Anda di halaman 1dari 51

Summary

Permenkes RI no 56 th 2014
ttg Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit

dr. Lukas Purnama, MARS


Tangerang, 7 Juni 2016
Pengertian

• Rumah Sakit (RS) adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
• Rumah Sakit Umum (RSU) adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
• Rumah Sakit Khusus (RS K) adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau
kekhususan lainnya.
Izin mendirikan dan izin operasional RS

• Izin Mendirikan Rumah Sakit :


izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang kepada instansi
Pemerintah, Pemerintah Daerah atau badan swasta yang akan mendirikan
bangunan atau mengubah fungsi bangunan yang telah ada untuk menjadi
rumah sakit setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri ini.
• Izin Operasional Rumah Sakit :
adalah izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai kelas rumah
sakit kepada penyelenggara/pengelola rumah sakit untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di rumah sakit setelah memenuhi persyaratan dan
standar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini
Pendirian RS
• Rumah Sakit dapat didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, atau swasta.

• Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan


hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang
perumahsakitan
Bentuk RS
• Rumah Sakit menetap merupakan rumah sakit yang didirikan secara
permanen untuk jangka waktu lama untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perseorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

• Rumah Sakit bergerak merupakan Rumah Sakit yang siap guna dan bersifat
sementara dalam jangka waktu tertentu dan dapat dipindahkan dari satu
lokasi ke lokasi lain. Contoh di kapal laut, kereta api, dll

• Rumah Sakit lapangan merupakan Rumah Sakit yang didirikan di lokasi


tertentu selama kondisi darurat dalam pelaksanaan kegiatan tertentu yang
berpotensi bencana atau selama masa tanggap darurat bencana.
Klasifikasi RS

Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Khusus


• RSU Kelas A • RS Khusus Kelas A
• RSU Kelas B • RS Khusus Kelas B
• RSU Kelas C • RS Khusus Kelas C
• RSU Kelas D :
a. RSU Kelas D
b. RSU Kelas D Pratama
Dasar penetapan klasifikasi

a. pelayanan
b. sumber daya manusia
c. peralatan
d. bangunan dan prasarana
Bangunan dan prasarana rumah sakit harus
memenuhi :
A. Persyaratan tata bangunan dan lingkungan
B. Persyaratan keandalan bangunan dan prasarana RS
A.Persyaratan tata bangunan dan lingkungan :
• Peruntukan lokasi dan intensitas bangunan sesuai dengan ketentuan
peraturan daerah setempat
• Pengendalian dampak lingkungan
• Desain bangunan RS, meliputi :
1) denah simetris, sederhana, antisipasi kerusakan bila terjadi gempa
2) massa bangunan, perhatikan sirkulasi udara dan pencahayaan
3) zonasi dalam tata letak dan ruang, pertimbangkan risiko penularan
penyakit, privasi, dan kedekatan fungsi layanan
4) tinggi rendah bangunan, antisipasi banjir
5) aksesibilitas di luar dan dalam bangunan, pertimbangkan kemu –
dahan bagi penyandang cacat dan lansia
6) tersedia area parkir, disesuaikan dengan peraturan daerah
7) tata ruang bangunan harus efektif sesuai fungsi pelayanan
B. Persyaratan keandalan bangunan dan
prasarana RS, meliputi :
a. Persyaratan keselamatan struktur bangunan, kemampuan bangunan
menanggulangi bahaya kebakaran, bahaya petir, bahaya kelistrikan,
persyaratan instalasi gas medik, instalasi uap dan instalasi bahan bakar gas.
b. Persyaratan sistem ventilasi, pencahayaan, instalasi air, instalasi
pengolahan limbah, dan bahan bangunan.
c. Persyaratan kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang,
kenyamanan termal, kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan.
d. Persyaratan tanda arah (signage), koridor, tangga, ram, lift, toilet dan
sarana evakuasi yang aman bagi semua orang termasuk penyandang cacat
dan lansia.
Pelayanan medik / Tenaga medik dan atau layanan
PPPenunjang Klinik
Gawat darurat Dokter umum
Medik umum Dokter umum, dokter gigi, layanan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana
Spesialis dasar Penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri-ginekologi
Spesialis penunjang Anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, rehabilitasi medik
Spesialis lain 12 bid : mata, THT, saraf, jantung/pbl darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru,
orthopedi, urologi, bedah saraf, bedah plastik, kedokteran forensik
Subspesialis 16 bid : bedah, peny dlm, kes anak, obs gin, mata, THT, saraf, jantung/pbl darah, kulit
dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah saraf, bedah plastik,
gigi dan mulut
Spesialis gigi dan 7 bid : bedah mulut, konservasi/endodonsi, periodonti, orthodonti, prosthodonti,
mulut pedodonsi, penyakit mulut
Penunjang klinik 5 bid : bank darah, perawatan intensif (semua gol umur dan jenis penyakit), gizi,
sterilisasi instrumen, rekam medik
Penunjang nonklinik 11 bid : pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi,
pemulasaraan jenazah, sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik,
dan pengelolaan air bersih
Perbandingan pelayanan RSU menurut kelas
Pelayanan Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Kelas D Pratama
Gawat darurat 24 jam 24 jam 24,medik umum 24,medik umum
Misalnya di
Spesialis dasar 4 jenis Sp. 4 Jenis Sp. 4 jenis Sp. Minimal 2 jns Sp daerah
perbatasan, di
Sp. penunjang 5 jenis Sp. 5 jenis Sp. Anest, Radio, PK Radiologi, PK pulau, dll.
Sp. lain 12 jenis Sp. 8 jenis Sp. --- --- Diatur tersendiri
Subspesialis 16 jenis Sp. 2 jns dari Sp dsr --- --- dengan
Peraturan
Sp. Gigi-Mulut 7 jenis Sp. 3 jenis Sp. 1 jenis Sp. --- Menteri
Kefarmasian Sediaan farmasi, Sediaan farmasi, Sediaan farmasi, Sediaan farmasi,
alkes, BMHP, alkes, BMHP, alkes, BMHP, alkes, BMHP,
farmasi klinik farmasi klinik farmasi klinik farmasi klinik
Wat Kebidanan Askep, asbid. Askep, asbid. Askep, asbid. Askep, asbid.
Pnunjang klinik 5 bidang layanan 5 bid. layanan 5 bid. layanan 5 bid. layanan
Jang non klinik 11 bidang layanan 11 bid. layanan 11 bid. layanan 11 bid. layanan
Rawat inap TT kls III = 20 % TT kls III = 20 % TT kls III = 20 % TT kls III = 20 %
TT intensif = 5 % TT int. = 5 % TT int. = 5 % TT int. = 5 %
Sumber daya manusia rumah sakit
a. Tenaga medis
b. Tenaga kefarmasian
c. Tenaga keperawatan
d. Tenaga kesehatan lain
e. Tenaga non kesehatan
a. Tenaga medis
Kategori layanan Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
Utk yan medik dasar 18 Dr umum 12 Dr umum 9 Dr umum 4 Dr umum
Utk yan medik gigi dan 4 Drg umum 3 Drg umum 2 Drg umum 1 Drg umum
mulut
Utk setiap jenis yan medik 6 DrSp 3 DrSp 2 DrSp 1 DrSp
spesialis dasar
Utk setiap jenis yan medik 3 DrSp 2 DrSp 1 DrSp ---
spesialis penunjang
Utk setiap jenis yan medik 3 DrSp 1 DrSp --- ---
spesialis lain
Utk setiap jenis yan medik 2 DrSubSp 1 DrSubSp --- ---
subspesialis
Utk setiap jenis yan medik 1 DrgSp 1 DrgSp 1 DrgSp ---
spesialis gigi dan mulut
b. Tenaga kefarmasian
Fungsi layanan Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
Apoteker (Apt) kepala instalasi farmasi 1 1 1 1
Apt di rawat jalan / tenaga teknis kefarmasian 5 / 10 4/8 2/4 1
Apt di rawat inap / tenaga teknis kefarmasian 5 / 10 4/8 4/8 (merangkap)
/2
Apt di IGD / tenaga teknis kefarmasian 1/2 1/2 --- ---
Apt di ruang ICU / tenaga teknis kefarmasian 1/2 1/2 --- ---
Apt koordinator penerimaan dan distribusi (dapat 1 / jml 1 / jml 1 1
merangkap pelayanan farmasi klinik di rawat inap disesuaikan disesuaikan (merangkap) (merangkap)
atau rawat jalan) / tenaga teknis kefarmasian / jml / jml
Apt koordinator produksi (dapat merangkap 1 / jml 1 / jml disesuaikan disesuaikan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat isesuaikan disesuaikan
jalan) / tenaga teknis kefarmasian
Penjelasan tenaga kefarmasian
• Tenaga teknis kefarmasian :
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker
• Pekerjaan kefarmasian :
Pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi,pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional.
c. Tenaga keperawatan
Variabel Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
Jumlah kebutuhan sama dengan sama dengan dihitung dengan dihitung dengan
jumlah tempat tidur jumlah tempat tidur perbandingan perbandingan
pada instalasi rawat pada instalasi rawat 2 (dua) perawat 2 (dua) perawat
inap. inap. untuk 3 (tiga) untuk 3 (tiga)
tempat tidur tempat tidur
Kualifikasi dan disesuaikan dengan disesuaikan dengan disesuaikan dengan disesuaikan dengan
kompetensi kebutuhan kebutuhan kebutuhan kebutuhan
pelayanan Rumah pelayanan Rumah pelayanan Rumah pelayanan rumah
Sakit. Sakit. Sakit sakit.
d. Tenaga kesehatan lain dan tenaga non
kesehatan
Variabel Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
Jumlah dan disesuaikan dengan disesuaikan dengan disesuaikan dengan disesuaikan dengan
kualifikasi kebutuhan kebutuhan kebutuhan kebutuhan
pelayanan Rumah pelayanan Rumah pelayanan Rumah pelayanan Rumah
Sakit. Sakit. Sakit. Sakit.
Peralatan
Variabel Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
Ins. Gawat Darurat + + + +
Ins. Rawat Jalan + + + +
Ins. Rawat Inap + + + +
Ins. Rawat Intensif + + + +
Ins. Rawat Operasi + + + +
Persalinan + + + +
Radiologi + + + +
Laboratorium Klinik + + + +
Pelayanan Darah + + + +
Rehabilitasi Medik + + + +
Farmasi + + + +
Instalasi Gizi + + + +
Kamar Jenazah + + + +
Rumah Sakit Khusus, meliputi :
a. ibu dan anak h. infeksi
b. mata i. paru
c. otak j. telinga-hidung-tenggorokan
d. gigi dan mulut k. bedah
e. kanker l. ketergantungan obat
f. jantung dan pembuluh darah m. ginjal
g. jiwa
Ruang lingkup

(1) Rumah Sakit Khusus hanya dapat menyelenggarakan pelayanan


kesehatan sesuai bidang kekhususannya dan bidang lain yang
menunjang kekhususan tersebut.

(2) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di luar bidang


kekhususannya hanya dapat dilakukan pada pelayanan gawat darurat.
Pelayanan rumah sakit khusus
No. Jenis pelayanan Keterangan
1 Medik Minimal 5 area :
a. Pelayanan gawat darurat 24 jam
b. Pelayanan medik umum
c. Pelayanan medik spesialis dasar sesuai dengan kekhususan
d. Pelayanan medik spesialisdan atau subspesialis sesuai kekhususan
e. Pelayanan medik spesialis penunjang
2 Kefarmasian ---
3 Keperawatan ---
4 Penunjang klinik ---
5 Penunjang nonklinik ---
Sumber daya manusia
No Jenis tenaga Keterangan
1 Medis memiliki kewenangan menjalankan praktik kedokteran di Rumah Sakit yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2 Kefarmasian kualifikasi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dengan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
3 Keperawatan kualifikasi dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan Rumah
Sakit
4 Tenaga kesehatan lain dan sesuai dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit
non kesehatan
Peralatan rumah sakit khusus
• Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria klasifikasi dan standar
peralatan untuk masing-masing jenis Rumah Sakit Khusus diatur
dengan Peraturan Menteri
Perizinan rumah sakit

Izin mendirikan Izin operasional


• Diajukan oleh pemilik rumah sakit. • Diajukan oleh pengelola rumah sakit.

• Izin Mendirikan diberikan untuk • Izin Operasional merupakan izin yang


mendirikan bangunan baru atau diberikan kepada pengelola rumah
mengubah fungsi bangunan lama untuk sakit untuk menyelenggarakan
difungsikan sebagai Rumah Sakit. pelayanan kesehatan.
• Izin Mendirikan diberikan untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun dan hanya dapat • Izin Operasional berlaku untuk jangka
diperpanjang untuk 1 (satu) tahun . waktu 5 (lima) tahun dan dapat
Pengajuan selambat-lambatnya 2 bulan diperpanjang selama memenuhi
sebelum berakhir. persyaratan. Pengajuan selambat-
lambatnya 6 bulan sebelum berakhir.
Pendelegasian kewenangan pemberian
izin mendirikan dan izin operasional rumah sakit
No Rumah sakit Menteri kesehatan mendelegasikan pemberian izin kepada
1 Rumah Sakit kelas A dan Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Kesehatan yang
Rumah Sakit penanaman tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan
modal asing perumahsakitan.
2 Rumah Sakit kelas B Pemerintah daerah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi
penanaman modal dalam dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
negeri Pemerintah Daerah kabupaten/kota
3 Rumah Sakit kelas C dan Pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan
Rumah Sakit kelas D rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan
penanaman modal dalam pada Pemerintah Daerah kabupaten/kota
negeri
Izin mendirikan rumah sakit

• Pendirian bangunan dan pengalihan fungsi bangunan harus dimulai


segera setelah mendapatkan Izin Mendirikan

• Pemilik atau pengelola yang akan mendirikan Rumah Sakit


mengajukan permohonan Izin Mendirikan kepada pemberi izin sesuai
dengan klasifikasi Rumah Sakit yang akan didirikan
Lampiran permohonan izin mendirikan

a. fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, kecuali instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah;
b. studi kelayakan;
c. master plan;
d. Detail Engineering Design;
e. dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan;
f. fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah atas nama badan hukum pemilik rumah sakit;
g. izin undang-undang gangguan (Hinder Ordonantie/HO);
h. Surat Izin Tempat Usaha (SITU);
i. Izin Mendirikan Bangunan (IMB
j. rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit
Studi kelayakan
No Kajian Keterangan
1 Kebutuhan pelayanan 1) Kajian demografi : luas wilayah, kepadatan dan karakteristik penduduk
rumah sakit 2) Kajian sosio-ekonomi : pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dll
3) Kajian morbiditas/mortalitas : 10 penyakit utama, angka kematian, dll
4) Kajian kebijakan dan regulasi : pengembangan wilayah pembangunan
5) Kajian aspek internal rumah sakit : rancangan sistem prosedur RS
2 Kebutuhan lahan, 1) Lahan dan bangunan RS
bangunan, prasarana, SDM, 2) Persyaratan lokasi
dan peralatan sesuai kriteria 3) Rencana cakupan, jenis pelayanan kesehatan, dan fasilitas lain
klasifikasi Rumah Sakit yang 4) Jumlah, spesialisasi, dan kualifikasi sumber daya manusia
akan didirikan 5) Jumlah, jenis, dan spesifikasi peralatan mulai dari peralatan sederhana
hingga peralatan canggih
3 Kemampuan 1) Prakiraan jumlah kebutuhan dana investasi dan sumber pendanaan
pendanaan/pembiayaan 2) Prakiraan pendapatan atau proyeksi pendapatan terhadap prakiraan
jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur
3) Prakiraan biaya atau proyeksi biaya tetap dan biaya tidak tetap terhadap
prakiraan sumber daya manusia
4) proyeksi arus kas 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun
5) proyeksi laba atau rugi 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun
Pengertian (1)

• Master plan :
memuat strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) tahun kedepan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara
optimal yang meliputi identifikasi proyek perencanaan, demografis, tren
masa depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan.

• Detail Engineering Design :


merupakan gambar perencanaan lengkap Rumah Sakit yang akan dibangun
yang meliputi gambar arsitektur, struktur dan mekanikal elektrikal sesuai
dengan persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Menteri.
Pengertian (2)
• Dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan :
terdiri atas upaya pengelolaan lingkungan (UKL), upaya pemantauan
lingkungan (UPL), atau analisis dampak lingkungan (AMDAL)
berdasarkan klasifikasi Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Izin undang-undang gangguan (hinder ordonantie/HO) dan/atau surat
izin tempat usaha (SITU), dan izin mendirikan bangunan (IMB) :
diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bukti penerimaan

• Pemberi izin harus menerbitkan bukti penerimaan berkas


permohonan yang telah lengkap atau memberikan informasi apabila
berkas permohonan belum lengkap kepada pemilik atau pengelola
yang mengajukan permohonan Izin Mendirikan dalam jangka waktu
paling lama 6 (enam) hari kerja sejak berkas permohonan diterima.

• Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah bukti


penerimaan berkas diterbitkan, pemberi izin harus menetapkan untuk
memberikan atau menolak permohonan Izin Mendirikan.
• Dalam hal terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam
kurun waktu sebagaimana diatur, pemberi izin dapat memperpanjang
jangka waktu pemrosesan izin paling lama 14 (empat belas) hari kerja
dengan menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon.

• Penetapan pemberian atau penolakan permohonan Izin Mendirikan


dilakukan setelah pemberi izin melakukan penilaian dokumen dan
peninjauan lapangan.
Izin operasional rumah sakit
• Dalam hal masa berlaku Izin Operasional berakhir dan pemilik Rumah
Sakit belum mengajukan perpanjangan Izin Operasional, Rumah Sakit
harus menghentikan kegiatan pelayanannya kecuali pelayanan gawat
darurat dan pasien yang sedang dalam perawatan inap.

• Dalam hal Rumah Sakit sebagaimana dimaksud di atas tetap


menyelenggarakan pelayanan tanpa Izin Operasional, dikenakan
sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Lampiran permohonan izin operasional
a. Izin Mendirikan Rumah Sakit
b. profil Rumah Sakit, meliputi visi dan misi, lingkup kegiatan, rencana strategi, dan struktur
organisasi
c. isian instrumen self assessment sesuai klasifikasi Rumah Sakit yang meliputi pelayanan,
sumber daya manusia, peralatan, bangunan dan prasarana
d. gambar desain (blue print) dan foto bangunan serta sarana dan prasarana pendukung
e. izin penggunaan bangunan (IPB) dan sertifikat laik fungsi
f. dokumen pengelolaan lingkungan berkelanjutan
g. daftar sumber daya manusia
h. daftar peralatan medis dan nonmedis
i. daftar sediaan farmasi dan alat kesehatan
j. berita acara hasil uji fungsi peralatan kesehatan disertai kelengkapan berkas izin
pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan untuk peralatan tertentu
k. dokumen administrasi dan manajemen
Dokumen administrasi dan manajemen
(butir k)

a. badan hukum atau kepemilikan


b. peraturan internal Rumah Sakit (hospital bylaws)
c. komite medik
d. komite keperawatan
e. satuan pemeriksaan internal
f. surat izin praktik atau surat izin kerja tenaga kesehatan
g. standar prosedur operasional kredensial staf medis
h. surat penugasan klinis staf medis
i. surat keterangan/sertifikat hasil uji/kalibrasi alat kesehatan
Pemberian bukti penerimaan berkas

• Pemberi izin harus menerbitkan bukti penerimaan berkas


permohonan yang telah lengkap atau memberikan informasi apabila
berkas permohonan belum lengkap kepada Instansi Pemerintah,
instansi Pemerintah Daerah, atau badan hukum yang mengajukan
permohonan Izin Operasional, dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) hari kerja sejak berkas permohonan diterima
Tim visitasi
No. Permohonan Unsur tim visitasi
Izin Operasional
1 Rumah Sakit kelas A, dan Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan
Rumah Sakit penanaman kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan nasional.
modal asing
2 Rumah Sakit kelas B Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan
kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan nasional.
3 Rumah Sakit kelas C dan Dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan asosiasi
Rumah Sakit kelas D perumahsakitan daerah
Penerbitan izin operasional
• Laporan tim visitasi kpd pejabat berwenang bid kesehatan 7 hari
• Rekomendasi pejabat berwenang (bahwa persetujuan pemberian izin atau
penolakan pemberian izin operasional) kpd Menteri/Pemda prov/pemda
kab  7 hari
• Menteri/pemda prov/pemda kab harus menetapkan memberikan izin atau
menolak permohonan izin operasional  14 hari
• Dalam hal permohonan Izin Operasional diterima, pemberi izin
menerbitkan Izin Operasional berupa surat keputusan dan sertifikat yang
memuat kelas Rumah Sakit dan jangka waktu berlakunya izin.
• Sertifikat Izin Operasional Rumah Sakit harus dipasang di ruang yang
mudah terlihat oleh masyarakat.
Penolakan pemberian izin operasional

• Dalam hal permohonan Izin Operasional ditolak, pemberi izin harus


memberikan alasan penolakan yang disampaikan secara tertulis
kepada pemohon dan memberikan pilihan kepada pemohon untuk:
a. melengkapi persyaratan Izin Operasional sesuai klasifikasi Rumah
Sakit yang akan diselenggarakan; atau
b. mengajukan permohonan Izin Operasional sesuai klasifikasi Rumah
Sakit hasil penilaian tim penilai tanpa dilakukan visitasi ulang.
Perubahan izin operasional

(1) Setiap Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Operasional dapat
mengajukan permohonan perubahan Izin Operasional secara tertulis.
(2) Perubahan Izin Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan jika terjadi perubahan:
a. kepemilikan
b. jenis Rumah Sakit
c. nama Rumah Sakit
d. kelas Rumah Sakit
Lampiran permohonan perubahan izin
operasional
• Perubahan Izin Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
diajukan dengan melampirkan:
a. akte notaris, surat keputusan dari pejabat yang berwenang, dan/atau
putusan pengadilan tentang perubahan status kepemilikan Rumah Sakit;
b. rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan klasifikasi Rumah
Sakit;
c. studi kelayakan dan rencana strategis perubahan jenis Rumah Sakit yang
memuat kelayakan pada aspek pelayanan, sosial ekonomi, kebijakan dan
peraturan perundang-undangan; dan
d. surat pernyataan pengajuan perubahan Izin Operasional dari pemilik
Rumah Sakit.
Registrasi dan akreditasi

• Setiap Rumah Sakit yang telah mendapatkan Izin Operasional harus


diregistrasi dan diakreditasi.
• Registrasi dan akreditasi merupakan persyaratan untuk perpanjangan
Izin Operasional dan perubahan kelas.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan akreditasi
sebagaimana dimaksud di atas dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Penamaan Rumah Sakit

• Penamaan Rumah Sakit tidak boleh menggunakan kata internasional,


international, kelas dunia, world class, global dan/atau yang disebut
nama lainnya yang bermakna sama.
• Penamaan Rumah Sakit milik pemerintah dan pemerintah daerah
dilarang menggunakan nama orang yang masih hidup.
• Penamaan Rumah Sakit harus memperhatikan nilai dan norma
agama, sosial budaya, dan etika.
Pembinaan dan pengawasan

• Menteri, Pemerintah Daerah provinsi dan/atau Pemerintah Daerah


kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
dapat mengenakan tindakan administratif terhadap Rumah Sakit yang
tidak menaati ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
• Tindakan administratif sebagaimana dimaksud di atas dapat berupa
teguran lisan, teguran tertulis, publikasi menggunakan media
elektronik atau media cetak, penyesuaian Izin Operasional,
pemberhentian sementara sebagian kegiatan Rumah Sakit,
pencabutan izin praktik tenaga kesehatan dan/atau pencabutan Izin
Operasional.
Penutup
• Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku (1 September 2014)
a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang Perizinan
Rumah Sakit;
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit, kecuali Lampiran II Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Khusus
sepanjang belum diganti;
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2264/Menkes/SK/XI/2011 tentang
Pelaksanaan Perizinan Rumah Sakit; dan
d. semua peraturan pelaksanaan yang terkait dengan klasifikasi, perizinan, dan
penamaan Rumah Sakit sepanjang bertentangan dengan ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini;

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


Lampiran
DAFTAR ISI

PMK NO 56 TAHUN 2014 TTG KLASIFIKASI DAN PERIJINAN RUMAH SAKIT

NO TOPIK HALAMAN

BAB I KETENTUAN UMUM 2

BAB II PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN 3

BAB III BENTUK RUMAH SAKIT 4

BAB IV KLASIFIKASI RUMAH SAKIT 5

BAB V PERIZINAN RUMAH SAKIT 26

BAB VI REGISTRASI DAN AKREDITASI RUMAH SAKIT 36

BAB VII PENAMAAN RUMAH SAKIT 37

BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 37

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN 38

BAB X KETENTUAN PENUTUP 39


DAFTAR PERALATAN KESEHATAN (berdasarkan kelas rumah sakit) 41

INSTRUMEN SELF ASSESMENT IJIN OPERASIONAL RUMAH SAKIT KELAS A

I. Pelayanan 86

II. Sumber Daya Manusia 88

III. Peralatan 90

IV. Sarana dan Prasarana 123

V. Administrasi dan Manajemen 124

INSTRUMEN SELF ASSESMENT IJIN OPERASIONAL RUMAH SAKIT KELAS B

I. Pelayanan 126

II. Sumber Daya Manusia 127

III. Peralatan 129

IV. Sarana dan Prasarana 160

V. Administrasi dan Manajemen 161


INSTRUMEN SELF ASSESMENT IJIN OPERASIONAL RUMAH SAKIT KELAS C

I. Pelayanan 163

II. Sumber Daya Manusia 164

III. Peralatan 165

IV. Sarana dan Prasarana 192

V. Administrasi dan Manajemen 193

INSTRUMEN SELF ASSESMENT IJIN OPERASIONAL RUMAH SAKIT KELAS D

I. Pelayanan 194

II. Sumber Daya Manusia 195

III. Peralatan 196

IV. Sarana dan Prasarana 214

V. Administrasi dan Manajemen 216


Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai