Anda di halaman 1dari 12

1

LAPORAN KASUS

Tatalaksana Ketuban Pecah Dini Pada

G6P5AI Gravida Aterm

Oleh :

FAUZAN RIZALDI, S.Ked

FERINA KARTIKA, S.Ked

ZAKRI AFIF, S.Ked

PEMBIMBING :

dr. Diyah Shinta, Sp.OG

dr. Hardiknas Stevan Saneba

Kepaniteraan Klinik Senior

Bagian Obstetrik dan Ginekologi

Rumah Sakit Umum Daerah Dabo

2020
2
A. Pendahuluan

Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu situasi yang sering dihadapi oleh ahli
obstetrik. KPD berhubungan dengan kelahiran premature sebesar 20-25% dan komplikasi yang
dialami neonatus yang mengakibatkan neonatus membutuhkan perawatan intensif.

EPIDEMIOLOGI

Masalah KPD memerlukan perhatian yang lebih besar, karena prevelensinya yang cukup
besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm terjadi sekitar 6,46-15,6% kehamilan
aterm dan PPROM terjadi pada seitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari
kehamilan kembar. PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran
premature, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun 1981.

MORBIDITAS dan MORTALITAS

Kejadian KPD preterm berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal
maupun perinatal. Sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami KPD preterm akan mengalami
infeksi yang berpotensi berat, bahkan Fetus/neonatus aakan berada pada risiko morbiditas dan
mortalitas terkait KPD preterm yang lebih besar dibanding ibunya, hingga 47,9% bayi
mengalami kematian. Persalinan prematur dengan potensi masalah yang muncul, infeksi
perinatal, dan kompresi tali pusat in utero merupakan komplikasi yang umum terjadi KPD
preterm berhubungan dengan sekitar 18-20% kematian perinatal di Amerika Serikat.

Pada pasien ini akan dibahas mengenai bagaimana mendiagnosis dan tatalaksana Ketuban
Pecah Dini

B. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. R
Tanggal Lahir : 17 Mei 1986 (34 tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Air Draman, Batu Kacang
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Tanggal Masuk RS : 24 Oktober 2020
3
C. ANAMNESIS

Keluhan Utama : keluar air-air dari jalan lahir

Pasien datang ke RSUD Dabo pada pukul 22.00 WIB dengan keluhan keluar air-air sejak jam
20.30 malam. Mules (+), keluar lendir darah (-) , Nyeri ari-ari (-), dan nyeri pinggang (+), pasien
mengatakan ini kehamilan ketujuh dan pernah keguguran sebanyak 1 kali

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Ht :- Paru :- Jantung :-

DM :- Hati :- Ginjal :-

HPHT : 4 Februari 2020

Tafsiran Persalinan : 21 November 2020

PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Pucat
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
d. Nadi : 100 x/menit

a. Pemeriksaan Luar :
Tinggi fundus uteri 37 cm , DJJ 170 x/menit

b. Pemeriksaan Dalam :
VT : 2 cm, porsio tebal lunak, ketuban (-), preskep hodge I-II, Leukorrhea

c. Pemeriksaan Penunjang :

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

HEMATOLOGI

Hemoglobin 6,7 gr% 11.0-15.0


4

Hematokrit 23,2 % 37,0-47,0

MCV 72,8 Fl 80,0-100,0

MCH 20,9 Pg 27,0-34,0

Lekosit 6,80 ribu / mmk 4,00-10,0

Trombosit 192 ribu / mmk 100-300


URINALISA

PROTEIN NEGATIF - NEGATIF/-

- TES NITRAZIN : PH 7-8

Diagnosis Kerja
G6P5A1 Hamil 37-38 minggu, Inpartu , janin tunggal hidup presentasi kepala dengan Ketuban
Pecah Dini.

Tatalaksana yang diberikan


- Resusitasi intrauterine
- transfusi 1 pack WB
- Amoxicilin 3x500 mg PO
- Asam Mefenamat 3x500 mg PO
- Sulfas Ferosus PO

PERMASALAHAN

1. Apakah penyebab terjadinya ketuban pecah dini pada pasien ini?

2. Bagaimana cara mendiagnosa ketuban pecah dini pada pasien ini?

3. Bagaimana cara penangananan ketuban pecah dini pada pasien ini?


5
PEMBAHASAN

1. Apakah penyebab terjadinya ketuban pecah dini pada pasien ini?

Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai kebocoran spontan cairan dari kantong
amnion sebelum adanya tanda-tanda inpartu.1 KPD diklasifikasikan sebagai berikut :

1. KPD Preterm (PPROM)

Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti dengan vaginal
pooling, tes nitrazin dan, test fern atau IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu sebelum onset
persalinan. KPD sangat preterm adalah pecahnya ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24
sampai kurang dari 34 minggu. Sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara 34
minggu sampai kurang 37 minggu. Definisi preterm bervariasi pada berbagai kepustakaan,
namun yang paling diterima dan tersering digunakan adalah persalinan kurang dari 37 minggu.

2. KPD pada kehamilan Aterm (PROM)

Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang terbukti
dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥37
minggu.

Semakin muda usia kehamilan terjadinya KPSW, semakin panjang periode laten. Pada
KPSW yang terjadi pada kehamilan aterm 90% akan masuk masa persalinan dalam 24 jam. Pada
KPSW yang terjadi pada usia kehamilan 28-34 minggu, 50% masuk masa persalinan dalam 24
jam, 80-90% masa persalinan dalam 1 minggu.

Faktor Resiko ketuban pecah dini menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat
disebabkan oleh beberapa faktor meliputi :

1. Infeksi

Adanya infeksi masih menjadi suatu pertanyaan apakah infeksi tersebut menjadi
penyebab dari KPSW atau sebaliknya terjadinya KPSW menjadi penyebab terjadinya
infeksi. Identifikasi mikro-organisme patogen dari saluran reproduksi ibu hamil
mendukung pendapat bahwa infeksi bakteri berperan dalam terjadinya KPSW.9
6
Peradangan kronis serta infeksi akut, yang terjadi secara lokal dalam rahim, dapat
menyebabkan produksi autokrin / parakrin hormon, serta sitokin klasik, yang kemudian
mengaktifkan miometrium menyebabkan persalinan prematur. Ini adalah respon biologis
yang wajar, karena ibu dan janin mungkin memiliki kesempatan lebih besar bertahan
hidup dengan jaringan yang terinfeksi. Bakteri-bakteri tersebut mengeluarkan protease
yang menyebabkan degradasi dari kolagen dan melemahkan selaput janin. Pemberian
antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri-bakteri tersebut menurunkan insidensi dari
KPD

2. Sosial ekonomi (Pendapatan)

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di suatu
keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi
kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi
terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang
menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS,
2005).

3. Paritas

Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan
anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande multipara.
Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia
kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami
kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2
kali atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil
dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5
kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami
KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih
beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
7
4. Anemia

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persediaan zat besi
minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya
menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya
pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya
ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah
dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga.
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat
badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban
pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan
perdarahan post partum karena atonia uteri (Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa
anemia berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak
anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia berat.

Faktor etiologi ketuban pecah dini pada pasien ini adalah leukhorrea,paritas,anemia,sosial
ekonomi

2. Bagaimana cara mendiagnosa ketuban pecah dini pada pasien ini?

- Anamnesis

Diagnosis ketuban pecah dini secara akurat (90%) dapat diperoleh dari anamnesis,
yaitu keluarnya cairan seperti air dalam jumlah besar maupun merembes sedikit demi
sedikit dari vagina. Perlu juga ditanyakan mengenai adanya rasa mulas, perdarahan dari
jalan lahir, berhubungan badan sebelumnya, pasien menderita demam, dan usia
kehamilan yang penting untuk penanganan KPD. Tetapi suatu diagnosis memerlukan
gabungan antara anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Perlu
dipikirkan kemungkinan diagnosis lain seperti hilangnya sumbat mukus, sekret vagina
yang berhubungan dengan infeksi, dan inkontinensia urin.

- Pemeriksaan Fisik
8
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan inspekulo secara steril, yang
memperlihatkan cairan yang menggenang pada forniks posterior. Pemeriksaan dalam
perlu dihindari karena akan menyebabkan terjadinya infeksi intrauteri, memperpendek
periode laten, dan meningkatkan insiden dari sepsis neonatorum. Pemeriksaan fisik lain
dilakukan penilaian terhadap ukuran janin, presentasi janin, persangkaan adanya his,
infeksi (amnionitis), demam yang dialami ibu, sekret vagina yang purulen, denyut
jantung janin menjadi takikardi, dan nyeri pada uterus. Tanda adanya infeksi saluran
kemih juga perlu diperhatikan. Pada pemeriksaan adanyan pengeluaran cairan
OUE,jumlah, warna dan bau.

- Pemeriksaan Penunjang
 hematologi urine
 urinalisis rutin
 USG
 Nitrazin Test
 Fern Test
 IGFBP-1 (IGF Binding Protein-1)
 Amniosentesis
 NST atau CTG
Cara penegakan diagnosis KPD pada pasien ini didapatkan pada anamnesis dan
PD kulit selaput tidak teraba PP nitrazin test dengan pemeriksaan laboratorium.

Tabel 2.1 Gejala dan Diagnosis Berdasarkan Keluhan Keluar Cairan dari Vagina

Gejala & Tanda Selalu Ada Gejala & Tanda yang Diagnosis Kemungkinan
Kadang-Kadang Ada
Keluar cairan ketuban Ketuban pecah tiba-tiba Ketuban pecah dini
Cairan tampak di introitus
Tidak ada his dalam 1 jam
Cairan vagina berbau Riwayat keluarnya cairan Amnionitis
Demam / menggigil Uterus nyeri
Nyeri perut Denyut jantung janin cepat
Perdarahan per vaginam sedikit
Cairan vagina berbau Gatal Vaginitis / servisitis
Tidak ada riwayat ketuban Keputihan
Pecah Nyeri perut
9
Disuria
Cairan vagina berdarah Nyeri perut Perdarahan antepartum
Gerak janin berkurang
Perdarahan banyak
Cairan berupa darah-lendir Pembukaan & pendataran Awal persalinan aterm
serviks atau preterm
Ada his

3. Bagaimana cara penangananan ketuban pecah dini pada pasien ini?

Tatalaksana ketuban pecah dini menurut

1. konservatif

Rawat di Rumah sakit, berikan antibiotik (Ampisilin 4x500mg atau Eritromisin bila tidak
tahan ampisilin dan Metronidazole 2x500mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan <32 minggu
dirawat selama air ketuban masih kurang, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia
kehamilan 32-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi, test busa negatif beri Dexamethasone,
observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika
usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan tokolitik (Salbutamol),
Dexamethasone dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri
antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterine). Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu pematangan
paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
Betamethasone 12 mg dosis tunggal selama 2 hari, Dexamethasone IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali.

2. Aktif

Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin bila gagal sectio sesariae. Dapat pula
diberikan misoprostol 25 – 50 Intravagina tiap 6 jam maksimal 4 kali bila ada tanda-tanda infeksi
berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.

 Bila skor pelvic <5, melakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan sectio sesariae.
 Bila skor pelvic >5 induksi persalinan.
10
Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda infeksi sistemik, sehingga tidak
diberikan antibiotik, pada saat observasi didapatkan kemajuan persalinan kemudian ibu
dan bayi didapatkan kondisi yang baik.
11
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ketuban pecah dini merupakan kejadian yang sering terjadi pada kehamilan, banyak
faktor yang mempengaruhi kejadian Ketuban pecah dini. Saat diagnosis Ketuban pecah dini
ditegakkan, penanganan umumnya tergantung usia kehamilan saat Ketuban pecah dini terjadi.
Diagnosa Ketuban pecah dini ditentukan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Ketuban pecah dini dapat menyebabkan komplikasi baik terhadap ibu maupun janin.
Penatalaksanaan dapat dilakukan secara konservatif maupun aktif, penanganan apapun yang
dipilih perlu dipikirkan suatu resiko prematuritas dan infeksi yang akan terjadi.

Saran

Kasus Ketuban pecah dini banyak disebabkan oleh infeksi, maka dari itu diminta kepada
ibu lebih memperhatikan vaginal higine nya dan lebih selektif memilih bahan celana dalam dan
jangan menggunakan celana dalam yang ketat. Selain itu, Defisiensi nutrisi juga meningkatkan
resiko terjadinya Ketuban pecah dini. Oleh karena itu ibu hamil diharapkan untuk menjaga
asupan nutrisinya serta merubah kebiasaan hidupnya agar dapat mengurangi faktor resiko
Ketuban pecah dini.
12

Anda mungkin juga menyukai