FILSAFAT
ILMU P K L H
Disusun Oleh :
Dr. Ir. H. Darwis, M.Sc.
Prof. Dr. H. Hammado Tantu, M.Pd.
ISBN : 978-602-328-219-7
BAB – I
DASAR-DASAR
FILSAFAT ILMU
6. Peter Caws
Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba
berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan
pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua
macam hal: di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang
manusia dan alam semesta, yang menyajikannya sebagai
landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di pihak lain,
filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan
sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan,
termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada
penghapusan ketidak-tepatan dan kesalahan.
7. Alfred Cyril Ewing
Istilah filsafat ilmu biasanya diterapkan pada cabang logika
yang membahas dalam suatu cara yang dikhususkan metode-
metode dari ilmu-ilmu yang berlainan.
8. Antony Flew
Ilmu empiris yang teratur menyajikan hasil yang paling
mengesankan dari rasionalitas manusia dan merupakan salah
satu dari calon yang diakui terbaik untuk pengetahuan. Filsafat
ilmu berusaha menunjukkan dimana letak rasionalitas itu; apa
yang khusus mengenai penjelasan-penjelasannya dan
kontruksi-kontruksi teorinya; apa yang memisahkannya dari
perkiraan dan ilmu-semu serta membuat ramalan-ramalannya
dan berbagai teknologi berharga untuk dipercaya; yang
terpenting apakah teori-teorinya dapat diterima sebagai
mengungkapkan kebenaran tentang suatu realitas objektif
yang tersembunyi
9. A. R. Lacey
Terutama studi tentang bagaimana ilmu bekerja atau
seharusnya bekerja. Studi tentang bagaimana ini melakukan
biasanya diterima sebagai suatu petunjuk yang layak tentang
bagaimana ini seharusnya. Studi ini sering disebut metodologi,
suatu istilah yang dapat juga bersifat relatif, misalnya
metodologi sejarah.
10. John Macmurray
Dalam filsafat ilmu, fokus kajiannya akan meliputi berbagai
pemeriksaan kritis terhadap pandangan-pandangan umum,
prasangka-prasangka alamiah yang terkandung dalam asumsi-
asumsi ilmu atau yang berasal dari keasyikan dengan ilmu;
tetapi yang bukan sendirinya merupakan hasil-hasil
penyelidikan dengan metode-metode yang ilmu memakainya.
Ketika saya mendefinisikan filsafat ilmu sebagai penilaian filsuf
tentang ilmu itu sendiri, hal inilah yang terdapat dalam pikiran
saya.
11. D. W. Theobald
Ilmu dalam garis besarnya bersangkutan dengan apa yang
dapat dianggap sebagai fakta tentang dunia yang kita diami.
Filsafat ilmu di pihak lain dalam garis besarnya pula
bersangkutan dengan sifat dasar fakta ilmiah, atau
dinyatakannya secara lain, bersangkutan dengan fakta-fakta
mengenai fakta-fakta tentang dunia.
12. Stephen R. Toulmin
Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-
tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses
penyelidikan ilmiah-prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola
perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan,
manusia itu sendiri. Semua jawabannya ada pada sikap ilmuwan itu
sendiri dan hakikat dari ilmu yang berfungsi untuk keselamatan dan
kebahagiaan manusia.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa ilmuan harus mampu
menjawab berbagai permasalahan ilmiah, antara lain :
1. Apakah kegunaan ilmu itu bagi kita ?, tak dapat disangkal
lagi bahwa ilmu telah banyak mengubah dunia dalam
memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan dan
berbagai wajah kehidupan yang duka.
2. Apakah ilmu selalu merupakan berkat dan penyelamat bagi
manusia ?, bukankah atom yang diciptakan memiliki dua
sisi mata uang, dimana satu sisi bisa dimanfaatkan sebagai
sumber energi bagi pemenuhan hajat manusia di muka
bumi, sedangkan sisi sebaliknya, dipergunakan sebagai
bahan perakit bom atom yang berakibat dashat bagi
penghancuran eksistensi keberadaan manusia dan makhluk
hidup lainnya di area dan sekitar ledakan.
Begitu juga berbagai upaya yang telah dilakukan manusia,
sebagai contoh, yaitu usaha untuk memerangi kuman yang
membunuh manusia sekaligus menghasilkan senjata kuman yang
dipakai sebagai alat untuk membunuh sesama manusia. Einstein
mengeluh di hadapan mahasiswa California Institute of Technology,
“Dalam peperangan ilmu menyebabkan kita saling meracuni dan
saling menjegal. Di kerumunan dunia, yang sedang
tercipta perdamaian, ilmu membuat hidup kita dikejar waktu dan
penuh dengan ketidakpastian. Mengapa ilmu yang amat indah ini,
yang menghemat kerja dan membuat hidup lebih mudah, hanya
membawa kebahagiaan yang sedikit sekali kepada kita ?” (Jujun S.
Suriasumantri, 2000).
1. Akal sehat
Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973), akal sehat
adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang
memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan.
Konsep merupakan kata yang dinyatakan abstrak dan dapat
digeneralisasikan kepada hal-hal yang khusus. Akal sehat ini
dapat menunjukan hal yang benar, walaupun di sisi lainnya
dapat pula menyesatkan.
2. Intuisi
Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang
cukup cepat dan berjalan dengan sendirinya. Biasanya
didapat dengan cepat tanpa melalui proses yang panjang
dan tanpa disadari. Dalam pendekatan ini tidak terdapat hal
yang sistemik, atau dengan kata lain bahwa pengetahuan
intuitif didapatkan oleh manusia secara tiba-tiba tanpa
melalui suatu proses penalaran tertentu. Kegiatan intuitif ini
bersifat sangat personal dan tidak bias diramalkan. Kegiatan
intuitif dan analitik dapat bekerja saling membantun untuk
menemukan suatu kebenaran. Oleh karena itu maka
pengetahuan intuitif dpat dipergunakan sebagai “hipotesis”
untuk analisis selanjutnya di dalam menentukan benar-
tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Menurut Maslow
bahwa intuisi merupakan “peak experience” seseorang,
sedangkan menurut Nietschze bahwa intuisi merupakan
“integensi yang paling tinggi”.
3. Prasangka
Pengetahuan yang dicapai secara akal sehat biasanya diikuti
dengan kepentingan orang yang melakukannya kemudian
membuat orang mengumumkan hal yang khusus menjadi
4. Metode Ilmiah
Ini digunakan oleh para ilmuwan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu. Metode Ilmiah
terdiri dari :
a) Pengamatan / pengalaman yang digunakan sebagai dasar
untuk merumuskan masalah.
b) Hipotesis, untuk penyelesaian yang berupa saran. Ini
bersifat sementara dan perlu diverifikasi lebih lanjut.
Dalam hipotesis, kebenaran masih bersifat probalitas.
Kegiatan akal bergerak keluar dari pengalaman, mencari
suatu bentuk untuk menyusun fakta-fakta dalam kerangka
tertentu. Hipotesis dilakukan melalui penalaran induksi,
dan memuat kalkulasi dan deduksi.
c) Eksperimentasi, merupakan kajian terhadap hipotesis.
Hipotesis yang kebenarannya dapat dibuktikan dan
diperkuat dinamakan hukum, sedangkan di atas hokum
terdapat teori.
Selain dari pendekatan non-ilmiah dan pendekatan ilmiah
sebagaimana yang diuraikan di atas, ilmu pengetahuan juga bisa
didapatkan melalui pendekatan transcendental (iman).
Pengetahuan tentang agama yang bersumber dari wahyu Ilahi
melalui para nabi (manusia pilihan), tidak semuanya dapat ditelaah
dengan kekuatan berpikir, karena disamping memuat pengetahuan
mengenai kehidupan dunia (terjangkau indera manusia), juga
memuat pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat supernatural
seperti kehidupan alam ruh sebelum kehidupan alam fana, latar
belakang penciptaan manusia, dan kehidupan di alam akhirat
setelah kehidupan alam fana ini.
BAB – II
EKSISTENSI &
ESENSI PKLH
A. PKLH Inter-disipliner
Menurut J. M. Pemberton dan A.E. Prentice (1990), dalam
bukunya The Interdisciplinary Context, bahwa Interdisipliner
(interdisciplinary) adalah interaksi intensif antar satu atau lebih
disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak,
melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan
tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.
Pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam
pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai
sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara
terpadu. Dalam pemecahan masalahannya di bidang ekonomi
dengan interdisipliner hanya dengan satu ilmu saja yang serumpun.
Secara akademik, interdisipliner mencakup empat bidang,
yakni : pengetahuan, riset, pendidikan dan teori. Pengetahuan
interdisipliner melibatkan kesamaan komponen dari dua atau lebih
disiplin. Riset interdisipliner menggabungkan komponen dari dua
atau lebih disiplin dalam rangka mencari pengetahuan, praktek dan
ekspresi artistik yang baru. Pendidikan interdisipliner
menggabungkan komponen dua atau lebih disiplin dalam satu
program instruksi. Teori interdisipliner mengambil pengetahuan,
riset dan pendidikan interdisipliner sebagai objek kajian utamanya.
Tidak jarang ditemukan penolakan terhadap pengetahuan
yang bersifat interdisipliner atau riset yang merefleksikan
kesalahpahaman dalam pentingnya kontribusi pengetahuan
tersebut terhadap (1) perkembangan pengetahuan dan keilmuan,
(2) keuntungan sosial bagi masyarakat, dan (3) keuntungan
individu.
Menurut Russel et.al., bahwa Interdisiplineritas yaitu ketika
masalah yang bertumpang tindih antar disiplin ilmu dikaji oleh
ilmuwan dari dua atau lebih disiplin ilmu.
global, yaitu bahwa bumi kita ini alamiah dan teratur, bahwa
manusia yang tinggal di atasnya hanya diwarisi sebuah bumi yang
“serba terbatas” dan oleh karenanya manusia perlu menyadari
akan adanya “batas-batas pertumbuhan”, sehingga mereka pun
perlu menumbuhkan “lifeboat ethics”. Adanya kaitan erat antara
pertumbuhan penduduk yang cepat dengan sejumlah
permasalahan sosial dan lingkungan menjadi persoalan
kependudukan penting untuk dibicarakan sebagai sebuah isu
global. Beberapa permasalahan kependudukan, yang bertalian
dengan pertumbuhan penduduk yang cepat dan tanpa henti,
adalah pencemaran lingkungan, perubahan iklim, pengrusakan
hutan, urbanisasi, penurunan pendapatan, inflasi, pengangguran,
perumahan, tingkat melek huruf, kelaparan, kekurangan air bersih,
keterbatasan pelayanan kesehatan, energi dan sumber daya alam,
dan konflik politik.
Untuk memahami keadaan kependudukan dewasa ini yang
antara lain ditandai dengan pertumbuhan cepat itu, kita perlu
memahami pula sejarah trend kependudukan dunia. Pada
kenyataannya pertumbuhan penduduk secara cepat tadi adalah
fenomena baru. Selama 8000 tahun dalam sejarah demografi dunia
memperlihatkan pertumbuhan penduduk dunia yang relatif stabil
dan lambat. Barulah kemudian mulai dua atau tiga abad yang lalu
isu penting demografi dan sosial bergeser ke arah “bagaimana
mempertahankan kelestarian hidup (survival)”. Sebenarnya, masa
yang lalu terdapat tingkat kelahiran (fertilitas) yang tinggi di hampir
semua kelompok, hanya saja saat itu fertilitas yang tinggi diiringi
dengan tingkat kematian (mortalitas) yang juga tinggi, sebagai
akibat rendahnya mutu pelayanan kesehatan. Bahkan, di beberapa
tempat dulunya terjadi angka kematian bisa lebih tinggi dari pada
angka kelahiran.
mengolah polusi itu menjadi air yang tak tercemar. Ketika melihat
sampah, yang ada di dalam benaknya ialah sumber daya baru yang
bahkan mampu menghasilkan uang. Air limbah pun dijadikan
potensi pupuk buatan atau didaur ulang menjadi air minum lagi.
Maka dapat dikatakan bahwa hakikat PKLH harus mampu
mendekatkan guru dan muridnya kepada lingkungan dan
permasalahan kependudukan, dimana mereka harus menjadi
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan lingkungan hidup
dan kependudukan, dan bukan menjadi sang penimbul masalah itu
sendiri. Dengan kata lain PKLH mempunyai esensi untuk mendidik
manusia memahami pentingnya keseimbangan alam dan
lingkungan hidup, untuk dapat menjamin kelestarian dan
berkelanjutannya. Inilah PKLH yang implementatif dan berpeluang
membentuk perilaku guru dan murid yang berkarib dengan
lingkungan (environmentaly friendly) sehingga tak sekadar
berwawasan lingkungan. Mereka pasti senang bereksperimen dan
mengeksplorasi kemampuan dirinya di alam bebas. Itu sebabnya,
pembagian 30% teori dan 70% praktik menjadi jalan yang ideal.
Guru dan murid akan lebih banyak belajar di luar kelas dan
berdiskusi. Guru harus betul-betul siap pada semua kemungkinan
pertanyaan yang muncul, dan jangan marah apabila belum bisa
memberikan penjelasan yang logis dan berterima. Artinya, guru
harus terus belajar dan belajar terus. Hasilnya baru akan tampak
setelah sekian tahun kemudian karena memang merupakan proses,
butuh waktu untuk pembentukan perilakunya, yaitu perilaku
manusia cinta lingkungan, manusia yang peduli pada pembangunan
berkawan lingkungan, manusia yang sadar akan pentingnya
membangun SDM berkualitas, agar kehidupan dan pembangunan
dari generasi ke generasi dapat berkelanjutan (sustainable
development).
a. Pilar Ekonomi
Menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin
ramah terhadap lingkungan hidup sesuai dengan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi yang
berkaitan adalah: Pola konsumsi dan produksi, Teknologi
bersih, Pendanaan/pembiayaan, Kemitraan usaha,
Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan, Industri,
dan Perdagangan.
b. Pilar Sosial
Menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat
dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Isu atau materi
yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan, Pendidikan,
Kearifan/budaya lokal, Masyarakat pedesaan, Masyarakat
perkotaan, Masyarakat terasing/terpencil,
Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan Hukum dan
pengawasan.
c. Pilar Lingkungan
Menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan yang berkelanjutan. Isu atau materi yang
berkaitan dengan hal ini adalah : (1) Pengelolaan
sumberdaya air, (2) Pengelolaan sumberdaya lahan, (3)
Pengelolaan sumberdaya udara, (4) Pengelolaan
sumberdaya laut dan pesisir, (5) Energi dan sumberdaya
mineral, (6) Konservasi satwa dan tumbuhan langka,
keanekaragaman hayati, dan (7) Penataan ruang Kesadaran
subyektif dan kemampuan obyektif adalah suatu fungsi
dialektis yang terkristal dalam diri manusia dalam
hubungannya dengan kenyataan yang saling bertentangan
yang harus dipahaminya.
BAB – III
PKLH SEBAGAI SUATU
ILMU PENGETAHUAN
2. Ekosentrisme
Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika
lingkungan biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering
disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan.
Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang
antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika hanya
pada komunitas manusia. Keduanya memperluas keberlakuan
etika untuk mencakup komunitas yang lebih luas. Pada
biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang
hidup (biosentrisme), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang
pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk
mencakup komunitas ekosistem seluruhnya (ekosentrisme).
3. Teosentrisme
Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih
memperhatikan lingkungan secara keseluruhan, yaitu
hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada
teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism)
dalam mengatur hubungan manusia dengan lingkungan.
Untuk di daerah Bali, konsep seperti ini sudah ditekankan
dalam suatu kearifan lokal yang dikenal dengan Tri Hita
Karana (THK), dimana dibahas hubungan manusia dengan
Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia
(Pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan
(Palemahan).
Sebagai pegangan dan tuntunan bagi prilaku manusia dalam
berhadapan dengan alam, terdapat beberapa prinsip dalam nilai-
nilai etika lingkungan yaitu :
7. Prinsip Keadilan
Prinsip ini berbicara terhadap akses yang sama bagi semua
kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan
kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian
alam, dan dalam ikut menikmati manfaat sumber daya alam
secara lestari.
8. Prinsip Demokrasi
Prinsip ini didsari terhadap berbagai jenis perbeaan
keanekaragaman sehingga prinsip ini terutama berkaitan
dengan pengambilan kebijakan didalam menentukan baik-
buruknya, tusak-tidaknya, suatu sumber daya alam.
9. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap
dan prilaku moral yang terhormat serta memegang teguh
untuk mengamankan kepentingan publik yang terkait dengan
sumber daya alam.
BAB – IV
DINAMIKA DAN
NILAI FALSAFAH PKLH
yang ada di dalam benaknya ialah sumber daya baru yang bahkan
mampu menghasilkan uang. Air limbah pun dijadikan potensi pupuk
buatan atau didaur ulang menjadi air minum lagi. Pendeknya, PKLH
harus mendekatkan guru dan muridnya kepada lingkungan dan
menjadi bagian dari solusi, bukan sang penimbul masalah.
Dari uraian tersebut di atas, maka semakin jelas tergambar
bagaimana dinamika ilmu PKLH, yang menurut penulis akan
berkembang dinamis seiring dengan dinamika dari berbagai hal,
antara lain :
1. Perkembangan penduduk, baik jumlah maupun sikap,
perilaku dan keinginannya.
2. Perubahan lingkungan hidup, baik iklim maupun
lingkungan biotik dan abiotik.
3. Permasalahan kependudukan dan lingkungan hidup, baik
komplik korelatif maupun self-problem dari masing-
masing komponen.
4. Konsep pengendalian kehidupan umat manusia, dan
penyelamatan lingkungan hidup (bumi).
gerak dan diam bersifat relatif bagi si penatap. Teori ini menurut
Iqbal telah membuat ruang itu tergantung pada benda. Alam itu
bukan semacam pulau dalam suatu ruang yang tidak terhingga.
Alam itu berkesudahan tetapi tanpa batas ruang kosong. Jika
benda-benda tidak ada maka alam akan mengkerut menjadi suatu
titik. Iqbal juga menyatakan bahwa teori Einstein sekedar
membicarakan struktur benda-benda dan tidak menerangkan apa
pun tentang sifat terakhir dari benda-benda yang spritual. Iqbal
menyetujui pandangan ruang dari Einstein, ruang sebagai suatu
bentuk yang dinamis (Sudaryanto, 2003).
Dengan uraian di atas jelas tergambar bahwa ilmu
pengetahuan selalu berkembang setiap saat akan membutuh
ruang, sehingga “tidak bebas ruang”.
B. Pengertian Waktu dalam Ilmu Pengetahuan
Terdapat berbagai bentuk waktu yaitu waktu objektif, waktu
matematik, waktu mutlak, dan waktu relatif. Waktu objektif dalam
arti berada di luar diri manusia sebagai realitas tersendiri Waktu
matematik adalah waktu yang dipandang sebagai matra atau
ukuran dari gerak atau waktu yang terukur. Waktu mutlak adalah
waktu yang keberadaannya ditentukan atau terpengaruh oleh
keberadaan yang lain.
Konsep waktu matematik telah dimulai oleh Zeno (± 480 SM)
yang berpendapat bahwa ruang dan waktu itu tidak habis-habisnya
bila dibagi. Waktu tidak habis dibagi dalam detik-detik. Gerakan
merupakan gejala yang bersifat semu. Ia menyimpulkan bahwa
gerak itu tidak ada sebab yang ada adalah yang satu dan tidak
berubah. Iqbal yang menjelaskan ruang dan waktu dari Zeno ini
dibantah oleh Al-Ashari yang mengemukakan adanya ruang, waktu
dan gerak otomatik. Seperti halnya benda yang terdiri dari atom-
atom yang tidak dapat dibagi-bagi, maka ruang, waktu, dan gerakan
BAB – 5
KONSEP DASAR PKLH
B. PKLH Multi-disipliner
Sebagaimana uraian di atas, bahwa salah satu jalur
pengembangan ilmu PKLH adalah melalui pendekatan multi-
disipliner. Menurut J. M. Pemberton dan A.E. Prentice (1990),
dalam bukunya The Interdisciplinary Context, bahwa Multidisipliner
(multidisciplinay), adalah penggabungan beberapa disiplin ilmu
untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu.
Pendekatan Multidisipliner adalah pendekatan dalam
pemecahan suatu masalah dengan menggunakan berbagai sudut
pandang banyak ilmu yang relevan. Jadi dalam pemecahan masalah
kesejahteraan dengan menggunakan berbagai sudut pandang ilmu-
ilmu yang relevan.
Menurut Russel et.all., bahwa multidisiplineritas yaitu
ketika spesialis berbagai disiplin ilmu bekerja sama dengan
mempertahankan perspektif dan pendekatan disiplin ilmu mereka.
Contohnya masalah kependudukan berupa kemiskinan
rakyat Indonesia; Jika pemecahan masalah kemiskinan hanya dilihat
dari sudut ilmu ekonomi, dimana Ilmu ekonomi memandang dirinya
sebagai suatu studi tentang bagaimana langkahnya agar sumber-
sumber daya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan-
keinginan manusia yang tidak terbatas, maka kemiskinan tidak akan
pernah terpecahkan karena yang dapat memanfaatkan sumber-
sumber ekonomi adalah kelompok yang bermodal, sehingga yang
kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Buktinya selama
rezim Orde Baru pertumbuhan ekonomi dipacu hingga Indonesia
menjadi “Macan Asia”, tetapi jumlah penduduk miskin semakin
banyak. Memecahkan kemiskinan perlu pendekatan multidisiplin
dari berbagai bidang ilmu, seperti : ilmu Ekologi yang mampu
mengubah nafsu untuk pemenuhan “keinginan” manusia menjadi
pemenuhan “kebutuhan” manusia; ilmu Agama yang mampu
seorang akademisi dalam memilih apa yang akan dikaji dan apa
yang tidak perlu dikaji.
a. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan segala
mahluk hidup, benda, dan daya serta manusia dengan segala
perilakunya, yang saling berhubungan secara timbal balik,
dimana perubahan slah satu komponennya akan
mempengaruhi komponen yang lain.
b. Manusia
Manusia adalah mahluk yang relatif paling sempurna memiliki
daya pikir, kreatifitas, motivasi, intuisi, sikap dan hati nurani
yang mendorong untuk berbuat dan berperilaku melebihi
mahluk hidup lain. Agar keberadaan manusia dan perilakunya
sebagai komponen tidak mengganggu keseimbangan
lingkungan hidup, maka seluruh potensi psikologis yang
mendasari perilakunya harus dibina melalui program
pendidikan. Kemampuan dan keterampilan yang
memungkinkan seseorang dapat mengendalikan secara
rasional dan bertanggung jawab terhadap keberadaan dan
pertumbuhan dirinya sebagai penduduk bumi, serta tetap
menjaga kelestarian daya dukung lingkungan, dan sedapat
mungkin untuk meningkatkannya.
c. Ilmu Kependudukan
Ilmu kependudukan (Demografi) adalah studi tentang jumlah,
pertumbuhan, persebaran, komposisi kependudukan serta
bagaimana keempat faktor tersebut berubah dari waktu ke
waktu. Dalam prakteknya ilmu kependudukan selalu
berhubungan dengan ilmu-ilmu yang lain serta sulit dibedakan
dengan studi kependudukan. Studi kependudukan
mempelajari secara sistematis perkembangan, fenomea-
fenomena dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya
dengan situasi sosial di sekitarnya.
d. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan dipertimbangkan sebagai jalur strategis yang
memberikan harapan untuk meunjang upaya memecahkan
masalah jangka panjang. Program pembinaan dan
pengendalian Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH)
perlu dilaksanakan secara terencana, sistematik, terarah dan
berkesinambungan. Program pendidikan selalu berkembang
dan maju dengan berbagai inovasi, agar sesuai dengan aspirasi
masyarakat. Dunia pendidikan berfungsi sebagai tempat
mewariskan norma dan nilai budaya sekaligus sebagai wadah
untuk memperkenalkan dan membina norma-norma baru yang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan dan
perkembangan kebudayaan nasional. Pada akhirnya nanti
kesadaran dan perilaku yang berwawasan kependudukan dan
lingkungan hidup dapat terwujud.
Dari uraian di atas semakin jelas bahwa program Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) dirasa dan mutlak
diperlukan sebagai salah satu alternatif guna menjawab tantangan
masalah kependudukan dan lingkungan hidup yang berkembang
saat ini dan yang akan datang. Evolusi pendidikan lingkungan hidup
dari dahulu sampai sekarang, tetap mengandung pesan yang tidak
berubah yakni peningkatan kesadaran, pengetahuan, sikap,
keterampilan dan partisipasi masayrakat tentang bagaimana
menjadi warga negara yang berawawasan lingkungan. Salah satu
rekomendasi yang dihasilkan adalah ”Pendidikan lingkungan hidup
hendaknya diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat secara
formal melalui sekolah-sekolah/lembaga/lembaga kependidikan
dan secara nonformal seperti melalui berbagai pertemuan atau
berbagai kelembagaan organisasi”, oleh karena itu metodologi
pendidikan lingkungan yang merupakan integral dari plekasanaan
pendiidkan lingkungan hidup secara formal harus dimiliki oleh
b. berfikir kreatif;
c. berfikir secara integratif;
d. memecahkan masalah.
Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang
bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan yang luas. Oleh
sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam penyelenggaraan
kegiatan pendidikan lingkungan hidup juga sangat beragam. Sesuai
dengan kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan
yang ditetapkan dalam Indonesian Summit on Sustainable
Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21 Januari 2004,
telah ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ketiga pilar tersebut merupakan
satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan dan saling
memperkuat. Adapun inti dari masing-masing pilar adalah :
a. Pilar Ekonomi
Menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin
ramah terhadap lingkungan hidup sesuai dengan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi yang
berkaitan adalah: Pola konsumsi dan produksi, Teknologi
bersih, Pendanaan/pembiayaan, Kemitraan usaha,
Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan, Industri,
dan Perdagangan.
b. Pilar Sosial
Menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat
dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Isu atau materi
yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan, Pendidikan,
Kearifan/budaya lokal, Masyarakat pedesaan, Masyarakat
perkotaan, Masyarakat terasing atau masyarakat terpencil,
Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan Hukum dan
pengawasan yang kuat.
c. Pilar Lingkungan
Menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan yang berkelanjutan. Isu atau materi yang
berkaitan dengan hal ini adalah : (1) Pengelolaan
sumberdaya air, (2) Pengelolaan sumberdaya lahan, (3)
Pengelolaan sumberdaya udara, (4) Pengelolaan
sumberdaya laut dan pesisir, (5) Energi dan sumberdaya
mineral, (6) Konservasi satwa dan tumbuhan langka,
keanekaragaman hayati, dan (7) Penataan ruang Kesadaran
subyektif dan kemampuan obyektif adalah suatu fungsi
dialektis yang terkristal dalam diri manusia dalam
hubungannya dengan kenyataan yang saling bertentangan
yang harus dipahaminya.
Memandang kedua fungsi dialektika semacam itu, akan
menghindarkan keterjebakan ke dalam kondisi kerancuan berfikir.
Obyektivitas pada pengertian si penindas bisa saja berarti
subyektivitas pada pengertian si tertindas, dan sebaliknya. Jadi
hubungan dialektis tersebut tidak berarti persoalan mana yang
lebih benar atau yang lebih salah. Oleh karena itu, pendidikan harus
melibatkan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektisnya,
yakni: Pengajar, Pelajar (peserta didik), dan Realitas dunia. Unsur
pengajar dan peserta didik adalah subyek yang sadar (cognitive),
sementara yang ketiga adalah obyek yang tersadari atau disadari
(cognizable). Hubungan dialektis semacam inilah yang tidak
terdapat pada sistem pendidikan mapan selama ini. Dengan kata
lain, bahwa langkah awal yang paling menentukan dalam upaya
pendidikan yakni suatu proses yang terus menerus, yang selalu
“mulai dan mulai lagi”, maka proses penyadaran akan selalu ada
dan merupakan proses yang sehati (inherent) dalam keseluruhan
proses pendidikan itu sendiri.
BAB – VI
PERANAN PKLH
DALAM
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
C. Lapangan Kerja
Permasalahan lapangan kerja untuk penduduk bukan hanya
dominasi terjadi di negara berkembang. Di negara maju sekalipun
permasalahan ini cukup merepotkan pemerintah, terutama di awal
abad ke 21 ini. Negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara yang
sepanjang abad ke 20, banyak mendominasi pertumbuhan ekonomi
lambat laun juga mengeluhkan dan merasakan kesulitan
pembukaan lapangan kerja bagi penduduknya. Ini salah satu bukti
keterbatasan sumber daya alam, di tengah serbuan pertumbuhan
populasi manusia yang seakan tak terbatas.
Untuk menyediakan lapangan kerja bagi penduduk,
menurut Ida B. Purmana (2011) pemerintah harus melakukan
minimal lima upaya, yakni :
a. Menarik investasi asing,
b. Meningkatkan eksport,
c. Menjaga daya beli masyarakat,
d. Mengoptimalisasi belanja pemerintah, dan
e. Meningkatkan produksi.
D. Human Capital
Pada akhir abad 20 berkembang suatu teori yang
menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan suatu bangsa lebih
ditentukan oleh sumber daya manusia sehingga potensi pada
modal fisik tidak lagi merupakan satu-satunya kekuatan
pembangunan. Sekarang ini kekuatan human capital yang ditopang
dengan sosial capital adalah kunci bagi kemajuan bahkan
keunggulan bersaing suatu negara secara berkelanjutan.
Teori human capital pertama-tama ramai dibahas di dalam
literatur ilmu ekonomi, pembangunan dan manajemen, sebagai
respons terhadap paradigma yang memandang manusia hanya
sebagai objek pembangunan yang hanya mau menerima hasil-hasil
pembangunan, memandang manusia hanya sebagai salah satu
sumber daya yang setingkat dengan sumber daya lainnya dalam
organisasi baik bisnis maupun pemerintahan. Teori human capital
hendak mengubah pendekatan pembangunan bahwa manusia
sebagai aset dan menekankan bahwa investasi manusia akan
menghasilkan pengembalian yang berguna dikemudian hari. Itulah
sebabnya kontribusi konsep dan teori human capital dilaporkan
dalam berbagai penelitian memiliki kontribusi yang positif bagi
peningkatan kinerja, pengurangan kemiskinan, peningkatan
kesejahteraan rakyat dan keunggulan bersaing (Tinneke, 2012).
Menurut Angela Baron dan Michael Armsthong (2007)
Human capital adalah suatu istilah yang berasal dari Schultz di
tahun 1961, seorang pakar ekonomi yang membuktikan bahwa
hasil pada investasi human capital melalui pendidikan dan pelatihan
di Amerika Serikat lebih besar daripada yang berdasarkan pada
investasi dalam modal fisik. Namun menurut Tinneke (2012) bahwa
ide mengenai human capital pertama-tama mulai dikumandangkan
oleh Adam Smith pada tahun 1776 dalam Wealth of Nations yang
menegaskan bahwa ada perbedaan antara cara-cara bekerja
226 | Filsafat Ilmu PKLH
Bab-6 : Peranan PKLH Dalam Pembangunan Berkelanjutan
hayati. Hal yang sama juga terjadi di lingkungan pesisir dan laut.
Kondisi ini diperburuk lagi dengan menurunnya kualitas udara
akibat merebaknya industrialisasi dan perlakuan yang tidak
ramah kepada atmosfer seperti semakin banyaknya polusi yang
berasal dari kendaraan bermotor.
Sementara itu, aktifitas manusia menghasilkan limbah
domestik, dan masalah ini mulai merambah perdesaan.
Kepadatan perkotaan turut pula meningkatkan beban
pencemaran pada lingkungan, dampak lain dari kepadatan kota
adalah alih fungsi lahan dari pertanian menjadi permukiman
dan industri.
Ledakan jumlah penduduk memunculkan kelas masyarakat
miskin, yang diikuti dengan merebaknya permukiman kumuh,
masalah kesehatan, gelandangan, kriminalitas, dan berbagai
masalah sosial lainnya. Sementara itu, seiring dengan
modernisasi, terjadi pergeseran nilai yang bersifat tradisional
agraris menuju masyarakat era indusrti yang antara lain
ditandai dengan perubahan pranata sosial, perubahan nilai-
nilai sosial. Perpindahan penduduk dari desa ke kota
mengakibatkan turunnya ketahanan ekologis perdesaan dan
menaikkan tingkat kerentanan kota. Berbagai masalah sosial di
atas berdampak pada melemahnya kontrol sosial, dan
cenderung diikuti timbulnya masalah sosial psikologi dalam
masyarakat. Sementara itu, keanekaragaman kelompok dan
ketimpangan ekonomi semakin mempertinggi persaingan dan
konflik kepentingan.
Berkenaan dengan itu, maka sasaran pembangunan
lingkungan diarahkan pada: (i) peningkatan pengenalan jumlah
dan mutu sumber daya alam serta jasa lingkungan yang
tersedia, (ii) pemeliharaan kawasan konservasi, (iii)
peningkatan sistem pengelolaan lingkungan, (v) pengendalian
Filsafat Ilmu PKLH | 243
Bab-6 : Peranan PKLH Dalam Pembangunan Berkelanjutan
1. Keberlanjutan Lingkungan.
a. Keberlanjutan lingkungan dilakukan dengan cara
menerapkan konservasi atau diversifikasi pemanfaatan
sumber daya alam. Indikator-indikator itu adalah
terjaganya keberlanjutan fungsi-fungsi ekologis; tidak
melebihi ambang batas baku mutu lingkungan yang
berlaku, nasional, dan lokal (tidak menimbulkan
pencemaran udara, air, tanah); terjaganya
keanekaragaman hayati (genetik, spesies, dan
ekosistem), dan tidak terjadi pencemaran genetika; dan
dipatuhinya peraturan tata guna lahan atau tata ruang.
b. Keselamatan dan kesehatan masyarakat lokal.
Indikator-indikator itu adalah tidak menyebabkan
timbulnya gangguan kesehatan; dipatuhinya peraturan
keselamatan kerja; dan adanya prosedur yang
terdokumentasi yang menjelaskan usaha-usaha yang
memadai untuk mencegah kecelakaan dan mengatasi
bila terjadi kecelakaan.
2. Keberlanjutan Ekonomi.
Yaitu kesejahteraan masyarakat lokal. Indikator-indikator
itu adalah tidak menurunkan pendapatan masyarakat lokal;
adanya kesepakatan dari pihak-pihak yang terkait untuk
menyelesaikan masalah-masalah PHK sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku; adanya upaya-upaya
untuk mengatasi kemungkinan dampak penurunan
pendapatan bagi sekelompok masyarakat; dan tidak
menurunkan kualitas pelayanan umum untuk masyarakat
lokal.
3. Keberlanjutan Sosial.
a. Partisipasi masyarakat. Indikator-indikator itu adalah
adanya proses konsultasi ke masyarakat lokal; dan
adanya tanggapan dan tindak lanjut terhadap komentar
dan keluhan masyarakat lokal.
b. Proyek tidak merusak integritas sosial masyarakat,
dengan indikator: tidak menyebabkan konflik di tengah
masyarakat lokal.
4. Keberlanjutan Teknologi.
Yaitu terjadi alih teknologi. Indikator-indikator itu adalah
tidak menimbulkan ketergantungan pada pihak asing dalam
hal pengetahuan dan pengoperasian alat (know-how); tidak
menggunakan teknologi yang masih bersifat percobaan dan
teknologi usang; dan mengupayakan peningkatan
kemampuan, dan pemanfaatan teknologi lokal.
Uraian tersebut di atas sesuai dengan pendapat Jacobs, dkk
(dalam Hadi, 2005) tentang prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar (fulfilment of
human needs) yang terdiri dari kebutuhan materi dan nonmateri;
pemeliharaan integritas lingkungan (maintenance of ecological
integrity) yang terdiri dari konservasi dan mengurangi konsumsi;
keadilan sosial (social equity) yang terdiri dari keadilan masa depan
dan kini; dan kesempatan untuk menentukan nasib sendiri (self
determination) yang terdiri dari masyarakat madani dan
partisipatori demokrasi.
Menurut Newman & Kenworthy (dalam Kemp & Martens,
2007), setidaknya terdapat empat prinsip dalam pembangunan
berkelanjutan, yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
INDEX
Silogisme 29, 30
Spiritualisme 26
Teosentrisme 134
Transdisipliner 69, 73-76, 170, 174
Trichotomi 9
Trilogi hubungan 9
Trilogi pembangunan 74, 175, 214
Urgensi 9, 81, 245
GLOSARIUM
QS = Al-Quran Surah
REPELITA = Rencana Pembangunan Lima Tahun
RI = Republik Indonesia
RKL = Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
RPL = Rencana Pengawasan Lingkungan Hidup
RPP = Rancangan Peraturan Pemerintah
RPPLH = Rencana Pengendalian dan Pengolalaan Lingkungan Hidup
RUU = Rancangan Undang-undang
SARLITA = Sasaran Repelita Tahunan
SD = Sekolah Dasar
SDA = Sumber Daya Alam
SDM = Sumber Daya Manusia
SMA = Sekolah Menengah Atas
SMK = Sekolah Menengah Kejuruan
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SMU = Sekolah Menengah Umum
UNCED = United Nations Conference on Environment and Development
UNEP = United Nations Environment Programme
UNESCO = United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
UNFCC = United Nations Framework Convention on Climate Change
UNMS = United Nations Millenium Summit
UNO = United Nations Organization
UU = Undang-undang
UUD 45 = Undang-undang Dasar Tahun 1945
WCED = World Commission Environment and Development
WIB = Waktu Indonesia Barat
WSSD = World Summit on Sustainable Development
WWF = World Wide Fund for Nature
PROFIL PENULIS