Anda di halaman 1dari 94

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Skripsi Sarjana

2018

Pengujian Mutu Tablet Deksametason


yang Beredar di Apotek Kota Medan

Br Tarigan, Sherly Koukouim


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11785
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGUJIAN MUTU TABLET DEKSAMETASON YANG
BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH:
SHERLY KOUKOUIM BR TARIGAN
NIM 141501046

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PENGUJIAN MUTU TABLET DEKSAMETASON YANG
BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN

SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
SHERLY KOUKOUIM BR TARIGAN
NIM 141501046

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan

anugerah dan karuniaNya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul Pengujian Mutu Tablet Deksametason yang Beredar di Apotek

Kota Medan. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Deksametason merupakan glukokortikoid yang sangat poten, seringkali

digunakan untuk menekan inflamasi, alergi dan respon imun. Terapi anti inflamasi

digunakan pada banyak penyakit. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui

mutu dari tablet deksametason yang beredar di apotek kota medan sesuai dengan

persyaratan Farmasi Industri dan Farmakope Indonesia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tablet deksametason yang beredar memenuhi persyaratan

Farmasi Industri dan Farmakope Indonesia. Hendaknya hasil penelitian ini

berguna bagi masyarakat yang akan mengonsumsi obat tablet deksametason.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt.,

selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dengan

penuh kesabaran selama penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., selaku ketua penguji dan Ibu T.

Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si, Apt., selaku anggota penguji, dan Ibu Prof. Dr.

Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi beserta seluruh dosen

pengajar di Fakultas Farmasi atas bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada

penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

Penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Orang tua tercinta Syahdan Timotius

iv
Universitas Sumatera Utara
Tarigan dan Erni Br Karo, serta adik tercinta Kores Astomchi Tarigan dan Thety

Pyliana Br Tarigan yang tiada hentinya berdoa dan berkorban dengan tulus ikhlas

memberikan dukungan baik moril maupun materil selama perkuliahan hingga

penyelesaian skripsi ini.

Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis

mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah. Akhir kata penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini

dan berharap ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 21 November 2018


Penulis,

Sherly Koukouim Br Tarigan


NIM 141501046

v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini,


Nama : Sherly Koukouim Br Tarigan
Nomor Induk Mahasiswa : 141501046
Program Studi : Reguler Farmasi
Judul Skripsi : Pengujian Mutu Tablet Deksametason yang
Beredar di Apotek Kota Medan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya sendiri
dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari skripsi saya tersebut terbukti plagiat
karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program
Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya tidak akan
menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam
keadaan sehat.

Medan, 20 November 2018

Sherly Koukouim Br Tarigan


NIM 141501046

vi
Universitas Sumatera Utara
PENGUJIAN MUTU TABLET DEKSAMETASON YANG BEREDAR DI
APOTEK KOTA MEDAN

ABSTRAK
Latar Belakang: Deksametason merupakan glukokortikoid yang sangat poten,
seringkali digunakan untuk menekan inflamasi, alergi dan respon imun. Terapi
anti inflamasi digunakan pada banyak penyakit. Supresi sistem imun bermanfaat
dalam mencegah penolakan setelah transplantasi jaringan, selain itu glukortikoid
juga digunakan untuk menekan limfopoiesis pada pasien dengan leukemia dan
limfoma tertentu.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu dari tablet yang
mengandung deksametason yang beredar di apotek kota Medan.
Metode: Pengujian mutu ini diambil empat tablet deksametason dari salah satu
apotek di kota Medan. Empat tablet deksametason tersebut yaitu Dexaharsen (PT.
Harsen), Kalmetason (Kalbe), Diometa, Carbidu® (PT. Sampharindo). Pengujian
mutu dilakukan berdasarkan parameter mutu tablet meliputi uji kadar dengan alat
spektrofotometri uv-vis, uji disolusi dengan alat dissolution tester, uji
keseragaman bobot dengan alat neraca analitik, uji friabilitas dengan alat roche
friabilator, uji waktu hancur dengan alat desintegration tester dan uji kekerasan
dengan alat strong cobb hardness tester.
Hasil: Hasil uji menunjukkan bahwa hasil uji kadar berkisar antara 99,71% s/d
101,68%, uji disolusi diperoleh berkisar antara 80,67% s/d 86%, uji keseragaman
bobot berkisar antara 3,37 s/d 8,85, uji friabilitas diperoleh berkisar antara 0,5 s/d
0,82, uji waktu hancur berkisar antara 1’06” s/d 3’16” dan uji kekerasan berkisar
antara 4,79 s/d 8,91.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa seluruh
tablet deksametason yang beredar di apotek kota Medan yang diuji menunjukkan
bahwa kadar obat, disolusi, keseragaman bobot, friabilitas, waktu hancur dan
kekerasan memenuhi persyaratan.

Kata Kunci: Uji Mutu, Deksametason, Tablet Deksametason

vii
Universitas Sumatera Utara
TESTING THE QUALITY OF DEKSAMETASONE TABLET
CIRCULATING IN APOTEK MEDAN CITY

ABSTRACT
Background: Dexamethasone is a very potent glucocorticoid, which is for
inflammation, allergies and immune response. Anti-inflammatory therapy use in
many diseases. Immune system suppression need to prevent rejection after tissue
transplantation, in addition glucorticoids also push lymphopoiesis in patients with
certain leukemia and lymphoma.
Objective: The purpose of this study was to determine the quality of tablets
containing dexamethasone circulating in apotek Medan city.
Method: The test of quality taken four tablets from one of the apotek in Medan
city. The four tablets of dexamethasone were Dexaharsen (PT. Harsen),
Kalmetason (Kalbe), Diometa, Carbidu® (PT. Sampharindo). Quality testing done
base on parameters of tablet quality, include level test with a uv-vis
spectrophotometry, dissolution test with a disolution tester, weight variety test
with an analytical balance, friability test with a roche friabilator, disintegration
time test with a desintegration tester and hardness test with a strong cobb hardness
tester.
Results: The test results showed the results of the drug content was between
99.71% to 101.68%, dissolution test was obtained between 80.67% to 86%, the
test of weight variety was between 3.37 to 8.85, test friability was obtained
between 0.5 to 0.82, the test time was between 1'06 "to 3'16" and the hardness test
was between 4.79 to 8.91.
Conclusion: The study concludes that all dexamethasone tablets circulating in
Medan cities show that the drug content, dissolution, weight variety, friability,
disintegration and hardness meet the requirements.

Keywords: Quality Test, Dexamethasone, Dexamethasone Tablet

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................iii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .........................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL................................................................................................. .xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Hipotesis ......................................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1 Uji Mutu ......................................................................................................... 5
2.2 Deksametason ................................................................................................ 5
2.2.1 Rumus Bangun ........................................................................................... 5
2.2.2 Sifat Fisikokimia ........................................................................................ 5
2.2.3 Mekanisme Kerja ....................................................................................... 6
2.2.4 Efek Samping ............................................................................................ 6
2.3 Evaluasi Mutu ................................................................................................ 7
2.4 Sediaan Tablet ................................................................................................ 7
2.4.1 Pengertian Tablet ........................................................................................ 7
2.4.2 Penggolongan Tablet................................................................................... 9
2.4.3 Quality Control Tablet .............................................................................10
2.4.4 Komposisi Tablet .....................................................................................15
2.4.5 Evaluasi Tablet .........................................................................................16
2.5 Pengertian Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel...........................................19
2.5.1 Proses Penyerapan Radiasi pada Spektrofotometer UV-Visibel ..............19
2.5.2 Kegunaan Ultraviolet-Visibel ..................................................................20
2.5.3 Komponen Ultraviolet-Visibel..................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................24
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................24
3.2 Alat................................................................................................................. 24
3.3 Bahan ............................................................................................................24
3.4 Prosedur Kerja ..............................................................................................24
3.4.1 Pembuatan Pereaksi Asam Klorida 0,1 N ................................................24
3.4.2 Pembuatan Larutan Baku Deksametason .................................................25
3.4.3 Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ...............................25
3.4.4 Penetapan Linieritas Kurva Kalibrasi ......................................................25
3.4.5 Penentuan Kadar Deksametason dalam Sediaan Tablet............................25
3.4.6 Uji Disolusi dengan Metode Keranjang ...................................................26

ix
Universitas Sumatera Utara
3.4.7 Evaluasi Tablet .........................................................................................26
3.4.7.1 Kekerasan .................................................................................................26
3.4.7.2 Friabilitas ..................................................................................................27
3.4.7.3 Waktu Hancur ..........................................................................................27
3.4.7.4 Keseragaman Bobot .................................................................................27
3.4.8 Analisis Data Secara Statistik ..................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................29
4.1 Uji Kadar Tablet Deksametason ...................................................................29
4.2 Uji Disolusi Tablet Deksametason.................................................................29
4.3 Evaluasi Tablet Deksametason ......................................................................30
4.3.1 Uji Keseragaman Bobot ..............................................................................30
4.3.2 Uji Kekerasan .............................................................................................30
4.3.3 Uji Friabilitas ..............................................................................................31
4.3.4 Uji Waktu Hancur .......................................................................................31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................33
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................33
5.2 Saran .............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................34
LAMPIRAN .........................................................................................................36

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

3.1 Persyaratan Keseragaman Bobot ....................................................................28


4.1 Hasil Pengolahan Data Penetapan Kadar Tablet Deksametason ....................29
4.2 Hasil Disolusi Tablet Deksametason ..............................................................29
4.3 Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Deksametason ........................................30
4.4 Hasil Uji Kekerasan Tablet Deksametason.....................................................30
4.5 Hasil Uji Friabilitas Tablet Deksametason .....................................................31
4.6 Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Deksametason ..............................................31

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

2.1 Struktur Kimia Deksametason .......................................................................... 5

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

1. Sertifikat Baku Pembanding ..........................................................................36


2. Daftar Spesifikasi Sampel .............................................................................37
3. Kurva Panjang Gelombang ...........................................................................38
4. Kurva Kalibrasi Metanol ...............................................................................39
5. Kurva Kalibrasi HCl .....................................................................................40
6. Data Kalibrasi dan Perhitungan Persamaan Regresi Deksametason ............41
7. Perhitungan Penetapan Kadar Deksametason Tablet Dexaharsen ................42
8. Perhitungan Penetapan Kadar Deksametason Tablet Kalmetason ...............45
9. Perhitungan Penetapan Kadar Deksametason Tablet Diometa .....................48
10. Perhitungan Penetapan Kadar Deksametason Tablet Carbidu ......................51
11. Data Kadar Deksametason dalam Sediaan Tablet ........................................54
12. Perhitungan Statistik Kadar Deksametason Tablet Dexaharsen ...................55
13. Perhitungan Statistik Kadar Deksametason Tablet Kalmetason.................... 56
14. Perhitungan Statistik Kadar Deksametason Tablet Diometa ........................57
15. Perhitungan Statistik Kadar Deksametason Tablet Carbidu .........................58
16. Perhitungan Persen Kumulatif pada Tablet Dexaharsen ...............................59
17. Perhitungan Persen Kumulatif pada Tablet Kalmetason ..............................63
18. Perhitungan Persen Kumulatif pada Tablet Diometa ....................................67
19. Perhitungan Persen Kumulatif pada Tablet Carbidu .....................................71
20. Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet Deksametason ...................................75
21. Hasi Uji Kekerasan Tablet Deksametason..................................................... 77
22. Hasil Uji Friablitas Tablet Deksametason .....................................................78
23. Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Deksametason.............................................79
24. Sampel ...........................................................................................................80

xiii
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kortikosteroid adalah obat yang memiliki efek sangat luas sehingga

banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Glukokortikoid merupakan

salah satu kortikosteroid yang luas penggunaannya, salah satunya untuk palliative

care. Glukokortikoid banyak digunakan untuk mengurangi peritumoral edema

yang berkaitan dengan tumor otak, obstruksi lambung, kompresi sumsum tulang

belakang, sindrom vena cava superior dan obstruksi uterik. Glukokortikoid juga

digunakan untuk mengatasi simptom seperti mual dan dypsnea, anorexia,

kehilangan berat badan, fatigue, dan meningkatkan kenyamanan pasien (Pilkey

dkk., 2012).

Deksametason merupakan glukokortikoid yang sangat poten, seringkali

digunakan untuk menekan inflamasi, alergi dan respon imun. Terapi anti

inflamasi digunakan pada banyak penyakit. Supresi sistem imun bermanfaat

dalam mencegah penolakan setelah transplantasi jaringan, selain itu glukortikoid

juga digunakan untuk menekan limfopoiesis pada pasien dengan leukemia dan

limfoma tertentu. Glukortikoid menyebabkan banyak efek samping, terutama

dalam dosis tinggi dan penggunaan jangka panjang (Neal, 2012).

Efek samping yang tidak diinginkan tersebut antara lain orang yang

menggunakannya akan menjadi gemuk karena tubuhnya menahan air secara

berlebihan. Yang pertama-tama terlihat wajah peminumnya menjadi gemuk

(moonface). Dalam jangka panjang, bahan obat ini mengakibatkan gangguan

fungsi ginjal bahkan merusak ginjal. Selain itu penyimpanan dalam jangka panjang

1
Universitas Sumatera Utara
dapat merubah stabilitas obat tersebut.

Pengujian mutu merupakan salah satu cara dalam menentukan kestabilan

suatu obat. Stabilitas adalah kemampuan obat untuk mempertahankan sifat-

sifatnya dalam batas spesifikasi yang ditentukan sepanjang masa edar obat

tersebut. Stabilitas merupakan suatu faktor yang penting dari mutu, keamanan dan

khasiat dari suatu produk obat. Suatu produk obat, yang tidak cukup stabil, dapat

menghasilkan perubahan fisik (seperti kekerasan, laju disolusi, pemisahan fasa,

dsb) (WHO, 2006).

Pada penelitian ini peneliti melakukan survei pendahuluan ke beberapa

Apotek yang berada di kota Medan pada 29 November 2017 selama tiga minggu

di apotek yang berada di Jalan Jamin Ginting untuk mengetahui obat

kortikosteroid yang laku di pasaran. Jumah merek tablet deksametason yang

paling laku dipasaran yaitu Dexaharsen, Carbidu, Kalmetason dan Diometa. Obat

deksametason ini banyak digunakan untuk mengobati alergi, inflamasi,

limfopoiesis, dypsnea, dan fatique.

Persyaratan kadar untuk sediaan tablet deksametason menurut Farmakope

Indonesia edisi III tahun 1979 yaitu mengandung Deksametason, C22 H29FO 5 ,

tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada

etiket (Ditjen POM, 1979).

Persyaratan kadar untuk sediaan tablet deksametason menurut Farmakope

Indonesia edisi IV tahun 1995 yaitu mengandung Deksametason, C 22H 29FO5,

tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110, 0% dari jumlah yang tertera

pada etiket.

Persyaratan kadar untuk sediaan tablet deksametason menurut Farmakope

Indonesia edisi V tahun 2014 yaitu mengandung Deksametason, C22H 29FO5 , tidak

2
Universitas Sumatera Utara
kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% (Ditjen POM, 2014).

Moffat telah melakukan pengembangan metode analisis dengan

spektrofotometri UV-Visible terhadap dekasametason dalam sediaan tablet

dengan menggunakan campuran pelarut methanol : air (1 : 2 v/v) pada panjang

gelombang 240 nm dengan A11 = 385 a (Moffat, 2005).

Menurut Undang–Undang No. 23 tahun 1992 pasal 40 ayat 1 tentang

kesehatan bahwa obat dan bahan obat harus memenuhi standar Farmakope dan

buku standar lain. Salah satu parameter obat tersebut dikatakan memenuhi standar

apabila kadar zat berkhasiat yang terkandung didalamnya memenuhi persyaratan

Farmakope Indonesia.

Menurut hasil survei penelitian pada Apotek, tempat deksametason yang

beredar banyak terjual. Oleh karena itu perlunya dilakukan penelitian untuk

menguji mutu tablet deksametason yang beredar di apotek kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah mutu tablet deksametason yang beredar di apotek kota Medan

sesuai dengan standar yang ditetapkan Farmasi Industri yaitu kekerasan tablet,

persyaratan Farmakope Indonesia, waktu hancur, keseragaman bobot, dan

penetapan kadar deksametason ?

1.3 Hipotesis

Mutu tablet deksametason yang beredar di apotek kota Medan sesuai

dengan standar yang ditetapkan Farmasi Industri yaitu kekerasan tablet, friabilitas

persyaratan Farmakope Indonesia, waktu hancur, keseragaman bobot, dan kadar

deksametason

3
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui mutu dari tablet deksametason yang beredar di apotek

kota medan sesuai dengan persyaratan Farmasi Industri dan Farmakope Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah agar dapat

mengetahui bahwa tablet deksametason yang beredar di apotek kota medan

memiliki mutu yang memenuhi persyaratan yang tertera pada Farmakope

Indonesia Edisi V sehingga dapat melindungi masyarakat dari produk yang tidak

memenuhi persyaratan.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Variabel bebas Variabel terikat Parameter


Uji Kadar

Uji Disolusi

Tablet Evaluasi Uji Uji


Deksametason Mutu Tablet Keseragaman
Bobot
Uji Kekerasan

Uji Friabilitas

Uji Waktu
Hancur

4
Universitas Sumatera Utara
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Mutu

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2016

penyelenggaraan uji mutu obat pada instalasi farmasi pemerintah berfungsi untuk

melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh obat yang tidak

memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat dan mutu. Pada instalasi

pemerintah, perlu dilakukan pengujian terhadap mutu obat secara berkala.

2.2 Deksametason

2.2.1 Rumus Bangun

Gambar 2.1.1 Struktur kimia Deksametason

2.2.2 Sifat Fisikokimia

Rumus molekul : C H FO5


22 29
Berat molekul : 392,47

Nama kimia : 9 – Fluoro - 11β, 17, 21- trihidroksi- 16α- metal pregna-

1,4 - diena- 3,20-dion

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai praktis putih, tidak berbau,

stabil diudara. Melebur pada suhu lebih kurang 250º

5
Universitas Sumatera Utara
disertai peruraian

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam

aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan dalam methanol;

sukar larut dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter

(Ditjen POM,1995).

2.2.3 Mekanisme Kerja

Deksametason, seperti kortikosteroid lainnya memiliki efek anti inflamasi

dan anti alergi dengan pencegahan pelepasan histamin. Deksametason merupakan

salah satu kortikosteroid sintetis terampuh. Kemampuannya dalam menanggulangi

peradangan dan alergi kurang lebih sepuluh kali lebih hebat dari pada yang

dimiliki prednison (Katzung, 2004).

Penggunaan deksametason di masyarakat sering kali kita jumpai, antara

lain: pada terapi arthritis rheumatoid, systemik lupus erithematosus, rhinitis

alergika, asma, leukemia, lymphoma, anemia hemolitik atau auto immune, selain

itu deksametason dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis sindroma

cushing. Efek samping pemberian deksametason antara lain terjadinya insomnia,

osteoporosis, retensi cairan tubuh, glaukoma dan lain-lain (Suherman, 2007).

2.2.4 Efek Samping

Efek samping yang dapat timbul akibat pemberian terus menerus dengan

dosis besar atau karena penghentian pengobatan tiba-tiba. Efek ini menyerupai

gejala dari suatu gangguan yang disebakan oleh produksi kortisol yang

berlebihan, yakni sindrom cushing. Gejala awal sindrom ini adalah retensi cairan

di jaringan-jaringan yang menyebabkan naiknya berat badan dengan pesat, muka

menjadi bundar atau moon face, kaki dan tangan gemuk. Selain itu terjadi

penumpukan lemak di bahu dan tengkuk. Kulit menjadi tipis dan kulit mudah

6
Universitas Sumatera Utara
terluka (Tjay, T.H., 2002).

Efek samping ke organ-organ antara lain. Mata: katarak subskapular

posterior, peningkatan tekanan intaraokular, glaukoma dengan kerusakan nervus

optikus, pengurangan daya penglihatan, infeksi sekunder, eksoftalmus.

Kardiovaskular: tromboemboli, aritmia, sinkop, hipertensi, ruptur miokardium,

gagal jantung kronik. Sistem Saraf Pusat: kejang, vertigo, sakit kepala, neuritis,

psikosis. Efek pada saluran pencernaan antara lain pankreatitis, distensi

abdominal, esophagitis ulseratif, mual, muntah, nafsu makan yang meningkat dan

peningkatan berat badan. Ulkus peptikum dengan perforasi dan perdarahan,

perforasi usus (Tjay, T.H., 2002).

2.3 Evaluasi Mutu

Agar sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus

dibuatkan kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu

ditaati.Pertama, tujuan pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang

baik. Kedua, setiap pelaksanaan harus berpegang teguh pada standar atau

spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standart dan spesifikasi yang telah

ada (Anief, 1994).

2.4 Sediaan Tablet

2.4.1 Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun

tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan

merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet dapat juga

dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaannya tergantung

7
Universitas Sumatera Utara
pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).

Secara umum tablet dibuat dengan 3 cara yaitu: granulasi basah, granulasi

kering dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk

meningkatkan aliran campuran atau kemampuan kempa. Granulasi kering di buat

dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan sehingga menjadi tablet yang

besar yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh

granul dengan ukuran partikel yang diinginkan (Ditjen POM, 1995).

Sediaan tablet semakin populer pemakaiannya dan merupakan sediaan

yang paling banyak diproduksi. Tablet merupakan salah satu sediaan yang banyak

mengalami perkembangan baik formulasi maupun cara pengunaannya. Beberapa

keuntungan sediaan tablet diantaranya adalah sediaan lebih kompak, biaya

pembuataannya lebih sederhana, dosisnya tepat, mudah pengemasannya, sehingga

penggunaanya lebih praktis jika dibandingkan dengan sediaan yang lain (Lachman

dkk.,1994).

Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan

tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum

digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan

pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada

pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam

keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu (Soekemi, 1987).

Macam-macam jenis tablet adalah tablet kompresi, tablet kompresi ganda,

tablet salut gula, tablet diwarnai coklat, tablet salut selaput, tablet salut enterik,

tablet sublingual atau bukal, tablet kunyah, tablet effervescent, tablet triturat,

tablet hipodermik, tablet pembagi, tablet dengan pengelepasan terkendali

(Ansel, 2005).

8
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Penggolongan Tablet

Menurut Syamsuni (2006), penggolongan tablet dapat dibedakan

berdasarkan atas:

1. Metode pembuatan

Berdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu:

a. Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya

mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa

serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi. Kadar etanol tergantung

pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam sistem pelarut, serta derajat

kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan dengan

tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan

dibiarkan kering.

b. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau

granul menggunakan cetakan baja.

2. Cara Pemakaian

Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi 9 yaitu:

a. Tablet biasa/tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan

cara ditelan, pecah dilambung.

b. Tablet kunyah (chewable tablet). Bentuknya seperti tablet biasa, cara

pemakaiannya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak

pahit.

c. Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles) adalah sediaan padat yang

mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar

beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur

perlahan-lahan dalam mulut.

9
Universitas Sumatera Utara
d. Tablet larut (effervescent tablet) adalah tablet yang sebelum digunakan

dilarutkan terlebih dahulu dalam air dan akan menghasilkan buih. Tablet ini

selain mengandung zat aktif juga mengandung asam (asam sitrat, asam

tartrat) dan Na CO3.


2

e. Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan berisi

hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit

sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian dijahit kembali.


f.
Tablet hipodermik adalah tablet kempa, dibuat dari bahan yang mudah larut

atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya digunakan untuk

membuat sediaan injeksi hipodemik segar dengan melarutkan tablet dalam air

steril untuk injeksi.

g. Tablet bukal adalah tablet yang diletakkan antara pipi dan gusi.

h. Tablet sublingual adalah tablet yang diletakkan di bawah lidah.

i. Tablet vagina (ovula) adalah tablet sisipan yang didesain untuk terdisolusi

dan pelepasan lambat zat aktif dalam rongga vagina.Tablet ini berbentuk telur

atau berbentuk (buah) pir untuk memudahkan penahanan dalam vagina, untuk

melepaskan zat antibakteri, antiseptik, atau zat astringen guna mengobati

infeksi vagina atau mungkin melepaskan steroid untuk absorpsi sistemik.

2.4.3 Quality control tablet

Uji quality control untuk tablet farmasi sedang diuji, keseragaman konten,

keseragaman massa, variasi berat, uji kerapuhan, kandungan bahan aktif, uji

kekerasan, uji disintegrasi, uji disolusi, dll. Uji quality control untuk tablet

farmasi menurut Lachman, 1986 tercantum di bawah ini:

1. Ukuran dan Bentuk

Ukuran dan bentuk tablet dapat digambarkan secara dimensi dipantau dan

10
Universitas Sumatera Utara
dikendalikan. Ini ditentukan oleh perkakas selama proses kompresi (Lachman

dkk., 1986).

2. Warna dan Bau

Banyak tablet yang menggunakan warna sebagai sarana vital untuk

identifikasi dan dapat diterima oleh konsumen. Tetapi harus seragam dalam satu

tablet, dari tablet ke tablet dan dari banyak ke banyak. Kehadiran bau dalam batch

tablet bisa menunjukkan masalah stabilitas misalnya bau khas asam asetat dapat

menurunkan tablet aspirin atau bisa menjadi karakteristik obat-obatan yang lain

misalnya vitamin memiliki bau yang khas (Lachman dkk., 1986).

3. Tanda Identifikasi Unik

Perusahaan farmasi sering menggunakan beberapa jenis tanda unik pada

tablet selain warna, untuk identifikasi cepat produk mereka, tanda-tanda ini

menggunakan beberapa bentuk embossing, ukiran atau pencetakan nama

perusahaan atau simbol atau kode produk (Lachman dkk., 1986).

4. Kadar Kelembaban Butiran

Butiran harus memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan penanganan

normal dalam proses pencampuran tanpa merusak dan menghasilkan bubuk halus

dalam jumlah besar. Di sisi lain, beberapa pengurangan ukuran selama pemadatan

menjadi tablet diinginkan untuk mengekspos area permukaan bersih yang

diperlukan agar ikatan optimal terjadi sehingga kadar air adalah faktor yang

sangat penting untuk menghasilkan produk farmasi yang baik (Lachman dkk.,

1986).

5. Uji keseragaman bobot

Menurut USP, uji keseragaman bobot dilakukan dengan memberi bobot 20

tablet secara individual dengan menghitung bobot rata-rata dan membandingkan

11
Universitas Sumatera Utara
bobot tablet individu dengan rata-rata. Nilai uji variasi berat dinyatakan dalam

persentase. Rumus berikut digunakan:

Keseragaman bobot = (Iw - Aw) / Aw X 100%

Dimana,

Iw = Berat tablet individual;

Aw = Berat rata-rata tablet (Lachman dkk., 1986).

6. Uji keseragaman isi

Hal ini dilakukan untuk memastikan pencampuran yang tepat dari isi tablet

dengan menentukan secara individual keseragaman isi dari 10 tablet yang diambil

secara acak dan menentukan keseragaman isi rata-rata. Menurut USP, uji

keseragaman isi dilakukan untuk tablet yang tidak dilapisi & dilapisi film yang

mengandung kurang dari 25% dari berat total dan untuk semua tablet berlapis

gula. Tidak lebih dari satu tablet berada di luar batas 85-115% dari keseragaman

isi rata-rata dan tidak ada di luar batas 75-125% dari keseragaman isi rata-rata

(Lachman dkk., 1986).

7. Ketebalan

Ketebalan tablet adalah satu-satunya variabel dimensi yang terkait dengan

proses tersebut. Ketebalan masing-masing tablet dapat diukur dengan mikrometer.

Teknik lain melibatkan penempatan 5 atau 10 tablet dalam nampan penahan, di

mana ketebalan totalnya dapat diukur dengan skala geser caliper. Ketebalan tablet

harus dikontrol dalam ± 5% variasi standar. Ketebalan harus dikontrol untuk

memfasilitasi pengemasan. Ini dinyatakan dalam mm (Lachman dkk., 1986).

8. Uji Kekerasan

Untuk tes ini, salah satu penguji awal adalah penguji kekerasan tablet

Ketan, yang merupakan jenis penguji kekerasan Monsanto untuk mengevaluasi uji

12
Universitas Sumatera Utara
kekerasan tablet. Tester terdiri dari barel yang berisi pegas kompresibel yang

diadakan di antara dua plunger. Plunger bawah ditempatkan dalam kontak dengan

tablet dan memiliki skala nol. Plunger atas kemudian dipaksa melawan pegas

dengan memutar baut berulir sampai tablet patah. Saat pegas dimampatkan,

penunjuk berjalan di sepanjang pengukur dalam laras untuk menunjukkan gaya.

Kekuatan fraktur dicatat dalam kilogram. Sepuluh tablet dihancurkan dan diukur

kekerasannya dan kisaran yang diizinkan adalah antara 4 - 6 kg (40 - 60 N)

(Lachman dkk., 1986).

9. Uji Kerapuhan

Kerapuhan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan Roche friabilator.

Untuk pengujian ini, dua puluh tablet ditimbang dan ditempatkan di friabilator

dan kemudian dioperasikan pada 25 rpm selama 4 menit. Tablet-tablet tersebut

kemudian dikeluarkan dari dalam alat dan ditimbang. Perbedaan dalam dua bobot

digunakan untuk menghitung nilai kerapuhan dan nilai kerapuhan dinyatakan

dalam persentase. Ini ditentukan oleh rumus berikut: Kerendahan = (Iw - Fw) / Iw

x 100%

Di mana, Iw = Total Berat awal tablet; Fw = Total berat akhir tablet.

Sebagaimana dinyatakan oleh USP jika tablet terkompresi konvensional yang

kehilangan kurang dari 0,5% hingga 1% (setelah 100 putaran) berat badan mereka

umumnya dianggap dapat diterima (Lachman dkk., 1986).

10. Uji Disintegrasi

Peralatan disintegrasi USP terdiri dari 6 tabung kaca sepanjang 3 inci,

terbuka di bagian atas, dan dipegang pada layar 10-mesh di bagian bawah rak rak

keranjang. Untuk menguji waktu disintegrasi, satu tablet ditempatkan di setiap

tabung dan rak keranjang diposisikan dalam media tertentu pada 37° ± 2°C

13
Universitas Sumatera Utara
sehingga tablet tetap 2,5 cm di bawah permukaan cairan pada gerakan ke atas dan

turun tidak lebih dekat dari 2,5 cm dari dasar gelas. Perangkat motor standar

digunakan untuk memindahkan rakitan keranjang yang berisi tablet ke atas dan ke

bawah melalui jarak 5 hingga 6 cm pada frekuensi 28 hingga 32 siklus per menit.

Cakram plastik berlubang juga dapat digunakan dalam tes. Ini ditempatkan di

bagian atas tablet dan memberikan tindakan abrasif ke tablet. Operasikan

peralatan untuk waktu yang ditentukan (15 menit untuk tablet yang tidak dilapisi

kecuali jika dibenarkan dan diotorisasi) (Lachman dkk., 1986).

Tablet memenuhi tes, jika tablet hancur, dan semua partikel melewati layar

10-mesh dalam waktu yang ditentukan. Jika ada residu yang tersisa, harus

memiliki massa lunak tanpa inti yang kuat. Tablet memenuhi pengujian menurut

USP, jika semua tablet telah hancur sepenuhnya (Lachman dkk., 1986).

11. Uji Disolusi

Peralatan uji disolusi terdiri dari bejana silinder dengan dasar setengah

bola, yang mungkin tertutup, terbuat dari kaca atau bahan lembam lainnya,

transparan; sebuah motor; poros penggerak logam; dan keranjang silindris.

Tabung sebagian direndam dalam air dengan ukuran yang sesuai atau dipanaskan

dengan perangkat yang sesuai seperti alat pemanas. Alat pemanas memungkinkan

menahan suhu di dalam bejana pada suhu 37° ± 0,5°C selama pengujian dan

menjaga agar cairan medium disolusi tetap konstan (Lachman dkk., 1986).

Untuk pengujian ini menurut BP dan PhEur tempatkan volume yang

dinyatakan dari medium disolusi (± 1%) dalam bejana alat yang ditentukan. Rakit

aparatus, ekuilibrium medium disolusi menjadi 37° ± 0,5°C. Tempatkan 1 tablet

di peralatan, berhati-hati untuk menghidari adanya gelembung udara dari

permukaan tablet. Operasikan peralatan pada kecepatan yang ditentukan. Dalam

14
Universitas Sumatera Utara
selang waktu yang ditentukan, atau pada setiap waktu yang disebutkan, tarik

spesimen dari zona tengah antara permukaan medium pembubaran dan bagian

atas keranjang atau pisau yang berputar, tidak kurang dari 1 cm dari dinding

pembuluh. Dimana beberapa kali sampling ditentukan, ganti aliquot yang ditarik

untuk analisis dengan volume yang sama dari media disolusi pada 37°C atau, di

mana dapat ditunjukkan bahwa penggantian media tidak diperlukan, untuk tidak

terjadi perubahan volume dalam perhitungan (Lachman dkk., 1986).

2.4.4 Komposisi Tablet

Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan

pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang

dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring

agent) dan bahan-bahan lainnya (Ansel, 2005).

1. Zat berkhasiat

2. Bahan pengisi

Untuk mendapatkan berat yang diinginkan, terutama apabila bahan obat

dalam jumlah yang kecil. Bahan pengisi haruslah bersifat inert. Bahan-bahan yang

umum digunakan sebagiai bahan pengisi antara lain laktosa, sukrosa, manitol,

sorbitol, avicel, bolus alba, kalsium sulfat, dll (Lachman dkk., 1994).

3. Bahan pengikat

Untuk mengikat komponen-komponen tablet untuk dijadikan granul

dengan ukuran yang sama dan bentuk spheris setelah dipaksakan melewati

ayakan. Dengan adanya bahan pengikat, komponen tablet akan mudah dibentuk

menjadi granul, sehingga akan memudahkan didalam pencetakan. Pemilihan

bahan pengikat tergantung pada sifat fisika dan kimia dari bahan obat, daya ikat

yang diperlukan dan tujuan pemakaian obatnya.

15
Universitas Sumatera Utara
4. Bahan pengembang

Untuk memudahkan tablet menjadi partikel-partikel kecil ketika berkontak

dengan cairan pencernaan sehingga luas permukaan diperbesar dan absorbsinya

dipermudah (Lachman dkk., 1994).

5. Bahan pelicin

Untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi,

mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi gesekan antara

butir-butir granul dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Hasil terbaik

saat ini sebagai bahan pelicin adalah talkum serta kalsium atau magnesium stearat

(Voigt. R., 1994).

Tablet yang dinyatakan baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap pengaruh mekanis selama

proses produksi, pengemasan dan distribusi.

2. Bebas dari kerusakan seperti pecah-pecah, rompal pada permukaan dan sisa-

sisanya.

3. Dapat menjamin kestabilan fisik maupun kimia dari zat berkhasiat yang

terkandung didalamnya.

2.4.5 Evaluasi Tablet

1. Kekerasan tablet

Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas

kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat

pembuatan, pengepakan, dan pengapalan. Selain itu tablet juga harus dapat

bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet yang

cukup serta tahan penyerbukan dan kerenyahan merupakan persyaratan penting

bagi penerimaan konsumen. Kekerasan dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga

16
Universitas Sumatera Utara
yang dibutuhkan untuk memecah tablet (Soekemi dkk.,1987).

2. Friabilitas

Untuk mengetahui keutuhan tablet (terkikis) karena selama tranfortasi

tablet mengalami benturan dengan dinding wadahnya. Tablet yang mudah

menjadi bubuk, menyerpih dan pecah-pecah pada penanganannya, akan

kehilangan keelokannya serta konsumen enggan menerimanya, dan dapat

menimbulkan pengotoran pada tempat pengangkutan dan pengepakan, juga dapat

menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet (Lachman dkk.,1994).

3.Waktu hancur

Menurut Lachman dkk (1994), jika dikaitkan dengan disolusi maka waktu

hancur merupakan faktor penentu dalam pelarutan obat. Sebelum obat larut dalam

media pelarut maka tablet terlebih dahulu pecah menjadi partikel-partikel kecil

sehingga daerah permukaan partikel menjadi lebih luas. Namun uji ini tidak

memberi jaminan bahwa partikel-partikel akan melepaskan bahan obat dalam

larutan dengan kecepatan yang seharusnya, karena uji waktu hancur hanya

menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang

ditetapkan, dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran mesh-10.

4. Kadar zat berkhasiat

Kadar zat berkhasiat tertera dalam monografi masing-masing tablet baik

batasan nilainya maupun cara penetapannya. Menurut Lachman dkk (1994),

bahwa selain memenuhi persyaratan kadar suatu tablet juga harus dapat

melepaskan kandungan zat berkhasiatnya mendekati 100% dan diabsorbsi secara

utuh sehingga dapat menimbulkan efek farmakologis.

5. Keseragaman sediaan

Keseragaman sediaan ditetapkan dengan 2 cara yaitu :

17
Universitas Sumatera Utara
a. Keragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya lebih

besar atau sama dengan 50 mg.

b. Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya

kurang dari 50 mg (Ditjen POM, 1995).

6. Disolusi

Disolusi adalah proses dimana suatu zat pada menjadi terlarut dalam suatu

pelarut. Pada uji disolusi dapat diketahui partikel-partikel obat akan melepas

bahan obat dalam larutan dengan kecepatan tertentu. Cepatnya melarut obat atau

tablet menentukan berapa kadar bahan berkhasiat yang terlepas kedalam darah,

oleh karena itu laju disolusi berhubungan langsung dengan efikasi (kemanjuran)

dari tablet dan perbedaan biovaibilitas dari berbagai formula (Lachman dkk.,

1994).

Secara singkat, alat untuk menguji karakteristik disolusi dan sediaan pada

kapsul atau tablet terdiri dari :

1. motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat diubah

2. keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk ditempelkan ke

ujung batang pengaduk

3. bejana dari gelas, atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume

1000 ml, bertutup sesuai dengan di tengah-tengahnya ada tempat untuk

menempelkan pengaduk, dan ada lubang tempat masuk pada 3 tempat, dua

untuk memindahkan contoh dan satu untuk menempatkan termometer.

4. Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi

dalam bejana.

Pada tiap pengujian, volume dari media disolusi (seperti yang

dicantumkan dalam masing-masing monografi) ditempatkan dalam bejana dan

18
Universitas Sumatera Utara
biarkan mencapai temperatur 37 o C ± 0,5oC. Kemudian 1 tablet atau 1 kapsul yang

diuji dicelupkan ke dalam bejana atau ditempatkan dalam keranjang dan pengaduk

diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi. Pada waktu-

waktu tertentu contoh dari media diambil untuk analisis kimia dari bagian obat

yang terlarut. Tablet dan kapsul harus memenuhi persyaratan seperti yang terdapat

dalam monografi untuk kecepatan disolusi (Ansel, 1989).

2.5 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.

Spektrometer berfungsi untuk menghasilkan sinar dengan panjang gelombang

tertentu dan fotometer berfungsi sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang

diabsorbsi (Khopkar, 2010).

Spekrofotometri ultraviolet-visibel merupakan salah satu teknik analisis

spektrofotometri yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar

ultraviolet dan sinar tampak dengan memakai instrumen spektrofotometer. Sinar

ultraviolet memiliki panjang gelombang antara 200-400 nm sedangkan sinar

tampak memiliki panjang gelombang antara 400-800 nm (Moffat dkk., 2005).

2.5.1 Proses Penyerapan Radiasi pada Spektrofotometer UV-Visibel

Radiasi di daerah ultraviolet atau visibel diserap melalui eksitasi elektron

yang terlibat dalan ikatan antara atom-atom pembentuk molekul. Jika suatu berkas

radiasi disebabkan oleh larutan sampel maka intensitas sinar radiasi yang

diteruskan dapat diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan

dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar

yang diserap jika tidak ada zat penyerap lainnya. Serapan dapat terjadi jika radiasi

yang mengenai larutan sampel memiliki energi yang sama dengan energi yang

19
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan untuk menyebabkan perubahan energi. Kekuatan radiasi juga

mengalami penurunan dengan adanya penghamburan dan pemantulan cahaya,

akan tetapi penurunan hal ini sangat kecil dibandingkan dengan proses

penyerapan (Watson, 2005).

2.5.2 Kegunaan Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel

Data spektrum ultraviolet-visibel secara tersendiri tidak dapat digunakan

untuk identifikasi kualitatif obat karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit

hanya dapat menghasilkan sedikit sekali puncak absorbsi maksimum dan

minimum. Akan tetapi jika digabung dengan cara lain seperti spektrofotometri

inframerah, resonansi magnet inti, dan spektrometri massa, maka dapat digunakan

untuk maksud identifikasi kualitatif suatu senyawa tersebut. Penggunaannya

terbatas pada konfirmasi identitas dengan menggunakan parameter panjang

gelombang maksimum, nilai absorptivitas, nilai absorptivitas molar, dan nilai

koefisien ekstingsi yang khas untuk senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut

tertentu (Satiadarma dkk., 2004).

Menurut hukum Lambert, serapan (A) berbanding lurus dengan ketebalan

lapisan (b) yang disinari :

A= k. b

Dengan bertambahnya ketebalan lapisan, serapan akan bertambah.

Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatis dan

larutan yang sangat encer, serapan (A) dan konsentrasi (c) adalah proporsional:

A= k. c

Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan

bertambah, sehingga serapan juga bertambah.

Kedua persamaan ini digabungkan dalam hukum Lambert-Beer, hukum

20
Universitas Sumatera Utara
Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri ultraviolet-visibel.

Menurut Hukum Lambert-Beer, serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi

dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dengan persamaan:

A = a.b.c (g/liter) atau A = ε. b. c (mol/liter) atau A = A11 .b.c (g/100 ml)

Dimana: A = serapan

a = absorptivitas

b = ketebalan sel

c = konsentrasi

ε = absorptivitas molar

A11 = absorptivitas spesifik

Moffat telah melakukan pengembangan metode analisis dengan

spektrofotometri UV-Visible terhadap dekasametason dalam sediaan tablet

dengan menggunakan campuran pelarut methanol : air (1 : 2 v/v) pada panjang

gelombang 240 nm dengan A11 = 385 a (Moffat dkk., 2005).

2.5.3 Komponen Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel

Biasanya spektrofotometer telah mempunyai software untuk mengolah

data yang dapat dioperasikan melalui komputer yang telah terhubung dengan

spektrofotometer (Moffat dkk., 2005).

Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi:

a. Sumber tenaga radiasi

Sumber radiasi ultraviolet. Sumber-sumber radiasi ultraviolet yang

kebanyakan digunakan adalah lampu hidrogen dan lampu deuterium. Mereka

terdiri dari sepasang elektroda yang terselubung dalam tabung gelas dan diisi

dengan gas hidrogen atau deuterium pada tekanan yang rendah. Bila tegangan

yang tinggi dikenakan pada elektroda-elektroda, maka akan dihasilkan elektron-

21
Universitas Sumatera Utara
elektron yang mengeksitasikan elektron-elektron lain dalam molekul gas ke

tingkatan tenaga yang tinggi. Bila elektron-elektron kembali ke tingkat dasar

mereka melepaskan radiasi yang kontinyu dalam daerah sekitar 180 dan 350 nm.

Sumber radiasi ultraviolet yang lain adalah lampu xenon, tetapi ia tidak sestabil

lampu hidrogen (Sastrohamidjojo, 1991).

b. Monokromator

Seperti kita ketahui bahwa sumber radiasi yang umum digunakan

menghasilkan radiasi kontinu dalam kisaran panjang gelombang yang lebar.

Dalam spektrometer, radiasi yang polikromatik ini harus diubah menjadi radiasi

monokromatik. Ada dua jenis alat yang digunakan untuk mengurai radiasi

polikromatik menjadi monokromatik yaitu penyaring dan monokromator.

Penyaring dibuat dari benda khusus yang hanya meneruskan radiasi pada daerah

panjang gelombang tertentu dan menyerap radiasi dari panjang gelombang yang

lain. Monokromator merupakan serangkaian alat optik yang menguraikan radiasi

polikromatik menjadi jalur-jalur yang efektif/panjang gelombang-gelombang

tunggalnya dan memisahkan panjang gelombang-gelombang tersebut menjadi

jalur yang sangat sempit (Sastrohamidjojo, 1991).

c. Tempat cuplikan

Cuplikan yang akan dipelajari pada daerah ultraviolet atau terlihat yang

biasanya berupa gas atau larutan ditempatkan dalam sel atau cuvet. Untuk daerah

ultraviolet biasanya digunakan quartz atau sel dari silika yang dilebur, sedangkan

untuk daerah terlihat digunakan gelas biasa atau quartz (Sastrohamidjojo, 1991).

d. Detektor

Setiap detektor menyerap tenaga foton yang mengenainya dan mengubah

tenaga tersebut untuk dapat diukur secara kuantitatif seperti sebagai arus listrik

22
Universitas Sumatera Utara
atau perubahan-perubahan panas. Kebanyakan detektor menghasilkan sinyal

listrik yang dapat mengaktifkan meter atau pencatat. Setiap pencatat harus

menghasilkan sinyal yang secara kuantitatif berkaitan dengan tenaga cahaya yang

mengenainya. Persyaratan-persyaratan penting detektor meliputi: (1) sensitivitas

tinggi hingga dapat mendeteksi tenaga cahaya yang mempunyai tingkatan rendah

sekalipun, (2) waktu respon yang pendek, (3) stabilitas yang panjang/lama untuk

menjamin respon secara kuantitatif, dan (4) sinyal elektronik yang mudah

diperjelas (Sastrohamidjojo, 1991).

Menurut Rohman dan Sudjaji (2007), hal-hal yang harus diperhatikan

dalam analisis spektofotometri ultraviolet adalah:

a. Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah

panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih

panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan panjang gelombang dari suatu

larutan baku pada konsentrasi tertentu.

b. Pembuatan kurva baku

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai

konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi

diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi

dengan konsentrasi.

c. Pembacaan absorbsi sampel atau cuplikan

Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2

sampai 0,8. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan

T adalah 0,005 atau 0,5% (Rohman dan Sudjaji, 2007).

23
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Laboratorium

Teknologi Sediaan Farmasi II Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada

tahun 2018.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Disintegration Tester

(Copley), Dissolution Tester (Veego), Strong Cobb Hardness Tester (Erweka),

Roche Friabilator (Erweka), Spektrofotometer UV (Shimadzu), Stopwatch,

Neraca listrik (Boeko), sejumlah alat gelas lainnya.

3.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deksametasone

(BPFI), Deksametasone yang beredar di apotek kota Medan, metanol, akuades,

dan Asam Klorida 0,1 N.

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pembuatan Pereaksi Asam Klorida 0,1 N

Diambil 8,5 ml HCl pekat dan dipindahkan pelan-pelan kedalam beaker

glass yang berisi 1000 ml akuades. Diaduk dengan gelas pengaduk agar cairan

bercampur sempurna dan dicukupkan larutan dengan akuades sampai 7 liter

(Dirjen POM, 1979).

24
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Pembuatan Larutan Baku Deksametason

Ditimbang seksama 50 mg baku deksametason kemudian dimaksukkan

kedalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan metanol, dikocok perlahan hingga

larut, kemudian ditambahkan metanol sampai garis tanda (C = 1000 μg/ml) (LIB

I). Pipet 5 ml larutan LIB I dan masukkan kedalam labu tentukur 50 ml,

tambahkan metanol sampai garis tanda (C = 100 μg/ml) (LIB II).

3.4.3 Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Dipipet 5 ml dari larutan LIB II (C = 100 μg/ml) masukkan kedalam labu

tentukur 5 ml, diencerkan dengan metanol sampai garis tanda (C = 10 μg/ml).

Kemudian larutan ini diukur pada rentang panjang gelombang 240 nm.

3.4.4 Penetapan Linieritas Kurva Kalibrasi

Dipipet larutan LIB II (C = 100 μg/ml) berturut – turut 2,5 ml; 4,0 ml; 5,0

ml; 6,5 ml; dan 7,5 ml masing–masing dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml

kemudian ditambahkan metanol sampai garis tanda. Konsentrasi larutan masing–

masing adalah 5 μg/ml; 8 μg/ml; 10 μg/ml; 13 μg/ml; 15 μg/ml. Kemudian diukur

serapannya pada panjang gelombang yang telah diperoleh menggunakan metanol

sebagai blanko. Dari data serapan yang diperoleh dapat diketahui persamaan

regresi dan koefisien partisi.

3.4.5 Penentuan Kadar Deksametason dalam Sediaan Tablet

Ditimbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet deksametason.

Kemudian ditimbang seksama sejumlah serbuk setara 1 mg deksametason, di

masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Dilarutkan dengan metanol, dikocok

kemudian ditambah metanol sampai garis tanda, Disaring dan dibuang 5 ml

filtrate pertama (C = 40 μg/ml) (LIB I). Dipipet sebanyak 2,5 ml LIB I masukkan

kedalam labu tentukur 10 ml dan diencerkan dengan methanol sampai garis tanda

25
Universitas Sumatera Utara
(C = 10 μg/ ml) LIB II. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum yang

diperoleh.

3.4.6 Uji Disolusi dengan Metode Keranjang

Disiapkan media disolusi yaitu Asam klorida 0,1 N sebanyak 500 ml.

Dimasukkan media disolusi pada tabung. Dihidupkan alat dengan cara menekan

switch on pada alat. Tekan icon gambar termometer, diatur temperatur pada suhu

37oC ± 0,5 0 C. Diatur rpm pada alat dengan laju kecepatan 100 rpm selama 45

menit. Masukkan 6 tablet, tiap keranjang berisi 1 tablet, lalu turunkan alat.

Disiapkan stopwatch atau alarm selama 45 menit. Setelah waktunya tercapai,

pipet 5 ml larutan uji kemudian masukkan kedalam labu tentukur 50 ml,

ditambahkan dengan media disolusi hingga garis tanda. Diukur pada panjang

gelombang 240 nm.

Toleransi: Dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 70% (Q)

C22 H29FO 5 dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995).

3.4.7 Evaluasi Tablet

Evaluasi tablet yang dilakukan adalah, kekerasan tablet, friabilitas, waktu

hancur, dan keseragaman bobot.

3.4.7.1 Kekerasan

Alat: Strong cobb hardness tester

Cara: Diletakkan sebuah tablet antara anvil dan punch tegak lurus, tablet dijepit

dengan cara memutar skrup pemutar sampai lampu stop menyala. Skrup ditekan

dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada saat tablet pecah.

Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet. Syarat kekerasan tablet 4 kg – 8 kg

(Parrott, 1971).

26
Universitas Sumatera Utara
3.4.7.2 Friabilitas

Alat: Roche friabilator

Cara: Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet. Ditimbang 20 tablet yang telah

dibersihkan dari debu (A) dimasukkan ke dalam alat dan diputar selama 4 menit.

Tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (B),

kehilangan bobot tidak lebih dari 0,8 % (Banker dan Anderson, 1994).

Friabilitas dapat dihitung dengan rumus:

Friabilitas =

3.4.7.3 Waktu Hancur

Alat: Desintegration tester

Cara: Dimasukkan 6 tablet pada masing-masing tabung di keranjang, lalu letakkan

6 tablet dengan cakram penuntun di atasnya dan dijalankan alat. Dicelupkan pada

air dengan suhu 37oC (±1oC) dengan tinggi air tidak boleh kurang dari 15 cm,

sehingga tabung dapat dinaik turunkan secara teratur 30 kali permenit. Pada

kedudukan tertinggi, kawat kasa tepat pada permukaan air, Angkat keranjang dan

amati seluruh tablet. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada lagi tablet yang

tertinggal pada kawat kasa dan dicatat waktu setiap tablet hancur. Bila 1 tablet

atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya,

tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna (Ditjen POM,

1995).

3.4.7.4 Keseragaman Bobot

Ditimbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet, lalu ditimbang

tablet satu per satu.

Deviasi =

27
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Persyaratan keseragaman bobot
Penyimpangan terhadap bobot rata-rata
Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai 150 mg 10% 20%
151 mg sampai 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

Persyaratan tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya

menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan

tidak boleh 1 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang

ditetapkan pada kolom B (Depkes RI, 1995).

3.4.8 Analisis Data Secara Statistik

Untuk mengetahui apakah data diterima atau ditolak digunakan rumus

dibawah

Keterangan: t = Harga t tabel sesuai dengan dk= n-1


= Kadar rata-rata sampel
SD = Standar deviasi
X = Kadar sampel
Standar deviasi (SD) dihitung dengan rumus :

SD =

Dengan dasar penolakan data adalah t hitung ≥ t tabel dan bila t hitung

mempunyai nilai negatif , data ditolak jika t hitung ≤ -t tabel

Untuk mencari kadar sebenarnya dengan taraf kepercayaan (ik) 99%

,dengan derajat kebebasan dk = n-1 , digunakan rumus

μ= ±t dk ×

Keterangan: μ = Interval kepercayaan


α = tingkat kepercayaan
dk = derajat kebebasan

28
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Kadar Tablet Deksametason

Menurut Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014, bahwa persyaratan

kadar tablet deksametason mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih

dari 102,0% (Ditjen POM, 2014).

Tabel 4.1 Hasil pengolahan data penetapan kadar tablet deksametason


No. Nama Sediaan Kadar yang diperoleh(%)
1. Dexaharsen 101,53 0,32
2. Kalmetason 101,68 0,35
3. Diometa 99,71 0,72
4. Carbidu 101,51 0,32

Dari Tabel 4.1 menunjukkan kadar deksametason dalam sediaan tablet

yang beredar di apotek kota Medan memenuhi persyaratan yang tertera dalam

Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014 yaitu tidak kurang dari 97,0% - 102,0%

dari jumlah yang tertera pada etiket.

4.2 Uji Disolusi Tablet Deksametason

Hasil disolusi tablet deksametason dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Hasil Disolusi Tablet Deksametason


No. Nama Obat Persen Kumulatif(%)
1. Dexaharsen 86%
2. Kalmetason 80,67%
3. Diometa 81,17%
4. Carbidu 85,83%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa semua tablet yang

mengandung deksametason memiliki kelarutan yang memenuhi syarat disolusi

dimana toleransi dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 70% (Q)

29
Universitas Sumatera Utara
deksametason, C22 H29FO 5 dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995).

4.3 Evaluasi Tablet Deksametason

Hasil evaluasi fisik tablet deksametason yang dilakukan berdasarkan

persyaratan industri: uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji friabilitas, dan uji

waktu hancur.

4.3.1 Uji Keseragaman Bobot

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995) bahwa persyaratan

keseragaman bobot untuk bobot rata–rata 25 mg atau kurang memiliki

penyimpangan bobot rata–rata tidak lebih dari 15%. Dari hasil pengujian yang

dilakukan, tablet deksametason memenuhi persyaratan keseragaman bobot

sebagaimana terlihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil uji keseragaman bobot tablet deksametason


No. Nama Obat Penyimpangan Tertinggi (%)
1. Dexaharsen 3,37
2. Kalmetason 8,85
3. Diometa 7,38
4. Carbidu 6,14

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat keseragaman bobot tablet deksametason

berkisar antara 3,37 sampai 8,85 dimana dengan penyimpangan bobot rata-rata

yang sedemikian masih memenuhi syarat menurut Farmakope Indonesia edisi IV

(1995) yaitu penyimpangan bobot rata-rata dari 10 tablet masing-masing tidak

lebih dari 15,0%.

4.3.2 Uji Kekerasan

Berdasarkan Tabel 4.4 di bawah dapat dilihat bahwa kekerasan rata-rata

tablet deksametason berkisar antara 4 s/d 8 kg .

Tabel 4.4 Hasil uji kekerasan tablet deksametason


No. Nama Obat Kekerasan rata–rata(Kg)
1. Dexaharsen 4,79
2. Kalmetasone 6,67

30
Universitas Sumatera Utara
3. Diometa 8,91
4. Carbidu 7,67
Untuk tablet Dexaharsen dengan berat rata-rata 4,79 kg, untuk tablet

Kalmetasone dengan berat rata-rata 6,67 kg, tablet Diometa dengan berat rata-rata

8,91 kg, dan untuk tablet Carbidu dengan berat rata-rata 7,67 kg, keempat tablet

yang di uji kekerasannya tiga tablet memenuhi persyaratan sedangkan tablet

Diometa tidak memenuhi persyaratan. Adanya perbedaan kekerasan ini dapat

disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan kompresi pada saat pencetakan.

Semakin besar tekanan maka kekerasan tablet akan semakin meningkat. Selain itu

perbedaan kekerasan juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan bahan

tambahan maupun jumlahnya dalam formulasi (Lachman dkk., 1994).

4.3.3 Uji Friabilitas

Tabel 4.5 Hasil uji friabilitas tablet deksametason


No. Nama Obat A B F
(gram) (gram) (%)
1. Dexaharsen 4,24 4,205 0,82
2. Kalmetasone 3,85 3,82 0,77
3. Diometa 2,98 2,965 0,50
4. Carbidu 3,59 3,565 0,69

Pada hasil Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa tablet deksametason memenuhi

persyaratan uji friabilitas. Hal ini sesuai dengan persyaratan bahwa kehilangan

berat pada uji friabilitas tidak lebih dari 0,8%. Friabilitas berhubungan dengan

kekerasan. Semakin besar kekerasan suatu tablet maka semakin kecil

friabilitasnya (Lachman dkk., 1994).

4.3.4 Uji Waktu Hancur

Tabel 4.6 Hasil uji waktu hancur tablet deksametason


No. Nama Obat Waktu Hancur Rata – rata
(Menit)
1. Dexaharsen 1’06’’
2. Kalmetasone 1’30’’
3. Diometa 3’16’’
4. Carbidu 2’01’’

31
Universitas Sumatera Utara
Waktu hancur suatu tablet dipengaruhi oleh kekerasan tablet. Semakin

keras suatu tablet maka waktu hancur tablet semakin lama, seperti yang dikatakan

oleh Anief (1994), bahwa semakin keras suatu tablet maka ikatan antar

partikelnya semakin kuat dan jumlah pori-pori semakin sedikit. Dengan

berkurangnya jumlah pori-pori tablet, bila tablet diletakkan dalam medium air

akan sulit masuk ke dalam tablet sehingga waktu hancurnya semakin lama. Hasil

uji waktu hancur tablet deksametason dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Dari Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa semua tablet deksametason

mempunyai waktu hancur 1 menit 06 detik sampai dengan 3 menit 16 detik, ini

menunjukkan bahwa semua tablet memenuhi syarat waktu hancur berdasarkan

Farmakope Indonesia edisi III (1979) yaitu tidak lebih dari 15 menit.

32
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada uji keragaman bobot diperoleh rentang kadar rata-rata zat aktif per

unit sediaan berkisar antara 96,38% s/d 99,27%. Hasil kekerasan berkisar antara

4,79 s/d 8,91 kg , sedangkan friabilitas diperoleh berkisar antara 0,50% s/d 0,82%

dengan waktu hancur berkisar antara 1'06" s/d 3'16", pada penetapan kadar yang

diperoleh berkisar antara 99,71% - 101,68% dan pada uji disolusi terdapat persen

kumulatif berkisar antara 80,67% s/d 86%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa seluruh tablet

deksametason yang di uji memenuhi persyaratan uji untuk sediaan tablet.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti lainnya agar melakukan pemeriksaan mutu

tablet golongan kortisteroid lainnya seperti metil prednisolon dan prednison yang

beredar di apotek kota Medan.

33
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1994.Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Halaman 62.
Ansel,H.C., 2005. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta.
Halaman 96,147.
Banker, G.S. dan Anderson N.R. 1994. Tablet. Edisi III. Jilid II. Jakarta: UI-Press.
Halaman 643-703.
Ditjen BKAK. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 1984. Famakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Khopkar. 2010. Konsep Dasar Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Halaman 226-227.
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi Kedelapan. Jakarta:
Salemba Medika. Halaman 525.
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. 1986. The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy. Edition 3rd. Philadelphia: Lea & Febiger. Halaman
296-300.
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 651-
662,1077.
Moffat, C.A., Osselton, M.D., dan Widdop, B. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs
and Poisons. London: Pharmaceutical Press. Halaman 1215.
Neal, M. J. 2012. Medical pharmacology at a glance (7th ed.). Oxford: Wiley-
Blackwell. Halaman 59-69.
Parrot, L. 1971. Pharmaceutical Technology. United States of America: Burges
Publishing Company. Halaman 82.
Pilkey, J., Streeter, L., Beel, A., Hiebert, T., dan Li, X., 2012. Corticosteroid-
Induced Diabetes in Palliative Care. Journal of Palliative Medicine,15.
Halaman 681-689.
Rohman, A dan Sudjaji. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Halaman 221, 225, 460.
Sastrohamidjojo, H. 1991. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Halaman 39-42.
Satiadarma, K., Mulja, M., Tjahjono, D.H., Kartasasmita, R.E. 2004. Asas
Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi 1. Surabaya: Airlangga
University Press. Halaman 49, 87-93.
Soekemi, R.A,Yuanita,T, Fat Aminah, Salim Usman. 1987. Tablet. Mayang
Kencana. Halaman 18-19.
Suherman, K.S. 2007. Adrenokortikotropin, Adrenokortikosteroid, Analog-
Sintetik dan Antagonisnya. Dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi V.

34
Universitas Sumatera Utara
Bagian Farmakologi FKUI. Editor: Gunawan, S.G. Jakarta. Penerbit
Universitas Indonesia Press. Halaman 505-506.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC. Halaman 166-171.
Tjay, T .H. dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting. Edisi V. Cetakan ke-2.
PT. Gramedia. Jakarta. Halaman 685,770.
Voigt. R,. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Dr. Soendani
Noerono. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Halaman 165.
Watson, D.G. 2005. Pharmaceutical Analysis : A Textbook for Pharmacy Student
and Pharmaceutical Chemist. 2nd Edition. Penerjemah: Syarief,W.R.
2009. Analisis Farmasi : Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Praktisi Kimia Farmasi. Edisi II. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Halaman 16, 19.
WHO. 2006. Pemastian Mutu Obat: Kompendium Pedoman dan Bahan-Bahan
Terkait. Volume 1. Jakarta: EGC. Halaman 50-64.

35
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Sertifikat Baku pembanding

36
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Daftar Spesifikasi Sampel

1. Tablet Dexaharsen (PT. Harsen)


Komposisi : Tiap tablet mengandung deksametason 0,5 mg
No. Batch : 8A329115
No. Registrasi : DKL 1307919504 A1
Exp. Date : 01 2020

2. Tablet Kalmethasone (Kalbe)


Komposisi : Tiap tablet mengandung deksametason 0,5 mg
No. Batch :-
No. Registrasi : DKL 8311601510 A2
Exp. Date : 09 2019

3. Tablet Diometa
Komposisi : Tiap tablet mengandung deksametason 0,5 mg
No. Batch : 0651222
No. Registrasi : DKL 9116004304 A1
Exp. Date : 12 2018

®
4. Tablet Carbidu (PT. Sampharindo)
Komposisi : Tiap tablet mengandung deksametason 0,5 mg
No. Batch : EL 1131
No. Registrasi : DKL 9423403910 A1
Exp. Date : 12 2020

37
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Kurva Panjang Gelombang

38
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Kurva Kalibrasi Metanol

39
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Kurva Kalibrasi HCl

40
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Data Kalibrasi dan Perhitungan Persamaan Regresi Deksametason

No Konsentrasi (μg/ml) Absorbansi


(X) (Y)
1 0.0 0.000
2 5.0 0.233
3 8.0 0.321
4 10.0 0.420
5 13.0 0.523
6 15.0 0.638

X Y XY X2 Y2
(Konsentrasi) (Absorbansi)
0 0 0 0 0
5 0.233 1.165 25 0.054289
8 0.321 2.568 64 0.103041
10 0.420 4.20 100 0.1764
13 0.523 6.799 169 0.273529
15 0.638 9.57 225 0.407044
∑X = 51 ∑Y = 2.135 ∑XY = ∑X2 = 583 ∑Y2 = 1.014303
8.5 = 0.35583 24.302 = = 0.1690505
97.167

= 0.041167

=a +b
b = - a = 0.35583 - (0.041167)(8.5) = 0.0059105

Maka, persamaan regresinya adalah Y = 0.041167 x + 0.0059105

Perhitungan Koefisien Korelasi (r) :

41
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Perhitungan Penetapan Kadar Deksametason dalam Tablet
Dexaharsen

Berat 20 tablet = 3209,4 mg


Kandungan deksametason pada etiket = 0,5 mg
Bobot rata-rata 1 tablet = 160,47 mg
Ditimbang seksama serbuk setara dengan 1 mg deksametason, maka berat sampel
yang ditimbang adalah:
Berat penimbangan sampel =
= 320,94 mg

Sampel 1
Berat tablet yang ditimbang = 324,01 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4287
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4287 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,2701 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,2701 μg/ml × 4
= 41,0804 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 41,0804 μg/ml × 25 ml
= 1027,01 μg
= 1,027 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5086 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,92 %

Sampel 2
Berat tablet yang ditimbang = 324,95 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4293
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4293 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,2846 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,2846 μg/ml × 4
= 41,1384 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 41,1384 μg/ml × 25 ml
= 1028,46 μg

42
Universitas Sumatera Utara
= 1,0284 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5078 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,74 %

Sampel 3
Berat tablet yang ditimbang = 322,01
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4247
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4247 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,1729 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,1729 μg/ml × 4
= 40,6916 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 40,6916 μg/ml × 25 ml
= 1017,29 μg
= 1,017 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5069 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,56 %

Sampel 4
Berat tablet yang ditimbang = 323,98
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4286
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4286 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,2676 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,2676 μg/ml × 4
= 41,0704 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 41,0704 μg/ml × 25 ml
= 1026,76 μg
= 1,0267 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=

43
Universitas Sumatera Utara
= 0,5085 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,88 %

Sampel 5
Berat tablet yang ditimbang = 324,63
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4290
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4290 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,2773 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,2773 μg/ml × 4
= 41,1092 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 41,1092 μg/ml × 25 ml
= 1027,73 μg
= 1,0277 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5080 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,78%

Sampel 6
Berat tablet yang ditimbang = 321,85
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4238
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4238 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,1510 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,1510 μg/ml × 4
= 40,604 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 40,604 μg/ml × 25 ml
= 1015,1 μg
= 1,0151 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5061 mg
% kadar deksametason = × 99,2 % = 100,41%

44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Perhitungan Penetapan Kadar Deksametason dalam Tablet
Kalmetason

Berat 20 tablet = 3701,3 mg


Kandungan deksametason pada etiket = 0,5 mg
Bobot rata-rata 1 tablet = 185,06 mg
Ditimbang seksama serbuk setara dengan 1 mg deksametason, maka berat sampel
yang ditimbang adalah:
Berat penimbangan sampel =
= 370,13 mg

Sampel 1
Berat tablet yang ditimbang = 369 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4232
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4232 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,1365 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,1365 μg/ml × 4
= 40,546 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 40,546 μg/ml × 25 ml
= 1013,65 μg
= 1,0136 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5083 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,84 %

Sampel 2
Berat tablet yang ditimbang = 367,5 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4202
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4202 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,0636 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,0636 μg/ml × 4
= 40,2544 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 40,2544 μg/ml × 25 ml
= 1006,36 μg

45
Universitas Sumatera Utara
= 1,0064 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5068 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,54 %

Sampel 3
Berat tablet yang ditimbang = 373 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4285
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4285 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,2652 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,2652 μg/ml × 4
= 41,0608 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 41,0608 μg/ml × 25 ml
= 1026,52 μg
= 1,0265 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5093 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 101,04 %

Sampel 4
Berat tablet yang ditimbang = 372,9 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4286
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4286 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,2676 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,2676 μg/ml × 4
= 41,0704 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 41,0704 μg/ml × 25 ml
= 1026,76 μg
= 1,0267 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=

46
Universitas Sumatera Utara
= 0,5095 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 101,08 %

Sampel 5
Berat tablet yang ditimbang = 370 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4236
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4236 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,1462 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,1462 μg/ml × 4
= 40,5848 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 40,5848 μg/ml × 25 ml
= 1014,62 μg
= 1,0146mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5075 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,68 %

Sampel 6
Berat tablet yang ditimbang = 372,85 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4282
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4282 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,2579 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,2579 μg/ml × 4
= 41,0316 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 41,0316 μg/ml × 25 ml
= 1025,79 μg
= 1,0258 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5091 mg
% kadar deksametason = × 99,2 % = 101,00 %

47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan Penetapan Kadar Deksametason dalam Tablet Diometa

Berat 20 tablet = 3823,4 mg


Kandungan deksametason pada etiket = 0,5 mg
Bobot rata-rata 1 tablet = 191,17 mg
Ditimbang seksama serbuk setara dengan 1 mg deksametason, maka berat sampel
yang ditimbang adalah:
Berat penimbangan sampel =
= 382,34 mg

Sampel 1
Berat tablet yang ditimbang = 381 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4152
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4152 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 9,9421 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 9,9421 μg/ml × 4
= 39,7684 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 39,7684 μg/ml × 25 ml
= 994,21 μg
= 0,9942 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,4988 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 98,96 %

Sampel 2
Berat tablet yang ditimbang = 382 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4196
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4196 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,049 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,049 μg/ml × 4
= 40,196 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 40,196 μg/ml × 25 ml
= 1004,9 μg
= 1,0049 mg

48
Universitas Sumatera Utara
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5029 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 99,77 %

Sampel 3
Berat tablet yang ditimbang = 380,68 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4128
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4128 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 9,8765 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 9,8765 μg/ml × 4
= 39,506 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 39,506 μg/ml × 25 ml
= 987,65 μg
= 0,9876 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,4959 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 98,38 %

Sampel 4
Berat tablet yang ditimbang = 380,95 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4140
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4140 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 9,913 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 9,913 μg/ml × 4
= 39,652 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 39,652 μg/ml × 25 ml
= 991,3 μg
= 0,9913 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,4975 mg

49
Universitas Sumatera Utara
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 98,70 %

Sampel 5
Berat tablet yang ditimbang = 380,5 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4108
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4108 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 9,8352 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 9,8352 μg/ml × 4
= 39,3408 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 39,3408 μg/ml × 25 ml
= 983,52 μg
= 0,9835 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,4941 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 98,02 %

Sampel 6
Berat tablet yang ditimbang = 380,8 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4137
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4137 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 9,9057 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 9,9057 μg/ml × 4
= 39,6228 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 39,6228 μg/ml × 25 ml
= 990,57 μg
= 0,9906 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,4973 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 98,66 %

50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Perhitungan Penetapan Kadar Deksametason dalam Tablet Carbidu

Berat 20 tablet = 3393,9 mg


Kandungan deksametason pada etiket = 0,5 mg
Bobot rata-rata 1 tablet = 169,69 mg
Ditimbang seksama serbuk setara dengan 1 mg deksametason, maka berat sampel
yang ditimbang adalah:
Berat penimbangan sampel =
= 339,39 mg

Sampel 1
Berat tablet yang ditimbang = 337,35 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4206
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4206 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,0735 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,0735 μg/ml × 4
= 40,2932 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 40,2932 μg/ml × 25 ml
= 1007,33 μg
= 1,0073 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5066 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,50 %

Sampel 2
Berat tablet yang ditimbang = 337,9 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4216
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4216 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,0976 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,0976 μg/ml × 4
= 40,3904 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 40,3904 μg/ml × 25 ml
= 1009,76 μg
= 1,0097 mg

51
Universitas Sumatera Utara
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5071 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,60 %

Sampel 3
Berat tablet yang ditimbang = 338,96 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4246
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4246 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,1705 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,1705 μg/ml × 4
= 40,682 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 40,682 μg/ml × 25 ml
= 1017,05 μg
= 1,017 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5091 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 101,00 %

Sampel 4
Berat tablet yang ditimbang = 338,78 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4237
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4237 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,1486 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,1486 μg/ml × 4
= 40,5944 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 40,5944 μg/ml × 25 ml
= 1014,86 μg
= 1,0148 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5083 mg

52
Universitas Sumatera Utara
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,84 %

Sampel 5
Berat tablet yang ditimbang = 338,69 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4228
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4228 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,1267 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,1267 μg/ml × 4
= 40,5068 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 40,5068 μg/ml × 25 ml
= 1012,67 μg
= 1,0127 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5074 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,66 %

Sampel 6
Berat tablet yang ditimbang = 338,4 mg
Absorbansi deksametason yang diperoleh adalah 0,4220
Konsentrasi perolehan:
Y = 0.041167X + 0.0059105
0.4220 = 0.041167X – 0.0059105
X =
X = 10,1073 μg/ml
Konsentrasi deksametason dalam larutan sebelum diencerkan 4×
= 10,1073 μg/ml × 4
= 40,4292 μg/ml
Bobot deksametason dalam labu awal (25 ml):
= 40,4292 μg/ml × 25 ml
= 1010,73 μg
= 1,0107 mg
Bobot perolehan deksametason tablet:
=
= 0,5068 mg
% kadar deksametason = × 99,2 %
= 100,54 %

53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Data Kadar Deksametason dalam Sediaan Tablet

Kadar
Bobot yang
serbuk Kadar diperoleh
Nama Kadar (%)
No yang Absorbansi perolehan/
Sediaan %
ditimbang tablet (mg)
(mg)

1. 324,01 0,4287 0,5086 100,90


2. 324,95 0,4293 0,5078 100,74
3. Dexa 322,01 0,4247 0,5069 100,56 101,53
4. Harsen 323,98 0,4286 0,5085 100,88 0,32
5. 324,63 0,4290 0,5080 100,78
6. 321,85 0,4238 0,5061 100,41
1. 369 0,4232 0,5083 100,84
2. 367,5 0,4202 0,5068 100,54
3. Kal 373 0,4285 0,5093 101,04 101,68
meta
4. sone 372,9 0,4286 0,5095 101,08 0,35
5. 370 0,4236 0,5075 100,68
6. 372,85 0,4282 0,5091 101,00
1. 381 0,4152 0,4988 98,96
2. 382 0,4196 0,5029 99,77
3. Dio 380,68 0,4128 0,4959 98,38 99,71
4. Meta 380,95 0,4140 0,4975 98,70 0,72
5. 380,5 0,4108 0,4941 98,02
6. 380,8 0,4137 0,4973 98,66
1. 337,35 0,4206 0,5066 100,50
2. 337,9 0,4216 0,5071 100,60
3. 338,96 0,4246 0,5091 101,00 101,51
Carbidu
4. 338,78 0,4237 0,5083 100,84 0,32
5. 338,69 0,4228 0,5074 100,66
6. 338,4 0,4220 0,5068 100,54

54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Perhitungan Statistik Kadar Deksametason pada Tablet
Dexaharsen

No. Kadar [X] (%) Xi - (Xi - )2


1. 100,92 0,21 0,0441
2. 100,74 0,03 0,0009
3. 100,56 - 0,15 0,0225
4. 100,88 0,17 0,0289
5. 100,78 0,07 0,0049
6. 100,41 - 0,30 0,0900
∑ = 0,1913

SD = = = 0,1956

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6; dk = 5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03
Data ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - ttabel
thitung =
thitung 1 : 0,21 / 0,0801 = 2,6217
thitung 2 : 0,03 / 0,0801 = 0,3745
thitung 3 : - 0,15 / 0,0801 = - 1,8726
thitung 4 : 0,17 / 0,0801 = 2,1223
thitung 5 : 0,07 / 0,0801 = 0,8739
thitung 6 : - 0,30 / 0,0801 = - 3,7453

Karena thitung ≤ ttabel maka data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :
μ = t(1 – 1/2α)dk x

= 100,71 ( 4,03 x )
= 100,71 0,32

55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Perhitungan Statistik Kadar Deksametason pada Tablet
Kalmetasone

No. Kadar [X] (%) Xi - (Xi - )2


1. 100,84 - 0,02 0,0004
2. 100,54 - 0,32 0,1024
3. 101,04 0,18 0,0324
4. 101,08 0,22 0,0484
5. 100,68 - 0,18 0,0324
6. 101,00 0,14 0,0196
∑ = 0,2356

SD = = = 0,2170

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6; dk = 5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03
Data ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - ttabel
thitung =
thitung 1 : - 0,02 / 0,0885 = 0,2259
thitung 2 : - 0,32 / 0,0885 = - 3,6158
thitung 3 : 0,18 / 0,0885 = 2,0338
thitung 4 : 0,22 / 0,0885 = 2,4858
thitung 5 : - 0,18 / 0,0885 = - 2,0338
thitung 6 : 0,14 / 0,0885 = 1,5819

Karena thitung ≤ ttabel maka data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :
μ = t(1 – 1/2α)dk x

= 100,86 ( 4,03 x )
= 100,86 0,35

56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Perhitungan Statistik Kadar Deksametason pada Tablet Diometa

No. Kadar [X] (%) Xi - (Xi - )2


1. 98,96 0,22 0,0484
2. 99,77 1,03 1,0609
3. 98,38 - 0,44 0,1936
4. 98,70 - 0,04 0,0016
5. 98,02 - 0,72 0,5184
6. 98,66 - 0,08 0,0064
∑ = 1,8293

SD = = = 0,6048

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6; dk = 5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03
Data ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - ttabel
thitung =
thitung 1 : 0,22 / 0,2478 = 0,8878
thitung 2 : 1,03 / 0, 2478 = 4,1565
thitung 3 : - 0,44 / 0, 2478 = - 1,7756
thitung 4 : - 0,04 / 0, 2478 = - 0,1614
thitung 5 : - 0,72 / 0, 2478 = - 2,9055
thitung 6 : - 0,08 / 0, 2478 = - 0,3228

Karena thitung ≤ ttabel maka data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :
μ = t(1 – 1/2α)dk x

= 98,74 ( 4,03 x )
= 98,74 0,99

57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Perhitungan Statistik Kadar Deksametason pada Tablet Carbidu

No. Kadar [X] (%) Xi - (Xi - )2


1. 100,50 - 0,19 0,0361
2. 100,60 - 0,09 0,0081
3. 101,00 0,31 0,0961
4. 100,84 0,15 0,0225
5. 100,66 - 0,03 0,0009
6. 100,54 - 0,15 0,0225
∑ = 0,1862

SD = = = 0,1929

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6; dk = 5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03
Data ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - ttabel
thitung =
thitung 1 : 0,19 / 0,0787 = 2,4142
thitung 2 : - 0,09 / 0,0787 = - 1,1435
thitung 3 : 0,31 / 0,0787 = 3,939
thitung 4 : 0,15 / 0,0787 = 1,9059
thitung 5 : - 0,03 / 0,0787 = - 0,3811
thitung 6 : - 0,15 / 0,0787 = - 1,9059

Karena thitung ≤ ttabel maka data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :
μ = t(1 – 1/2α)dk x

= 100,69 ( 4,03 x )
= 100,69 0,32

58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Perhitungan Persen Kumulatif pada Tablet Dexaharsen
Sampel 1
Absorbansi = 0,0032
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0032 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,065 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,065 μg/ml x 10
= 0,65 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,65 μg/ml x 500
= 325 μg
= 0,325 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 65%

Sampel 2
Absorbansi = 0,0020
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0020 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,094 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

59
Universitas Sumatera Utara
c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,094 μg/ml x 10
= 0,94 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,94 μg/ml x 500
= 470 μg
= 0,470 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 94%

Sampel 3
Absorbansi = 0,0022
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0022 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,090 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,090 μg/ml x 10
= 0,90 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,90 μg/ml x 500
= 450 μg
= 0,450 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 90%

Sampel 4
Absorbansi = 0,0025

60
Universitas Sumatera Utara
Y = 0,041167 X + 0,0059105
a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0025 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,082 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,082 μg/ml x 10
= 0,82 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,82 μg/ml x 500
= 410 μg
= 0,410 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 82%

Sampel 5
Absorbansi = 0,0022
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0022 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,090 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,090 μg/ml x 10
= 0,90 μg/ml

61
Universitas Sumatera Utara
d) Konsentrasi dalam 500 ml
C = 0,90 μg/ml x 500
= 450 μg
= 0,450 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 90%

Sampel 6
Absorbansi = 0,0020
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0020 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,094 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10
c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,094 μg/ml x 10
= 0,94 μg/ml
d) Konsentrasi dalam 500 ml
C = 0,94 μg/ml x 500
= 470 μg
= 0,470 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 94%

No. Absorbansi C (ppm) C dalam 500 ml % Kumulatif


1. 0,0032 0,065 0,325 65%
2. 0,0020 0,094 0,470 94%
3. 0,0022 0,090 0,450 90%
4. 0,0025 0,082 0,41 82%
5. 0,0022 0,090 0,45 90%
6. 0,0020 0,094 0,470 94%
Rata – rata 86%

62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Perhitungan Persen Kumulatif pada Tablet Kalmetason
Sampel 1
Absorbansi = 0,0032
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0032 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,065 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,065 μg/ml x 10
= 0,65 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,65 μg/ml x 500
= 325 μg
= 0,325 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 65%

Sampel 2
Absorbansi = 0,0024
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0024 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,085 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

63
Universitas Sumatera Utara
c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,085 μg/ml x 10
= 0,85 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,85 μg/ml x 500
= 425 μg
= 0,425 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 85%

Sampel 3
Absorbansi = 0,0028
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0028 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,075 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,075 μg/ml x 10
= 0,75 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,75 μg/ml x 500
= 375 μg
= 0,375 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 75%

Sampel 4
Absorbansi = 0,0023

64
Universitas Sumatera Utara
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0023 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,087 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,087 μg/ml x 10
= 0,87 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,87 μg/ml x 500
= 435 μg
= 0,435 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 87%
Sampel 5
Absorbansi = 0,0021
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0021 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,092 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,092 μg/ml x 10
= 0,92 μg/ml

65
Universitas Sumatera Utara
d) Konsentrasi dalam 500 ml
C = 0,92 μg/ml x 500
= 460 μg
= 0,460 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 92%

Sampel 6
Absorbansi = 0,0026
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0026 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,080 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10
c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,080 μg/ml x 10
= 0,80 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,80 μg/ml x 500
= 400 μg
= 0,400 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 80%
No. Absorbansi C (ppm) C dalam 500 ml % Kumulatif
1. 0,0032 0,065 0,325 65%
2. 0,0024 0,085 0,425 85%
3. 0,0028 0,075 0,375 75%
4. 0,0023 0,087 0,435 87%
5. 0,0021 0,092 0,46 92%
6. 0,0026 0,080 0,400 80%
Rata – rata 80,67%

66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. Perhitungan Persen Kumulatif pada Tablet Diometa
Sampel 1
Absorbansi = 0,0026
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0026 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,080 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,080 μg/ml x 10
= 0,80 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,80 μg/ml x 500
= 400 μg
= 0,400 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 80%

Sampel 2
Absorbansi = 0,0024
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0024 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,085 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

67
Universitas Sumatera Utara
c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,085 μg/ml x 10
= 0,85 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,85 μg/ml x 500
= 425 μg
= 0,425 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 85%

Sampel 3
Absorbansi = 0,0023
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0023 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,087 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,087 μg/ml x 10
= 0,87 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,87 μg/ml x 500
= 435 μg
= 0,435 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 87%

Sampel 4
Absorbansi = 0,0036

68
Universitas Sumatera Utara
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0036 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,056 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,056 μg/ml x 10
= 0,56 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,56 μg/ml x 500
= 280 μg
= 0,280 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 56%

Sampel 5
Absorbansi = 0,0020
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0020 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,094 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,094 μg/ml x 10
= 0,94 μg/ml

69
Universitas Sumatera Utara
d) Konsentrasi dalam 500 ml
C = 0,94 μg/ml x 500
= 470 μg
= 0,470 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 94%

Sampel 6
Absorbansi = 0,0024
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0024 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,085 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10
c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,085 μg/ml x 10
= 0,85 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,85 μg/ml x 500
= 425 μg
= 0,425 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 85%
No. Absorbansi C (ppm) C dalam 500 ml % Kumulatif
1. 0,0026 0,080 0,400 80%
2. 0,0024 0,085 0,425 85%
3. 0,0023 0,087 0,435 87%
4. 0,0036 0,056 0,280 56%
5. 0,0020 0,094 0,47 94%
6. 0,0024 0,085 0,425 85%
Rata – rata 81,17%

70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. Perhitungan Persen Kumulatif pada Tablet Carbidu
Sampel 1
Absorbansi = 0,0025
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0025 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,082 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,082 μg/ml x 10
= 0,82 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,82 μg/ml x 500
= 410 μg
= 0,410 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 82%

Sampel 2
Absorbansi = 0,0025
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0025 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,082 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

71
Universitas Sumatera Utara
c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,082 μg/ml x 10
= 0,82 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,82 μg/ml x 500
= 410 μg
= 0,410 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 82%

Sampel 3
Absorbansi = 0,0023
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0023 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,087 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,087 μg/ml x 10
= 0,87 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,87 μg/ml x 500
= 435 μg
= 0,435 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 87%

Sampel 4
Absorbansi = 0,0023

72
Universitas Sumatera Utara
Y = 0,041167 X + 0,0059105
a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0023 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,087 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,087 μg/ml x 10
= 0,87 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,87 μg/ml x 500
= 435 μg
= 0,435 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 87%

Sampel 5
Absorbansi = 0,0022
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0022 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,090 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10

c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,090 μg/ml x 10
= 0,90 μg/ml

73
Universitas Sumatera Utara
d) Konsentrasi dalam 500 ml
C = 0,90 μg/ml x 500
= 450 μg
= 0,450 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 90%

Sampel 6
Absorbansi = 0,0023
Y = 0,041167 X + 0,0059105

a) Konsentrasi
Y = 0,041167 X + 0,0059105
0,0023 = 0,041167 X + 0,0059105
X =
X = 0,087 ppm (μg/ml)

b) Faktor Pengenceran
FP = = 10
c) Konsentrasi dalam 5 ml
C = 0,087 μg/ml x 10
= 0,87 μg/ml

d) Konsentrasi dalam 500 ml


C = 0,87 μg/ml x 500
= 435 μg
= 0,435 mg

e) Persen Kumulatif
Q = x 100%
= 87%
No. Absorbansi C (ppm) C dalam 500 ml % Kumulatif
1. 0,0025 0,082 0,410 82%
2. 0,0025 0,082 0,410 82%
3. 0,0023 0,087 0,435 87%
4. 0,0023 0,087 0,435 87%
5. 0,0022 0,090 0,450 90%
6. 0,0023 0,087 0,435 87%
Rata – rata 85,83%

74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet Deksametason
1. Dexaharsen
No. Bobot (mg) Deviasi No. Bobot (mg) Deviasi
1. 0,21 0,94 11. 0,22 3,77
2. 0,21 0,94 12. 0,22 3,77
3. 0,22 3,77 13. 0,22 3,77
4. 0,22 3,77 14. 0,22 3,77
5. 0,22 3,77 15. 0,22 3,77
6. 0,22 3,77 16. 0,22 3,77
7. 0,21 0,94 17. 0,22 3,77
8. 0,22 3,77 18. 0,22 3,77
9. 0,22 3,77 19. 0,22 3,77
10. 0,22 3,77 20. 0,21 0,94
Rata – rata = 3,204

2. Kalmetason
No. Bobot (mg) Deviasi No. Bobot (mg) Deviasi
1. 0,185 3,64 11. 0,180 6,25
2. 0,180 6,25 12. 0,185 3,64
3. 0,175 8,85 13. 0,185 3,64
4. 0,175 8,85 14. 0,185 3,64
5. 0,175 8,85 15. 0,180 6,25
6. 0,180 6,25 16. 0,185 3,64
7. 0,185 3,64 17. 0,175 8,85
8. 0,175 8,85 18. 0,175 8,85
9. 0,185 3,64 19. 0,180 6,25
10. 0,180 6,25 20. 0,180 6,25
Rata – rata = 6,11

3. Diometa
No. Bobot (mg) Deviasi No. Bobot (mg) Deviasi
1. 0,16 7,38 11. 0,15 0,67
2. 0,15 0,67 12. 0,15 0,67
3. 0,15 0,67 13. 0,15 0,67
4. 0,15 0,67 14. 0,16 7,38
5. 0,15 0,67 15, 0,16 7,38
6. 0,15 0,67 16. 0,16 7,38
7. 0,15 0,67 17. 0,16 7,38
8. 0,15 0,67 18. 0,15 0,67
9. 0,15 0,67 19. 0,15 0,67
10. 0,15 0,67 20. 0,16 7,38
Rata – rata = 2,68

75
Universitas Sumatera Utara
4. Carbidu
No. Bobot (mg) Deviasi No. Bobot (mg) Deviasi
1. 0,18 0,55 11. 0,18 0,55
2. 0,19 6,14 12. 0,18 0,55
3. 0,19 6,14 13. 0,18 0,55
4. 0,19 6,14 14. 0,18 0,55
5. 0,19 6,14 15. 0,18 0,55
6. 0,18 0,55 16. 0,18 0,55
7. 0,18 0,55 17. 0,18 0,55
8. 0,19 6,14 18. 0,18 0,55
9. 0,18 0,55 19. 0,18 0,55
10. 0,18 0,55 20. 0,18 0,55
Rata – rata = 1,94

76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. Hasil Uji Kekerasan Tablet Deksametason

Nama Obat Kekerasan tablet (Kg)


4
5
4,75
Dexaharsen
5
4,75
5,25
Kekerasan rata – rata = 4,79
7,25
5,75
Kalmetason 6,25
7,25
7,25
6,25
Kekerasan rata – rata = 6,67
9,25
8,75
Diometa 9,25
8,25
9,25
8,75
Kekerasan rata – rata = 8,91
8
7,5
Carbidu 7,25
8
8,25
7
Kekerasan rata – rata = 7,67

77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. Hasil Uji Friabilitas Tablet Deksametason
Friabilitas ( F ) = x 100 %
Dimana : a = bobot 20 tablet sebelum diputar dengan friabilator (gram)
b = bobot 20 tablet setelah diputar dengan friabilator (gram)
F = friabilitas (%)
No. Nama Obat a B F
(gram) (gram) (%)

1. Dexaharsen 4,24 4,205 0,82


2. Kalmetason 3,85 3,82 0,77
3. Diometa 2,98 2,965 0,50
4. Carbidu 3,59 3,565 0,69

Perhitungan :
- Tablet Dexaharsen
F= x 100% = 0,82%
- Tablet Kalmetason
F= x 100% = 0,77%
- Tablet Diometa
F= x 100% = 0,50%
- Tablet Carbidu
F= x 100% = 0,69%

78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 23. Hasil Waktu Hancur Tablet Deksametason

Nama Obat Waktu Hancur (menit:detik)


49’’
59’’
1’05’’
Dexaharsen 1’12’’
1’15’’
1’18’’
Waktu hancur rata – rata = 1’06’’
1’18
1’20’’
Kalmetason 1’28’’
1’35’’
1’38’’
1’42’’
Waktu hancur rata – rata = 1’30’’
3’02’’
3’07’’
Diometa 3’14’’
3’19’’
3’22’’
3’26’’
Waktu hancur rata – rata = 3’16’’
1’22’’
1’27’’
Carbidu 2’01’’
2’17’’
2’24’’
2’30’’
Waktu hancur rata – rata = 2’01’’

79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 24. Sampel

80
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai