Anda di halaman 1dari 14

STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil

Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

Journal homepage : http://ojs.uho.ac.id/index.php/stabilita_jtsuho

SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LOGISTIK DAN AKSESIBILITAS


DISTRIBUSI ANGKUTAN BARANG DI PULAU KABAENA
KABUPATEN BOMBANA

1
Ishak, 2 Adris Ade Putra, 3 La Ode Muh. Magribi
1
Program Pasca Sarjana, Program Studi Manajemen Rekayasa, Universitas Halu Oleo Kendari
2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo Kendari
3
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo Kendari

Koresponden Author : putra_adris@yahoo.com

Info Artikel ABSTRAK


Diajukan : 17 Mei 2019 Pulau Kabaena memiliki potensi sumber daya alam yang cukup banyak, sejalan dengan
Diperbaiki : 20 Mei 2019 pengembangan Kabupaten Bombana, maka dipandang perlu untuk memaksimalkan
Disetujui : 23 Mei 2019
pemanfaatan jaringan jalan yang tersedia agar dapat digunakan secara maksimal dalam
mendukung pengembangan wilayah. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah: Mengetahui potensi komoditi angkutan logistik di Pulau Kabaena pada saat ini
(existing) dan tahun yang akan datang. Menganalisis pola jaringan transportasi logistik
di Pulau Kabaena. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi terbesar di Kepulauan
Kabaena untuk jenis tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan peternakan dihasilkan
oleh Kecamatan Kabaena dan Kecamatan Kabaena Selatan. Pergerakan Internal
angkutan logistik masuk di pulau Kabaena yang berasal dari dalam Kabupaten melalui
pintu masuk Pelabuhan Sikeli, Pelabuhan Dongkala, Pelabuhan Bopinang dan
Pelabuhan Kasipute, sedangkan pergerakan Eksternal angkutan logistik keluar di pulau
Kabaena dengan tujuan Talaga, Bau-Bau, Bajoe, Kendari, Kaledupa, Maccani Baji,
Morowali, B. Kassi, M. Bajji, Toli-Toli, dan Biringkasi. Strategi pengembangan
transportasi dilakukan dengan membangun sistem jaringan transportasi jalan yang di
sesuaikan dengan kebutuhan pembangunan wilayah.

Kata Kunci : Distribusi, Komoditi, Jalan, Pelabuhan, Angkutan Logistik


ABSTRACT
Kabaena islands have considerable natural resource potential, in line with the
development of Bombana Regency, it is deemed necessary to maximize the utilization
of available road networks to be used optimally in supporting regional development.
The objectives to be achieved in this study are: knowing the potential of the logistics
transportation commodities on Kabaena Island in the present and the coming year.
Analyzing the pattern of logistics transportation networks on Kabaena Island. Develop
a transportation network development strategy to support logistics distribution on
Kabaena Island. The results showed that the largest commodity in the Kabaena Islands
for food crops, plantation crops, and livestock was produced by Kabaena District and
South Kabaena District. Internal movement of logistic transportation entering
Kabaena island originating from within the Regency through the entrance of Sikeli
Port, Dongkala Port, Bopinang Port and Kasipute Port, while the external movement
of logistic transport out on Kabaena island with the aim of Talaga, Bau-Bau, Bajoe,
Kendari, Kaledupa , Maccani Baji, Morowali, B. Kassi, M. Bajji, Toli-Toli, and
Biringkasi. The transportation development strategy is carried out by building a road
transportation network system that is tailored to the regional development needs.

Keywords : Distribution, Commodities, Roads, Ports, Logistics Transportation

79
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

PENDAHULUAN pengembangan kawasan perkotaan Kabupaten


Bombana, maka dipandang perlu untuk
Pembangunan suatu daerah sangat memaksimalkan pemanfaatan jaringan jalan yang
dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur tersedia agar dapat digunakan secara maksimal
wilayah, khususnya prasarana transportasi yang dalam mendukung pengembangan wilayah.
merupakan urat nadi kehidupan sosial ekonomi. Pengembangan jaringan jalan di Wilayah Kabaena
Pembangunan sektor transportasi dilakukan secara diharapkan mampu meningkatkan aksebilitas
terpadu antar berbagai sistem, sehingga dapat pergerakan angkutan barang yang berorientasi
dicapai sistem transportasi yang efektif dan efisien pada meningkatnya kesejateraan penduduk.
sebagaimana yang diamanatkan dalam sistem Wilayah Kabaena merupakan wilayah
transportasi nasional. Penyediaan sarana dan kepulauan, hal tersebut menjadi permasalahan
prasarana transportasi wilayah harus dapat yang cukup besar untuk angkutan logistik di
memberikan peningkatan aksesibilitas dan Kabupaten Bombana karena perpindahan barang-
mobilitas masyarakat serta pengembangan daerah barang besar antar pulau memakan waktu lama.
dalam mendukung peningkatan ekonomi Biaya pengiriman barang juga menjadi salah satu
masyarakat setempat. masalah, karena truck ataupun kapal yang
Pengembangan infrastruktur pelabuhan dan mengangkut barang juga memberikan harga-harga
konektivitas antar pelabuhan dapat memberikan yang relatif tinggi. Selain itu, minimnya
pengaruh pada peningkatan ekonomi terhadap infrastruktur membuat konektivitas menjadi
potensi sumber daya alam yang berimplikasi pada masalah utama. Banyaknya perusahaan logistik
kesejateraan penduduk. Oleh karena itu diperlukan dan lainnya yang ingin mengirimkan barang
suatu pengembangan pelabuhan, sehingga mengalami hambatan karena kurangnya
pelabuhan dapat mengantisipasi pergerakan arus infrastruktur, masalah lain yang muncul adalah
bongkar muat barang dan jasa [1]. Tercapainya keterbatasan jangkauan jaringan transportasi
suatu sistem transportasi atau perhubungan yang pelayanan di pulau Kabaena. Berdasarkan uraian di
menjamin pergerakan manusia dan atau barang atas, maka dibutuhkan penelitian dengan judul
secara aman, cepat murah dan nyaman merupakan “Sistem Jaringan Transportasi Logistik Dan
tujuan pembangunan di sektor perhubungan Aksesibilitas Distribusi Angkutan Barang Di Pulau
(transportasi). Sistem jaringan transportasi Kabaena Kabupaten Bombana“.
hendaknya dipertimbangkan terhadap faktor yang
sangat mempengaruhi sistem antara lain TINJAUAN PUSTAKA
karakteristik permintaan, tata guna lahan, serta
kondisi yang ada di suatu daerah, disamping itu 2.1. Sistem Transportasi
sistem transportasi harus mampu dikembangkan Sistem transportasi memiliki satu kesatuan
untuk memenuhi permintaan akan jasa defenisi yang terdiri atas : Sistem, yakni bentuk
transportasi. keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel
Angkutan barang dalam menunjang dengan variabel lain dalam tatanan yang
pergerakan barang di kawasan perkotaan terstruktur, serta transportasi, yakni kegiatan
mempunyai ruang gerak yang sangat terbatas pada memindahkan penumpang atau barang dari suatu
ruas-ruas jalan tertentu, terutama untuk truk besar tempat ke tempat lain. Sistem tranportasi adalah
dan kendaraan kontainer/peti kemas. keterbatasan gabungan elemen-elemen atau komponen-
ruang gerak tersebut akan menentukan efektifitas komponen yaitu :
dan efisiensi dari angkutan barang itu sendiri. a. Prasarana (jalan, terminal, dermaga, bandara,
Semakin efisien dan efektif suatu angkutan barang rute, alur).
akan semakin menekan harga komoditas. b. Sarana (kendaraan).
Perjalanan barang dari menuju ke dan dari lokasi c. Sistem pengoperasian (yang mengkoordinasi-
perdagangan, akhimya sampai pada konsumen kan komponen prasarana dan sarana.
bukan merupakan hal yang sederhana, namun Dalam pergerakan barang, transportasi
dipengaruhi oleh berbagai mata rantai pergerakan diperlukan karena sumber kebutuhan manusia
yang berpengaruh terhadap biaya, waktu, tidak terdapat di sembarang tempat. Sumber yang
keamanan dan keselamatan, belum lagi pergerakan masih berbahan baku harus di proses melalui
barang dari maupun ke luar kota. tahapan produksi yang lokasinya juga tidak selalu
Pulau Kabaena memiliki potensi sumber ada di lokasi manusia sebagai konsumennya.
daya alam yang cukup banyak, sejalan dengan Kesenjangan antara jarak lokasi sumber, lokasi

80
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

produksi dan lokasi konsumsi inilah yang sistem transportasi dikelola oleh berbagai
melahirkan adanya kebutuhan transportasi, dalam organisasi yang berbeda, jadi terdapat berbagai
hal ini transportasi barang atau logistik. Oleh operator dalam suatu sistem. Setiap operator hanya
karena itu, Munawar A. [2] menguraikan ada 5 berkepentingan dengan kinerja dari sub sistemnya
unsur pokok dalam sistem transportasi yaitu : sendiri. Perhatian operator hanya dari segi
1) orang yang membutuhkan; 2) barang yang pendapatan yang diaperoleh dari penjualan jasa
dibutuhkan; 3) kendaran sebagai alat angkut; kepada user, serta aspek operasi yang
4) jalan sebagai prasarana angkutan; 5) organisasi mempengaruhi pemakaian sumber- sumber biaya
yaitu pengelola angkutan. operasi. Cara pengoperasian ini akan memberikan
Transportasi merupakan komponen utama suatu LOS tertentu [4].
bagi berfungsinya suatu kegiatan masyarakat. Setiap barang akan menggambarkan pola
Transportasi berkaitan langsung dengan pola pergerakan serta kombinasi yang berbeda dalam
kehidupan masyarakat lokal serta daerah layan atau ruang kota tergantung dari besar perusahaan, asal
daerah pengaruh aktivitas-aktivitas produksi dan tujuan barang, jarak angkut, besarnya pengiriman,
sosial serta barang-barang dan jasa yang dapat jenis barang, kapasitas kendaraan yang digunakan
dikonsumsi. Kehidupan masyarakat yang maju serta LOS-nya. Manheim [4] menggunakan
ditandai dengan mobilitas yang tinggi akibat model probabilitas yang linier untuk menduga
tersedianya fasilitas transportasi yang cukup, perilaku konsumen (pemakai angkutan barang)
sebaliknya adalah daerah yang kurang baik sistem dengan menggunakan atribut pelayanan (LOS)
transportasinya mengakibatkan keadaan ekonomi X1 = Waktu perjalanan, X2 = Waktu tunggu, dan
masyarakat berada dalam keadaan statis atau dalam X3 = Biaya angkutan. Untuk pilihan angkutan
tahap immobilitas. dengan kereta api atau truk.
Transportasi dalam kehidupan manusia
adalah salah satu aspek yang sangat penting karena 2.3. Manajemen dan Pengelolaan Lalu Lintas
mampu mengatasi keterbatasan dan kemampuan Angkutan Barang
manusia seperti keterbatasan manusia dalam Manajemen lalu lintas adalah pengelolaan
memindahkan barang dalam jumlah besar dan dan pengendalian arus lalu lintas dengan
jarak yang jauh. Pada dasarnya pemindahan barang melakukan optimasi penggunaan prasarana yang
dan penumpang dari tempat asal ke tempat tujuan ada melalui peredaman atau pengecilan
akan menciptakan kegunaan (utilitas) dari barang tingkat pertumbuhan lalu lintas, memberikan
yang diangkut. Utilitas prasarana transportasi kemudahan kepada angkutan yang efisien dalam
khususnya untuk angkutan barang pada dasarnya penggunaan ruang, jalan serta memperlancar
ada 2 (dua) macam yaitu utilitas tempat (place sistem pergerakan [5]. Manajemen lalulintas
utility) dan utilitas waktu (time utility), kedua merupakan salah satu tugas yang diserahkan
kegunaan tersebut berarti prasarana transportasi kepada aparat Daerah Tingkat untuk jalan propinsi
memberikan jasa kepada masyarakat yang disebut dan aparat Daerah Tingkat untuk jalan
jasa transportasi [3]. kabupaten/kotamadya Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang
2.2. Tingkat Pelayanan Angkutan Barang penyerahan sebagiain urusan pemerintah dalam
Setiap pemakai angkutan barang untuk bidang lalu lintas dan angkutan jalan kepada
setiap tahap dalam saluran distribusi memerlukan daerah tingkat I dan daerah tingkat II.
"LOS". Menurut Manheim (1979) perbedaan Manajemen Ialu lintas dilakukan bertujuan
kebutuhan LOS ini menggambarkan perilaku untuk mendapatkan tingkat efisiensi dari
perusahaan atau kelompok perusahaan barang, pergerakan lalu lintas secara menyeluruh dengan
merubah tingkat pelayanan (LOS) ini merupakan tingkat aksesibilitas yang tinggi dengan
atribut sistem transportasi yang mempengaruhi menyeimbangkan permintaan dengan sarana
pemakai dalam mengambilkan keputusan. Jadi penunjang yang tersedia, dan meningkatkan
atribut pelayanan memiliki tingkat pengaruh yang tingkat keselamatan dari pengguna yang dapat
berbeda untuk setiap kelompok pemakai dan diterima semua pihak dan memperbaiki tingkat
sistem transportasi [4]. keselamatan tersebut sebaik mungkin serta
Total LOS terdiri dari setiap sub-sub sistem, melindungi dan memperbaiki keadaan kondisi
jadi kinerja dari sistem secara keseluruhan lingkungan dimana arus lalu lintas tersebut berada.
merupakan fungsi dari kinerja dari setiap elemen Mempromosikan penggunaan energi secara efisien
dalam sistem. Secara umum setiap sub sistem dari atau penampung guna anenergi lain yang

81
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

berdanpak negatif lebih kecil dari pada Angkutan kendaraan yang bersifat khusus (barang
penggunaan energi yang ada. berbahaya dan beracun) dengan kendaraan yang
Masalah lalulintas Angkutan Barang mempunyai persyaratan teknis dan melalui lintasan
menjadi sorotan belakangan ini terutama dengan yang jauh dari pusat keramaian dan tidak melalui
KM 74 Tahun I990 Tentang Angkutan PetiKemas, kawasan permukiman.
serta Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992, yang
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah 2.4. Aksesibilitas dan Mobilitas
Nomor 43 yang menyangkut 48 Jaringan Lintas Aksesibilitas adalah konsep yang
Masalah yang timbul dari kendaraan barang terjadi menghubungkan sistem pengaturan tata guna lahan
di pusat-pusat kota, terutama dipusat perbelanjaan secara geografis dengan sistem jaringan
(pasar), permukiman dan industri [5]. Upaya transportasi yang menghubungkannya.
manajemen lalulintas angkutan barang untuk Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyarnanan
mengatasi masalah tersebut adalah: atau pemudahan rnengenai cara lokasi tata guna
1) Penentuan waktu dan lokasi parkir untuk lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau
perhentian angkutan barang di pinggir jalan tidaknya lokasi tersebut dicapai melalui sistem
sangat penting di perhatikan terutama di luar jaringan transportasi [6]. Pernyataan mudah atau
kota. susah merupakan hal yang sangat subyektif dan
2) Penyediaan fasilitas akses dan pemberhentian kualitatif. Mudah bagi seseorang belum tentu
diluar jalan yang dapat berupa tempat parkir mudah bagi orang lain, begitu juga dengan
yang dapat dipergunakan untuk istirahat bagi pernyataan susah. Oleh karena itu diperlukan
pengemudi angkutan barang jarak jauh yang kinerja yang dapat terukur, sehingga dapat
memadai. menyatakan tingkat aksesibilitas atau kemudahan.
3) Penetapan rute angkutan barang terutama bila Sedangkan rnobilitas adalah suatu ukuran
melintasi kota dengan membentuk daerah kemampuan seseorang untuk bergerak yang
terbatas, yang hanya dapat dilalui oleh biasanya dinyatakan dari kemampuannya
kendaraan yang mempunyai batasan surnbu mernbayar biaya transportasi. Pemanfaatan lahan
muatan tertentu untuk tujuan mengantar barang. yang berbeda-beda pasti mempunyai aksesibilitas
4) Melindungi daerah sekitar dari dampak yang berbeda pula karena aktifitas pemanfaatan
lingkungan yang diakibatkan kendaraan barang lahan tersebut tersebar dalam ruang secara tidak
berupa tanaman pohon dan tanaman semak. merata (hiterogen). Sesuatu tempat yang berjarak
5) Menetapkan dan mengelola depo pemindahan jauh belum tentu dapat dikatakan mempunyai
dan parkir/istirahat (bermalam) untuk angkutan aksesibilitas rendah atau suatu tempat berjarak
barang. dekat mempunyai aksesibilitas tinggi karena
6) Penerapan proses perencanaan angkutan pada terdapat faktor lain dalam menentukan
waktu pembangunan konstruksi jalan baru dan aksesibilitas yaitu waktu tempuh.
peningkatan sistem pengendalian tata guna Menurut Miro [7], mobilitas dapat diartikan
lahan. sebagai tingkat kelancaran perjalanan, dan dapat
7) Pengembangan rekayasa kendaraan untuk diukur melalui banyaknya perjalanan (pergerakan)
mengoptimalkan muatan sumbu dan dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat
menurunkan kebisingan dan asap. tingkat akses antara lokasi-lokasi tersebut. Itu
8) Pengendalian kelebihan muatan dengan melalui berarti antara aksesibilitas dan mobilitas terdapat
jembatan timbang. Pengaturan waktu bongkar hubungan searah, yaitu semakin tinggi akses akan
muatan barang dipusat-pusat perbelanjaan semakin tinggi pula tingkat mobilitas orang,
(pasar) terutama di pusat kota. kendaraan ataupun barang yang bergerak dari suatu
9) Zona industri harus mempunyai akses langsung lokasi ke lokasi lain.
ke jalanan terutama kolektor primer dan di Black [6] beberapa jenis tata guna lahan
lengkapi dengan lokasi bongkar muat barang. mungkin tersebar secara meluas (perumahan),
Untuk mengatasi kawasan tertentu dari jenis lainnya mungkin berkelompok (pusat
kerusakan jalan akibat kelebihan muatan yang di pertokoan) sistem jaringan pada suatu daerah
akibatkan kendaraan angkutan barang dapat di mungkin lebih baik kualitasnya (frekuensi dan
lakukan dengan memasang rambu larangan untuk pelayanannya). Contohnya, pelayanan angkutan
kendaraan yang mempunyai sumbu muatan umum biasanya lebih baik di pusat perkotaan dan
tertentu dan dapat juga dilakukan dengan pembatas pada beberapa jalan utama transportasi
fisik kendaraan seperti lebar dan tinggi kendaraan. dibandingkan di daerah pinggiran kota. Skema

82
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

sederhana yang memperlihatkan kaitan antara Location Quotient (LQ) dapat digunakan
beberapa hal yang diterangkan mengenai sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif
aksesibilitas, seperti yang ditunjukkan Tabel 1. bagi sektor-sektor yang telah lama berkembang,
sedangkan bagi sektor yang baru atau sedang
Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas tumbuh apalagi yang selama ini belum pernah ada,
Kondisi LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya
Sangat Jelek Sangat Baik belum menggambarkan kapasitas rill daerah
Prasarana Dasar
tersebut. LQ lebih tepat digunakan untuk melihat
Aksesibilitas Aksesibilitas secara langsung apakah komoditi itu memiliki
Jarak Jauh
rendah menengah
prospek untuk diekspor atau tidak, dengan catatan
Aksesibilitas Aksesibilitas terhadap produk tersebut tidak diberikan subsidi
Jarak Dekat
menengah tinggi
atau bantuan khusus oleh daerah yang
Sumber : Black, 1981 bersangkutan melebihi daerah-daerah lainnya.
Menurut Adisasmita [12], analisis location
Apabila tata guna lahan sating berdekatan quotient merupakan suatu alat yang dapat
dan hubungan transportasi antara tata guna digunakan dengan mudah, cepat dan tepat. Karena
lahan tersebut mempunyai kondisi baik, maka kesederhanaannya, teknik location quotient dapat
aksesibilitas tinggi. Sebaliknya jika aktifitas dihitung berulang kali dengan menggunakan
tersebut saling terpisah jauh dan hubungan berbagai perubahan acuan dan periode waktu.
transportasi jelek maka aksesibilitas rendah. Location quotient merupakan rasio antara jumlah
Beberapa kombinasi diantaranya mempunyai tenaga kerja pada sektor tertentu (misalnya
aksesibilitas menengah. industri) atau PDRB terhadap total jumlah tenaga
kerja sektor tertentu (industri) atau total nilai
2.5. Location Quotient (LQ) PDRB disuatu daerah (kabupaten) dibandingkan
Metode Location Quotient (LQ) bertujuan dengan rasio tenaga kerja dan sektor yang sama di
untuk mengidentifikasi suatu komoditas provinsi dimana kabupaten tersebut berada dalam
unggulan [8], dan metode Analisis komoditas yang lingkupnya.
ada pada suatu wilayah apakah termasuk ke dalam Setiap daerah mempunayai system
suatu basis atau non basis. pengolahan sumber daya alam, produksi, maupun
Nilai LQ akan memberikan indikasi tenaga kerja yang merupakan kegiatan
kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan memperkembangkan industri dan kegiatan lainnya
suatu komoditas, apakah mempunyai potensi untuk di dalam daerah tersebut. Setiap daerah berusaha
menyuplai daerah lain, mendatangkan dari daerah mencukupi kebutuhannya dan mengembangkan
lain, atau dalam keadaan seimbang. Teknik LQ daerahnya secara maksimal. Adanya kekurangan
relevan juga digunakan sebagai metode untuk dan kelebihan menyebabkan kegiatan impor-
menentukan komoditas unggulan khususnya dari ekspor antar daerah. Barang dan jasa yang diimpor
sisi penawaran (produksi atau populasi) pada suatu daerah adalah ekspor dari daerah lain, yang
daerah tersebut [9]. menurut teori merupakan kelebihan dari daerah
Warpani [10] menyatakan walaupun teknik disebut terakhir.
ini tidak memberikan kesimpulan akhir namun Struktur perumusan LQ memberikan
dalam tahap pertama sudah cukup memberikan beberapa nilai sebagai berikut : LQ > 1, atau LQ <
gambaran akan kemampuan suatu daerah yang 1, atau LQ = 1. Analisa dengan LQ ini merupakan
bersangkutan dalam sektor yang diamati. Pada alat sederhana untuk mengetahui apakah suatu
dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan daerah (sub daerah) sudah seimbang atau belum
relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah dalam kegiatan tertentu yang bisa dilihat dari
yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang besarnya angka LQ [10]. Dengan kata lain, angka
sama pada daerah yang lebih luas ruang LQ memberikan indikasi sebagai berikut :
lingkupnya. Menurut Sadono Sukirno [11], 1) LQ > 1, menyatakan daerah (sub daerah)
pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan bersangkutan mempunyai potensi ekspor dalam
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan kegiatan tertentu.
barang dan jasa yang diproduksikan dalam 2) LQ < 1, menunjukkan sub daerah bersangkutan
masyarakat bertambah dan kemakmuran mempunyai kecenderungan impor dari sub
masyarakat meningkat. daerah/daerah lain.

83
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

3) LQ = 1, memperlihatkan daerah (sub daerah) misi, tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi.
bersangkutan telah mencukupi dalam kegiatan Dengan demikian perencanaan strategis (strategic
tertentu (seimbang). planning) harus menganalisis faktor-faktor
Untuk menentukan komoditas unggulan di strategis (kekuatan, kelemahan, peluang dan
suatu wilayah maka nilai LQ dari komoditas ancaman) dalam kondisi yang ada saat sekarang.
tersebut harus lebih besar daripada 1. Nilai LQ Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang
yang lebih tinggi menunjukkan keunggulan paling populer untuk analisis situasi adalah
komparatif yang lebih tinggi pula dibandingkan Analisis SWOT. Penelitian menunjukkan bahwa
dengan nilai LQ yang lebih rendah kinerja organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi
faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut
2.7. Analisis SWOT harus dipertimbangkan ke dalam analisis SWOT,
Menurut Kurtz [13], SWOT analisis adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
suatu alat perencanaan strategis yang penting untuk
membantu perencanaan untuk membandingkan
kekuatan dan kelemahan internal organisasi
dengan kesempatan dan ancaman dari eksternal.
Sedangkan menurut David [14], analisa SWOT
adalah metode perencanaan strategi yang berfungsi
untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman suatu perusahaan.
Menurut Rangkuti [15], analisis SWOT
adalah indentifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.
Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang Gambar 1. Diagram Analisis SWOT
(opportunities), namun secara bersamaan dapat Sumber : Rangkuti, 2004
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats). Dari diagram analisis SWOT di atas
Menurut Entang [16], analisis SWOT menggambarkan bahwa sumbu X menunjukkan
merupakan suatu alat yang berfungsi dalam faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan
melakukan general check up organisasi untuk kelemahan sedangkan sumbu Y menunjukkan
mengetahui keadaan kekuatan, kelemahan, faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan
peluang, ancaman organisasi, guna menentukan ancaman. Diagram Analisis SWOT juga
strategi dan tindakan yang tepat dilakukan memberikan informasi tentang analisis strategi dari
membangun suatu keunggulan meraih peluang masing-masing kuadran sebagai berikut :
yang memberikan manfaat yang lebih besar pada a. Kuadran 1, menggambarkan situasi yang
waktu yang akan datang. Dengan analisis SWOT sangat menguntungkan. Organisasi tersebut
tersebut akan dapat dicermati perubahan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
lingkungan dan mengadaptasi atau menyesuaikan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang
dengan perubahan kebutuhan, keinginan publik harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
sebagai salah satu unggulan organisasi meraih mendukung kebijakan pertumbuhan yang
sukses yang lebih besar. Melalui analisis SWOT agresif (growth oriented strategy).
akan dapat dilakukan penyesuaian visi, misi dan b. Kuadran 2, menggambarkan bahwa meskipun
tujuan organisasi sesuai dengan perubahan terdapat berbagai ancaman, organisasi ini masih
keinginan, harapan pelanggan. memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi
Menurut Rangkuti [15], analisis SWOT yang harus diterapkan adalah menggunakan
adalah identifikasi berbagai fungsi secara kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. panjang dengan cara strategi diversifikasi.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat c. Kuadran 3, menggambarkan bahwa organisasi
memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang menghadapi peluang yang sangat besar tetapi di
(opportunities), namun secara bersamaan dapat lain pihak ia menghadapi beberapa kendala atau
meminimalkan kelemahan (weakness) dan kelemahan internal. Fokus strategi organisasi
ancaman (threat). Proses pengambilan keputusan ini adalah dengan meninjau lagi (turn around)
strategi selalu berkaitan dengan pengembangan

84
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

masalah-masalah internal organisasi sehingga  Kecamatan Kabaena Timur.


permasalahan tersebut dapat diminimalkan.  Kecamatan Kabaena Tengah.
d. Kuadran 4, menggambarkan situasi yang
sangat tidak menguntungkan, organisasi
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal. Strategi yang dilakukan
organisasi adalah defensif (bertahan).

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Metode penelitian merupakan suatu alat
ukur yang digunakan oleh peneliti untuk memandu
penelitian sehingga metode yang digunakan sesuai
dengan tujuan penelitian atau proses atau cara
Gambar 2. Lokasi Penelitian
ilmiah untuk mendapatkan data yang akan
digunakan untuk keperluan penelitian. Penelitian 3.3. Teknik Analisis Data
merupakan suatu penyelidikan yang sistematis Location Quotient adalah suatu metode
untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan
merupakan suatu usaha yang sistematis dan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah
terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu (Kabupaten/Kota) terhadap sumbangan nilai
yang memerlukan jawaban [17]. Berdasarkan tambah sektor yang bersangkutan dalam skala
tujuan dan masalah yang diteliti, penelitian ini provinsi atau nasional. Teknik ini digunakan untuk
adalah non-eksperimental dan bersifat deskriptif mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki
kuantitatif, yang merupakan jenis studi kasus suatu daerah yaitu membaginya menjadi dua
dengan survey dan pengamatan langsung di golongan yaitu sektor basis dan sektor non basis.
lapangan yang memberikan gambaran terhadap Analisis Location Quotient dimaksudkan untuk
objek yang diteliti dan pengembangannya dimasa mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan
yang akan datang. pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah
dengan menggunakan Produk Domestik Regional
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian Bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan
Penelitian dilakukan di Kepulauan Kabaena,
wilayah.
Kabupaten Bombana yaitu bulan Januari 2019
Rumus Perhitungan :
pada saat penyusunan proposal hingga saat
penulisan hasil penelitian telah selesai
si
dilaksanakan. st
LQ = ............ (1)
Pertimbangan dipilihnya kepulauan Si
Kabaena, Kabupaten Bombana karena perlu St
mendapat perhatian khusus dalam hal
pembangunan, khususnya pembangunan sistem Dimana:
jaringan transportasi yang bukan hanya untuk LQ = Location Quotient
distribusi logistik (logistik hanya sebagai objek), si = Produksi jenis komuditas i pada tingkat
tetapi akan memberikan manfaat secara kecamatan
menyeluruh, disamping hal tersebut juga st = Jumlah produksi jenis komuditas j pada
menjawab salah satu tujuan akan terhubung dengan tingkat kecamatan
konektivitas jaringan transportasi yang berkualitas. Si = Produksi jenis komuditas i pada tingkat
Lokasi penelitian terletak di Pulau Kabaena, kabupaten
Kabupaten Bombana yang terdiri dari 6 (enam) St = Jumlah produksi komuditas j pada
kecamatan yang berada di wilayah kepulauan tingkat kabupaten.
yaitu: Hasil indikasi angka-angka LQ tersebut
 Kecamatan Kabaena. adalah :
 Kecamatan Kabaena Utara. Jika LQ sektor i > 1, artinya sektor i
 Kecamatan Kabaena Selatan. merupakan sektor basis bagi perekonomian di
Kepulauam Kabaena, Kabupaten Bombana.
 Kecamatan Kabaena Barat.

85
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

Jika LQ sektor i < 1, artinya sektor i bukan


merupakan sektor basis bagi perekonomian di 4.2. Analisis Pola Pergerakan Angkutan
Kepulauam Kabaena, Kabupaten Bombana. Logistik di Kabupaten Bombana
Jika LQ sektor i = 1, artinya semua sektor Konsep yang paling mendasar yang
yang ada Kepulauam Kabaena, Kabupaten menjelaskan terjadinya suatu pergerakan atau
Bombana bukan sektor basis. perjalanan selalu dikaitkan dengan pola hubungan
Metode analisis ini digunakan untuk antara distribusi ruang (spasial) perjalanan dengan
memberikan gambaran potensi sumber daya alam distribusi spasial tata guna lahan (land use)
wilayah yang dapat dikembangkan dalam yang terdapat disuatu wilayah. Dalam hal ini
Kepulauam Kabaena, Kabupaten Bombana . konsep dasarnya adalah bahwa suatu perjalanan
dilakukan untuk melakukan suatu kegiatan tertentu
HASIL DAN PEMBAHASAN dilokasi yang dituju, sedangkan lokasi kegiatan
tersebut ditentukan oleh pola tata guna lahan.
4.1. Sektor Unggulan Wilayah Perkotaan Pola pergerakan angkutan barang sangat
Kabupaten Bombana dipengaruhi oleh aktivitas produksi dan konsumsi,
Untuk menemukan wilayah yang memiliki di mana hal ini sangat tergantung pada sebaran pola
potensi pengembangan sentra produksi pangan tata guna lahan permukiman, industri dan
(agropolitan) akan dilakukan pemilihan sub sektor perdagangan.
yang berperan dalam pembangunan pertanian yang Dalam analisis pergerakan angkutan barang
menonjol di tiap wilayah kecamatan. Berdasarkan logistik di Kabupaten Bombana ini untuk
hasil perhitungan nilai LQ sebagaimana halnya di mengetahui asal dan tujuan barang maka akan di
atas, subsektor yang memiliki nilai LQ > 1 analisis tempat atau pusat pusat pergerakan barang
merupakan subsektor yang berpotensi untuk di Kabupaten Bombana serta tempat pengiriman
dikembangkan sebagai subsektor basis wilayah barang baik yang masuk dan keluar dari Kabupaten
kecamatan yang sekaligus sebagai dasar Bombana, sehingga dalam analisis ini akan dilihat
pengembangan di Kabupaten Bombana. dari asal dan tujuan barang yang akan dirinci pada
Sedangkan jenis subsektor yang mendapatkan nilai dua kondisi yaitu :
LQ = 1 menurut potensi wilayah sebagaimana hasil 1. Pola pergerakan angkutan mendatangkan
perhitungan yang telah dilakukan dan nantinya barang;
dijadikan sebagai dasar dalam penentuan basis 2. Pola pergerakan angkutan mengeluarkan
wilayah. Matriks sektor unggulan dengan nilai barang.
LQ > 1 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Matriks Potensi Wilayah Perkotaan Menurut Jenis Tanaman Pangan, Perkebunan dan Jenis Ternak
Kecamatan
No. Uraian Kabaena Kabaena Kabaena Kabaena Kabaena Jumlah
Kabaena
Utara Selatan Barat Timur Tengah
A. Tanaman Pangan
1 Padi X 1
2 Jagung X X X X X 5
3 Kedelai 0
4 Kacang Tanah X X X 3
5 Ubi Kayu X X X X X X 6
6 Ubi Jalar X X X X X 5
7 Kacang Hijau 0

B. Tanaman Perkebunan
1 Kelapa 0
2 Kopi X X X X 4
3 Kapuk 0
4 Lada X X 2
5 Jambu Mete X X X X X X 6
6 Kemiri X 1
7 Coklat X 1
8 Cengkeh X X 2

86
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

Kecamatan
No. Uraian Kabaena Kabaena Kabaena Kabaena Kabaena Jumlah
Kabaena
Utara Selatan Barat Timur Tengah
9 Aren X X X 3

C. Peternakan
1 Sapi X X X X 4
2 Kerbau X X X 3
3 Kuda X 1
4 Kambing X X X X X 5
5 Babi 0
6 Ayam Kampung X X 2
7 Ayam Petelur 0
8 Ayam Potong 0
9 Itik X 1
Sumber : Analisa, 2019

4.2.1. Pola Pergerakan Internal Angkutan Kabupaten Bombana khususnya pulau Kabaena.
Logistik Kepulauan Kabaena Dari hasil analisis perhitungan asal dan tujuan
Dalam analisis pergerakan angkutan logistik barang, moda angkutan dan jenis barang pada
pulau Kabaena akan dilihat berdasarkan asal setiap zona/wilayah dalam hal ini adalah di dalam
barang masuk ke pulau Kabaena yaitu melalui pulau Kabaena serta di luar pulau Kabaena
pintu masuk Pelabuhan Sikeli, Pelabuhan Kabupaten Bombana, maka dapat di Gambarkan
Dongkala, Pelabuhan Bopinang, dan Pelabuhan dalam Tabel 3 Matriks Asal Tujuan untuk
Kasipute dengan tujuan ke daerah-daerah pusat pergerakan angkutan barang internal dan external
perdagangan dan perindustrian di wilayah maka di Pulau Kabaena adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Matriks Asal Tujuan Angkutan Logistik Internal

Asal
Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan
O
Sikeli Dongkala Bopinang Kasipute
Tujuan

Angkutan Logistik Internal


Sikeli - - 75.000 15.000 90.000
Dongkala - - - 66.000 66.000
Bopinang 45.000 30.000 - - 75.000
Kasipute 22.000 19.000 - - 41.000
D 67.000 49.000 75.000 81.000 272.000
Sumber : Analisa, 2019

Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa Kasipute. Dari masing-masing pergerakan tersebut


pergerakan angkutan logistik masuk di pulau akan menyebar atau menuju zona yang ada di
Kabaena yang berasal dari dalam Kabupaten wilayah Pulau Kabaena untuk lebih jelasnya
melalui pintu masuk Pelabuhan Sikeli, Pelabuhan pergerakan angkutan barang masuk dari luar kota
Dongkala, Pelabuhan Bopinang dan Pelabuhan dapat dilihat pada Gambar 3.

87
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

Gambar 3. Pola Pergerakan Internal Angkutan Logistik

4.2.2. Pola Pergerakan Ekternal Angkutan Sukeli, Pelabuhan Dongkala, Pelabuhan Bopinang
Logistik di Pulau Kabaena dan Pelabuhan Kasipute. Dari hasil analisis
Dalam analisis pergerakan angkutan logistik perhitungan asal dan tujuan angkutan logistik,
keluar Pulau Kabaena akan dilihat berdasarkan asal moda angkutan dan jenis barang pada setiap
barang keluar dari dalam kabupaten Bombana dan zona/wilayah dalam hal ini adalah di luar Pulau
Pulau Kabaena menuju pintu masuk Pelabuhan Kabaena, maka dapat di gambarkan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Matriks Asal Tujuan Angkutan Logistik External


Asal Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan
Sikeli Dongkala Bopinang Kasipute O
Tujuan (kg) (kg) (kg) (kg)
Angkutan Logistik External
Talaga 83.000 60.000 - - 143.000
Bau-Bau 193.000 214.000 104.000 2.000 513.000
Bajoe 355.000 351.000 106.000 500.000 1.312.000
Kendari 3.000 2.000 - - 5.000
Kaledupa 40.000 32.000 - - 72.000
Maccani Baji 190.000 135.000 - 485.000 810.000
Morowali - - 1.713.000 - 1.713.000
B. Kassi - - 1.000.000 - 1.000.000
M. Bajji - - 440.000 - 440.000
Toli-Toli - - - 1.000 1.000
Biringkasi - - - 400.000 400.000
864.000 794.000 3.363.000 1.388.000 6.409.000
Sumber : Analisa, 2019

Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa untuk produksi yang ada di Kepulauan Kabaena
pergerakan angkutan logistik keluar di pulau menggunakan di ankut transportasi laut karena
Kabaena dengan tujuan Talaga, Bau-Bau, Bajoe, moda transportasi darat tidak bisa di gunakan akses
Kendari, Kaledupa, Maccani Baji, Morowali, untuk memasarkan hasil produksi yang ada di
B. Kassi, M. Bajji, Toli-Toli, dan Biringkasi. Hasil Pulau Kabaena. Dari masing-masing pergerakan

88
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

tersebut akan menyebar atau menuju zona yang jelasnya pergerakan angkutan barang masuk dari
ada di luar wilayah Pulau Kabaena, untuk lebih luar kota dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pola Pergerakan External Angkutan Logistik

4.3. Strategis Kebijakan Dengan SWOT Perkembangan lingkungan strategis internal


Perkembangan penduduk, tenaga kerja, maupun eksternal wilayah kawasan perbatassan
pertanian, ekonomi, pembangunan prasarana dan menuntut suatu kajian mengenai posisi dan peran
sarana, perdagangan, serta pariwisata di kawasan kawasan Kepulauan Kabaena, perlu dilakukan
Kepulauan Kabaena membawa pengaruh terhadap suatu analisa SWOT dalam konteks pengertian
wilayah sekitarnya, baik secara regional maupun potensi dan kendala kewilayahan baik secara
nasional. Perkembangan sektor-sektor tersebut internal maupun eksternal.
merupakan faktor yang dominan mempengaruhi Dari matriks pembobotan SWOT dapat
perkembangan transportasi dan menuntut perlunya diketahui bahwa posisi internal dan eksternal
suatu tatanan sebagai acuan untuk mengantisipasi kawasan kepulauan kabaena terletak di kuadran I
perkembangan tersebut. yaitu titik koordinat (1,715 ; 1,167) pada strategi
SO. dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5. Diagram Analisa SWOT

89
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

Berdasarkan diagram analisa SWOT 4.4. Konsep Pengembangan Jaringan


Gambar 5 menunjukkan bahwa sumber nilai Transportasi Logistik Pulau Kabaena
masing-masing kuadran yaitu berdasarkan matriks Dalam menetapakan kebijakan
pembobotan dapat diketahui posisi sumbu X pembangunan dan pelayanan transportasi di
dengan rumus sebagai berikut: Kepulauan Kabaena di gunakan pendekatan
Metode SWOT (Strenght, Weakness,
X = Total kekuatan – Total kelemahan Opportunities, dan Threats) berdasarkan analisis
= 1,522 – 1,602 lingkungan internal dan eksternal, proyeksi
= -0,080 pertumbuhan daerah, pendistribusian logistik,
pengembangan jaringan prasarana dan jaringan
Berdasarkan matriks pembobotan dapat pelayanan didasarkan pada kebijakan Sistranas,
diketahui posisi sumbu Y dengan rumus sebagai Tatranas dan RTRW serta kinerja transportasi dan
berikut : keterpaduan antar dan intra moda transportasi.
Berdasarkan analisis SWOT sebagaimana
Y = Total peluang – Total ancaman pada tabel matriks diatas, diidentifikasi beberapa
= 2,244 – 1,166 konsep yang dapat dilakukan dalam rangka
= 1,078 mewujudkan tataran transportasi kawasan
kepulauan Kabaena dalam mendukung sistem
Jadi dapat diketahui posisi kawasan jaringan transportasi logistik.
perkotaan Kabupaten Bombana berada pada Konsep pengembangan transportasi
Kuadran I dengan sumbu (X,Y) = -0,080 ; 1,078. kawasan kepulauan Kabaena dapat dilihat dari
Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan potensi pengembangan sistem transportasi,
jaringan trasportasidarat perkotaan Kabupaten meliputi :
Bombana mempunyai kekuatan dan peluang 1. Terbangunnya sistem jaringan transportasi
dengan strategi S-O (Strenght – Opportunity). jalan di kawasan kepulauan Kabaena dengan
Sedangkan untuk menentukan alternatif strategi kebutuhan pembangunan wilayah, yang
dapat diuraikan sebagai berikut: berfungsi sebagai interkoneksi antara wilayah,
1. Kuadran I : Memiliki kekuatan internal dengan dan sebagai jaringan penghubung antar
daya tarik bidang kegiatan yang cukup bagus kecamatan di Pulau Kabaena Kab. Bombana
serta peluang yang cukup besar, strategi yang 2. Terbangunnya beberapa ruas jalan penghubung
harus diterapkan dalam kondisi ini adalah yang berfungsi sebagai jalan pengumpan.
mendukung pengembangan jaringan trasportasi jaringan jalan yang potensial dikembangkan
darat pulau Kabaena. dengan menghubungkan antar kecamatan.
2. Kuadran II : Memiliki kekuatan internal yang 3. Pengembangan trayek, baik dalam skala
cukup baik, namun namun daya tarik bidang kabupaten maupun provinsi dengan mengacu
kegiatan lemah serta peluang relatif kecil, pada titik simpul di wilayah layanan, titik
strategi yang harus diterapkan adalah simpul tersebut berupa pusat-pusat pelayanan
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan distrik, kabupaten/kota. Titik simpul pelayanan
peluang jangka panjang. angkutan dapat berupa terminal.
3. Kuadran III : Memiliki kelemahan internal 4. Pengembangan rute sistem jaringan transportasi
yang cukup serius walaupun daya tarik kegiatan logistik melalui transportasi laut di sesuaikan
bagus serta peluang cukup besar. dengan kebutuhan pembangunan wilayah.
4. Kuadran IV : Memiliki kelemahan internal
yang cukup serius dengan daya tarik bidang KESIMPULAN
kegiatan yang lemah serta peluang relatif kecil.
Berdasarkan formulasi letak kuadran Dari hasil analisis sistem jaringan
tersebut diatas, strategi yang mendesak untuk transportasi logistik dan aksesibilitas distribusi
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan jaringan angkutan barang di Pulau Kabaena Kabupaten
transportasi logistik ke Kawasan Kepulauan Bombana, maka dapat disimpulkan bahwa :
Kabaena berdasarkan kondisi saat ini dan masa 1) Komoditi terbesar di Kepulauan Kabaena untuk
yang akan datang adalah terletak di kuadran ketiga jenis tanaman pangan, tanaman perkebunan,
(Around) atau antara kelemahan internal dan dan peternakan dihasilkan oleh Kecamatan
peluang eksternal. Kabaena dan Kecamatan Kabaena Selatan,
semua hasil produksi tersebut dipasarkan di

90
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

pusat perbelanjaan Kabupaten Bombana dan DAFTAR PUSTAKA


pasar-pasar yang ada di kecamatan masing-
masing sebagian di pasar lokal dengan melalui [1] A. A. Putra, M. Makmur, and M. Arsyad,
transportasi darat dan laut namun hal ini belum “International Journal on: The Academic
ditunjang dengan sarana dan prasarana Research Community Publication
transportasi yang belum memadai. Development of Urban Transportation
2) Pergerakan Internal angkutan logistik masuk di System Based on Bus Rapid Transit (Study
pulau Kabaena yang berasal dari dalam Case : Kendari City, South East Sulawesi
kabupaten melalui pintu masuk Pelabuhan Province, Indonesia),” Acad. Res.
Sikeli, Pelabuhan Dongkala, Pelabuhan Community Publ., p. IEREK Press, 2018.
Bopinang dan Pelabuhan Kasipute. Dari [2] A. Munawar, Dasar-Dasar Teknik
masing-masing pergerakan tersebut akan Transportasi. Yogyakarta: Beta Offset,
menyebar atau menuju zona yang ada di 2005.
wilayah Pulau Kabaena. Sedangkan pergerakan [3] E. K. Morlok, Pengantar Teknik dan
Eksternal angkutan logistik keluar di pulau Perencanaan Transportasi. Jakarta:
Kabaena dengan tujuan Talaga, Bau-Bau, Erlangga, 1995.
Bajoe, Kendari, Kaledupa, Maccani Baji, [4] M. L. Manheim, Fundamentals of
Morowali, B. Kassi, M. Bajji, Toli-Toli, dan Transportation Systems Analysis, 1th ed.
Biringkasi. The MIT Press, 1979.
3) Strategi pengembangan transportasi kawasan [5] Direktorat BSLLAK, Rekayasa Lalu
kepulauan Kabaena dilakukan dengan Lintas : Pedoman Perencanaan dan
membangun sistem jaringan transportasi jalan Pengoperasian Lalu Lintas di Wilayah
di kepulauan Kabaena di sesuaikan dengan Perkotaan. Jakarta: Departemen
kebutuhan pembangunan wilayah. Membangun Perhubungan RI, 1999.
beberapa ruas jalan penghubung yang berfungsi [6] J. Black, Urban Transport Planning: Theory
sebagai menghubungkan antar kecamatan. and Practice. London: Croom Helm Ltd.,
Membuat trayek, baik dalam skala kecamatan 1981.
maupun kabupaten dengan mengacu pada titik [7] F. Miro, Perencanaan Transportasi untuk
simpul di wilayah layanan, serta pengembangan Mahasiswa, Perencana dan Praktisi.
rute jaringan transportasi laut untuk Jakarta: Erlangga, 2004.
memperluas ekspor hasil-hasil produksi yang [8] Darmawansyah, “Pengembangan Komoditi
ada di Pulau Kabaena. Unggulan sebagai Basis Ekonomi Daerah,”
Bogor, 2003.
SARAN [9] R. Hendayana, “Aplikasi Metode Location
Quotient (LQ) dalam Penentuan Komoditas
1) Pola jaringan transportasi logistik di Pulau Unggulan Nasional,” Inform. Pertan., vol.
Kabaena masih mengandalkan jaringan 12, 2013.
transportasi laut, selain itu sarana dan [10] S. Warpani, Analisis Kota dan Daerah.
prasarana pendukung masih terbatas, sehingga Bandung: ITB Bandung Press, 1980.
sistem transportasi laut perlu menjadi prioritas [11] S. Sukirno, Mikro Ekonomi Teori
untuk dikembangkan oleh pemerintah Pengantar. Jakarta: Rajawali Press, 2002.
Kabupaten Bombana. [12] R. Adisasmita and S. A. Adisasmita,
2) Pemerintah Daerah Kabupaten Bombana perlu “Pembangunan Sektor Transportasi,” Pusat
mempercepat pengembangan jaringan jalan Pengembangan Keuangan dan Keuangan
yang mempunyai tingkat aksesibilitas yang Daerah (PPKED) Fakultas Ekonomi,
rendah, khususnya pada daerah-daerah yang Makassar, 2007.
mempunyai potensi sumber daya alam yang [13] D. L. Kurtz, Principle of Contemporary
ada di pulau Kabaena. Marketing. Stamford: South-Western:
3) Penelitian selanjutnya di harapkan Educational Publishing, 2008.
memperhitungkan penyelenggaraan sistem [14] F. R. David, Strategic Management:
transportasi terintegrasi yang efektif dan Concepts and Cases, Thirteenth Edition.
efisien berdasarkan Sistem Transportasi South Carolina: Prentice Hall lnternational,
Nasional. Inc., 2011.

91
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 7, Nomor 2, Juni 2019

[15] F. Rangkuti, Analisa SWOT Teknik


Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
[16] Entang, “Teknik-teknik Analisis
Manajemen,” Jakarta, 2008.
[17] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2007.

92

Anda mungkin juga menyukai