyaknya BDKT yang tidak memenuhi ketentuan tidak boleh melebihi 2,5% dari BDKT yang diproduksi/dijual. 7) Menentukan Batas Kesalahan yang Diizinkan (T) sebagaimana petunjuk pada Tabel 3. b. Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT 1) Melakukan pengujian Tara dengan cara: a) ambil sampel Tara _secara acak sebanyak 10 kemasan BDKT; b) pengambilan sampel Tara dapat menggunakan: (1) sampel Tara sebelum dilakukan pengi dry tare}; atau n BDKT (unused (2) sampel Tara setelah dilakukan pengisian BDKT (used dry tare), dengan cara membuka kemasan BDKT, memisahkan ‘Tara (kemasan dan bahan lain yang ada dalam BDKT yang tidak dapat dikonsumsi) dengan produk BDKT dan membersihkan Tara sampai tidak ada produk BDKT yang tersisa; ©) timbang berat dari masing-masing Tara tersebut; 4) catat berat masing-masing Tara ke dalam cerapan pengujian kebenaran kuantitas BDKT dalam satuan berat secara umum; ¢) hitung rata-rata berat Tara (ATW) dari sampel Tara yang telah ditimbang dengan rumus: 1¥ x, a dimana: n = ukuran sampel i urutan sampel Xi = nilai Tara hasil penimbangan sampel ke-i jika ATW kurang dari atau sama dengan 10% Qn maka ATW dapat digunakan untuk menentukan kuantitas sebenarnya dari BDKT; f) dalam hal ATW lebih besar dari 10% Qn maka ambil sampel ‘Tara sebanyak 15 buah lagi dan hitung standar deviasi dari 25 sampel Tara dengan menggunakan rumus: ae es dimana: xy Sw = standar deviasi sampel Tara 3 " ukuran sampel urutan sampel 16 xi = nilai Tara hasil penimbangan sampel ke-i X= rata-rata berat Tara Apabila standar deviasi sj kurang dari 0,25 T, maka hitung rata-rata dari 25 sampel Tara sebagai nilai ATW. g) dalam hal ATW lebih besar dari 10% Qn dan sq lebih besar dari 0,25 T, maka tidak perlu menghitung ATW dan ATW tidak dapat dipergunakan schingga berat masing-masing Tara dihitung sebagaimana petunjuk pada Tabel 7. Tabel 7. Tara Jika. Maka ] ATW s 10% Qn Gunakan ATW untuk menentukan kuantitas produk BDKT yang sebenarnya. ATW > 10% Qn dan sq) < 0,25T ATW > 10% Qn dan sj > 0,25 t Gunakan sebanyak 25 BDKT ik menghitung ATW. | ATW tidak dapat digunakan. | Gunakan berat Tara masing- masing untuk menentukan kuantitas produk BDKT yang sebenarnya. 2) Melakukan pengujian kebenaran kuantitas BDKT dengan langkah- langkah sebagai berikut: a) Timbang berat kotor (bruto) dari sampel BDKT. b) Catat data berat kotor (bruto) ke dalam Cerapan pengujian kebenaran kuantitas BDKT dalam satuan berat secara umum. c) Hitung kuantitas sebenarnya (Qi) dengan rumus: Oy) = Brutoyy ATW Apabila ATW tidak digunakan maka hitung kuantitas sebenarnya dengan rumus: Qqy = Brutog, ~ Berat tara d) Hitung kesalahan BDKT individu («)dengan rumus: & = 2 -Q, ¢) Ulangi langkah a) sampai d) secara berurutan untuk masing- masing sampel BDKT. f) Tentukan hasil —_pengujian ~_ memenuhi/tidak © memenuhi Ketentuan 1 sebagaimana pada Bab III Sub Bab 3.2. angka 1. g) Tentukan hasil _pengujian _ memenuhi/tidak © memenuhi Ketentuan 2 sebagaimana pada Bab III Sub Bab 3.2. angka 2. h) Tentukan _hasil _pengujian_ memenuhi/tidak — memenuhi Ketentuan 3 sebagaimana pada Bab III Sub Bab 3.2. angka 3. 17 i) Apabila seluruh ketentuan pada Tabel 5 terpenuhi, maka lot pemeriksaaan dinyatakan diterima dan jika tidak terpenuhi seluruhnya, maka lot pemeriksaan dinyatakan ditolak, J) Untuk kuantitas nominal BDKT yang kurang dari 5 gram, hanya berlaku Ketentuan 1 pada Tabel 5 yaitu rata-rata kuantitas sebenarnya tidak boleh kurang dari Qn. 2, Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT yang Dibekukan (Frozen) Pengujian kebenaran kuantitas BDKY yang dibekukan (frozen) menggunakan metode pengujian dengan cara merusak. a. Pesiapan 1) Menyiapkan peralatan atau perlengkapan yang diperlukan antara lain: a) timbangan elektronik dengan skala interval yang sesuai berdasarkan petunjuk pada Tabel 6; b) termometer dengan daya baca 1°C; ¢} stopwatch; d) alat hitung (kalkkulator atau komputer}; ¢) keranjang; f) 2 (dua) wadah penampung cairan; g) wastafel (air yang mengalir) dan penyiramnya; h) saringan logam dengan ukuran lubang maksimal 2,36 mm? dan ketebalan 1,12 mm untuk: Diameter Saringan No. Komoditas 20 em 30cm 1. |Buah dan sayuran yang] Qn < 1,40 kg | Qn > 1,40 kg dibekukan 2. |Makanan laut atau ikan| Qn<900g | Qn>900g yang dilapisi air dan dibekukan 3. |Udang dan kepiting yang) Qns450g | Qn>450g dibekukan i) sarung tangan; dan i) lap kain/tissue, 2) Menyiapkan dokumen yang diperlukan, antara lain: a) cerapan pengujian kebenaran kuantitas BDKT yang dibekukan (frozen) dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 b) sertifikat timbangan; dan c) sertifikat termometer. 3) Memastikan timbangan dantermometer yang akan digunakan harus sudah dikalibrasi/ditera ulang dan memiliki sertifikat/tanda tera sah yang berlaku. 4) Menyetel timbangan dalam keadaan datar dan menunjuk angka 0 (nol). 18 5) Mencatat data BDKT pada cerapan pengujian kebenaran kuantitas BDKT yang dibekukan (frozen). 6) Menentukan lot pemeriksaan dan sample mengacu pada Tabel 2. 7) Menentukan Batas Kesalahan yang Diizinkan (I) sebagaimana Tabel 3. b. Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT 1) Menentukan kuantitas sebenarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Buah dan sayuran yang dibekukan (1) Timbang saringan dan wadah secara bersamaan. (2) Catat berat hasil penimbangan tersebut (m:) ke dalam cerapan pengujian kebenaran kuantitas BDKT yang dibekukan (frozen). (3) Timbang berat brutto dari sampel BDKT. (4) Catat berat bruto ke dalam cerapan pengujian kebenaran kuantitas BDKT yang dibekukan (frozen) (5) Jika BDKT tidak kedap air, letakkan BDKT di kantong plastik dan keluarkan setiap kelebihan udara menggunakan penyedot kemudian tutup kembali dengan rapat. (6) Rendam BDKT ke dalam air suhu (201)°C dengan keadaan air mengalir, sampai es mencair. (7) Setelah es mencair, pindahkan BDKT dan keringkan. (8) Buka BDKT secara hati-hati, minimalkan guncangan agar BDKT tidak rusak. (9) Timbang berat ‘Tara dari sampel BDKT. (10) Catat berat Tara pada cerapan pengujian kebenaran kuantitas BDKT yang dibekukan (frozen), (11) Pindahkan produk ke dalam saringan. Upayakan BDKT tersebar dalam saringan dan kemudian miringkan saringan dengan kemiringan 17° sampai 20°. (12) Tiriskan selama 2 (dua) menit. (13) Tempatkan saringan di atas wadah dan timbang kembali berat saringan, wadah dan produk (md). (14) Hitung berat sebenarnya (P) dengan cara mengurangi berat saringan, wadah dan produk (md) dengan berat saringan dan wadah (mr) dengan menggunakan rumus: Ps (15) Ulangi langkah (1) sampai (14) secara berurutan untuk masing-masing sampel BDKT. (16) Tentukan jumlah kandungan cairan dengan cara: 4- mr (a) Hitung berat netto (BDKT dan cairan) untuk masing- masing sampel BDKT dengan menggunakan rumus: Berat Netto = Berat Brutto - Berat Tara (b) Hitung berat kandungan cairan untuk masing-masing sampel BDKT dengan menggunakan rumus: 19 Berat kandungan cairan = Berat Netto - P (c) Hitung rata-rata berat kandungan cairan dan rata-rata berat netto (BDKT+cairan), (d) Hitung —persentase kandungan cairan dengan menggunakan rumus: rata rata berat kandungan cairan rata —rata berat netto Persentase = «100% b) Makanan laut atau ikan dilapisi air yang dibekukan (1) Timbang saringan dan wadah secara bersamaan. (2) Catat berat hasil penimbangan tersebut (mT) ke dalam cerapan pengujian kebenaran kuantitas BDKT yang dibekukan (frozen). (3) Timbang berat bruto dari sampel BDKT. (4) Catat berat bruto ke dalam cerapan pengujian kebenaran kuantitas BDKT yang dibekukan (frozen) (5] Buka kemasan BDKT dan tempatkan produk di bawah siraman air dingin yang mengalir secara perlahan-lahan hingga lapisan es terbuang. Lakukan secara hati-hati untuk menghindari kerusakan produk. (6) Timbang berat Tara dari sampel BDKT. (7) Catat berat Tara pada cerapan pengujian kebenaran kuantitas BDKT yang dibekukan (frozen). (8) Pindahkan produk ke dalam saringan, (9) Miringkan saringan dengan kemiringan 179 sampai 20° dari garis horizontal untuk mengeringkan/mengalirkan tanpa mengubah posisi produk tersebut. (10) Tiriskan selama 2 menit (11) Tempatkan saringan di atas wadah dan timbang kembali berat saringan, wadah dan produk (md). (12) Hitung berat sebenarnya (P) dengan cara mengurangi berat saringan, wadah dan produk (md) dengan berat saringan dan wadah (mT) dengan menggunakan rumus: P=ma-mr (13) Ulangi langkah (1) sampai (12) secara berurutan untuk masing-masing sampel BDKT. (14) Tentukan jumlah kandungan cairan dengan cara: (a) Hitung berat netto (BDKT+cairan) untuk masing-masing sampel BDKT dengan menggunakan rumus: Berat Netto = Berat Brutto - Berat Tara (b) Hitung berat kandungan cairan untuk masing-masing sampel BDKT dengan menggunakan rumus: Berat kandungan cairan = Berat Netto -P 20 (c) Hitung rata-rata berat kandungan cairan dan rata-rata berat netto (BDKT+cairan). (4) Hitung —persentase kandungan cairan dengan menggunakan rumus: rata ~ rata berat kandungan cairan rata ~ rata berat netto Persentase = x100% ¢) Udang dan kepiting yang dibekukan (1) Timbang wadah dan saringan untuk menampung produk. (2) Catat berat hasil penimbangan tersebut (mm). (3) Timbang berat brutto untuk masing-masing sampel BDKT. (4) Buka kemasan BDKT dan timbang berat Tara untuk masing-masing sampel BDKT. (5) Tempatkan produk dalam keranjang dan rendam dalam wadah air yang berukuran besar (minimal 15 liter) pada suhu (26 + 1)°C. Bagian atas dari keranjang tersebut harus lebih tinggi dari permukaan air. (6) Pertahankan pada suhu tersebut dengan cara menyirami wadah dengan air mengalir sampai produk mencair. (7) Segera setelah es mencair yang ditunjukan dengan hilangnya sifat keras/beku pada produk, pindahkan produk ke dalam saringan. (8) Miringkan saringan tersebut hingga mendekati kemiringan 30° dari garis horizontal untuk melancarkan pengaliran tanpa mengubah posisi produk. (9) Tiriskan selama 2 menit. (10) Tempatkan saringan di atas wadah dan timbang kembali berat saringan, wadah dan produk (md). (11) Hitung berat sebenarnya (P) dengan cara mengurangi berat saringan, wadah dan produk (ma) dengan berat saringan dan wadah (m:), menggunakan rumus: P= ma-mr (12) Ulangi langkah (1) sampai (11) secara berurutan dari masing-masing sampel BDKT. (13) Tentukan jumlah kandungan cairan dengan cara: (a) Hitung berat netto (BDKT+cairan) untuk masing-masing sampel BDKT dengan menggunakan rumus: Berat Netto = Berat Brutto - Berat Tara (b) Hitung berat kandungan cairan untuk masing-masing sampel BDKT dengan menggunakan rumus: Berat kandungan cairan = Berat Netto -P (c] Hitung rata-rata berat kandungan cairan dan rata-rata berat netto. (a) Hitung —persentase kandungan —_cairan dengan menggunakan rumus: 21 ata ~rata berat kandungan cairan rata ~ rata berat netto Persentase 100% 2) Menentukan kesalahan BDKT individu (a) dengan mengurangi nilai kuantitas sebenarnya dengan kuantitas nominal, menggunakan rumus: 4,=P-9, 3) Menentukan _hasil__pengujian ~memenuhi/tidak —_ memenuhi Ketentuan 1 sebagaimana pada Bab III Sub Bab 3.2. angka 1. 4) Menentukan hasil —_pengujian _ memenuhi/tidak — memenuhi Ketentuan 2 (sebagaimana pada Bab III Sub Bab 3.2. angka 2. 5) Menentukan hasil__pengujian _memenuhi/tidak — memenuhi Ketentuan 3 sebagaimana pada Bab Ill Sub Bab 3.2. angka 3. 6) Apabila seluruh ketentuan pada Tabel 5 terpenuhi, maka lot pemeriksaan dinyatakan diterima dan jika tidak’ terpenuhi seluruhnya, maka lot pemeriksaan dinyatakan ditolak, 7) Untuk kuantitas nominal BDKT yang kurang dari 5 gram, hanya berlaku Ketentuan 1 pada Tabel 5 yaitu rata-rata kuantitas sebenarnya tidak boleh kurang dari Qn. 3. Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT Berat Tuntas (Drained Weight) Pengujian atas kebenaran kuantitas BDKT berat tuntas (drained weight) atau produk BDKT dalam media cair diterapkan pada BDKT dengan kuantitas nominal sampai 50 kilogram, Pengujian atas kebenaran kuantitas BDKT berat tuntas (drained weight) dilakukan apabila pada kemasan BDKT hanya mencantumkan berat tuntas (drained weght) dan apabila pada kemasan BDKT juga mencantumkan berat bersih (netto) maka dapat dilakukan juga pengujian BDKT menggunakan prosedur pengujian kebenaran kuantitas BDKT dalam satuan berat secara umum. Ketika suatu BDKT berisi barang yang bersifat padat dalam suatu media cair maka terdapat tiga kemungkinan yang dapat dilakukan: - Media cair dimaksudkan untuk ditinggalkan/dibuang _ setelah digunakan (misalnya mentimun dalam air cuka). Istilah °isi BDKT” (sama dengan °kuantitas produk”) diterapkan pada produk yang bersifat padat. Dalam kasus ini produlc bersifat padat adalah produk yang berada dalam kemasan tanpa memperhitungkan bahan kemasan dan media cair. Dalam hal ini, “bahan kemasan” (semua yang dimaksudkan untuk ditinggalkan setelah digunakan) termasuk media cairnya. “Isi BDKT” hanyalah produk yang bersifat padat. - Media cair tersebut dibuang setelah digunakan (misalnya mentimun dalam air cuka). Istilah *isi BDKT” (kuantitas produk) hanya diterapkan pada produk yang bersifat padat yaitu produk yang berada dalam kemasan tanpa memperhitungkan bahan kemasan dan media cairnya. - Media cair tidak dimaksudkan untuk ditinggalkan/dibuang setelah digunakan (misalnya minuman keras dengan kismis, dan jus buah dengan daging buahnya). Istilah “isi BDKT” (sama dengan “kuantitas 22

Anda mungkin juga menyukai