KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Konsep
Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian
kegiatan atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama, karena orang mengalami
pengelompokan stimulus dengan cara tertentu. Dahar dan Ratna Wilis (Wahyuni,
2019). Jadi konsep adalah abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman dan tidak
ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang persis sama, konsep yang dibentuk
yang memiliki ciri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau
symbol. D. Hammer( Wahyuni, 2019) Jadi konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri
seseorang harus mampu membedakan antara benda satu dengan benda yang lainnya.
10
11
sesuatu. Ini dapat diartikan bahwa tanpa menguasai konsep bidang studi tertentu,
manusia tidak akan dapat mengembangkan konsep lainnya dengan benar, contoh
yang sederhana, apabila ada dua benda yang dijatuhkan dari ketinggian yang sama,
benda manakah yang jatuh lebih dulu ? pemikiran siswa akan menjawab bahwa benda
yang lebih berat akan jatuh lebih dulu, padahal hal ini belum tentu benar. Ada
beberapa hal yang mempengaruhi gerak jatuh benda. Apabila tidak menguasai konsep
ini dengan benar, maka hingga tingkatan selanjutnya siswa akan tetap mengalami
kesalahan dalam pertanyaan tersebut yang akan berdampak terhadap pencapaian hasil
belajar siswa. Samatowa ( Wahyuni, 2019). Dari uraian yang singkat ini jelas lah
penguasaan konsep-konsep Biologi, Fisika dan juga bidang ilmu yang lain bagi
2.1.2 Konsepsi
konsep berisi ciri-ciri khas dari kenyataan yang ditandai dengan konsep tersebut.
kebanyakan konsep mempunyai arti yang jelas, bahkan yang sudah disepakati oleh
12
atas, konsepsi merupakan gambaran yang dimiliki setiap orang atas pengalaman atau
apa yang mereka dapatkan, karna gambaran atau tafsiran setiap orang berbeda maka
2.2.1 Prakonsepsi
ketika guru mengajarkan bab fluida statis, peserta didik sudah memiliki beberapa
pengetahuan yang menyangkut bab tersebut, sedikit atau banyak, benar atau salah,
karna pengalamannya itu mereka telah memiliki konsepsi-konsepsi yang belum tentu
sama dengan konsepsi ilmuwan. Konsepsi atau persepsi itulah yang disebut dengan
2.2.2 Miskonsepsi
umumnya akan lebih canggih, lebih komplek, lebih rumit, melibatkan lebih banyak
hubungan antar konsep dari pada konsepsi siswa. Kalau konsepsi siswa sama dengan
13
konsepsi fisikawan yang disederhanakan tidaklah dikatakan salah, tetapi jika konsepsi
miskonsepsi. Contohnya beberapa siswa memahami bahwa benda yang diam di atas
meja tidak memiliki gaya yang bekerja pada benda tersebut. Siswa beralasan karena
benda itu diam saja di atas meja. Padahal menurut konsep fisika benda itu
mempunyai gaya yang bekerja pada meja. Benda yang tetap diam karena gaya
reaksinya, meja melakukan gaya reaksi terhadap benda tersebut yang besarnya sama
konsep menunjuk: ” pada salah satu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian
ilmiah yang di terima pakar di bidang itu”. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep
awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar diantara konsep-konsep, gagasan intuitif
atau pandangan naif. Sebagian siswa masih menggunakan intuisi untuk menjawab
soal tentang bola besi dan bola plastik yang dijatuhkan bebas dari ketinggian yang
sama. Mereka menganggap bola besi akan jatuh terlebih dahulu, padahal menurut
prinsip fisika, kedua benda akan jatuh dengan percepatan yang sama dan waktu yang
di tempuh hingga menyentuh tanahpun sama (jika tidak ada unsur lain yang
mempengaruhi).
sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang di
“sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah,
tentang air mengalir sebagian pengajar di SD yang memberikan konsep bahwa air
selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Padahal pada air
mancur, air mengalir dari bawah ke atas. Pengajar perlu menyampaikan konsep
tentang aliran air bahwa air dipengaruhi tekanan, agar konsep dari SD tidak terbawa
Menurut Abraham & Merek : Affandy Siregar :2011: 18-20 ( Manalu &
pemahaman, yaitu:
1. Memahami konsep
4. Miskonsepsi
5. Tidak memahami
tidak memahami konsep. Secara lengkap kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1
pemahaman konsep. Indikator derajat pemahaman tersebut dapat di lihat pada Tabel
2. 2
Tabel 2.2
a. Tidak ada
jawaban/ kosong.
b. Menjawab “Saya
tidak tahu”.
c. Mengulang
1. Tidak Tidak ada respon pertanyaan.
memahami Tidak memahami d. Menjawab tetapi
tidak
berhubungan
dengan
pertanyaan atau
tidak jelas
a. Menjawab dengan
penjelasan tidak
logis
b. Penjelasan
Miskonsepsi menunjukkan ada
Memahami sebagian konsep yang
2. Miskonsepsi
dengan miskonsepsi dikuasai, tetapi
ada pernyataan
dalam jawaban
yangmenunjukka
n miskonsepsi.
hanya sebagian
konsep yang
dikuasai tanpa
adanya
miskonsepsi
b. Jawaban
menunjukkan
konsep dipahami
dengan semua
penjelasan benar.
a. Siswa
oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan dan bahan yang
siswa belum terbiasa mengkonsep IPA secara tepat, belum mempunyai kerangka
ilmiah yang dapat digunakan sebagai standar. Miskonsepsi IPA banyak terjadi
disebabkan oleh pemahaman pada diri siswa sendiri, hal ini kemungkinan
pemikiran humanistik, penalaran yang tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap
b. Buku
Kesalahan yang kiranya perlu mendapat perhatian dan penekanan dalam buku diktat
adalah soal, gambar, grafik, skema, tabel, penulisan rumus dan konstanta.
c. Konteks
Menurut Suparno, 2005:72 (PGSD UNP), kesalahan siswa dapat berasal dari
dalam memberikan definisi dengan jelas tidak menggunakan bahasa yang ambigu
serta melatih siswa dengan cara yang sama. Miskonsepsi dapat disebabkan
pengalaman sehari-hari siswa yang tidak sesuai dengan konsep IPA, maka pengajar
d. Metode mengajar
Menurut suparno, 2005:82 (PGSD UNP) , cara mengajar yang dapat menjadi
miskonsepsi siswa, tugas tidak dikoreksi, model analogi, model pratikum dan diskusi
yang tidak sesuai langkah-langkah yang ditentukan. Metode mengajar yang hanya
menekankan salah satu segi dari kebenaran yang diajarkan dan kefanatikan terhadap
salah satu jenis metode mengajar perlu dihindari karena akan membatasi cara
pandang kita terhadap masalah pengetahuan. Selain itu metode mengajar yang tidak
tepat terhadap situasi, kondisi materi yang diajarkan dapat memunculkan miskonsepsi
pada diri siswa, sehingga guru harus memilih dan menggunakan metode mengajar
yang tepat agar penyampaian konsep dapat dipahami siswa. Secara skematis
penyebab miskonsepsi Suparno, 2005: 53 (PGSD UNP) yang telah diuraikan dapat
Tabel 2.3
lengkap/salah
Intuisi yang salah
Tahap perkembangan kognitif
Siswa
Kemampuan siswa
Minat belajar siswa
Penjelasan Keliru
Salah tulis, terutama rumus
Tingkat kesulitan penulisan buku
Buku Teks
terlalu tinggi bagi siswa
Siswa tidak tahu membaca buku
teks
Pengalaman siswa
Bahasa sehari-hari berbeda
Konteks
Teman diskusi yang salah
cara antara lain : melalui tes diagnostik, wawancara mendalam, dan diskusi interaktif
a. Melakukan tes diagnostik pada awal pembelajaran atau pada setiap akhir
suatu pembahasan yang bentuknya dapat berupa tes objektif pilihan ganda
atau bentuk lain seperti menggambar diagram fisis atau vektoris, grafis, atau
soal essai.
dengan tidak tahu konsep. Saleem Hasan:Affandy Siregar, 2011: 34-36 yang dikutip
oleh Manalu & Panjaitan mengembangkan suatu metode identifikasi yang dikenal
diberikan. CRI biasanya didasarkan pada suatu skala dan diberikan bersamaan
22
dengan setiap jawaban suatu soal. Tingkat kepastian tercermin dalam skala CRI yang
diberikan, CRI yang rendah menandakan ketidakyakinan konsep pada diri responden
semata. Sebaliknya CRI yang tinggi mencerminkan keyakinan dan kepastian konsep
yang tinggi pada diri responden dalam menjawab pertanyaan, dalam hal ini unsur
tebakan sangat kecil. Seorang responden mengalami miskonsepsi atau tidak tahu
tidaknya jawaban soal dengan tinggi rendahnya kriteria dari (CRI) yang diberikan
untuk soal tersebut. Menurut Saleem Hasan:Affandy Siregar, 2011: 35 yang dikutip
dalam penelitian Manalu & Panjaitan CRI biasanya didasarkan pada suatu skala
Tabel 2.4
Kriteria CRI
CRI Kriteria
1 Hampir Menebak (Almost guess)
2 Tidak Yakin (Not sure)
3 Yakin (Sure)
4 Hampir Pasti (Almost certain)
5 Pasti (Certain)
1. Almost guess : jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antar
75%-99%
2. Not sure: jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antar 50%-74%
23
3. Sure: jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antar 25%-49%
4. Almost certain : jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antar
1%-24%
Dengan kata lain ketika seorang responden diminta untuk menjawab suatu
penilaian akan kepastian dirinya sendiri. Jika derajat kepastiannya rendah, maka hal
benar atau salah, nilai CRI yang rendah menunjukkan adanya unsur penebakan yang
pertanyaan.
Jika CRI tinggi (3-5), maka responden memiliki tingkat kepercayaan diri yang
tinggi dalam menjawab pertanyaan. Dalam keadaan ini, jika responden memperoleh
jawaban yang benar, ini dapat menunjukkan bahwa tingkat keyakinan yang tinggi
akan kebenaran konsep. Akan tetapi, jika jawaban yang diperoleh salah, ini
menunjukkan adanya suatu kekeliruan konsep tentang materi yang dimilikinya, dan
salah)dan CRI (tinggi atau rendah) untuk setiap individu ( Saleem Hasan:Affandy
24
membedakan antara paham konsep, miskonsepsi, dan tidak paham konsep untuk
Table 2.5
Tabel ketentuan untuk membedakan antara paham konsep, miskonsepsi, dan tidak
Tekanan merupakan besarnya gaya yang bekerja per satuan luas. Jika tekanan
dilambangkan dengan p, gaya tekan F, dan luas bidang tekan A, maka hubungan
F
P=
A
Keterangan :
P = Tekanan (Pa)
25
F = Gaya (N)
Oleh karena dalam SI satuan gaya adalah N, dan satuan luas adalah m 2, maka satuan
tekanan adalah N/m2. Satuan tekanan dalam SI adalah Pascal (disingkat Pa). 1 Pa = 1
Jika kamu amati kondisi air di danau dan di sungai, kamu dapat melihat
bahwa air di danau akan lebih tenang dibandingkan air di sungai. Mengapa demikian?
Karena air di danau itu diam, sedangkan air di sungai akan terus mengalir. Air
mengalir akibat adanya perbedaan tekanan sehingga dapat dikatakan bahwa air sungai
memiliki tekanan. Lalu, apakah air danau yang diam dapat dikatakan tidak memiliki
tekanan? Ternyata, tidak demikian. Air yang diam pun memiliki tekanan yang
disebabkan oleh zat cair yang berada pada kedalaman tertentu, disebut dengan
tekanan hidrostatis. Besarnya tekanan hidrostatis bergantung pada ketinggian zat cair,
A
B
C
26
Untuk memahami hal ini, coba kamu perhatikan aliran air yang diberi tiga
lubang bagian atas (A), tengah (B), dan bawah (C). Pancaran air paling jauh
ditunjukkan oleh lubang bawah (C), lalu tengah (B), kemudian atas (A). Hal ini
menunjukkan bahwa tekanan pada lubang bawah (C) lebih besar daripada tekanan
pada lubang tengah (B) dan lubang atas (A). (PC > PB > PA).
P = ρ.g.h
Keterangan :
Bagi para penyelam, tekanan hidrostatis ini harus diperhatikan agar mereka
tidak mengalami kerusakan ketika menyelam, terutama pada bagian telinga dan mata.
27
Pernahkah kamu berjalan di dalam air? Jika kamu pernah berjalan atau berlari
di dalam air, kamu tentunya akan merasakan bahwa langkahmu lebih berat
dibandingkan jika kamu melangkah di tempat biasa. Gejala ini disebabkan adanya
tekanan dari zat cair. Ilmuwan pertama yang mengamati gejala ini adalah
yaitu: “Jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan
mendapat gaya yang disebut gaya apung sebesar berat zat cair yang dipindahkannya”.
Akibat adanya gaya apung, berat benda dalam zat cair akan berkurang. Benda yang
diangkat dalam zat cair akan terasa lebih ringan dibandingkan diangkat di darat. Berat
Wsemu = Wbenda – Fa
Keterangan :
Fa = ρ cair. Vbenda.g
28
Keterangan :
Jika kamu memasukkan batu dan kertas secara bersamaan ke dalam seember
air, apa yang terjadi? Ya, kamu akan melihat kertas di permukaan dan batu akan
berada di dasar ember. Peristiwa ini dapat dijelaskan oleh konsep massa jenis benda
yang telah dipelajari sebelumnya. Massa jenis benda menentukan besar kecilnya gaya
berat benda. Sedangkan, massa jenis zat cair. Menentukan besar kecilnya gaya
Archimedes (gaya apung) zat tersebut. Jika gaya berat suatu benda lebih besar dari
gaya Archimedes, maka benda akan tenggelam. Tetapi, jika gaya Archimedes yang
lebih besar, maka benda akan terapung, dan benda akan melayang jika gaya berat
benda sama dengan gaya archimedes. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa:
Tabel 2.6
Penelitian-penelitian yang Relevan