Faktor Risiko Overweight Dan Obese Pada Orang Dewasa Di INDONESIA (Analisis Data Riset Kesehatan Dasar 2013) Risk Factors of Overweight and Obese in Indonesian Adults (Analysis Dat..
Faktor Risiko Overweight Dan Obese Pada Orang Dewasa Di INDONESIA (Analisis Data Riset Kesehatan Dasar 2013) Risk Factors of Overweight and Obese in Indonesian Adults (Analysis Dat..
net/publication/306223634
CITATIONS READS
8 7,174
4 authors, including:
Hadi Riyadi
Bogor Agricultural University
97 PUBLICATIONS 244 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
A STUDY ON OVERWEIGHT AND OBESITY AMONG SCHOOL CHILDREN AND EFFORTS TO OVERCOME THROUGH NUTRITIONAL EDUCATION AND TRADITIONAL GAME
INTERVENTIONS IN URBAN AREAS IN WEST JAVA View project
All content following this page was uploaded by Hadi Riyadi on 16 August 2016.
E-mail: onkidus@gmail.com
ABSTRACT
The problem of overweight and obese in Indonesia had a trend of rising along with the increasing age of
the population. This study aimed to identify risk factors associated with overweight and obese adults
aged 25-65 years in Indonesia using Riskesdas 2013 data. The study design was cross-sectional. Samples
were adults aged 25-65 years in Indonesia with the total of 458 591 people. Results showed that the
prevalence of overweight and obese at the age of 25-65 years were found to be 26.1 percent and 7.20 per
cent, respectively. The mean of Body Mass Index (BMI) was 24.02 ± 3.70 kg/m2. The results of logistic
regression analysis showed that the risk factors associated with overweight and obese were age, sex,
region, marital status, employment, economic status, and smoking habits. The result also showed that the
habits of eating bread and biscuit were also associated with the incidence of obese. Hence, prevention
efforts such as sufficient regular physical activities are needed. In addition, it is also necessary to
promote food substitute for carbohydrates source to meet balanced nutrition both in number and type, as
well as the quality.
ABSTRAK
Masalah overweight dan obese di Indonesia mengalami kecenderungan naik seiring dengan
meningkatnya umur penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan
dengan overweight dan obese pada orang dewasa umur 25-65 tahun di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan data Riskesdas 2013. Desain penelitian adalah cross-sectional. Sampel penelitian adalah
orang dewasa berumur 25-65 tahun di Indonesia. Jumlah sampel yang dianalisis 458 591 orang. Hasil
analisis menunjukkan prevalensi overweight pada usia 25-65 tahun ditemukan sebesar 26,1 persen,
sedangkan prevalensi obese pada usia 25-65 tahun sebesar 7,2 persen. Rata-rata Indeks Massa Tubuh
(IMT) adalah 24,02±3,70 kg/m2. Dari hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor risiko yang
berhubungan dengan overweight dan obese adalah umur, jenis kelamin, wilayah, status kawin, pekerjaan,
status ekonomi, kebiasaan merokok. Selanjutnya diperoleh hasil juga bahwa kebiasaan makan roti dan
kebiasaan makan biskuit juga berhubungan dengan kejadian obese. Perlu adanya upaya pencegahan
seperti dengan aktivitas fisik yang cukup setiap hari secara berkesinambungan. Di samping itu diperlukan
juga upaya promosi pemilihan makanan pengganti sumber karbohidrat dalam pemenuhan gizi seimbang
baik dalam jumlah maupun jenis, serta kualitasnya.
91
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
negara dengan ekonomi berpenghasilan rendah faktor risiko CVD dan tingginya angka kejadian
dan menengah) memiliki tingkat prevalensi yang sindrom metabolik dan komponennya, seperti:
lebih rendah dibandingkan negara maju, namun lemak dan tekanan darah.11
mengalami peningkatan prevalensi tiga kali Penelitian Lestari dan Siswanto (2007)12
lebih tinggi daripada negara-negara maju sejak menyimpulkan bahwa obese secara bermakna
tahun 1990.1 berpengaruh terhadap kejadian diabetes
Caballero (2007) mengungkapkan bahwa mellitus. Pada subyek dengan obese dan
prevalensi overweight dan obese terus termasuk kelompok dengan pendapatan pada
meningkat baik di negara maju maupun negara kuintil III mempunyai risiko kejadian diabetes
berkembang.2 Hasil review yang dilakukan Low mellitus sebesar 2,6 kali (CI 95%: 1,205-5,494)
et al. (2009) menunjukkan prevalensi dibanding subyek dengan berat badan normal
overweight dan obese di negara maju dan dan kelompok pendapatan pada kuintil I.
negara berkembang mengalami peningkatan.3 Sedangkan pada subyek yang mengalami
Pada tahun 2008, diperkirakan 1,46 miliar orang obese dan termasuk kelompok dengan
dewasa di seluruh dunia mengalami kegemukan pendapatan pada kuintil V (kelompok terkaya)
(body-mass index [BMI] >25 kg/m²) dan 502 juta memiliki risiko kejadian diabetes mellitus
orang dewasa mengalami obese (BMI> 30 sebesar 2,1 kali (CI 95%: 1,078-4,017)
kg/m²)4, dan diperkirakan pada tahun 2030 dibanding subyek dengan berat badan normal
sekitar 2.16 miliar orang dewasa di dunia dan kelompok pendapatan pada kuintil I. Hasil
mengalami overweight, dan 1,12 miliar akan penelitian Sihombing M dan Tjandrarini DH
menjadi obese.5 (2015) terhadap orang dewasa umur 25-65
Data prevalensi overweight dan obese tahun di Kota Bogor menunjukkan bahwa
secara nasional di Indonesia juga menunjukkan obesitas berhubungan dengan sindrom
adanya peningkatan dari tahun ke tahun. metabolik.13
Penelitian Kodyat et al. (1996) di 12 Kotamadya
Mukherjee et al. (2013) mengungkapkan
mendapatkan prevalensi overweight (IMT= 25-
bahwa faktor-faktor terkait dengan kejadian
27 kg/m2) sebesar 10,3 persen dan prevalensi
obese meliputi: faktor lingkungan dan sosial,
obese (IMT>=27 kg/m2) sebesar 12,2 persen6.
gangguan sistem syaraf dan endokrin, faktor
Hasil analisis Riset Kesehatan Dasar 2007
gaya hidup, konsumsi makanan tinggi lemak,
menunjukkan prevalensi IMT>27 kg/m²
konsumsi makanan berlebihan, umur, faktor
penduduk dewasa di Indonesia (umur 18 tahun
psikologi/stress, perilaku merokok, dan
ke atas) sebesar 12,47.7 Prevalensi IMT>25
konsumsi alkohol.14
kg/m² penduduk laki-laki dewasa (>18 tahun)
pada tahun 2013 sebesar 19,7 persen, lebih Obesitas terkait dengan peningkatan status
tinggi daripada tahun 2007 (13.9%) dan tahun sosial ekonomi masyarakat erat kaitannya
2010 (7,8%). Sedangkan prevalensi IMT>25 dengan perubahan gaya hidup, termasuk dalam
kg/m² perempuan dewasa (>18 tahun) pada perubahan pola makan. Konsumsi padi-padian
tahun 2013 sebesar 32,9 persen, naik 18,1 menurun, sedangkan persentase energi dari
persen dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 konsumsi lemak meningkat. Di samping itu juga
persen dari tahun 2010 (15,5%).8 terjadi perubahan dalam kebiasaan makan
Overweight dan obese merupakan faktor keluarga. Adanya kecenderungan keluarga
risiko dari berbagai penyakit degeneratif, untuk makan di luar rumah, dan adanya
seperti: diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, peningkatan konsumsi makanan cepat saji,
penyakit jantung, dan kanker.9 Asosiasi Jantung penggunaan lebih banyak minyak nabati dan
Amerika (AHA) mengidentifikasi obese sebagai minuman manis. Selanjutnya perubahan gaya
faktor risiko utama dari cardiovascular disease hidup yang signifikan lainnya adalah aktifitas
(CVD) (WHO 2000).10 Studi kohor yang diambil fisik yang cenderung menurun di masyarakat
dari empat klinik di Birmingham, Chicago, dan meningkatnya waktu luang.15,16
Minneapolis, dan Oakland pada dewasa muda Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
(18-30 tahun) menunjukkan bahwa pada 2013 menyediakan data dan prevalensi
mereka yang meningkat berat badannya lebih overweight dan obese dan belum dilakukan
dari 2,5 kg dalam 15 tahun mengalami analisis lebih lanjut. Analisis ini akan dilakukan
perubahan yang tidak menguntungkan dalam terhadap kelompok umur sampel 25-65 tahun.
92
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
93
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
badan kemudian mengkategorisasi keadaan memiliki risiko untuk terjadi overweight dan
IMT menurut WHO (2000), yaitu: IMT= 18,5- obese masing-masing sebesar 1,5 kali dan 1,6
24,9 (normal), IMT= 25,0-29,0 kali dibandingkan responden pada kelompok
(overweight/gemuk) dan kelompok IMT>30,0 umur 25-34 tahun. Perempuan memiliki risiko
(obese).10 Di samping itu juga dilakukan untuk terjadi overweight dan obese sebesar
weighting tiap record sesuai dengan nilai inflate masing-masing 1,76 kali dan 3,43 kali
yang telah tersedia dalam file. Weight dihitung dibandingkan dengan laki-laki. Responden di
berdasarkan nilai inflate tiap record dibagi perkotaan memiliki risiko overweight dan obese
dengan nilai rata-rata inflate. masing-masing sebesar 1,57 kali dan 1,96 kali
Selanjutnya analisis data dilakukan secara dibandingkan responden di perdesaan. Menurut
bertahap, yaitu analisis univariate, bivariate, dan tingkat pendidikan menunjukkan adanya
multivariate. Analisis univariate ditujukan untuk kecenderungan peningkatan risiko overweight
mengetahui sebaran nilai masing-masing dan obese seiring dengan meningkatnya tingkat
variabel. Sedangkan analisis bivariate bertujuan pendidikan responden. Responden yang sudah
untuk mengetahui hubungan dependent menikah memiliki risiko terjadi overweight dan
variable, yaitu variable status gizi kegemukan obese masing-masing sebesar 2,13 kali dan
dan status gizi obes dengan independent 2,37 kali dibandingkan dengan responden yang
variable menggunakan uji Chi-square dan belum menikah. Berdasarkan status ekonomi
regresi logistik. Selanjutnya analisis multivariat menunjukkan bahwa semakin tinggi kelompok
dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel kuintil status ekonomi semakin tinggi risiko
independent secara bersama-sama dengan untuk terjadi overweight maupun obese.
status gzi kegemukan maupun obese dengan Responden yang tidak pernah merokok berisiko
menggunakan analisis regresi logistik untuk overweight dan obese masing-masing
multivariat model faktor risiko. Analisis sebesar 1,89 kali dan 3,39 kali dibandingkan
multivariat dilakukan dengan menggunakan responden yang merokok. Sedangkan
analisis regresi logistik. Variabel-variabel responden dengan aktivitas fisik kurang
dengan nilai signifikan p<0,25 dipilih, kemudian memiliki risiko untuk terjadi overweight dan
dimasukkan dalam kandidat model multivariat. obese masing-masing sebesar 1,7 kali dan 2,55
Semua analisis menggunakan perangkat lunak kali dibandingkan dengan responden dengan
statistik . aktivitas fisik cukup. Dari hasil analisis bivariat
(Tabel 1) menunjukkan bahwa karakteristik
HASIL responden, yaitu: umur, jenis kelamin, wilayah,
pendidikan, status menikah, pekerjaan, status
Jumlah sampel penelitian yang dianalisis ekonomi, kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik
sebanyak 458 591 orang, terdiri dari laki-laki masuk ke dalam tahap analisis mutivariat
217.940 (47,5%) dan perempuan 240.651 (p<0,25).
(52,5%). Hasil analisis univariat menunjukkan Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa
rata-rata umur responden 42,5±10,4 tahun. responden dengan kebiasaan makan makanan
Rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah berlemak >= 1 kali per hari berisiko untuk terjadi
24,02±3,70 kg/m2. Rata-rata IMT perempuan overweight dan obese masing-masing sebesar
(24,67±3,99) lebih tinggi daripada IMT laki-laki 1,33 kali dan 1,51 kali dibandingkan dengan
(23,29±3,21). Prevalensi overweight pada usia responden yang jarang mengonsumsi makanan
25-65 tahun ditemukan sebesar 26,1 persen berlemak. Kebiasaan makan roti >= 1 kali per
(95%CI=26,03%-26,28%), sedangkan hari berisiko untuk terjadi overweight dan obese
prevalensi obese pada usia 25-65 tahun masing-masing sebesar 1,43 kali dan 1,64 kali
sebesar 7,2 persen (95%CI=7,12%-7,27%). dibandingkan dengan yang jarang
Gambaran prevalensi overweight dan obese mengonsumsi roti. Kebiasaan makan biskuit >=
menurut karakteristik sampel dapat dilihat pada 1 kali per hari berisiko untuk terjadi overweight
Tabel 1. dan obese masing-masing sebesar 1,37 kali
Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok dan 1,46 kali dibandingkan dengan yang jarang
umur responden berhubungan dengan risiko mengonsumsi biskuit. Responden yang jarang
terjadinya overweight maupun obese. mengonsumsi mi instant berisiko untuk terjadi
Responden pada kelompok umur 45-54 tahun overweight dan obese masing-masing sebesar
94
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
1,16 kali dan 1,3 kali dibandingkan dengan sayuran. Sedangkan kebiasaan makan sayuran
responden yang mengonsumsi mi instant >=1 1-6 hari mempunyai efek protekstif untuk
kali per hari. Kebiasaan makan buah setiap hari terjadinya obese dibandingkan yang tidak
berisiko untuk terjadi overweight dan obese pernah makan sayuran. Dari hasil analisis
masing-masing sebesar 1,99 kali dan 2,49 kali bivariat menunjukkan bahwa faktor kebiasaan
dibandingkan dengan yang tidak pernah makan makan makanan berlemak, roti, biskuit, mi
buah. Kebiasaan makan sayuran setiap hari instant, buah, dan sayuran masuk ke dalam
berisiko untuk terjadi overweight sebesar 1,16 tahap analisis mutivariat (p<0,25).
kali dibandingkan yang tidak pernah makan
Tabel 1
Persentase Overweight dan Obese menurut Karakteristik Sampel
95
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
Tabel 2
Persentase Overweight dan Obese menurut Kebiasaan Makan Makanan Berlemak, Roti, Biskuit, Mie
Instant, Buah, dan Sayuran
96
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
Tabel 3
Model Regresi Logistik Faktor Risiko Overweight pada Orang Dewasa 25-65 Tahun
Hasil analisis regresi logistik pada Tabel 4 (95%CI: 1,21-1,28) dibandingkan responden
menunjukkan bahwa faktor risiko yang yang tinggal di perdesaan.
berhubungan dengan obese pada orang Menurut jenis pekerjaan, responden yang
dewasa umur 25-65 tahun adalah umur, jenis bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI paling
kelamin, wilayah, status kawin, pekerjaan, berpotensi di antara dua jenis pekerjaan lainnya
status ekonomi, kebiasaan merokok, kebiasaan untuk menjadi obese (OR=2,31) dibandingkan
makan roti, dan kebiasaan makan biskuit dengan responden yang bekerja sebagai
(p<0,05). Menurut kelompok umur, tampak petani/nelayan/buruh. Sedangkan menurut
adanya kecenderungan peningkatan risiko status ekonomi tampak adanya kecenderungan
obese sampai dengan kelompok umur 45-54 peningkatan obese seiring dengan kenaikan
tahun. kelompok kuintil status ekonomi. Selanjutnya
Menurut jenis kelamin, dapat dijelaskan menurut kebiasaan merokok, didapatkan
bahwa responden perempuan mempunyai risiko peningkatan potensi risiko obese pada
obese sebesar 2,70 kali (95%CI: 2,59-2,82) responden pernah merokok (OR=1,78) dan
dibandingkan responden laki-laki. Selanjutnya responden yang tidak pernah merokok
responden yang bertempat tinggal di perkotaan (OR=1,28) dibandingkan responden yang
mempunyai risiko obese sebesar 1,24 kali merokok.
97
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
Selanjutnya dilihat dari kebiasaan makan responden yang jarang makan roti. Sebaliknya pada
responden didapatkan hasil bahwa responden responden dengan kebiasaan makan biskuit satu kali
dengan kebiasaan makan roti satu kali per hari per hari atau lebih mempunyai dampak protektif
atau lebih mempunyai risiko untuk obese sebesar untuk terjadinya obese (OR=0,84) dibandingkan
1,19 kali (95%CI: 1,13-1,26) dibandingkan responden yang jarang makan biskuit.
Tabel 4
Model Regresi Logistik Faktor Risiko Obese pada Orang Dewasa 25-65 Tahun
98
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
99
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
dimungkinkan karena faktor kemudahan dalam mengonsumsi roti 1-6 kali/minggu maupun >= 1
mendapatkan konsumsi makanan terkait dengan kali per hari lebih berisiko untuk obese
pendapatan yang diperoleh dibandingkan dengan dibandingkan yang jarang mengonsumsi roti.
jenis pekerjaan petani, nelayan, dan buruh. Selain itu Sedangkan konsumsi biskuit dalam penelitian
kemudahan yang didapatkan di tempat bekerja,
ini menunjukkan efek protektif terhadap
seperti peralatan elektronik, transportasi
dimungkinkan juga menyebabkan aktivitas fisik yang terjadinya obese. Penelitian Hardinsyah dan
berkurang (banyak duduk) yang selanjutnya Amalia (2007) menunjukkan bahwa konsumsi
mengakibatkan peningkatan berat badan. Menurut terigu dan olahannya di perkotaan lebih tinggi
Cihangir E, dkk. (2004) bahwa pada ibu rumah dibandingkan dengan di perdesaan.34 Hasil
tangga yang tidak bekerja cenderung lebih Survei Konsumsi Makanan Individu Indonesia
mudah untuk mendapatkan akses makanan (SKMI) tahun 2014 menunjukkan bahwa
selama di rumah yang berkontribusi untuk konsumsi serealia penduduk Indonesia
terjadinya obese.22 didominasi oleh beras dan olahannya kemudian
Menurut status ekonomi juga menunjukkan diikuti oleh terigu dan olahannya. Konsumsi
adanya peningkatan prevalensi overweight dan rata-rata terigu dan olahan terigu (roti manis,
obese seiring dengan meningkatnya kelompok roti tawar, biskuit, dll) di Indonesia pada dewasa
kuintil status ekonomi. Pada penelitian lainnya umur 19 tahun ke atas masing masing sebesar
juga menunjukkan bahwa peningkatan status 17,5 gram per orang per hari dan 15,6 gram per
ekonomi menyebabkan peningkatan prevalensi orang per hari.35 Penganekaragaman makanan
overweight dan obese.17,20,25 Peningkatan status pokok telah dijelaskan dalam Pedoman Gizi
ekonomi menyebabkan kenaikan dalam Seimbang, yaitu dengan mengonsumsi lebih
konsumsi gula, garam, makanan fast food, dari satu jenis makanan pokok dalam sehari
protein hewani, minyak jenuh, dan kurangnya atau sekali makan, seperti dengan mencampur
aktivitas fisik yang dapat mengakibatkan karbohidrat lokal dengan terigu.36 Konsumsi
peningkatan overweight maupun obese.17 terigu dan olahannya (termasuk roti) yang
Penelitian ini juga menunjukkan adanya berlebih di samping makanan pokok yang
hubungan antara kebiasaan merokok dengan sudah dikonsumsi dalam setiap kali makan
prevalensi overweight dan obese. Hasil akan menimbulkan kelebihan karbohidrat,
penelitian Cihangir E, dkk. (2004)22, Sugianti, lemak, dan protein dalam tubuh. Sebagaimana
dkk. (2009)25, dan Xuhong, dkk. (2008)31 juga diketahui kandungan zat gizi per porsi makanan
menunjukkan adanya hubungan antara pokok mengandung 175 Kalori, 4 gram protein,
kebiasaan merokok dengan prevalensi dan 40 gram karbohidrat.36 Keterkaitan antara
overweight dan obese. Hasil penelitian ini konsumsi roti dan biskuit dapat dijelaskan dari
menunjukkan bahwa responden yang pernah hasil review 38 penelitian epidemiologi yang
merokok maupun responden yang tidak dilakukan oleh Bautista-Castaño I dan Serra-
merokok cenderung berisiko untuk overweight Majem L (2012) menunjukkan bahwa konsumsi
ataupun obese dibandingkan responden yang roti gandum (whole-grain bread) lebih
merokok. Berhenti merokok biasanya dikaitkan menguntungkan daripada roti halus (refined
dengan peningkatan berat badan dan bread), terutama dalam kaitannya dengan
perubahan dalam metabolisme sel adipose distribusi lemak perut. Pola diet yang mencakup
yang berakibat terhadap peningkatan aktivitas roti gandum tidak mempengaruhi berat badan.
enzim lipoprotein lipase dalam jaringan adipose. Pola diet yang mencakup halus roti pada
Peningkatan aktivitas enzim lipoprotein lipase sebagian besar studi cross-sectional
tersebut berperan dalam peningkatan berat menunjukkan efek menguntungkan, namun
badan yang berkaitan dengan berhenti pada sebagian besar studi kohor menunjukkan
merokok.32,33 kemungkinan hubungan dengan kelebihan
Selanjutnya pada penelitian ini lemak perut.37
menunjukkan adanya hubungan antara Hasil analisis multivariat dalam penelitian
kebiasaan makan roti dan kebiasaan makan ini belum menunjukkan hubungan antara
biskuit dengan prevalensi obese. Hasil tersebut aktivitas fisik dengan prevalensi overweight dan
merupakan temuan baru dibandingkan dengan obese. Sedangkan pada penelitian sebelumnya
hasil penelitian Kodyat, dkk. (1996) dan Riset yang membuktikan adanya hubungan antara
Kesehatan Dasar 2007.6,7 Responden yang aktivitas fisik dengan overweight dan obese.17,38
100
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
Menurut Haskell, dkk. (2007) untuk menjaga 3. Low S, Mien CC, Deurenberg-Yap M.
kesehatan usia 18-65 tahun dibutuhkan aktivitas Review on Epidemic of Obesity. Annals
fisik sedang selama minimal 30 menit (lima hari Academy of Medicine. 2009; 38(1):57-65
dalam satu minggu) atau aktivitas fisik berat 4. Finucane MM, Stevens GA, Cowan MJ,
selama minimal 20 menit (tiga hari dalam satu Danaei G, Lin JK, Paciorek CJ, Singh GM,
minggu).39 Gutierrez HR, Lu Y, Bahalim AN et al.
National, regional, and global trends in
body mass index since 1980: systematic
SIMPULAN DAN SARAN
analysis of health examination surveys and
epidemiological studies with 960 country-
Simpulan years and 9·1 million participants. Lancet.
Faktor risiko terkait dengan overweight dan 2011; 337(9765):555-567. DOI:
obese adalah umur, jenis kelamin, wilayah, http://dx.doi.org/10.1016/S0140-
status kawin, pekerjaan, status ekonomi, 6736(10)62037-5
kebiasaan merokok. Selanjutnya diperoleh hasil 5. Kastorini CM, Milionis HJ, Ioannidi A,
juga bahwa kebiasaan makan roti dan Kalantzi K, Nikolaou V, Vemmos KN,
kebiasaan makan biskuit berhubungan dengan Goudevenos JA, Panagiotakos DB.
kejadian obese. Adherence to the Mediterranean diet in
relation to acute coronary syndrome or
Saran stroke nonfatal events: A comparative
Dengan melihat kecenderungan analysis of a case/case-control study. Am
peningkatan overweight dan obese pada umur Heart J. 2011; 162(4):717-24.
25-65 tahun diperlukan upaya pencegahan DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j.ahj.2011.07.
seperti dengan aktivitas fisik yang cukup setiap 012.
hari secara berkesinambungan. Di samping itu 6. Kodyat BA, Minarto, Raoef R, Pardede LV,
diperlukan upaya promosi pemilihan makanan Sianturi G, Iryanis. Survei Indek Massa
pengganti sumber karbohidrat dalam Tubuh (IMT) di 12 Kotamadya, Indonesia.
pemenuhan gizi seimbang baik dalam jumlah Gizi Indon. 1996; 21: 52-61.
maupun jenis, serta kualitasnya. 7. Sudikno, Milla Herdayati, Besral. Hubungan
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
UCAPAN TERIMA KASIH pada orang dewasa di Indonesia (Analisis
data Riskesdas 2007). Gizi Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih 2010; 33 (1): 37-49.
kepada Kepala Badan Penelitian dan 8. Kementerian Kesehatan. Pokok-pokok
Pengembangan Kesehatan Kementerian Hasil Riskesdas 2013. Jakarta (ID): Badan
Kesehatan RI yang telah memberikan ijin dalam Litbang Kesehatan; 2014.
pengolahan data Riskesdas 2013. 9. Lee YS, So JBY, Deurenberg-Yap M.
Confronting the Obesity Epidemic: Call to
RUJUKAN Arms. Annals Academy of Medicine. 2009;
38(1)
10. World Health Organization. Obesity:
1. Nguyen M, Fleming T, Robinson M, Preventing and Managing the Global
Thomson B, Graetz N, Margono C, Mullany Epidemic. Report of a WHO Consultation.
EC, Biryukov S, Abbafati C, Abera SF, et Geneva: WHO; 2000.
al. Global, regional, and national 11. Truesdale KP, Stevens J, Lewis CE,
prevalence of overweight and obesity in Schreiner PJ, Loria CM, Cai J. Changes in
children and adults during 1980–2013: a risk factors for cardiovascular disease by
systematic analysis for the Global Burden baseline weight status in young adults who
of Disease Study 2013. Lancet. 2014; 384 maintain or gain weight over 15 years: the
(9945): 766-781. CARDIA study. Int J Obesity. 2006;
2. Caballero B. The global epidemic of 30:1397-1407
obesity: an overview. Epidemiol Rev. 2007; 12. Lestari H, Siswanto. Pemodelan Risiko
29: 1-5. Kejadian Diabetes Mellitus (Analisis Data
101
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
102
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
103
Gizi Indon 2015, 38(2):91-104 Faktor risiko overweight dan obese pada orang dewasa… Sudikno, dkk.
104