Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

TUGAS PENDAHULUAN

FIELD TRIP STRATIGRAFI

KELOMPOK 12

DIRMAN SALEH RUSTANSO


R1D1 15 098

KENDARI
2017
Soal:

1. Tuliskan geologi regional daerah pamandati ?


2. Tuliskan pengertian :
a. Stratigrafi
b. Litostratigrafi
c. Litodemik
d. Biostratigrafi
e. Penampang terukur
3. Tuliskan dan jelaskan batas atau kontak stratigrafi lengkap dengan gambar !
4. Tuliskan rumus
a. Mengukur ketebalan (secara lengkap)
b. Koreksi dip
c. Koreksi jarak
d. Koreksi slope
5. Tuliskan langkah – langkah
a. Measuring section
b. Pembuatan kolom stratigrafi
c. Pembuatan penampang terukur
6. Tulis dan jelaskan jenis pada aliran sungai
7. Tulis dan jelaskan jenis bentang alam
8. Print SSI!
Jawab :
1) Geologi regional daerah Pamandatu Konawe selatan
Hasil pemetaan anomali sisa dari data gaya berat, memperlihatkan
daerah yang menarik berada di sekitar sebaran mata air panas, baik mata air
panas lainea, mata air panas Landai,maupun mata air panas Kaindi. Hal ini
ditunjukkan dengan terlihatnya sebaran anomali tinggi di sekitar daerah
tersebut, dimana anomali tinggi ini diinterpretasikan sebagai respon dari
batuan yang cukup segar dan memiliki densitas tinggi. Batuan ini
diperkirakan merupakan kubah intrusi yang tidak muncul kepermukaan dan
dapat menjadi sumber panas bagi sistem panas bumi di daerah ini.Daerah
panas bumi Lainea secara administrasi berada di Kecamatan Lainea,
Kabupaten Konawe Selatan,ProvinsiSulawesi Tenggara. Daerah Panas bumi
ini berada dilengan bagian tenggara Pulau Sulawesi Dan berasosiasi dengan
Sesar Boro-Boro Yang terbentuk akibat adanya tumbukan antara lempeng
Asia bagian timur/Sulawesi bagian barat dan lempeng pasifik.Pada tahun
2010, Pusat Sumber Daya Geologitelah melakukan survei terpadu geologi
danstratigrafi batuan daerah Lainea terdiri dari 7 satuan batuan dengan umur
Trias hingga Resen dengan urutan dari yang tertua yaitu satuan batuan
metamorf, satuan meta-batugamping, satuan meta-batupasir, satuan batupasir
non-karbonatan, satuan batupasir gampingan, satuan konglomerat dan
endapan alluvium.geokimia dan survei geofisika terpadu di daerah ini. Hasil
survei tersebut memperlihatkan adanya potensi panas bumi yang ditandai
dengan munculnya beberapa kelompok mata air panas dengan temperatur
antara 48-80oC di sekitar Sesar Boro-boro dan memiliki temperaturreservoir
sekitar 200 oc (Nur Hadi, M., dkk,2010). Adanya indikasi potensi panas bumi
ini juga didukung dengan adanya sebaran tahanan jenis rendah, anomali
magnet rendah, anomali sisa tinggi, dan anomali Hg tinggi di sekitar sebaran
manifestasi ke arah selatan. Anomalianomali tersebut dapat dijadikan ciri
adanya prospek panas bumi di daerah ini .
Pergerakan lempeng Australia ke arah utara menyebabkan terjadinya
tumbukan dengan lempeng Asia bagian timur / Sulawesi bagian barat dan
lempeng Pasifik dan menghasilkan pergerakan tektonik yang berarah relatif
baratlaut–tenggara yang dikenali sebagai Sesar Boroboro dan selaras dengan
satuan metamorf. Periode Tektonik selanjutnya terjadi pada zaman Tersier
yangmenghasilkan sesar- sesar yang berarah baratdaya–timurlaut dan diduga
mengkontruksi sistem panas bumi di daerah ini dengan mengontrol
munculnya manifestasi panas bumi yang ada di permukaan. Secara umum,
struktur utama yang berkembang didaerah ini dan mengontrol sistem panas
bumi Lainea adalah Sesar Boroboro (normal) yang berarah baratlaut-
tenggara,Sesar Kaendi,Landai, Amowolo, Lainea dan Sesar Rumbalaka
(mendatar).Oleh karena itu, untuk melihat keadaan bawah permukaan yang
lebih dalam dan lebih jelas, maka dilakukan survei magnetotelurik (MT) di
daerah ini. Tujuan dari survei MT ini adalah untuk lebih menegaskan
keprospekan (letak, delineasi, kedalaman dan besarnya potensi) daerah panas
bumi Lainea dari tinjauan datageofisika dan menjadi data pendukung
yangManifestasi panas bumi yang berada di daerah ini berupa mata air panas
dan batuan teralterasi. Berdasarkan lokasi kemunculannya manifestasi panas
bumi ini dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut.
Kelompok Lainea: Berada di sungai Lainea/Pambuanga, Desa Lainea dengan
koordinat 459173 mT dan 9515350 mS, ketinggian 71 m dpl (UTM zona 51
S). Manifestasi muncul berupa mata air panas dan batuan ubahan. Kelompok
ini ini memiliki suhu 58-80o pada 22 titik ukur yang tersebar membentuk6
buah lintasan berarah baratdaya-timurlautdengan jarak antar titik ukur sekitar
1500 meter. Pengukuran dilakukan dari siang/sore hari hingga pagi hari
dengan lama pengukuran 15hingga 18 jam.
Untukmenghindarinoiseyangdiakibatkanoleh aktivitas manusiapadasiang hari,
maka datayangdigunakanhanyasekitar12 jam yaitudari sorehingga pagi.
dengan dayahantar listrik 1200-1350 µS/cm, pH 5,8-6,3 dandebit 0,5
liter/detik.
1. Kelompok Landai: berada di Sungai Landai,Desa Kaendi dengan koordinat
456907 mTdan 9516314 mS, ketinggian 128 m dpl(UTM zona 51 S).
Manifestasi berupa mataair panas, dan batuan ubahan. Kelompok ini memiliki
suhu 52-67,7 oc, dengandaya hantar listrik 1100-1300 µS/cm, pH6,6-6,9 dan
debit 0,5 -5 liter/detik.
2. Kelompok Amowolo: terdapat di sungai Mowolo Desa Kaendi dengan
koordinat 455309 mT dan Y 9516354 mS, ketinggian 81 m dpl (UTM zona
51 S). Manifestasi muncul berupa mata air panas, sinter karbonat dan batuan
ubahan. Temperaturair panas 48-68,7oC, pH 6,3-6,90, dayahantar listrik
1130-1450 µS/cm dan debit0,5-1 liter/detik
3. Kelompok Kaendi: terdapat di sungai Kaendi Desa Pamandati pada koordinat
455296 mT dan 9517513 mS, ketinggian 110 m dpl (UTM zona 51 S).
Manifestasi yang muncul berupa mata air panas dan batuan ubahan.
Temperatur air panas berkisar 5373 oC, pH 6,25-6,35, daya hantar listrik
8451500µS/cm, dan debit 0,5-20 liter/detik.

2) Pengertian
a. Stratigrafi

Stratigrafi merupakan studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif


serta distribusi perlapisantanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan
untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi
antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi
mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan
umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari
untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.Ilmu stratigrafi muncul
di Britania Raya pada abad ke-19. Perintisnya adalah William Smith. Kala
itu diamati bahwa beberapa lapisan tanah muncul pada urutan yang sama
(superposisi). Kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan tanah yang
terendah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian.
Karena banyak lapisan tanah merupakan kesinambungan yang utuh ke
tempat yang berbeda-beda maka, bisa dibuat perbandingan pada sebuah
daerah yang luas. Setelah beberapa waktu, dimiliki sebuah sistem umum
periode-periode geologi meski belum ada penamaan waktunya.

b. Litostratigrafi

Litostratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan batuan di


bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada
ciri-ciri litologi. Pada satuan litostratigrafi penentuan satuan didasarkan
pada ciri-ciri batuan yang dapat di-amati di lapangan, sedangkan batas
penyebarannya tidak tergantung kepada batas waktu.

c. Litodemik
Litodemik dimaksudkan untuk menggolongkan batuan beku,
metamorf dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan
bernama yang bersendi kepada ciri-ciri litologi. Batuan penyusun satuan
litodemik tidak mengikuti kaidah Hukum Superposisi dan kontaknya
dengan satuan litostratigrafi dapat bersifat extrusif, intrusif, metamorfosa
atau tektonik.
Batas dan Penyebaran Satuan Litodemik: Batas antar Satuan Litodemik
berupa sentuhan antara dua satuan yang berbeda ciri litologinya, dimana
kontak tersebut dapat bersifat ekstrusif, intrusif, metamorfosa, tektonik
atau kontak berangsur.

d. Biostratigrafi
Biostratigrafi merupakan salah satu ilmu stratigrafi yang
mempelajari konsep penamaan suatu strata dengan berdasarkan
kandungan sisa organisme (fosil). Contoh trilobita yang merupakan salah
satu fosil Indeks

e. Penampang Terukur
Penampang terukur (measured stratigraphic section) adalah suatu
penampang atau kolom yang menggambarkan kondisi stratigrafi suatu
jalur, yang secara sengaja telah dipilih dan telah diukur untuk mewakili
daerah tempat dilakukannya pengukuran tersebut. Jalur yang diukur
tersebut dapat meliputi satu formasi batuan atau lebih

3) Batas atau kontak stratigrafi


Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan
dengan lapisan yang lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar
lapisan.
Terdapat dua macam kontak antar lapisan, yaitu :

 Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang
menunjukkan perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat
dengan mudah diamati perbedaannya antara satu lapisan dengan lapisan
lain. Perbedaan mencolok tersebut salah satu contohnya berupa perubahan
litologi.
 Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya
bergradasi sehingga batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk
menentukannya mempergunakan cara–cara tertentu. Terdapat dua jenis
kontak berangsur, yaitu :

1. Kontak Progradasi
2. Kontak Interkalasi

 Kontak erosional, merupakan kontak antar lapisan dengan kenampakan


bidang perlapisan yang tergerus/tererosi baik oleh arus maupun oleh
material yang terbawa oleh arus.

Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan batuan
yang memiliki karakteristik yang sama, dikenal dengan istilah hubungan
stratigrafi. Kontak / hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak
selaras dan kontak tidak selaras.

 Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara
dua lapisan yang sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil
atau tidak ada sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam
dan kontak berangsur.
 Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut Unconformity yaitu merupakan
suatu bidang ketidakselarasan antar lapisan. Terdapat empat macam
bidang ketidakselarasan, yaitu:

a. Angular Unconformity, disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan


ketidakselarasan yang kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang
telah terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan
lapisan lain.
b. Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi
dan di atas bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.
c. Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang menunjukkan suatu
lapisan di atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang ketidakselarasannya
tidak terdapat tanda-tanda fisik untuk membedakan bidang sentuh dua
lapisan berbeda. Untuk menentukan perbedaannya harus dilakukan analisis
Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil).
d. Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana
terdapat kontak jelas antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf.

Gambar Angular Unconformity

Gambar Disconformity
Gambar Paraconformity

Gambar Nonconformity

4) Tuliskan Rumus
a) menghitung..ketebalan
Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan
bidang atas (top). Dengan demikian perhitungan tebal lapisan yang tepat
harus dilakukan dalam bidang yang tegak lurus jurus lapisan. Bila
pengukuran di lapangan tidak dilakukan dalam bidang yang tegak lurus
tersebut maka jarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu
dengan rumus:
d = dt x cosinus ß ( ß = sudut antara arah kemiringan dan arah
pengukuran).
Didalam menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah
sudut yang terukur pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus
perlapisan. Apabila arah sudut lereng yang terukur tidak tegak lurus
dengan jurus perlapisan, maka perlu dilakukan koreksi untuk
mengembalikan kebesaran sudut lereng yang tegak lurus jurus lapisan.
Biasanya koreksi dapat dilakuan dengan menggunakan tabel “koreksi dip”
untuk pembuatan penampang.

1. Pengukuran pada daerah datar (lereng 0o)


Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tegak
lurus jurus, ketebalan langsung di dapat dengan menggunakan rumus : T =
d sin ∂ (dimana d adalah jarak terukur di lapangan dan ∂ adalah sudut
kemiringan lapisan). Apabila pengukuran tidak tegak lurus jurus, maka
jarak terukur harus dikoreksi seperti pada cara diatas.
2...Pengukuran..pada..Lereng
Terdapat beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng seperti
diperlihatkan pada gambar 8.5 dan gambar 8.6. { Catatan: sudut lereng (s)
dan kemiringan lapisan (∂) adalah pada keadaan yang tegak lurus dengan
jurus atau disebut “true dip” dan “true slope” }.
a. Kemiringan lapisan searah dengan lereng.
Bila kemiringan lapisan (∂ ) lebih besar daripada sudut lereng (s) dan arah
lintasan tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah :
T = d sin (∂ - s ).
Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada sudutlereng dan arah lintasan
tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah:
T = d sin (s - ∂ ).
b. Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng dan arah
lintasan tegak lurus jurus maka:
T = d sin ( ∂ + s )
Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 900
(lereng berpotongan tegak lurus dengan lapisan) dan arah lintasan tegak
lurus jurus maka :
T=d
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng dan
arah lintasan tegak lurus jurus, maka :
T = d sin (1800 - ∂ - s)
Bila lapisannya mendatar, maka :
T = d sin (s)
b) Korelasi Dip
c) Koreksi slope
Sudut lereng dpt dikoreksi dgn “aligment diagrams”, atau menggunakan rumus
sbb:

d) Koreksi jarak
Apabila arah pengukuran tidak tegak lurus terhadap jurus perlapisan batuan, maka
Jarak Terukur di lapangan (d‟), dan Sudut Lereng atau “Slope” yang terukur di
lapangan (‟), harus dikoreksi.
5) Langkah-langkah
A. Measuring Section
Untuk pembuatan penampang Stratigrafi secara terukur, ada
beberapa hal yang harus kita pahami

1. Harus mengerti benar apa tujuan dari pengukuran penampang stratigrafi 

•Mendapatkan dan mempelajari secara detail dan mendalam hubungan


stratigrafi antar satuan batuan apakah hubunganya selaras tau tidak selaras
serta urut-urutan sedimentasi dalam arah vertical secara detail untuk
menginterpretasikan lingkungan pengendapan. 

•Mendapatkan ketebalan yang detail dari tiap-tiap satuan stratigrafi.

•Untuk mendapatkan data batuan atau lithologi secara detail dan utuh dari
urutan-urutan perlapisan dari lapisan yang paling muda ke lapisan yang
lebih tua dari suatu satuan stratigrafi 

2. Membuat perencanaan dari lintasan yang akan diukur

Sebelum membuat pengukuran secara detail, diperlukan perencaan lintasan


pengukuran dan ada beberapa hal pendahuluan yang harus dilihat,
diantaranya : 

•Kedudukan dari bidang lapisan (strike & dip), apakah lapisanya curam,
landai, vertical atau horizontal (dip <5derajat)
•Hal selanjutnya yg perlu  diketahui adalah : jurus dan kemiringan dari
lapisan itu konstan menerus atau berubah.

•Tentukan urut-urutan tua ke muda dari lapisan 

•Mencari kemungkinan adanya lapisan penunjuk  "marker" yang dapat


dijadikan guide oleh sebagian ataupun seluruh daerah telitian.

3. Teknis Pengukuran

Untuk metode yang digunakan untuk mengukur penampang stratigrafi


banyak caranya. Tetapi, salah satu cara yang paling umum dan mudah
digunakan di lapangan adalah measurement dengan memakai pita ukur
(meteran) dan kompas. Sebisa mungkin untuk pengukuran tebal agar arah
pengukuran tegak lurus pada jurus perlapisan, Sehingga koreksi-koreksi
yang rumit dapat dihindari

4. Teknis Pengkuran Tebal Lapisan

Untuk pengkuran tebal lapisan, jarak paling pendek diantara bidang alas/
bawah (bottom) dan bidang atap (top) adalah tebal lapisan sebenarnya.
Seharusnya perhitungan tebalnya yang sangat tepat harus dilakukan dalam
bidang yang benar-benar tegak lurus jurus lapisan tersebut. Bilamana
pengukuran tidak tegak lurus maka jarak terukur tersebut yang diperoleh
harus dikoreksi terlebih dahulu terhadap ketebalan lapisan sebenarnya, nah
daripada ribet mengkoreksi lebih baik kita mengukur dengan benar.

Deskripsi atau pemerian pada penampang stratigrafi

Untuk deskipsi dan penamaan secara megaskopis, kalian dianjurkan


supaya cara deskirpsi dilakukan secara beraturan dan sistematik. Contoh
dibawah ini diberikan urutan susunan pemerian yang harus dilakukan,
yaitu : 

1.nama satuan batuan jika sudah ada

2.batuan utama penyusun satuan yang paling dominan dan sisipannya

3.deskipsi lithologi detail setiap lapisan 

4.kandungan fosil jika ada (makrofosil) 

5.struktur primer dan sekunder batuan dan unsur-unsur lainnya 

6.hubungan antar satuan batuan diatasnya


B. Pembuatan Kolom Stratigrafi
Kolom stratigrafi pada hakekatnya adalah kolom yang
menggambarkan susunan berbagai jenis batuan serta hubungan antar
batuan atau satuan batuan mulai dari yang tertua hingga termuda menurut
umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa pembentukan
batuannya. Pada umumnya banyak cara untuk menyajikan suatu kolom
stratigrafi, namun demikian ada suatu standar umum yang menjadi acuan
bagi kalangan ahli geologi didalam menyajikan kolom stratigrafi.
Penampang kolom stratigrafi biasanya tersusun dari kolom-kolom dengan
atribut-atribut sebagai berikut: Umur, Formasi, Satuan Batuan, Ketebalan,
Besar-Butir, Simbol Litologi, Deskripsi/Pemerian, Fosil Dianostik, dan
Linkungan Pengendapan.
Tabel 8.1 adalah kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat
yang tersusun dari kiri ke kanan sebagai berikut: umur, formasi, satuan
batuan, simbol litologi, deskripsi batuan, dan lingkungan pengendapan.
C. Pembuatan Penampang Terukur

1. Menyiapkan peralatan untuk pengukuran stratigrafi, antara lain: pita


ukur (± 25 meter), kompas, tripot (optional), kaca pembesar (loupe), buku
catatan lapangan, tongkat kayu sebagai alat bantu.

2. Menentukan jalur lintasan yang akan dilalui dalam pengukuran


stratigrafi, jalur lintasan ditandai dengan huruf B (Bottom) adalah
mewakili bagian Bawah sedangkan huruf T (Top) mewakili bagian atas.

3. Tentukan satuan-satuan litologi yang akan diukur. Berilah patok-patok


atau tanda lainnya pada batas-batas satuan litologinya.

4. Pengukuran stratigrafi di lapangan dapat dimulai dari bagian bawah atau


atas. Unsur-unsur yang diukur dalam pengukuran stratigrafi adalah: arah
lintasan (mulai dari sta.1 ke sta.2; sta.2 ke sta.3. dst.nya), sudut lereng
(apabila pengukuran di lintasan yang berbukit), jarak antar station
pengukuran, kedudukan lapisan batuan, dan pengukuran unsur-unsur
geologi lainnya.

5. Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang
penampang, sebaiknya pengukuran jurus dan kemiringan dilakukan pada
alas dan atap dari satuan ini dan dalam perhitungan dipergunakan rata-
ratanya.

6. Membuat catatan hasil pengamatan disepanjang lintasan pengkuran


stratigrafi yang meliputi semua jenis batuan yang dijumpai pada lintasan
tersebut, yaitu: jenis batuan, keadaan perlapisan, ketebalan setiap lapisan
batuan, struktur sedimen (bila ada), dan unsur-unsur geologi lainnya yang
dianggap perlu. Jika ada sisipan, tentukan jaraknya dari atas satuan.

7. Data hasil pengukuran stratigrafi kemudian disajikan diatas kertas


setelah melalui proses perhitungan dan koreksi-koreksi yang kemudian
digambarkan dengan skala tertentu dan data singkapan yang ada
disepanjang lintasan di-plot-kan dengan memakai simbol-simbol geologi
standar.

8. Untuk penggambaran dalam bentuk kolom stratigrafi, perlu dilakukan


terlebih dahulu koreksi-koreksi antara lain koreksi sudut antara arah
lintasan dengan jurus kemiringan lapisan, koreksi kemiringan lereng
(apabila pengukuran di lintasan yang berbukit), perhitungan ketebalan
setiap lapisan batuan dsb.

6) Jenis Pola aliran sungai :

1. Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan


arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan
tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan
perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang
homogen.
2. Rectangular : Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan
antara alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola
aliran ini berkembang pada daerah rekahan dan patahan.
3. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara
pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara
ke laut. Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan
monoklinal, isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi yang
pendek) atau dekat pantai.
4. Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus,
sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan
sedimen terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling
antara yang lunak dan resisten.
5. Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai
pendek yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah
mencirikan daerah glacial bagian bawah.
6. Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik.
Berkembang pada vulkan atau dome.
7. Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah.
Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
8. Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk
sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang
berseling antara lunak dan keras.
9. Pinnate : Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai
membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya
terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.
10. Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai
utama, melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada
topografi karst. Tabel 1. merupakan pola pengaliran dengan
karaktersitiknya.

7) Jenis bentang alam :

Bentang alam (Inggris: landform) adalah suatu unit geomorfologis


yang dikategorikan berdasarkan karateristik seperti elevasi, kelandaian,
orientasi, stratifikasi, paparan batuan, dan jenis tanah. Jenis-jenis bentang alam
antara lain adalah bukit, lembah, tanjung, dll, sedangkan samudra dan benua
adalah contoh jenis bentang alam tingkat tertinggi.

a. Bentang Alam Fluvial


Bentang Alam fluvial adalah seluruh bentukan geomorfologi di
permukaan bumi akibat aktifitas sungai yang menyebabkan terjadinya
erosi, pengangkutan dan pengendapan material di permukaan bumi.

b. Bentang Alam Glasial


Gletser merupakan massa es yang mampu bertahan lama dan mapu
bergerak karena
pengaruh gravitasi. Gletser terbentuk karena salju yang mengalami
kompaksi dan
rekristalisasi. Gletser dapat berkembang di suatu tempat setelah melewati
beberapaperiode tahun dimana es terakumulasi dan tidak melebur atau
hilang.

c. Bentang Alam Denudasional


Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika dilanjutkan
cukup jauh, akanmengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi
menjadi tingkat dasar seragam.Dalam hal ini, proses yang utama adalah
degradasi, pelapukan, dan pelepasan material,pelapukan material
permukaan bumi yang disebabkan oleh berbagai proses erosi dangerakan
tanah. Kebalikan dari degradasi adalah agradasi, yaitu berbagai proses
eksogenikyang menyebabkab bertambahnya elevasi permukaan bumi
karena proses pengendapanmaterial hasil proses degradasi.

d. Bentang Alam Vulkanik


Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang proses
pembentukannya dikontrololeh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya
magma dari dalam bumi. Bentang alamvulkanik selalu dihubungkan
dengan gerak-gerak tektonik. Gunung-gunung api biasanyadijumpai di
depan zona penunjaman (subduction zone).

e. Bentang Alam Eolian


Bentang alam eolian merupakan bentang alam yang dibentuk
karena aktivitas angin.Bentang alam ini banyak dijumpai pada daerah
gurun pasir. Gurun pasir sendiri lebihdiakibatkan adanya pengaruh iklim.
Gurun pasir diartikan sebagai daerah yangmempunyai curah hujan rata-
rata kurang dari 26 cm/tahun. Gurun pasir tropik terletakpada daerah
antara 350 LU sampai 350 LS, yaitu pada daerah yang mempunyai
tekananudara tinggi dengan udara sangat panas dan kering. Gurun pasir
lintang rendah terdapatdi tengah-tengah benua yang terletak jauh dari laut
atau terlindung oleh gunung-gunungdari tiupan angin laut yang lembab
sehingga udar yang melewati gunung dan sampaipada daerah tersebut
adalah udara yang kering.

f. Bentang Alam Karst


Karst adalah Suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan
litologi berupa batuanyang mudah larut, menunjukkan relief yang khas,
penyaluran yang tidak teratur, aliransungainya secara tiba-tiba masuk
kedalam tanah dan meninggalkan lembah kering untukkemudian keluar
ditempat lain sebagai mata air yang besar.
g. Bentang Alam Marine
Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-
surut, dan
pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas
marine beradadi kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai.
Pengaruh marine dapatmencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi
terkadang hanya beberapa ratusmeter saja. Sejauh mana efektifitas proses
abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhanterumbu pada pesisir ini, tergantung
dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang seringmempengaruhi kawasan
pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunungapi,
perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.

h. Bentang Alam Struktural


Bentang alam struktural adalah bentang alam yang
pembentukannya dikontrol olehstruktur geologi daerah yang bersangkutan.
Struktur geologi yang paling berpengaruhterhadap pembentukan morfologi
adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur yangterbentuk setelah
batuan itu ada.

Anda mungkin juga menyukai