Anda di halaman 1dari 11

Manajemen Persediaan

Dosen : Dr Dominicus Djoko Budi Susilo, SE.,MM

Kelompok 7

Oleh:

1. I Wayan Krisna Yuda Mahendra ( 02 )


2. Ni Wayan Yogi Widiantari ( 08 )
3. Ni Made Januartini Putri ( 09 )

PRODI MANAJEMEN

FALKUTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah.

Dalam suatu perusahaan, pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi perusahaan
dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu dari beberapa unsur
yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diproduksi dan
dijual. Oleh karena itu, sistem akuntansi itu sendiri harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga
tidak mengalami hal-hal yang mengganggu jalannya operasi perusahaan. Pelaporan persediaan
yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk memberikan informasi yang berguna bagi
perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan
kesalahan dalam menentukan besarnya laba perusahaan yang diperoleh. Jika persediaan akhir
dinilai terlalu rendah dan mengakibatkan harga pokok barang yang dijual terlalu rendah, maka
pendapatan bersih akan mengalami peningkatan. Begitu juga dengan lamanya persediaan yang
tersimpan di gudang akan mempengaruhi biaya sehingga kemungkinan akan terjadinya
kerusakan yang mengakibatkan kerugian dan kemungkinan juga persediaan akan kadaluarsa
sehingga tidak laku dipasar.

Dari penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa persediaan sangat penting artinya
bagi perusahaan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk lebih mengetahui dan memahami
bagaimana persediaan dimanage secara benar yang diterapkan dalam suatu perusahaan agar
membawa manfaat yang baik dalam pencapaian laba yang diinginkan.

B.       Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen persediaan?

2. Apa sajakah jenis-jenis persediaan?

3. Apa saja Fungsi – fungsi persediaan?

4. Apa saja tingkat perputaran persediaan?

5. Apa saja Metode Manajemen persediaan?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Persediaan


Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumberdaya-sumber daya organisasi)
yang disimpan yang akan dipergunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya : untuk proses
produksi atau perakitan, untuk suku cadang dari peralatan, maupun untuk dijual. Walaupun
persediaan hanya merupakan suatu sumber dana yang menganggur, akan tetapi dapat dikatakan
tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan.

       Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di banyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi di seluruh
dunia telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah penting. Di
satu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat
persediaan di tangan. Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya
habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan
tingkat pelayanan konsumen. Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem perencanaan
dan pengendalian persediaan.

Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan apakah akan membeli atau
membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini ditetapkan, langkah berikutnya adalah
meramalkan permintaan. Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan
untuk melayani permintaan tersebut. Pada makalah ini, akan dibahas fungsi, jenis, dan
pengelolaan persediaan. Kemudian akan dibicarakan dua hal dasar persediaan: berapa yang harus
dipesan dan kapan pemesanan dilakukan.

      Manajajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi


persediaan dengan pelayanan pelanggan.

B. Jenis-Jenis Persediaan

Secara garis besar dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri pabrik (manufaktur),
persediaan diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam proses produksi Berikut pengertian
beberapa jenis-jenis persediaan menurut fungsinya dan Persediaan menurut Jenis dan Posisi
Barang antara lain sebagai berikut :

1. Persediaan Bahan Mentah (Raw Material),


yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen
lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Menurut Handoko (2002) Persediaan
bahan mentah (raw materialis), yaitu persediaan barang-barang berwujud mentah.
Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari
para Supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi
selanjutnya

2. Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (Purchased Parts/Components),


yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh
dari perusahaan lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk

3. Persediaan Bahan Pembantu Atau Penolong (Supplies),


yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak
merupakan bagian atau komponen barang jadi

4. Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process),


yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
proses produksi.

5. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods),


yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan
siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

            Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa setiap jenis persediaan memiliki
karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Persediaan ditujukan untuk
mengantisipasi kebutuhan permintaan. Permintaan ini meliputi: persediaan bahan baku, barang
dalam proses, barang jadi atau produk akhir bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan
komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.

C. Fungsi- Fungsi Persediaan


            Fungsi persediaan yaitu untuk menghindari keterlambatan barang, hilangnya barang dan
dengan adanya persediaan, maka operasional perusahaan dapat terus berjalan sehingga pelayanan
terhadap konsumen dapat terus berjalan sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat dilakukan
dengan sebaik-baiknya.
Fungsi utama persediaan yaitu :

1. Fungsi Decoupling 
adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar
perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas
dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-
departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan
barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para
langganan.Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen
yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut Fluctuations Stock.
2. Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan Lot Size 
ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan pembelian.,
biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan
karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan
dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang,
investasi, resiko, dan sebagainya).

3. Fungsi Antisipasi. 
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan
diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan
musiman.Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman(Seasional
Inventories).

Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam fungsi penting yang
dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan antara lain:

1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang


dibutuhkan perusahaan

2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan

3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.

4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan
tidak akan sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.

5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (Quantity


Discount).

6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang diperlukan

D. Tingkat Perputaran Persediaan

Macam persediaan, tergantung jenis perusahaan (bahan baku, barang dalam proses, barang
jadi, suku cadang dan lain-lain). Pada perusahaan manufaktur umumnya mempunyai 3 jenis
persediaan yaitu:

 Bahan baku/material.
 Barang dalam proses (barang setengah jadi).
 Barang jadi.
Secara umum besar-kecilnya inventory tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

 Lead time, yaitu lamanya masa tunggu material yang dipesan datang.
 Frekuensi penggunaan bahan selama 1 periode, frekuensi pembelian yang tinggi
menyebabkan jumlah inventory menjadi lebih kecil untuk 1 periode pembelian.
 Jumlah dana yang tersedia.
 Daya tahan material

Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan adalah:

 Bahan baku, dipengaruhi oleh: perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat
diandalkan pemasok, dan tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan
produksi.
 Barang dalam proses, dipengaruhi oleh: lamanya produksi yaitu waktu yang
dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan saat
penyelesaian barang jadi.
 Barang jadi, persediaan ini sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan
penjualan.

E. Metode Manajemen Persediaan

1. Sistem ABC

     Perusahaan membagi persediaannya menjadi 3 kelompok: A, B, dan C. Kelompok A


mencakup 20% persediaan, tetapi membutuhkan 80% total investasi. Kelompok A adalah
persediaan paling bernilai bagi perusahaan. Kelompok C adalah persediaan yang memerlukan
investasi paling kecil (paling kurang bernilai). Kelompok B adalah persediaan yang berada
diantara A dan C. Untuk kelompok A dan B, perusahaan dapat menggunakan model EOQ. Untuk
kelompok C, perusahaan dapat menerapkan metode garis merah. Caranya perusahaan cukup
menandai dinding gudang (pada ketinggian tertentu) dengan garis merah. Jika persediaan sudah
berada dibawah garis merah, maka pemesanan kembali harus segera dilakukan.

Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan


peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-kelas
besar terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan dari peringkat
nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis ini dinamakan “Analisis ABC”.
Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat
tinggi.

Dalam hal ini, menggunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana besaran masing-masing
kelas ditentukan sebagai berikut (Sutarman, 2003, pp. 144–145):
 Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari  total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang.
 Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang.
 Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang.

Adapun langkah-langkah atau prosedur klasikasi barang dalam analisis ABC adalah sebagai
berikut:

 Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang.


 Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.
 Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai uang dari
masing-masing tipe barang.
 Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan pertama
tipe barang dengan total nilai uang paling besar.
 Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang.
 Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
 Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai uang barang.
 Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat kepentingan
masalah.

Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari suatu barang.
Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu diberikan perhatian terlebih
dahulu.

2. Metode EOQ ( Economic Order Quantity )


     EOQ atau kuantitas pesanan ekonomis adalah suatu metode untuk menentukan beberapa
jumlah pesanan yang paling ekonomis untuk satu kali pesan . Model ini digunakan untuk
menentukan jumlah pembelian bahan baku yang optimal yaitu jumlah yang harus dipesan dengan
biaya yang paling rendah (ekonomis).

Ada dua keputusan dasar dalam EOQ, yaitu:

 Berapa jumlah bahan baku yang harus dipesan pada saat bahan baku tersebut perlu dibeli
kembali (Replenisment Cyle)
 Kapan perlu dilakukan pembeliaan kembali (Reorder point)

Asumsi yang digunakan dalam analisis EOQ ini adalah:

 Jumlah kebutuhan bahan baku sudah dapat ditentukan lebih dahulu secara pasti untuk
penggunaan selama 1 tahun/ 1 periode tertentu.
 Penggunaan bahan baku selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu

 Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol (0) atau di
atas safety stock(persediaan minimal/besi)

 Harga konstan selama periode tertentu

Contoh Penerapan EOQ dalam Perusahaan :

PT. XYZ memprediksi penjualan mereka akan sama seperti tahun sebelumnya. Di tahun
sebelumnya PT. XYZ memerlukan 240.000 unit bahan baku dalam proses produksinya.

Harga bahan baku per unit untuk tahun ini adalah Rp2000. Untuk sekali pengiriman PT. XYZ
memerlukan biaya sebesar Rp150.000 (kurir, asuransi, dokumen, Dsb.).

perhitungan biaya penyimpanan PT. XYZ sebesar 25% untuk setiap barang yang disimpan. Lalu,
berapa EOQ yang dimiliki perusahaan itu?

Cara Penghitungan Studi Kasus :

S = Biaya pemesanan.

P = Harga beli per Unit. Penting nih buat kamu! Harga yang dibutuhkan adalah harga per unit
dan bukan harga total, jadi kalian jangan sampai salah hitung ya!

I = Biaya penyimpanan pada setiap unit (holding costs per unit), jangan lupa, untuk biaya ini
bentuknya dalam persen (%) 

Jumlah barang (R) = 240.000 unit

Harga per unit (P) = Rp.2000

Biaya pemesanan (S) = Rp. 150.000

Biaya penyimpanan (I) = 25% untuk setiap barang yang disimpan


Nilai yang dihasilkan dikenal dengan istilah reorder point. Nilai ini diugunakan untuk
melakukan pemesanan yang perlu dilakukan perusahaan.

12.000 unit itu adalah jumlah yang dibutuhkan oleh PT. XYZ dalam setiap ordernya. Untuk
mengetahui berapa kali order yang dibutuhkan oleh PT. XYZ dalam satu tahu juga sangat
mudah, kalian tinggal bagi jumlah barang yang dibutuhkan dengan jumlah unit per order

Jumlah barang (R) : EOQ = jumlah order yang dibutuhkan.

240.000 : 12.000 = 20

Jadi PT. XYZ harus melakukan 20 kali order untuk memenuhi kebutuhannya. Metode ini penting
untuk dilakukan perusahaan dalam menjaga keseimbangan antara persediaan dan biaya yang
diperlukan.

3. MRP System (Material Requirement Planning System)


Metode material requirement planning (MRP) atau metode perencanaan kebutuhan
material adalah perencanaan dan pengendalian persediaan untuk menjamin material atau bahan
baku selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan. Bukan hanya itu, metode MRP juga bertujuan
untuk menjaga persediaan dalam jumlah yang sedikit. Karena semakin sedikit jumlah persediaan
maka biaya persediaan yang muncul juga akan sedikit.
Perencanaan pada metode ini bisa meliputi rencana penjadwalan pembelian, jadwal
produksi dan pengiriman material. Metode MRP menentukan jumlah kebutuhan material yang
dibutuhkan, jadwal produksi dan bahkan berjaga jaga terhadap hal hal buruk yang mungkin
terjadi.

Ada beberapa keuggulan dari metode MRP ini:

1. Memberi informasi mengenai kapasitas pabrik


2. Meminimalisir kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan dan sekaligus menjadi acuan
perencanaan jumlah produksi
3. Memperbaiki dan mengupdate jumlah pemesanan dan persediaan barang.
4. Mengadakan persediaan dengan jumlah dan harga yang tepat.
5. Dapat memenuhi permintaan material yang datang secara bergelombang
4. Metode JIT (Just In Time)
Metode just in time (JIT) atau metode tepat waktu adalah metode yang mengusahakan
perusahaan tidak menyetok atau memiliki persediaan. Artinya persediaan nol (0) atau setidaknya
mendekati nol. Apabila perusahaan tidak memiliki persediaan, maka perusahaan tidak akan
menanggung biaya persediaan. Jika perusahaan tidak memiliki persediaan bahan baku,
bagaimana perusahaan bisa melakukan produksi

Kelebihan metode just in time :

Metode ini berusaha mendatangkan persediaan bahan baku hanya pada saat yang
dibutuhkan pada saat yang tepat dan dalam jumlah yang tepat sehingga tidak ada sisa. Jadi
perusahaan tidak sempat menahan atau menyimpan persediaan karena bahan baku datang jika
hanya dibutuhkan dan dalam jumlah yang pas sehingga tidak ada yang tersisa.

Bagaimana caranya ?

Menjadikan pemasok bahan baku sebagai mitra bisnis yang utama. Bahkan harus
dianggap seolah olah pemasok tersebut adalah bagian dari perusahaan. Ingat hanya "seolah-olah"
pendekatan kepada pemasok ini harus dilakukan agar terjalin hubungan yang inten dan dibina
untuk kebutuhan jangka panjang perusahaan pemasok tidak boleh di ekploitasi hanya untuk
kepentingan sesaat. Apabila telah terjalin hubungan yang dekat antara pemasok dan perusahaan,
maka berapapun dan kapanpun kebutuhan bahan baku perusahaan perusahaan, pemasok akan
selalu berusaha untuk memenuhinya.

5. Metode Periodic Review


Pendekatan metode periodic review adalah metode pemesanan barang yang dilakukan
dengan jarak waktu atau interval waktu yang sama. Pemesanan material bahan dijadwal secara
rutin sehingga manajer keuangan bisa memperkirakan dan mempersiapkan biaya yang akan
dikeluarkan. Keunggulan metode periodic review ini salah satunya adalah untuk meredam
fluktuasi naik turunnya permintaan dan kebutuhan persediaan. Metode ini juga relatif mudah
dilakukan karena tidak membutuhkan proses administrasi yang panjang karena pemesanan
persediaan sudah terjadwal secara rutin.

Namun, metode ini juga memiliki sejumlah kelemahan. Salah satunya adalah setiap kali
pemesanan material jumlahnya sangat tergantung pada sisa persediaan yang ada pada saat
pemesanan, sehingga ketika pemesanan material dilakukan, jumlah pesanan tidak sama. Hal ini
bisa berpotensi membuat stok persediaan habis terlebih dahulu sebelum waktu pemesanan
material berikutnya tiba. Untuk itu, safety stock atau stok persediaan yang aman untuk berjaga
jaga harus besar. Sehingga terkadang membutuhkan biaya persediaan yang besar pula.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas maka dapat disimpilkan bahwa Persediaan adalah suatu bagian
dari kekayaan perusahaan yang digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah
menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi, yang dalam hal ini dapat berupa barang
maupun jasa.
Jenis-jenis persediaan terbagi menjadi 2 karakteristik yaitu 1). persediaan sesuai
fungsinya terbagi atas Batch Stock, Fluctuation Stock, dan Anticipation Stock.   2). Persediaan
menurut jenis dan posisi barangnya terdiri dari : Persediaan Bahan Mentah (Raw Material),
PersediaanKomponen-Komponen Rakitan (Purchased Parts/Components), Persediaan Bahan
Pembantu atau Penolong (Supplies), Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process),
Persediaan Barang Jadi (Finished Goods).
Adapun manfaat dari memanajemeni persediaan yaitu sebagai berikut :Memanfaatkan
Diskon Kuantitas, Menghindari Kekurangan Bahan (Out Of Stock),Manfaat
Pemasaran, Peningkatan Tingkat Pelayanan, dan Pengontrolan Persediaan yang Lebih Baik.

DAFTAR PUSTAKA

Freddy, Rangkuti. Manajemen Persediaan. Cet. 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Ed. 4. Cet. 13. Yogyakarta: BPFE,


2013.

Wareen, Carl S. dkk. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Ed. 19. Jil. 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999.

Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. Manajemen Keuangan. Ed. 9. Jil. 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1989.

Anda mungkin juga menyukai