Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan Profil Kesehatan
Puskesmas Abadijaya Kota Depok Tahun 2019. Terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah berkontribusi dalam penyusunan profil ini.

Profil Kesehatan Puskesmas Abadijaya ini merupakan peremajaan dan perkembangan


data dari tahun sebelumnya sebagai hasil dari berbagai upaya kesehatan serta pemantapan
dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan dan gambaran hasil berbagai program
yang telah dilaksanakan Puskesmas Abadijaya. Data yang digunakan dalam proses
penyusunan buku profil kesehatan bersumber dari berbagai unit kerja baik didalam
puskesmas maupun diluar lingkungan puskesmas, sebagai refleksi perkembangan
kesehatan Puskesmas Abadijaya.

Profil Kesehatan Puskesmas Abadijaya Kota Depok ini diharapkan dapat berperan dalam
pemantauan dan evaluasi pencapaian hasil pembangunan kesehatan dan hasil kinerja
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya.
Profil Kesehatan Puskesmas Abadijaya juga merupakan penyajian yang komprehensif
terdiri dari data Derajat Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan serta Data Umum dan
Lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan.

Fakta ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk melakukan analisa kecenderungan
dalam konteks penentu strategi dan kebijaksanaan kesehatan di masyarakat yang akan
datang. Data dan informasi yang ditampilkan dalam Profil Kesehatan Puskesmas
Abadijaya Kota Depok ini dapat membantu dalam membandingkan capaian
pembangunan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya dan sebagai dasar untuk
perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya.

Buku Profil Kesehatan Puskesmas Abadijaya 2019 ini disajikan dalam bentuk cetakan.
Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak, baik pemerintah, organisasi
profesi, akademisi, sector swasta dan masyarakat serta berkontribusi secara positif bagi
pembengunan kesehatan di Indonesia, khususnya Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya.
Untuk meningkatkan mutu profil kesehatan Pusksmas Abadijaya tahun berikutnya
diharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai penyempurna profil yang akan
datang.

Depok, Januari 2016

Tim Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Undang – Undang
Kesehatan No 36 Tahun 2009), oleh karena itu pembangunan kesehatan merupakan
bagian terpadu dari pembangunan nasional yang antara lain untuk mencapai atau
mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin melalui strategi
paradigma sehat yang mengutamakan upaya Preventif dan Promotif tanpa
mengabaikan upaya Kuratif dan Rehabilitatif.

Publikasi data kesehatan yang terakomodir dalam sebuah Profil Kesehatan


diperlukan karena dapat digunakan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan
proses manajemen kesehata. Selain itu, Profil Kesehatan juga merupakan pemenuhan
hak terhadap akses informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab.

Untuk mencapai target dan terlaksananya semua program-program kesehatan


yang telah direncanakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, khususnya Puskesmas
Abadijaya harus meningkatkan partisipasi dan peran masyarakat, memperkuat
kelembagaan seperti PKK, Posyandu, Saka Bakti Husada, UKS/UKGS dan kegiatan-
kegiatan lainnya.

Pada prinsipnya, aspek-aspek kesehatan mencakup empat segi, diantaranya:

1. Kesehatan fisik terwujud jika seseorang tidak mengeluh sakit atau tidak ada
keluhan, serta secara objektif tidak terlihat sakit. Seluruh organ badan berperan
normal dan tidak mengalami masalah.
2. Kesehatan mental (jiwa) meliputi 3 komponen, yaitu pikiran, emosional, serta
spiritual. Pikiran sehat tercermin dari memikirkan atau jalur pikiran. Emosional
sehat tercermin dari kekuatan seorang untuk mengekspresikan emosinya seperti
takut, senang cemas, sedih dan sebagainya. Spiritual sehat tercermin dari cara
seorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, keyakinan dan sebagainya.
3. Kesehatan sosial terwujud jika seorang dapat terkait dengan orang lain atau group
lain dengan cara baik, tidak membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan,
status sosial, ekonomi, politik dan sama-sama toleransi serta menghormati.
4. Kesehatan dari segi ekonomi tampak apabila seorang itu produktif, dalam makna
memiliki aktivitas yang membuahkan suatu hal yang bisa menyokong pada
hidupnya sendiri atau keluarganya dengan cara finansial. Untuk mereka yang
belum dewasa serta lanjut usia, dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh
karena itu untuk grup tersebut, yang berlaku yaitu produktif dengan cara sosial,
yaitu memiliki aktivitas yang bermanfaat untuk kehidupan mereka kelak,
umpannya berprestasi untuk siswa atau mahasiswa, serta aktivitas sosial,
keagamaan atau servis kemasyarakat yang lain untuk umur lanjut.

Tujuan kesehatan dalam segala aspek satu diantaranya yaitu memajukan


kesejahteraan bangsa. Artinya, memenuhi keperluan dasar manusia seperti pangan,
sandang, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketentraman hidup. Untuk
memajukan kesejahteraan bangsa dalam aspek kesehatan tanggung jawab profesi
kesehatan adalah mewujudkan derajat kesehatan yang maksimal ada ditangan
masyarakat.

Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh Puskesmas Abadijaya untuk
muwujudkan hal tersebut yaitu dengan memberikan Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat kepada masyarakat. Adapun kegiatan wajib Puskesmas seperti
Kesehatan Ibu dan Anak serta KB, peningkatan Gizi keluarga, manfaat Imunisasi
pada bayi dan balita, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
meningkatkan kesehatan lingkungan termasuk gerakan 3M kepada masyarakat
sehingga masyarakat sadar dan dapat meningkatkan pengetahuannya serta dapat
mengubah perilaku yang buruk menjadi baik menurut standar kesehatan.

Untuk membantu terwujudnya derajat kesehatan masyarakat, kegiatan lainnya


yang dilakukan yaitu pembinaan kader kesehatan. Hal ini bertujuan agar kader
kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan membantu Puskesmas
Abadijaya dalam menyebarkan informasi kesehatan serta menjaring dan menemukan
masalah-masalah kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya.

Sistem Informasi Kesehatan merupakan suatu tatanan yang mencakup


komponen masukan (input) yang berpa data tentang kesehatan dan yang terkait,
komponen proses dan komponen keluaran (output). Informasi Kesehatan dan yang
terkait digunakan sebagai bahan manajemen kesehatan untuk perumusan kebijakan,
perencanaan strategis, manajemen operasional dan manajemen transaksi.

Sistem Informasi Kesehatan perlu semakin dimantapkan dan dikembangkan


untuk memenuhi kebutuhan informasi. Hal ini akan mendukung pelaksanaan
manajemen kesehatan dan pengembangan upaya-upaya kesehatan demi peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Salah satu keluaran dari informasi kesehatan yang
dikembangkan saat ini adalah profil kesehatan.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Profil Kesehatan Puskesmas Abadijaya bertujuan untuk memberikan
gambaran kesehatan menyeluruh di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya,
dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan yang
berhasil guna dan berdaya guna.

2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya gambaran umum meliputi data keadaan geografi,
kependudukan dan data sosial ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas
Abadijaya Kota Depok.
b. Diperolehnya data mengenai status kesehatan masyarakat yang
mencakup Angka Kematian (Mortalitas), Angka Kesakitan (Morbiditas)
dan Status Gizi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya Kota
Depok.
c. Diperolehnya data mengenai upaya kesehatan yang meliputi cakupan
kegiatan dan sumber daya kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Abadijaya Kota Depok.

1.3 Sistematika Penyajian


Untuk mendukung penyajian informasi kesehatan yang memadai sehingga
dapat tercapai pemantauan terhadap upaya kesehatan yang telah dilaksanakan, maka
disusunlah profil kesehatan dengan sistematika penyajian sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas latar belakang penyusunan profil,
tujuan penyusunan profil dan sistematika penyajiannya.

Bab II : Gambaran Umum


Bab ini akan menyajikan tentang gambaran umum Kota
Tangerang yang meliputi keadaan geografi, kependudukan, mata
pencaharian, jumlah laki-laki dan perempuan dan analisa
keterkaitannya dengan masalah kesehatan.

Bab III : Situasi Derajat Kesehatan


Bab ini membahas mengenai hasil jumlah dan analisis kematian
(mortalitas), jumlah kesakitan morbiditas dan status gizi
masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya.

Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan


Bab ini membahas tentang pelayanan dasar, pelayanan kesehatan
rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular,
pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan
gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehata,
pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan
kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga membahas indikator
kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan serta
upaya kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Puskesmas
Abadijaya.
Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini membahas tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab VI : Kesimpulan
Bab ini berisi tentang hal-hal penting yang perlu ditelaah lebih
lanjut dari Profil Kesehatan Puskesmas Abadijaya. Selain
keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga
mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam
rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Lampiran :
Pada lampiran ini berisi data kesehatan yang terdiri dari 76 tabel
angka pencapaian di Wilayah Kerja Puskesmas.
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Luas Wilayah


Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya meliputi dua kelurahan, yaitu Kelurahan
Abadijaya dan Kelurahan. Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya memiliki luas
wilayah 4,96 km2 atau ± 496 ha, yang berbatasan langsung dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bhaktijaya
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Cimanggis
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukmajaya
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Mekarjaya

Tabel 2.1

Situasi Geografis Di Wilayah Kerja Puskesmas Cilangkap Tahun 2019

Jarak Rata-Rata
Kondisi Keterjangkauan
Luas Terjauh ke Waktu Tempuh
Jumlah Kelurahan
No Kelurahan Wilayah Fasilitas Ke Puskesmas
RW
(Km2) Kesehatan
Puskesmas Roda 2 Roda 4 Jalan Roda 2 Roda 4

±5 ±5
1 Abadijaya 2,51 29 ± 1 km Baik Baik Baik
Menit Menit
± 15 ± 15
2 Cisalak 2,45 13 ± 5 km Baik Baik Baik
Menit Menit

2.2 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk


Gambaran suatu wilayah memiliki berbagai potensi sumber daya, dapat dilihat
dari salah satu sisi, yaitu Sumber Daya Manusia. Seperti diketahui, Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai salah satu faktor strategis. Karena disadari posisi mereka
bukan hanya sebagai sasaran dari berbagai program pembangunan akan tetapi
berfungsi sebagai pemikir, perencana, sekaligus pelaksana dari berbagai program
pembangunan.
Jumlah penduduk merupakan modal yang potensial dan sangat menguntungkan
bila diimbangi dengan peningkatan kualitas yang baik. Namun bila tidak, justru akan
menjadi beban dan kendala dalam kegiatan pembangunan. Jumlah penduduk yang
besar tetapi kesejahteraannya tidak terjamin akan menimbulkan masalah besar yang
umumnya dialami negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, yaitu
kemiskinan. Atas dasar pemikiran ini pembangunan manusia dititik beratkan pada
peningkatan kualitas SDM yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Penitikberatan pada kualitas SDM diperlukan karena penduduk yang besar hanya
akan dapat merupakan aset pembangunan jika “kualitasnya” (dilihat dari derajat
kesehatan dan atau tingkat pendidikan) cukup baik. Jumlah penduduk yang besar
disadari hanya merupakan beban pembangunan jika berkualitas rendah apabila dilihat
dari komposisinya secara sosial dan budaya yang sangat beragam.
Angka laju pertumbuhan penduduk Puskesmas Abadijaya relatif stabil,
perubahan dari tahun ke tahun tidak terlalu besar. Hal ini mengindikasikan adanya
pengaruh cukup besar dari terjadinya perubahan sosial, disamping tingkat fertilitas
yang cenderung menurun. Perubahan sosial penduduk yang terjadi di Depok pada
umumnya karena semakin sadarnya penduduk untuk mengatur jumlah kelahiran
akibat semakin tingginya biaya hidup yang harus ditanggung oleh kepala rumah
tangga, terutama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, biaya kesehatan dan
biaya pendidikan.
Laju pertumbuhan yang cukup tinggi ini masih harus diantisipasi oleh
pemerintah daerah Puskesmas Abadijaya dalam penyediaan berbagai fasilitas
pelayanan umum yang diperlukan seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, maupun
dalam pemenuhan kebutuhan pokok seperti pangan dan papan.

2.3 Komposisi Menurut Umur dan Jenis Kelamin


Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Wilayah
Kerja Puskesmas Abadijaya Tahun 2019

KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK    


NO UMUR LAKILAKI + RASIO JENIS
(TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN KELAMIN
1 2 3 4 5 6
           
1 0-4 4449 4222 8671 105,4
2 5-9 4125 3885 8010 106,2
3 10 - 14 3803 3719 7522 102,3
4 15 - 19 4387 4147 8534 105,8
5 20 - 24 5036 4821 9857 104,5
6 25 - 29 5189 4523 9712 114,7
7 30 - 34 4997 4837 9834 103,3
8 35 - 39 4557 4593 9150 99,2
9 40 - 44 4034 4313 8347 93,5
10 45 - 49 3403 4103 7506 82,9
11 50 - 54 2868 3438 6306 83,4
12 55 - 59 2393 3347 5740 71,5
13 60 - 64 2092 2070 4162 101,1
14 65 - 69 1410 1170 2580 120,5
15 70 - 74 290 391 681 74,2
16 75+ 866 926 1792 93,5
53899 54505 108404 98,9
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN
  37
(DEPENDENCY RATIO)
Sumber : Data Proyeksi Tahun 2019

Dari 108404 jiwa penduduk di Wilyah Kerja Puskesmas Abadijaya Depok


ternyata sebanyak 53899 jiwa adalah laki-laki dan 54505 jiwa adalah perempuan
dengan sex ratio sebesar 98,9. Berdasarkan data, didapatkan hasil bahwa jumlah
penduduk Puskesmas Abadijaya antara laki-laki dan perempuan hampir seimbang.
Jumlah penduduk Puskesmas Abadijaya paling banyak terdapat pada kelompok umur
20-24 tahun sebanyak 9857 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Puskesmas Abadijaya
paling sedikit terdapat pada kelompok umur 70-74 tahun, yaitu sebanyak 681 jiwa.
Situasi kependudukan di suatu wilayah selain digambarkan melalui laju
pertumbuhan penduduk dan rasio jenis kelaminnya, juga dapat tercermin dari
komposisi penduduk menurut kelompok umurnya, seperti yang disajikan pada tabel
2.2. Dari tabel tersebut dapat terlihat kelompok usia belum produktif (0-14 tahun dan
65 tahun keatas) dan usia produktif (15-64 tahun).
Piramida penduduk adalah grafik yang menunjukkan komposisi penduduk
pada suatu periode yang diperlihatkan berdasarkan jenis kelamin. Gambaran
penduduk secara cepat dapat dilihat melalui piramida ini.

Gambar 2.1

Piramida Penduduk Puskesmas Abadijaya Tahun 2019

75+

70 - 74

65 - 69

60 - 64

55 - 59

50 - 54

45 - 49

40 - 44

35 - 39

30 - 34

25 - 29

20 - 24

15 - 19

10 - 15

5-9

0-4

4 000 3 000 2 000 1 000 0 1 000 2 000 3 000 4 000

Laki-Laki Perempuan
Tabel 2.3
Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Puskesmas
Abadijaya Tahun 2019

Jenis Kelamin Luas


Kepadatan
No Puskesmas Jumlah Wilayah
Laki-Laki Perempuan Penduduk
(Km2)
Puskesmas 21,85
1 53899 54505 108404 4,96
Abadijaya Jiwa/Km2

2.4 Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)


Berdasarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur seperti yang
disajikan pada tabel 2.2, indikator yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator
ekonomi yaitu Angka Beban Tanggungan yang merupakan perbandingan antara
penduduk usia produktif 0-14 tahun dan 65 tahun keatas dengan penduduk usia
produktif 15-64 tahun. Besarnya Angka Beban Tanggungan ini menunjukkan beban
tanggungan ekonomi penduduk usia produktif.
Angka beban tanggungan juga berkaitan erat dengan masalah ketenaga kerjaan.
Semakin banyak penduduk usia produkttif yang tidak bekerja, maka juga akan
meningkatkan Angka Beban Tanggungan. Jumlah penduduk yang didominasi oleh
usia kerja akan menjadi tantangan berat bagi pembangunan karena jumlah berbagai
kebutuhan yang harus dipenuhi relatif lebih besar terutama sandang, pangan,
pendidikan dan kesejahteraan lainnya disamping itu juga golongan usia muda akan
meningkatkan jumlah angkatan kerja padahal untuk jumlah ini belum tentu pula
tersedia lapangan kerja, karena yang berusia diatasnya juga masih banyak yang
menganggur.
Semakin mengecil angka beban ketergantungan akan semakin baik kondisi
perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Semakin tinggi Angka Beban
Tanggungan menunjukkan penduduk di suatu wilayah semakin mundur karena beban
ekonomi penduduk usia produktif semakin berat.
Berdasarkan tabel 2.2, dapat dikatakan bahwa penduduk di Wilayah Kerja
Puskesmas Adabijaya mengalami kemajuan pada tahun 2019, karena Angka Beban
Tanggungan menurun dari tahun sebelumnya menjadi 37.
BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Situasi Derajat Kesehatan dapat diketahui melalui gambaran yang diukur melalui
indikator-indikator yang digunakan, antara lain angka kematian (mortalitas), umur
harapan hidup, angka kesakitan (morbiditas) serta status gizi. Indikator tersebut dapat
diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan dan data yang dikumpulkan dari
masyarakat. Tetapi dalam penyajian data angka kematian, baik angka kematian ibu, bayi
atau balita dalam profil ini disajikan data jumlah kematian.

3.1 Jumlah Kematian


3.1.1 Jumlah Kematian Bayi
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat
dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping
itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan
lainnya. Jumlah kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan
berbagai survei dan penelitian.
Tabel 3.1
Jumlah Kematian Bayi Tahun 2017 – 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas
Abadijaya Kota Depok

Tahun 2017 2018 2019


Jumlah 0 1 9

Pada tabel diatas menunjukkan adanya peningkatan jumlah kematian


bayi bila dibandingkan dengan jumlah kematian bayi dari 2017-2018. Jumlah
kematian bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor tetapi tidak mudah untuk
menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan.
Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan
kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk
merubah pola perilaku hidup merupakan faktor-faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kematian bayi.

3.1.2 Jumlah Kematian Balita


Pada tahun 2019 tidak ditemukan kasus kematian balita.

3.1.3 Jumlah Kematian Ibu Maternal


Jumlah kematian ibu di Puskesmas Abadijaya mengalami naik turun
setiap tahunnya, dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.2
Jumlah Kematian Ibu Maternal Tahun 2017 – 2018 di Wilayah Kerja
Puskesmas Abadijaya Kota Depok

Tahun 2017 2018 2019


Jumlah 2 1 3

Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah kematian ibu maternal terjadi
peningkatan pada tahun 2019, yaitu sebanyak 3 ibu. Sedangkan kematian ibu
maternal pada tahun 2018 hanya sebanyak 1 ibu.

3.2 Angka Kesakitan


Angka kesakitan pada penduduk di peroleh dari data yang berasal dari
masyarakat (community base data) melalui pengamatan (surveilans) dan data yang
diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasilitas base data) melalui sistem
pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil.

3.2.1 Kasus AFP


Surveilans AFP merupakan kegiatan untuk menjaring semua penderita
yang lumpuh layu pada anak berusia <15 tahun dengan tujuan untuk
memantau adanya transmisi virus-polio liar disuatu wilayah. Kegiatan ini
dilaksanakan oleh pengelola surveilans dibantu oleh petugas surveilans
Puskesmas dan Rumah Sakit. Pada tahun 2019 di Puskesmas Abadijaya tidak
ditemukan kasus AFP.
Metode kerja yang dilaksanakan selama ini yaitu setelah mendapatkan
laporan ada kasus AFP selanjutnya kasus dilacak di laporkan ke DinKes dan
diambil spesimen tinjanya kurang dari 48 jam setelah laporan diterima,
kemudian seluruh hasil pemeriksaan spesimen dikirim ke laboratorium,
sehingga didapatkan hasil positif atau tidak. Penentuan hasil pengiriman
specimen mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh WHO dan DEPKES
sehingga specimen yang diterima harus 100% adekuat. Setelah dilakukan
pengambilan specimen 2 kali dengan jangka waktu <48jam, maka setelah 60
hari dilakukan pemeriksaan ulang untuk melihat residual paralysisnya, dan
jika masih ditemukan sisa kelumpuhan maka dilakukan diagnosa akhir
dengan adanya hasil penanganan dari dokter spesialis.
3.2.2 Kasus TB Paru
Berikut akan disajikan jumlah kasus BTA+ di Puskesmas Abadijaya
tahun 2017-2019.
Tabel 3.3
Jumlah Kasus BTA+ Tahun 2017 – 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas
Abadijaya Kota Depok

Tahun 2017 2018 2019


Jumlah 52 41 7

Dari gambar di atas terlihat bahwa angka kejadian kasus baru BTA+
dari tahun 2019 mengalami penurunan yakni dari 41 penderita pada tahun
2018 menjadi 7 penderita pada tahun 2019.

3.2.3 Kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)


ISPA seringkali menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan balita,
dimana pneumonia diduga sebagai faktor utama penyebabnya. ISPA juga
merupakan salah satu penyebab utama kunjungan berobat pasien di
Puskesmas dan di Rumah Sakit. Berdasarkan laporan di Puskesmas Abadijaya
tahun 2019 terdapat 72 kasus pneumonia dan 100% kasus yang di temukan
dan ditangani.
Tabel 3.4
Perkembangan Angka Kesakitan Balita Pneumonia Tahun 2017 – 2019
di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya Kota Depok

Tahun 2017 2018 2019


Jumlah 67 73 72

Tahun 2019 angka kesakitan balita karena penumonia menurun seiring


dengan makin baiknya upaya deteksi pneumonia. Upaya pemberantasan
penyakit ISPA difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus
yang cepat dan tepat pada penderita. Kecepatan keluarga dalam membawa
penderita ke unit pelayanan kesehatan serta ketrampilan petugas dalam
menegakan diagnosis merupakan kunci keberhasilan penanganan penyakit
ISPA.

3.2.4 Kasus Diare


Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan, dimana sarana air bersih dan BAB serta perilaku manusia yang
tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab penyakit tersebut.
Peningkatan kasus sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan cuaca/musim,
terutama terhadap ketersediaan air bersih di masyarakat. Kasus diare dapat
menyebabkan kematian terutama pada saat Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada
tahun 2019 di Puskesmas Abadijaya terdapat 1418 kasus diare ditangani
dengan proporsi sebesar 50,64%.
Tabel 3.5
Perkembangan Kasus Diare Ditangani Tahun 2017 – 2019 di Wilayah
Kerja Puskesmas Abadijaya Kota Depok

Tahun 2017 2018 2019


Jumlah 1017 700 1418

Dari gambar diatas terlihat kasus diare ditangani mengalami penurunan


kasus diare dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene sanitasi dan
perilaku hidup bersih dan sehat, karena secara umum penyakit diare sangat
berkaitan dengan kedua faktor tersebut. Upaya penanggulangan diare
dilakukan dengan pemberian oralit dan penggunaan infus pada penderita,
penyuluhan kepada masyarakat agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari serta melibatkan peran serta kader
dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang tepat dan cepat
ditingkat rumah tangga maka diharapkan dapat mencegah terjadinya kasus
dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan kematian. Tindakan penanganan
segera dilaksanakan dengan melibatkan lintas sektor dan lintas program serta
dengan meningkatkan kesiagaan melalui kegiatan surveilans kasus diare yang
dilaporkan setiap minggu dari laporan posyandu yang ada di wilayah
Puskesmas Abadijaya.

3.2.5 Kasus Kusta


Penyakit Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan
oleh Mycobacterium Leprae yang ditandai dengan adanya bercak putih atau
kemerahan pada kulit yang disertai matirasa/anastesi, penebalan syaraf tepi
juga disertai gangguan fungsi syaraf berupa mati rasa
dankelemahan/kelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit kering serta
pertumbuhan rambutyang terganggu dan adanya kuman Mycobacterium
Leprae pada pemeriksaan kerokan padajaringan kulit (silt-skin smears).
Menurut World Health Organisation (WHO) Penyakit kusta dapat
diklasifikasikan menjadi 2 tipe PB (Pausi Basiler) dan MB (Multi Basiler),
dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.6
Klasifikasi Kusta

Klasifikasi Kusta PB MB
Jumlah Bercak Kulit 1-5 > 5 1-5 >5
Kerusakan Syaraf Tepi Hanya 1 Syaraf Lebih dari 1 Syaraf
Skin Smear Negatif (-) Positif (+)
Hasil evaluasi program kusta menunjukan bahwa jumlah di tahun 2019
ditemukan 1 penderita Kusta MB baru.

3.2.6 Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa, namun diantara penyakit-penyakit tersebut
ada yang dapat dicegah dengan imunisasi atau biasa disingkat dengan PD3I
(Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) antara lain yaitu:

a. Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diptheriae, yang ditandai dengan gejala panas tinggi
disertai pseudo membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorok
yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Penyakit ini sering kali
menjadi penyebab kematian pada anak-anak, namun penyakit ini dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi DPT1, DPT2 dan DPT3. Pada tahun
2019, tidak ditemukan kasus difteri.

b. Tetanus dan Tetanus Neonatorum


Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani,
terdiri dari Tetanus Neonatorum yaitu tetanus pada bayi dan tetanus
dengan riwayat luka. Berdasarkan laporan pada tahun 2019 tidak terjadi
kasus tetanus dan kasus tetanus neonatorum. Kejadian kasus tetanus
Neonatorum sebenarnya dapat dicegah dengan upaya pertolongan
persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi tetanus Toxoid (TT)
pada ibu hamil.

c. Campak
Campak merupakan penyakit akut yang disebabkan virus measles
yang disebarkan melalui bersin/batuk dengan gejala awal yaitu demam,
bercak kemerahan, batuk-pilek lalu timbul ruam di seluruh tubuh. Penyakit
Campak sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB), dimana kematian
akibat campak pada umumnya disebabkan komplikasi dengan penyakit
lain seperti meningitis.
Tabel 3.7
Gambaran Penderita Campak Tahun 2017 – 2019 di Wilayah Kerja
Puskesmas Abadijaya Kota Depok

Tahun 2017 2018 2019


Jumlah

d. Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B
yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit tersebut bisa melalui
suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan dan
melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak-anak biasanya tidak
menimbulkan gejala dan kalaupun ada biasanya adalah gangguan pada
perut, lemah dan urine menjadi kuning. Penyakit ini bisa menjadi kronis
dan menimbulkan cirrhosis hepatis (kanker hati) dan dapat menimbulkan
kematian. Pada tahun 2019 tidak ditemukan kasus Hepatitis B.

e. Pertusis
Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella
pertusis yang ditandai dengan gejala batuk beruntun dan disertai tarikan
nafas hup yang khas serta disertai muntah. Lama batuk bisa sampai 1-3
bulan sehingga sering disebut batuk 100 hari. Serangan batuk lebih sering
pada malam hari. Pada tahun 2019 tidak ditemukan kasus pertusis di
Puskesmas Abadijaya.

f. Demam Berdarah Dengue


Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit
menular yang sampai3 saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB)
sehingga sering menimbulkan kepanikan di masyarakat karena
penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang penularannya melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup
digenangan air bersih di sekitar rumah. Umumnya kasus ini mulai
meningkat saat musim hujan.
Jumlah kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2019 sebanyak 59
kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya. Hal ini terjadi karena masih
banyak ditemukannya jentik nyamuk di lingkungan rumah dan sekitar Hal
ini perlu adanya kesadaran masyarakat untuk berperan serta dalam
pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan ”3M PLUS” (menguras-
mengubur - menutup tempat penampungan air) plus upaya lain yaitu
melakukan pemantauan rumah/bangunan bebas jentik serta melakukan
pengenalan dini gejala DBD dan penanganannya di rumah.
Tabel 3.8
Gambaran Kasus DBD Tahun 2017 – 2019 di Wilayah Kerja
Puskesmas Abadijaya Kota Depok

Tahun 2017 2018 2019


Jumlah 31 19 59
g. Filariasis
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit infeksi menahun
(kronis) yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening
yang dapat menimbulkan cacat menetap (seumur hidup) berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin sehingga dapat menimbulkan
stigma sosial.
Upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan memutus
rantai penularan dan mengobati penderita untuk mencegah infeksi
sekunder. Dalam upaya mencapai eradikasi Filariasis tahun 2020 (WHO),
diperlukan alat/sarana yang sensitif untuk penegakan diagnosis sehingga
penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan tidak sampai
menimbulkan kecacatan. Pada tahun 2019 tidak ditemukan kasus baru
filariasis di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya.

3.3 Status Gizi


Status gizi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan
derajat kesehatan dimana kondisi gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan
permasalahan kesehatan karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat
memperparah penyakit infeksi, kondisi gizi juga secara langsung dapat menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan pada individu. Untuk itu dilakukan pemantauan
terhadap status gizi bayi dan balita karena masa tersebut merupakan masa emas
perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan fisiknya.

3.3.1 Status Gizi Bayi


Masalah status gizi ibu hamil akan berpengaruh terhadap kesehatan
janin yang dikandungnya dan akan berdampak pada berat badan bayi yang
dilahirkan serta juga akan berpengaruh pada perkembangan otak dan
pertumbuhan fisik bayi.
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram,
merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian
perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori: BBLR karena
premature (usia kandungan < 37 minggu) dan BBLR karena intrauterine
growth retardation (IUGR) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat
badannya kurang dimana BBLR karena IUGR umumnya disebabkan karena
status gizi ibu hamil yang buruk atau menderita sakit yang memperberat
kehamilan.
Berdasarkan laporan tahun 2019 diketahui dari 1982 jumlah bayi
lahir hidup ada 29 bayi yang BBLR. Jumlah BBLR tersebut meningkat
dibandingkan tahun 2018 (12 kasus). Kenaikan jumlah bayi BBLR tersebut
dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau adanya penyakit pada ibu
yang memperberat kehamilannya.

Tabel 3.9
Gambaran Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Tahun 2017 – 2019
di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya Kota Depok

Tahun 2017 2018 2019


Jumlah 11 12 29

BBLR dibutuhkan penanganan terpadu dengan lintas program dan


lintas sektor karena timbulnya masalah penyakit dan status gizi berkaitan erat
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.

3.3.2 Statis Gizi Balita


Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran
antropometri yang menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U)
dan dikategorikan dalam ”gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk”.
Tabel 3.10
Gambaran Status Gizi Balita Tahun 2017 – 2019 di Wilayah Kerja
Puskesmas Abadijaya Kota Depok

Tahun 2017 2018 2019


Ditimbang 83,4 86,1 87,6

Berdasarkan tabel diatas status gizi balita dari tahun 2017-2019


mengalami peningkatan.
BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan, yaitu meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan
masyarakat.

4.1 PELAYANAN KESEHATAN


Derajat kesehatan keluarga dan masyarakat antara lain ditentukan oleh
kesehatan ibu dan anak sebagai kelompok srategis untuk dilakukan tindakan
peningkatan kesehatan dan pencegahan maupun pengobatan. Masalah kesehatan ibu
dan anak masih merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama
karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang.
Tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi serta lambatnya penurunan
kedua angka tersebut menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak
sangat perlu untuk ditingkatkan. Dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan anak maka indikator yang digunakan adalah angka kematian ibu dan bayi,
terdistribusinya buku KIA pada ibu hamil, dapat diketahuinya pencapaian program
serta masalah yang dihadapi maka dilakukan kegiatan, dan terlaksananya
pembahasan kasus kematian ibu.
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan
pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian
besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi.
Seorang ibu mempunyai peran besar didalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang
hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan
masa pertumbuhan bayi / anaknya. Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain
pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yangdiberikan di
sarana kesehatan mulai Posyandu sampai rumah sakit.

4.1.1 Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)


Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan bidan kepada ibu hamil sesuai pedoman. Kegiatan pelayanan
antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan
tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi
pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatan adalah
promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4.
Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1
dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan
gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Sedangkan Cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang
telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling
sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama,
sekali pada trimester dua, dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat
dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.
Cakupan K1 dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1
Persentase Cakupan Pelayanan K1 Ibu Hamil di Wilyah Kerja
Puskesmas Abadijaya Tahun 2017-2019

Tahun 2017 2018 2019


Jumlah 1980 2072 2193

Tabel 4.2
Persentase Cakupan Pelayanan K4 Ibu Hamil di Wilyah Kerja
Puskesmas Abadijaya Tahun 2017-2019

Tahun 2017 2018 2019


Jumlah 1925 1959 2118

Dari grafik tersebut terlihat cakupam K1 dan K4 di Puskesmas


Abadijaya menunjukkan peningkatan yang berarti terjadi peningkatan
kualitas pelayanan pada ibu hamil di Puskesmas Abadijaya. Hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kehamilan
meningkat.

4.1.2 Pelayanan Nifas


Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ
reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau
pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan
pasca persalinan. Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan
kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara dinding perut,
perineum, kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan perawatan
nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu
nifas.

Pada tahun 2019 jumlah sasaran ibu bersalin di Puskesmas Abadijaya


yang telah mendapat pelayanan nifas sesuai standar yaitu sebanyak, 96,98%.

4.1.3 Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2)


Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada
neonatus (0-28 hari) minimal 3 kali, satu kali pada umur 0-2 Hari (KN1) dan
KN2 pada umur 3-7 Hari dan KN3 pada umur 8-28 hari. Dalam
melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan
pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi
kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar
(tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif,
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian
imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM);
dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.

Tahun 2019, pelayanan KN1 kepada neonatus sebesar 192,21 %, hal


ini menunjukan bahwa kesadaran ibu nifas untuk memeriksakan kesehatan
bayinya telah meningkat bila dibandingkan dengan tahun tahun lalu. Upaya
tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk memberikan kesadaran dan
pengertian kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan dini kepada
neonatus, sehingga dapat mendeteksi secara dini penyakit maupun kelainan
yang dialami neonatus.

4.1.4 Pelayanan Keluarga Berencana


Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya
kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi.
Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15- 49
tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan
kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan
alat/cara KB. Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat
digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukan melalui kelompok
sasaran program yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut
daerah tempat tinggal, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang
digunakan akseptor. Cakupan secara lengkap menurut kecamatan dan
puskesmas dari pelayanan KB dapat dilihat pada lampiran profil ini.
Proporsi wanita umur 15-49 tahun berstatus menikah yang sedang
menggunakan/memakai alat KB, sebagai peserta KB baru tahun 2018
sebanyak 6512 orang sedangkan peserta KB aktif sebanyak 31493 orang.
Banyaknya peserta KB aktif ini, disebabkan karena pencatatan dan pelaporan
jumlah sasaran PUS yang belum akurat, sehingga banyak PUS yang tidak
tercatat, namun memperoleh pelayanan. Hal ini juga menunjukan bahwa
kesadaran PUS untuk mencegah dan menjarangkan kehamilan sudah semakin
baik.
Jenis alat kontrasepsi yang digunakan peserta KB selama tahun 2018,
alat kontrasepsi yang banyak diminati adalah alat kontrasepsi jangka panjang
sebesar 23,5 %.
4.1.5 Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi
umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita
Usia Subur/Ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1: DT dan
Kelas 2 - 3: TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas
dasar jika ditemukannya masalah seperti potensial/risti KLB,
ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan
kebijakan teknis. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada
dasarnya merupakan proyeksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap
pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu
wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambar besarnya tingkat
kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Dalam hal ini Pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada wilayah
administrasi kelurahan. Suatu kota telah mencapai target UCI apabila >80%
desa/kelurahan telah mencapai target imunisasi yang masuk dalam kategori
penetapan UCI. Target UCI tahun 2018 untuk Puskesmas Abadijaya adalah
100% atau 2 Kelurahan, dan semua sudah memenuhi target UCI. Beberapa
Jenis antigen yang masuk dalam perhitungan UCI suatu wilayah antara lain
DPT-HB1, DPT-HB3, Polio 4, BCG, Campak, HB0. Target jangkauan
imunisasi bayi ditunjukan dengan cakupan imunisasi DPT1 karena imunisasi
ini merupakan salah satu antigen kontak pertama dari semua imunisasi yang
diberikan kepada bayi. Saat ini vaksin imunisasi DPT telah digabungkan
dengan vaksin imunisasi HB yang lebih dikenal dengan imunisasi DPT-HB
(combo). Sehingga cakupan imunisasi kedua vaksin ini ditampilkan
bersamaan. Gambaran cakupan imunisasi bayi DPT-HB3 pada tahun 2016-
2018 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3
Cakupan Imunisasi Bayi DPT-HB3 di Wilyah Kerja Puskesmas
Abadijaya Tahun 2017-2019

Tahun 2017 2018 2019


Jumlah

4.1.6 Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Usia Sekolah dan Remaja


Pelayanan kesehatan pada kelompok anak balita (pra sekolah), usia
sekolah dan remaja dilakukan melalui deteksi/pemantauan dini terhadap
tumbuh kembang dan kesehatan anak pra sekolah serta pemeriksaan
kesehatan anak sekolah dasar/ sederajat dan pelayanan kesehatan pada remaja
(SMP dan SMU). Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita/pra
sekolah adalah cakupan anak umur 0-5 tahun yang dideteksi kesehatan dan
tumbuh kembangnya sesuai standar oleh dokter, bidan dan perawat paling
sedikit dua (2) kali per tahun baik didalam gedung maupun diluar gedung
seperti Posyandu, taman kanak-kanak, panti asuhan. Sementara untuk
pelayanan kesehatan bagi siwa SD/MI dan siswa`SMP/SMU dan sederajat
dilakukan melalui penjaringan kesehatan bagi murid kelas 1 (satu) SD/MI dan
SMP/SMU.

4.1.7 Pelayanan Kesehatan Pra Usila (45-59 Tahun) dan Usila (> 60 Tahun)
Seiring bertambahnya Umur Harapan Hidup (UHH) maka keberadaan
para lanjut usia tidak dapat begitu saja diabaikan, sehingga perlu diupayakan
peningkatan kualitas hidup bagi kelompok umur lanjut usia. Pelayanan
kesehatan pra usila dan usila adalah penduduk usia 45 tahun ke atas yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan baik di Puskesmas, di Posyandu lansia maupun di kelompok usia
lanjut. Pada tahun 2018 jumlah usila (>60 th) di Puskesmas Abadijaya
sebanyak 7510 orang yang mendapatkan pelayanan kesehatan 78,83 %. Hal
ini mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.

4.1.8 Pemberian Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil


Pada saat periksa kehamilan di sarana kesehatan, ibu hamil akan
mendapatkan tablet Fe yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah
terjadinya kasus anemia serta meminimalkan dampak buruk akibat
kekurangan Fe, karena kekurangan Fe pada ibu hamil dapat mengakibatkan
terjadinya abortus, kecacatan bayi atau bayi lahir dengan berat badan rendah
(BBLR). Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe-3 tahun 2019 sebesar
76,6%.

4.1.9 Pemberian Kapsul Vitamin A


Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang
diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang
dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan
balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun (Februari dan
Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 2 kali. Vitamin A adalah salah satu zat
gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan
daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Anak yang menderita
kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain,
penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian.
Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan
pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.
Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu yang lama juga akan
mengakibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera
mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan. Persentase pemberian
kapsul vitamin A pada bayi 6-11 bulan tahun 2018 sebanyak 68,43% dan
jumlah balita 6 s/d 59 sebanyak 93,42 % . Hal ini menggambarkan bahwa
peningkatan kesadaran orang tua balita untuk membawa anaknya ke
posyandu maupun sarana kesehatan untuk memperoleh vitamin A pada bulan
Februari dan Agustus.

4.1.10 Kesehatan Gigi dan Mulut


Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan dasar gigi di
Puskesmas dan usaha kesehatan gigi di sekolah (UKGS). Kegiatan kesehatan
gigi dan mulut meliputi upaya promotif (penyuluhan), preventif (pemeriksaan
gigi) dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi, pengobatan dan
penambalan gigi sementara dan tetap.

4.1.11 Penyuluhan Kesehatan


Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan melalui penyuluhan
kelompok dan penyuluhan massa. Diharapkan kegiatan penyuluhan tersebut
semakin ditingkatkan agar dapat menjangkau masyarakat luas sehingga
tujuan penyuluhanuntuk meningkatkan pengetahuan masyarakat juga
meningkat.

4.2 AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN


Penilaian akses dan mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari tingkat
kemudahan masyarakat untuk menjangkau sarana kesehatan dan mutu dari pelayanan
kesehatan yang diberikan. Dalam hal akses dapat dilihat dari kunjungan rawat jalan
dan rawat inap pasien sementara untuk melihat mutu pelayanan dapat dilihat dari
kemampuan pelayanan yang disediakan sarana kesehatan.

4.2.1 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar


Dalam rangka meningkatkan kepersertaan masyarakat dalam
pembiayaan kesehatan, sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk
memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini berkembang
berbagai cara pembiayaan jaminan pemeliharaan kesehatan yang di subsidi
pemerintah sampai asuransi kesehatan swasta.
Dari jumlah penduduk sebesar 100.398 jiwa di Puskesmas Abadijaya
pada tahun 2018 hanya 45.373 penduduk yang menjadi peserta jaminan
kesehatan pra bayar dengan peserta JKN 35,592 orang, dimana pembiayaan
ditanggung oleh pemerintah PBI APBN sebanyak 345,511 orang dan
penerima bantuan Iuran APBD sebanyak 9,781 orang. Rendahnya cakupan
tersebut mungkin disebabkan karena kurang pahamnya masyarakat mengenai
sistem jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar.
4.2.2 Kunjungan Rawat Jalan
Pada tahun 2019 jumlah kunjungan rawat jalan yang terdiri dari
kunjungan baru dan lama di Puskesmas Abadijaya sebanyak 49.400 pasien.

4.2.3 Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium


Jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Abadijaya
Tahun 2019 sebanyak 42 yang terdiri dari 1 rumah sakit umum, 2 RB, 9
BP/klinik, praktik dokter perorangan 4, praktik dokter bersama 6, 9 Apotik,
10 Toko Obat.

4.2.4 Sarana Kesehatan Dengan Pelayanan 4 Spesialis Dasar


Yang dimaksud sarana kesehatan dengan pelayanan 4 spesialis dasar
adalah sarana kesehatan yang telah mempunyai 4 pelayanan spesialis dasar
yaitu kandungan dan kebidanan, bedah, penyakit dalam dan anak. Pada tahun
2019 ada 1 rumah sakit tipe B di wilayah Puskesmas Abadijaya.

4.2.5 Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Gawat Darurat


Yang dimaksud sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat adalah
sarana kesehatan yang terdiri dari rumah sakit (umum, jiwa,khusus),
puskesmas dan sarana kesehatan lain (RB, klinik) baik milik pemerintah,
TNI/Polri maupun sawsta yang telah mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar. Pada tahun 2019
terdapat 1 sarana kesehatan di Puskesmas Abadijaya sudah mempunyai
Kemampuan pelayanan Gadar level 1.

4.3 PERILAKU HIDUP MASYARAKAT


Banyaknya penyakit yang ada saat ini tidak bisa dilepaskan dari perilaku yang
tidak sehat. Dimana untuk mengubah perilaku masyarakat merupakan sesuatu yang
tidak mudah namun mutlak diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, sehingga diperlukan upaya penyuluhan esehatan yang terus menerus
guna mendorong masyarakat ber PHBS.Untuk menggambarkan keadaan perilaku
masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, digunakan 10
indikator antara lain:
4.3.1 Rumah Tangga Sehat (PHBS)
Rumah tangga sehat/ adalah rumah tangga yang seluruh anggota keluarganya
telah berperilaku hidup bersih dan sehat yang meliputi 10 indikator. Dari
laporan profil, pada tahun 2019 telah dilakukan pengkajian PHBS pada
16.753 rumah tangga ada 15.823 rumah tangga yg ber PHBS, yang diperiksa
94,44 % sudah ber PHBS. Perlu adanya intervensi dari berbagai komponen
baik lintas program, lintas sektor, LSM, swasta dan tokoh masyarakat untuk
berperan aktif dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat.

4.3.2 Kesehatan Lingkungan


Kegiatan upaya penyehatan lingkungan lebih diarahkan pada
peningkatan kualitas lingkungan melalui kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif. Adapun pelaksanaannya bersama masyarakat diharapkan mampu
memberikan kontribusi bermakna terhadap kesehatan masyarakat karena
kondisi lingkungan yang sehat merupakan salah satu pilar utama dalam
pencapaian Indonesia sehat.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi
sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Rumah dikategorikan
sehat jika memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki jamban sehat, sarana air
bersih, tempat pembuangan sampah, pembuangan air limbah, ventilasi baik,
kepadatan hunianrumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari
tanah.
Jumlah rumah di Puskesmas Abadijaya tahun 2019 berdasarkan profil
sebanyak 16.753 rumah dan ada 15.823 rumah tangga yg ber PHBS
dinyatakan memenuhi syarat kesehatan. Capaian tersebut sudah memenuhi
target Indonesia Sehat sebesar 80%, hal ini tentunya harus tetap dilakukan
upaya pembinaan yang lebih intensif kepada masyarakt agar memperhatikan
kesehatan rumahnya karena rumah yang sehat dan nyaman akan berdampak
bagi penghuninya dalam meningkatkan produktivitasnya.

4.3.2.1 Sarana Sanitas Dasar


Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif
apabila diikuti oleh upaya perbaikan sanitasi yang meliputi
kepemilikan jamban, pembuangan air limbah dan sampah
dilingkungan sekitar kita, karena pembuangan kotoran baik sampah,
air limbah maupun tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat menyebabkan rendahnya kualitas air serta dapat menimbulkan
penyakit menular di masyarakat. Pada tahun 2019 telah dilakukan
pemeriksaan pada 103.693 penduduk dan diketahui 87,64%
penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat).
Saluran Pembuangan air limbah (SPAL) adalah suatu
bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan dari kamar
mandi, tempat cuci, dapur dan yang lainnya dan bukan dari jamban,
dimana SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan antara
lain: tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan
genangan air yang dapat digunakan untuk sarang nyamuk, tidak
menimbulkan bau.

4.3.2.2 Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengolahan


Makanan
a. Pengawasan Tempat-Tempat Umum
Kegiatan-kegiatan pengawasan tempat umum dilakukan
secara rutin oleh sanitarian Puskesmas dan petugas dari Dinas
Kesehatan Puskesmas Abadijaya. Jenis TTU yang diperiksa
antara lain, meliputi Hotel, Pasar, Terminal, Sekolah, Saranah
Ibadah, sarana kesehatan dan lain-lain. Jumlah TTU yang ada
di Puskesmas Abadijaya tahun 2019 sebanyak 45 buah. Yang
diperiksa 45 buah jumlah yang sehat atau memenuhi syarat
kesehatan. Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada saat
ini di Puskesmas Abadijaya bila dilihat dari segi kuantitas, baik
milik Pemerintah, BUMN, maupun swasta, dinilai telah cukup
memadai bila dibandingkan dengan jumlah dan persebaran
penduduk Puskesmas Abadijaya. Hal ini merupakan suatu
potensi yang perlu mendapat pembinaan dalam hal mutu
pelayanan, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan baik individu maupun
masyarakat Puskesmas Abadijaya.
Untuk itu penyediaan, pemeliharaan danpengembangan
sarana akan terus diupayakan mengikuti perkembangan
kebutuhan masyarakat. Penyediaan, pemeliharaan dan
pengembangan sarana kesehatan dilakukan seoptimal
mungkindengan memobilisasi peran serta masyarakat,
termasuk swasta baik dalam hal sarana kesehatan dasar
maupun sarana kesehatan rujukan.

b. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan


Kegiatan-kegiatan pengawasan Tempat-Tempat Umum
dilakukan secara rutin oleh sanitarian Puskesmas dan petugas
dari Dinas Kesehatan Puskesmas Abadijaya. Untuk Jumlah
Restoran/Rumah Makan yang dibina 8 Restoran/Rumah
Makan, 7 Depot Air Minum, 10 Tempat jajanan yang ada,
dengan presentase yang sehat 30,23%,
4.3.2.3 Institusi Bina Kesehatan Lingkungan
Institusi yang dibina kesehatan lingkungannya meliputi sarana
kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran dan sarana
lainnya. Jumlah institusi yang dibina di Puskesmas Abadijaya tahun
2019 berdasarkan laporan profil sebanyak 48 institusi dan 20
diantaranya telah dibina.

Tabel 4.4
Institusi Bina Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas
Abadijaya Tahun 2019

Institusi Sarana Sarana Sarana Sarana


Pendidikan Kesehatan Perkantora Lain
n
Jumlah
Dibina
BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

5.1 Sarana Kesehatan


Tabel 5.1
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Abadijaya Tahun 2019

Pemilikan/Pengelolaan
No Fasilitas Kesehatan Pem.Kab/Kot
Swasta Jumlah
a
1 Rumah Sakit Umum
2 Rumah Sakit Bersalin
3 Puskesmas Perawatan
4 Puskesmas Non Perawatan
5 Puskesmas Keliling
6 Puskesmas Pembantu
7 Rumah Bersalin
8 Balai Pengobatan/Klinik
9 Praktik Dokter Bersama
10 Posyandu 48 0 48
11 Apotek
12 Toko Obat
13 GFK
14 Industri Obat Tradisional
15 Industri Kecil Obat
Tradisional
Sumber : Puskesmas Abadijaya

5.1.1 Puskesmas
5.1.2 Rumah Sakit
5.2 Tenaga Kesehatan
Tabel 5.2
Distribusi Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya
Tahun 2019

No Jenis Tenaga Puskesmas Total Keterangan

Anda mungkin juga menyukai