Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PANGAN

TUGAS KELOMPOK
METODE ANALISIS VITAMIN

OLEH :

KELOMPOK 6

ST HASRAWARI TAYANG G311130


KURNIATI TAJUDDIN G31113013
ERVAN TOGATOROP G31113302
DWI MULTI MAIGAWARTY G31113309
SILVI SUTRI INSANI G311135

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh.
Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan
dapatmelakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan
memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula
memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat
mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit,
tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolism di dalam tubuh kita akan
terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan
kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Di samping itu, asupan vitamin
juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada
tubuh.
Dalam penentuan apakah makanan itu mengandung vitamin apa tidak,
diperlukan suatu pengujian agar dapat mengetahui kadar vitamin yang ada seperti
vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B8, B9, B12, C, D, E, dan K. Dengan mengetahui
kadar vitamin yang ada dalam bahan pangan, maka kita dapat mengetahui kadar
vitamin yang diperlukan oleh tubuh kita agar tidak terjadi kekurangan vitamin yang
dapat mengganggu kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu dibuatlah makalah ini untuk
mengetahui tentang metode analisis vitamin.
I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana metode analisis vitamin?

I.3 Maksud dan Tujuan

Maksud pembuatan makalah adalah untuk mengetahui apa saja vitamin,


struktur, dan prosesnya. Sedangkan tujuannya yaitu agar pembaca dapat memperoleh
informasi tentang vitamin. Makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas analisa
pangan agar memperoleh nilai yang baik.
BAB II

ISI

II.1 Vitamin

Istilah vitamin pertama kali digunakan pada tahun 1912 oleh Cashimir Funk
di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam dedak beras yang mampu
menyembuhkan penyakit beri-beri, ia menyimpulkan bahwa penyakit tersebut
disebabkan oleh kekurangan suatu zat di dalam makanan sehari-hari. Zat ini sangat
dibutuhkan untuk hidup (vita) dan mengandung unsur nitrogen (amine), oleh sebab
itu diberi nama vitamine. Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa ada beberapa
jenis vitamin yang ternyata tidak merupakan amine. Oleh sebab itu, istilah “vitamine”
kemudian diubah menjadi vitamin (Almatsier, 2010).
Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu
(Sirajuddin dan Najamuddin, 2011):
1. vitamin yang larut dalam air, meliputi vitamin B dan C. Menurut Kodicek
(1971), vitamin yang larut dalam air disebut prakoenzim (procoenzym).Vitamin-
vitamin ini dapat bergerak bebas dalam badan, darah, dan limfa. Karena sifat
kelarutannya, vitamin yang larut dalamair mudah rusak dalam pengolahan dan mudah
hilang atau terlarut bersama air selama pencucian bahan. Di dalam tubuh, vitamin ini
disimpan dalam julah terbatas dan kelebihan vitamin akan dikeluarkan atau
diekskresikan melalui urin. Oleh karena itu, untuk mempertahankan saturasi jaringan
vitamin ini harus sering di konsumsi.
2. vitamin yang larut dalam lemak, meliputi vitamin A, D, E, dan K. Golongan
vitamin yang larut dalam lemak disebut alosterin. Setelah diserap dalam tubuh,
vitamin akan disimpandalam jaringan-jaringan lemak, terutama hati. Karena sifatnya
tidak larut dalam air, vitamin-vitamin demikian tidak dieksresikan. Akibatnya,
didalam tubuh dapat disimpan dalam jumlah banyak, sehingga kemungkinan
terjadinya toksisitas jauh lebih besar daripada vitamin yang larut dalam air.
II.2 Metode Analisis Vitamin

Beberapa metode pengukur vitamin secara langsung dan memberikan


pengukuran kuantitatif. Ini direkomendasikan untuk digunakan terutama untuk
vitamin yang berguna secara klinis. Namun ini mahal dan tidak semua laboratorium
dapat memberikan tes tersebut. Metode ini meliputi:
• HPLC (metode referensi)
• Immunoassays (ELISA, RIA, FIA)
• Colorimetric dan Spektrofotometri tes
• Fluorometric assay & Chemiluminescence assay
• amperometri assay
Karena vitamin berfungsi sebagai ko-faktor dan substrat dalam berbagai
reaksi tubuh, beberapa metode memanfaatkan properti ini dan secara tidak langsung
mengukur vitamin dengan mengukur aktivitas enzim di bawah pengaruh. Metode ini
relatif lebih murah dan bisa menjadi semi-kuantitatif atau kualitatif. Namun beberapa
metode ini digunakan saat ini untuk penelitian saja dan ini termasuk:
• Tes Metabolit pemuatan
• enzim aktivasi eritrosit assay
• Tes kerapuhan Eryhtrocyte
• Waktu Prothrombin
• metode mikrobiologi
• Bioassay (in-vivo & in-vitro)
II.3 Metode Langsung untuk Penentuan Vitamin

II.3.1 High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

Kromatografi adalah metode suatu proses fisik yang digunakan untuk


memisahkan komponen-komponen dari suatu campuran senyawa kimia. Dalam
kromatografi, campuran tersebut dibuat sebagi zona yang sempit (kecil) pada salah
satu ujung media porus seperti adsorben, yang disebut alas atau landasan
kromatografi. Zona campuran kemudian digerakan dengan larutan suatu cairan atau
gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus tersebut, yang berupa
partikel-partikel yang ”diam“ (tidak bergerak, statisiones). Sehingga akibatnya
masing-masing komponen dari campuran tersebut akan terbagi (terdistribusi) secara
tidak merata antara alas yang “diam” dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat
selanjutnya, masing-masing komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan
yang berbeda (differential migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung
lain dari alas tersebut pada waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah
pemisahan diantara komponen-komponen yang ada.
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen
campuran yang berdasarkan distribusi diferensial dari komponen-komponen sampel
diantara dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik kromatografi yang
dimana fasa gerak dan fasa diamnya menggunakan zat cair adalah HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) atau didalam bahasa Indonesia disebut KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).
Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat
digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas area standar. Pada
prakteknya, metode pembandingan area standar dan sampel kurang menghasilkan
data yang akurat bila hanya melibatkan suatu konsentrasi standar. Oleh karena itu,
dilakukan dengan  menggunakan teknik kurva kalibrasi.
HPLC yang modern telah mucul akibat pertemuan dari kebutuhan, keinginan
manusia untuk meminimalis pekerjaan, kemampuan teknologi, dan teori untuk
memandu pengembangan pada jalur yang rasional. Jelas sebelum era peralatan yang
modern bahwa LC (Liquid Chromatography) memiliki kekuatan pemisahan yang
sangat ampuh, bahkan untuk komponen-komponen yang berhubungan sangat erat. LC
harus ditingkatkan kecepatannya, diotomasasi, dan harus disesuaikan dengan sampel-
sampel yang lebih kecil, waktu elusi yang beberapa jam (Underwood, Day. 2002 :
553).
HPLC berbeda dari kromatografi kolom cairan konvensional dalam hal
digunakan bahan pengisi kolom berupa partikel yang sangat kecil berukuran sampai
3-5 μm (1μm = 10-6 m). Sehingga mengharuskan digunakannya tekanan tinggi sampai

20.000 Kpa (  200 atmosfir) untuk mengalirkan fasa gerak melalui kolom
tersebut.
Ternyata, penggunaan bahan pengisi kolom yang lebih kecil ini bukan
saja  telah memperbaiki kecepatan analisis, tapi (dari ini yang lebih penting) ialah
telah menghasilkan suatu teknik dengan daya pisah yang tinggi. HPLC mempunyai
kelemahan- kelemahan yang diantaranya, peralatannya lebih rumit, tidak murah, dan
perlu pengalaman. Untuk beberapa jenis zat, metode ini kurang sensitif. Selain itu
sampel disyaratkan harus stabil dalam larutan.  
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a)      Fase Normal HPLC
HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun
disebut normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan partikel
silika yang sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah kolom sederhana
memiliki diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan kurang dari nilai ini) dengan
panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom
akan melekat lebih lama pada silika yang polar dibanding dengan senyawa-senyawa
non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat
melewati kolom. Apabila pasangan fasa diam lebih polar daripada fasa geraknya
maka sistem ini disebut HPLC fase normal.
b)      Fase Balik HPLC
Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi
menjadi non polar melalui pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang pada
permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini,
akan terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam
campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat interaksi antara
rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fasa diam) dan molekul-
molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul-molekul polar akan lebih cepat
bergerak melalui kolom. Sedangkan molekul-molekul non polar akan bergerak
lambat karena interaksi dengan gugus hidrokarbon.
Prinsip kerja instumentasi HPLC
HPLC menggunakan fasa gerak untuk memisahkan komponen dari sebuah
campuran komponen (analit). Prinsip keja HPLC adalah pemisahan setiaap
komponen dalam sampel berdasarkan kepolarannya. Yang paling membedakan
HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi
untuk mendorong fasa gerak. Fasa diam yang biasa digunakan (pada kolom) HPLC
jenis fasa terbalik adalah RMe2SiCl, dimana R adalah rantai alkana C-18 atau C8.
Sementara fasa geraknya berupa larutan yang diatur komposisinya (gradien elusi),
misalnya : air:asetonitril (80:20), hal ini bergantung pada kepolaran analit yang akan
dipisahkan. Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan waktu
retensinya akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang punsak-puncaknya
terpisah.
Prinsip dasar HPLC adalah pemisahan komponen-komponen terjadi karena
perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Keunggulan
menggunakan HPLC dibandingkan kromatografi gas yaitu terletak pada
kemampuannya untuk menganalisis cuplikan yang tidak menguap dan labil pada suhu
tinggi. HPLC tidak terbatas pada senyawa organik tapi mampu menganalisis senyawa
anorganik, mampu menganalisis cuplikan yang mempunyai molekul tinggi
(beratnya), mampu menganalisis cuplik yang mempunyai titik didih yang sangat
tinggi seperti polimer.
Cara kerja instumentasi HPLC
Prinsip kerja alat HPLC adalah pertama fasa gerak dialirkan melalui kolom
kedetektor dengan bantuan pompa. Kemudian cuplikan dimasukan ke dalam aliran
fasa gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-
komponen campuran karena perbedan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap
fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar
dari kolom terlebih dahulu. Sebaliknya solut-solut yang interaksinya kuat dengan fasa
diam akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen yang campuran yang
keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram.
Keuntungan menggunakan metode HPLC
- Langsung
- kuantitatif
- Precise & akurat
- Sensitif dan spesifik
- Otomatis
- Tinggi melalui put
Kerugian dalam menggunakan metode ini adalah
- Membutuhkan pretreatment sampel seperti ekstraksi & filtrasi
- Membutuhkan perhatian untuk memilih fase gerak & sampel laju pemompaan
- Awalnya membutuhkan optimasi. Dalam rangka untuk mendapatkan resolusi tinggi
dasar rendah dan kembali ketingkat noise yang rendah harus dipertahankan
- Membutuhkan standar internal, kalibrator dan reagen HPLC kelas
- Mahal untuk membeli dan biaya pemeliharaan yang tinggi
II.3.2 Immunoassays

Ada beberapa jenis immunoassays seperti:


- Enzim Linked Sorbant Immuno Assay yang memanfaatkan antibodi terkait dengan
enzim.
- Radio-immunoassay bukannya memanfaatkan radio-isotop dan karena pelepasan
radioaktif menyangkut ini sekarang keluar tanggal.
- Immunoassays Fluorescent menggunakan antibodi berlabel dengan fluorophore
tetapi tidak memiliki kepekaan dibandingkan dengan dua sebelumnya.
Vitamin B12 dan Vitamin-D-dapat dianalisis dengan immunoassay. Tes ini
tergantung pada ketersediaan antibodi monoklonal yang menentukan spesifisitas dan
sensitivitasnya. Untuk beberapa sampel immunoassays dianggap mahal tetapi biaya
dapat dikurangi jika sampel yang cukup adalah 'batch' dianalisis pada 96 format yang
baik. Immunoassays adalah metode kedua yang paling dapat diandalkan untuk
pengukuran vitamin setelah HPLC.
II.3.3 Kolorimetri dan Spektrofotometri tes

Kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada


tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar
dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan detektor mata. Metoda ini
didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya oleh suatu
larutan.
Metoda ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna ataupun
komponen yang belum bewarna, namun dengan menggunakan reagen pewarna yang
sesuai dapat menghasilkan senyawa bewarna yang merupakan fungsi dari kandungan
komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti jumlah molekul zat
penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah sama dan ini dijadikan
dasar perhitungan.
kolorimetri terbagi atas 2 metoda, yaitu :
a. Kolorimetri visual, menggunakan mata sebagai detektor.
b. Fotometri, menggunakan fotosel sebagai detektornya.
Metoda kolorimetri visual merupakan metoda yang konvensional dan sudah
jarang digunakan karena tidak akurat. Hal ini disebabkan karena mata hanya sebagai
detektor untuk melihat kesamaan warna, bukan sebagai alat ukur intensitas absorbsi.
Metoda kolorimetri visual adalah sebagai berikut :
a. Tinggi larutan konstan (Constant Depht Methods), terbagi menjadi dua
metoda.
            1.  Tabung Nessler 
Pada metoda ini digunakan beberapa tabung reaksi berbentuk
silinder. Masing-masing tabung diisi dengan larutan standar dengan
konsentrasi terukur dan bervariasi dengan tinggi larutan yang sama. Tabung
ini disusun pada rak tabung bercat hitam yang tidak mengkilat, agar tidak
memantulkan sinar yang datang pada tabung. Kemudian larutan sampel
dengan tinggi yang sama diletakkan di sela tabung-tabung tersebut dan
bandingkan warna larutan standar dan sampel dengan melihat dari atas tabung
(vertikal). Jika ada warna larutan standar yang sama dengan sampel, berarti
konsentrasi sampel sama dengan larutan standar tersebut. Atau jika warnanya
berada diantara 2 warna larutan standar yang berdekatan, berarti konsentrasi
sampel berada dalam range dari konsentrasi kedua larutan tersebut.
2.   Bajerum Comparator
Pada alat ini, untuk mencapai kesamaan warna antara larutan sampel
dengan larutan standar dilakukan dengan cara menggeser larutan sampel
disepanjang skala yang berada di atas bajerum. Bajerum comparator ini
merupakan suatu kotak transparan persegi panjang yang dibagi dua menurut
diagonal bidangnya. Bagian depan dimana skala tertera, diisi dengan larutan
standard an bagian lainnya diisi dengan blanko. Pengamatan dialakukan dari
bagian depan (horizontal).
b. Tinggi larutan berbeda (Variable Depth Methods), terbagi menjadi dua
metoda
1.   Tabung Herner 
Tabung Herner berupa sepasang silinder dengan keran untuk
mengeluarkan larutan dari dalam silinder yang warna larutannya lebih pekat
sehingga tingginya berubah, agar didapatkan warna yang sama pada kedua
silinder.
2.   Kolorimeter Dubosq 
Pada alat ini kesamaan warna didapatkan dengan cara mengatur tinggi
rendahnya pemberat (plunger), agar tinggi larutan dalam bejana berubah
sehingga didapatkan intensitas warna yang sama pada spiltfield.
Syarat-syarat warna pada metoda kolorimetri antara lain :
a. Warna yang terbentuk harus stabil dan merupakan fungsi dari konsentrasi.
b.   Reaksi pewarnaan harus selektif.
c.   Larutan harus transparan.
d.   Reproducibilty (ketepatan ulang yang tinggi).
Reaksi kimia antara chromogen dan vitamin menyebabkan
perubahan warna. Perkembangan warna menunjukkan adanya vitamin,
analisis kualitatif. Untuk mengukur metode ini, spektrofotometer digunakan
untuk mengukur intensitas warna 'end point', di mana intensitas warna
sebanding dengan konsentrasi vitamin. Terutama digunakan untuk penentuan
vit-C (asam askorbat).
Keuntungan dalam menggunakan metode calorimeter adalah
- Sebuah uji kuantitatif langsung
- Membutuhkan volume sampel kecil
- Otomatis
- Cepat turn-sekitar waktu
- Bisa diterapkan untuk sampel tunggal atau beberapa pada satu waktu Kerugian
- Sensitivitas dan spesifisitas rendah maka beberapa zat lainnya dapat mengganggu
chromogen atau enzim yang digunakan.
- Tidak bisa digunakan untuk semua jenis vitamin
- Kontrol yang tepat dan kalibrator harus digunakan

II.3.4 Fluorometric assay & Chemiluminescence assay

Vitamin tertentu memiliki kemampuan untuk menghasilkan fluoresensi ketika


direaksikan dengan fluorophore a. Fluoresensi ini berbanding lurus dengan
konsentrasi vitamin. Dalam tes Chemiluminescence, luminol digunakan untuk
bereaksi dengan vitamin bunga. Campuran disuntikkan pada tingkat dikontrol melalui
kapiler di mana 'reaksi kinetik' diukur dan diberikan pengukuran kuantitatif.
Keuntungan dan kerugian yang mirip dengan tes kolorimetri dan Spektrofotometri.
II.3.5 Tes amperometri

Beberapa vitamin dapat mengalami oksidasi elektro-kimia. Reaksi ini pada


penyebab elektroda perubahan potensial listrik yang berbanding lurus dengan
konsentrasi vitamin dalam sampel. Kerugian utama dari metode ini adalah kurangnya
spesifisitas dan jarang digunakan, kadang-kadang secara paralel dengan HPLC untuk
konfirmasi hasil tertentu.
II.4 Metode tidak langsung untuk penentuan vitamin

II.4.1 Metabolit pemuatan uji

Tes ini telah sangat populer di masa lalu. Ini adalah sebuah assay tidak
langsung yang menentukan aktivitas vitamin digunakan sebagai kofaktor untuk
metabolit tertentu.
Langkah-langkah yang terlibat adalah sebagai berikut :
- Pasien diberikan secara oral besar, diukur dosis metabolit tertentu yang digunakan
oleh vitamin menarik untuk konversi.
- Darah atau urin sampel diperoleh dari pasien setelah ~ 6 jam menelan.
- Metabolit yang sama diukur dalam sampel ini: Peningkatan metabolit di atas
kisaran normal menunjukkan kekurangan vitamin
Secara signifikan mengurangi metabolit menunjukkan aktivitas vitamin yang normal
Misal : Tryptophan adalah metabolit pemuatan untuk vit B6-dan Histidin adalah
untuk folat

Keuntungan menggunakan metode metabolit pemuatan uji adalah


- Metode Murah
- Efek samping Minimum
Kerugian menggunakan metode metabolit pemuatan uji adalah

- Metode tidak langsung


- In-vivo karena itu tidak dapat diandalkan karena gangguan oleh faktor-faktor lain
- Tidak berlaku untuk semua vitamin
- Invasif
II.4.2 Uji aktivasi enzim eritrosit

- Hemolysates seluruh darah atau RBC disiapkan


- Aktivitas enzim di bawah pengaruh langsung dari vitamin bunga diukur. Aktivitas
enzim ini dikenal sebagai Activity Koefisien (AC).
- Sejumlah vitamin jenuh tertentu ditambahkan.
- Aktivitas enzim ini diukur kembali dan dibandingkan dengan aktivitas enzim
sebelum penambahan.
- Peningkatan AC menunjukkan kekurangan vitamin. Dalam kasus vitamin normal
atau bahkan vitamin jenuh, AC tidak akan berubah.
- Misal : Kegiatan transketolase diukur untuk mengevaluasi tingkat tiamin,
Glutathione reduktase diukur untuk mengevaluasi riboflavin status dan aspartat
transaminase (AST) aktivitas diukur untuk analisis vit B6-

II.4.3 Uji fragilitas eritrosit

Digunakan khusus untuk penilaian tingkat vitamin-E. Vitamin ini


bertanggung jawab untuk stabilitas membran RBC.
Langkah-langkah yang terlibat:
- Sampel Pasien dibagi menjadi dua aliquot.
- Sel darah merah dalam satu aliquot dicuci dengan 2% H 2O2 (membran racun radikal
bebas), sedangkan sel darah merah dari 2 aliquot dicuci dengan dist. H2O.
- Setelah 3 jam inkubasi, hemoglobin diukur di kedua aliquot.
- Jika hemolisis sel darah merah dalam aliquot 1 (dicuci dengan H 2O2) adalah 20%
lebih dari hemolisis dalam 2 aliquot (sel darah merah dicuci dengan dist.H 2O), ini
akan menunjukkan kekurangan vitamin-E.
II.4.4 prothrombin Waktu

Metode Ini adalah metode spesifik, namun tidak langsung assay untuk
penilaian kegiatan vit-K. Sejak vit-K bertanggung jawab untuk aktivasi faktor
pembekuan (II, VII, IX, X, protein C, S & Z) meningkat PT> 2 min menunjukkan
defisiensi vit-K. Hal ini dianggap sebagai tes skrining, namun untuk mengkonfirmasi
HPLC atau analisis spektrofotometri dianjurkan.
II.4.5 Metode Mikrobiologi (digunakan penelitian saja)

Beberapa mikro-organisme misalnya Lactobacillus Casel dan Lactobacillus


Plantoides tergantung pada vitamin tertentu untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme
ini tumbuh dalam kaldu atau kultur agar yang mengandung sampel dengan
konsentrasi yang tidak diketahui dari vitamin. Sebuah kontrol negatif yang tidak
memiliki vitamin sama sekali juga digunakan. Inkubasi selama beberapa hari
Kepadatan pertumbuhan diukur dengan turbidimetri Pembentukan asam laktat juga
dapat dikuantifikasi yang berbanding lurus dengan konsentrasi vitamin dalam sampel
II.4.6 Bioassay untuk vitamin

Adalah alat penelitian saja dan jarang digunakan secara klinis untuk analisis
vitamin. Untuk mengukur enzim dibawah pengaruh vitamin dan efek kekurangan
fenotipik. Ada dua jenis bio-tes:
1. In-vivo Bioassays

• Membutuhkan hewan hidup lebih kecil dalam ukuran seperti tikus atau ayam
• sifat fisik hewan seperti berat, perilaku, laju respirasi, denyut nadi, anggota tubuh
dan gerakan mata dan pengamatan fisik lainnya dicatat.
• Aktivitas enzim di bawah pengaruh langsung dari vitamin yang akan dianalisis
ditentukan dalam sampel darah spektrofotometri (nilai puncak).
• hewan tersebut kemudian kekurangan diet yang mengandung vitamin tertentu untuk
jangka waktu tertentu.
• Saat hewan ini mulai mengembangkan penyakit yang terkait dengan kekurangan
vitamin, sampel darah yang lain diambil dan aktivitas enzim diukur ulang. Ini adalah
nilai dasar. Gejala fisik lainnya yang direkam selama keadaan penyakit.

• Kemudian dosis dihitung dan secara bertahap meningkatkan vitamin diumpankan ke


hewan pada titik waktu tertentu.
• Aktivitas enzim yang kembali dan gejala fisik mulai membaik.
• Sampel darah diambil pada interval waktu tertentu dan aktivitas enzim diukur
sampai puncak (optimal) aktivitas kembali dan gejala penting hewan ini telah
sepenuhnya pulih.
• Uji ini memungkinkan konsentrasi vitamin vs aktivitas enzim kurva standar.
• Kurva standar yang sama sekarang dapat digunakan untuk menganalisis vitamin
yang sama dalam berbagai model binatang karena aktivitas enzim dapat diukur dan
menggunakan kurva, konsentrasi vitamin yang diharapkan dapat diperoleh. misalnya
tikus ketika kekurangan vit-D untuk beberapa waktu, akan mengembangkan rakhitis.
Vit-D aktivitas enzim 25-hidroksilase dipengaruhi, yang memanfaatkan vit-D sebagai
substrat. Hal ini memicu kaskade kejadian yang menyebabkan cacat tulang pada tikus
ini. Namun ketika dosis dihitung tertentu vit-D diumpankan gejala sembuh. Aktivitas
enzim diukur pada setiap titik waktu dosis dan kurva standar dirumuskan.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah
- Dekat dengan realitas
- Bisa menyebabkan menerobos dalam penelitian
Kerugian
- Metode tidak langsung
- Membutuhkan pemantauan yang cermat
- Sulit untuk mempertahankan data yang konsisten karena gangguan oleh faktor-
faktor lain
- Tidak berlaku untuk semua vitamin
- Mahal karena manajemen hewan
- Memakan Waktu
- Tidak memiliki aplikasi klinis

2. In-vitro Bioassays

• Tes ini melibatkan menargetkan jalur sel tertentu atau jaringan dalam media kultur.
• Mempengaruhi vitamin dipelajari pada pertumbuhan, proliferasi dan diferensiasi
sel.
• Faktor-faktor lain atau bahan kimia seperti: protein, imunoglobulin, kalsium, fosfor
yang diproduksi oleh sel-sel & jaringan setelah terpapar vitamin juga diukur.
Misalnya efek anti-oksidatif vit-C dan E yang didirikan oleh tes ini
Keuntungan dalam menggunakan metode ini adalah
- Lebih mudah dari in-vivo
- Lebih baik monitoring & control kondisi
- Kurang memakan waktu & murah
- Dapat digunakan untuk menganalisis efek dari beberapa vitamin
Kerugian dalam menggunakan metode ini adalah
- Tidak Langsung
- Tidak dekat dengan realitas

- Jaringan dan sel kultur beresiko kontaminasi


Daftar Pustaka

Bassett, J., R.C. Denney, G.H. Jeffery, dan J. Mendham, 1994, Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Day, R.A dan Underwood, A.L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.

Prawirokusumo, Soeharto, Prof. Dr. M.Sc., 1991, Biokimia Nutrisi dan Vitamin, BPFE,
Yogyakarta.

Underwood, A.L. dan R.A. Day. 1999. Analisa kimia kuantitatif. Edisi ke-5. Erlangga
:Jakarta. Hal 490 – 542.

Vogel. 1994.  Kimia analisis kuantitatif anorganik. Edisi ke-4. Penerbit EGC :Jakarta. Hal.
243 – 253. 
No Nama Moderator Jubir Studi Pembahasan Penyiapan Pembuatan PPT
Pustaka
makalah

1 ST Hasrawati - - -   
Tayang

2 Kurniati - -    

Tajuddin
3 Ervan  -    

Togatorop
4 Dwi Multi -     

Maigawarty
5 Silvi Sutri - - -   

Insani

Anda mungkin juga menyukai