Anda di halaman 1dari 24

KimiaKu

Thursday, November 15, 2018

Makalah Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

MAKALAH
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
 
DISUSUN OLEH :
1.      AHMAD WAHID                           (01)
2.      ANDI SOFYAN                              (02)
3.      HERNI PRIHASTINI                     (16)
4.      LIA NURFITRIA                           (20)
5.      RISCA WAHYU FEBRIANI           (29)
6.      YULIA NUR HANIFAH                 (36)
KELOMPOK    : 6
KELAS             : 3 Kimia 2

SMKN 1 (STM PEMBANGUNAN)


TEMANGGUNG
TH. 2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN

 Latar Lelakang
Didalam sebuah produk seperti cairan vitamin atau obat sejenis serta produk pangan
lainnya terkadang sulit untuk membedakan dengan benar tentang unsur / zat yang terkandung
didalamnya. Dengan adanya kemajuan teknologi dibidang elektrokimia saat ini telah memiliki
peranan penting dalam menentukan berbagai kandungan / unsur zat didalam cairan. Adapun
teknologi yang masih digunakan saat ini seperti penerapan metode kromatografi.
Kromatografi ( Chromatography ) sebenarnya secara harfiah berasal dari nama "warna menulis",
namun tak ada hubungan secara langsung kecuali senyawa pertama yang mengalami pemisahan
dengan cara ini adalah pigmen hijau tumbuhan, seperti klorofil. Kromatografi adalah suatu nama
yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi
menggunakan dua fasa yaitu yang pertama, fasa tetap ( Stationary Phase ) dan kedua, fasa
bergerak ( Mobile Phase ). Dengan adanya penelitianpenelitian baru yang memungkinkan untuk
menerapkan prinsip kromatografi pada senyawa-senyawa yang tak berwarna termasuk gas.
Adapun perkembangan pesat dari beberapa jenis sistem kromatografi diantaranya adalah ;
Kromatografi kertas, kromatografi lapisan tipis ( Thin Layer Chromatography ), kromatografi
gas ( Gas Chromatography ), dan kromatografi cair kinerja tinggi ( High Performance Liquid
Chromatography ).
Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis ( tebal 0.1-2 mm ) yang terdiri atas
bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan penyangga datar ( plat ), yang biasanya terbuat
dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan yang melekat
pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat dan kromatografi
lapisan tipis dapat digunakan untuk keperluan yang luas dalam pemisahanpemisahan. Seperti
halnya, kromatografi lapisan tipis yang banyak digunakan akhir-akhir ini oleh sebagian besar
laboratorium di Indonesia menggunakan alat berupa TLC Scanner 3 merk CAMAG ( Made in
Switzerland ) dengan metode kromatografi lapisan tipis, yang mana proses pengambilan sample
yang berada pada permukaan plat (tempat sample yang telah dilakukan pemisahan)
menggunakan scanner didalam alat tersebut kemudian hasilnya ditransfer ke PC dan dilakukan
proses selanjutnya. Dan kelebihan dari TLC Scanner 3 CAMAG sendiri adalah mampu
menganalisa senyawa berwarna dan tak berwarna, membutuhkan waktu yang relatif cepat.
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pertama kali dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber
pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar , yang fase diamnya berupa
lapisan seragam (uniform) pada permukaan bidng datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat
aluminium, atau plat plastik (Gandjar dan Rohman, 2007).
KLT merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap
(adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak
mengikuti kepolaran eluen. Oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak
sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang
menyebabkan pemisahan (Hostettmann et al, 1995).
Pada proses adsorpsi senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh daya serap
adsorban terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama. Sedangkan partisi adalah kelarutan tiap-
tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) tidak sama dimana arah gerakan eluen
disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan
yang berbeda-beda.
Kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi yang dapat digunakan untuk
menganalisis senyawa secara kualitatif maupun kuantitatif. Lapisan  yang memisahkan terdiri
atas bahan berbutir (fase diam) ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau
lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau
pita, setelah pelat/lapisan ditaruh dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang
yang cocok (fase gerak). Pemisahan terjadi setelah perambatan kapiler (pengembangan),
selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan/dideteksi. Deteksi dilakukan
dengan menggunakan sinar UV (Sudjadi, 1988).
Teknik ini dikembangkan tahun 1938 Ismailoff dan Schraiber. Adsorbent dilapiskan pada
lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam. Fase bergerak akan menyerap
sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini di kenal  juga sebagai kromatografi
kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan
tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.
Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silika gel, tetapi kadang
kala bubuk selulosa dan tanah diatome juga dapat digunakan. Untuk fase diam hidrofilik dapat
digunakan pengikat seperti semen Paris, kanji, disperse koloid plastic, silica terhidrasi. Untuk
meratakan pengikat dan zat pada pengadsorbsi digunakan suatu aplikator. Sekarang inin telah
banyak tersedia kromatografi lapisan tipis siap pakai yang dapat berupa gelas kaca yang telah
terlapisi, kromatotube, dan sebagainya. Kadar air dalam lapisan ini harus terkendali agar didapat
hasil analisis yang reprodusibel.
Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip kromatografi
yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan dipisahkan digunakan suatu mikro-
syringe (penyuntik berukuran mikro). Sample diteteskan pada salah satu bagian tepi pelat
kromatografi. Pelarut harus nonpolar dan mudah menguap. Kolom-kolom dalam pelat dapat
diciptakan dengan mengerok lapisan vertical searahgerakan pelarut.
Teknik ascending  digunakan untuk melaksanakan pemisahan yang dilakukan pada temperature
kamar, sampai permukaan pelarut mencapai tinggi 15-18 cm. waktu yag diperlukan antara 20-40
menit. Semua teknik yang digunakan untuk kromatografi kertas dapat di pakai juga untuk
kromatografi lapis tipis. Resolusi KLT juah lebih tinggi daripada kromatografi kertas karena laju
difusi yang luar biasa kecilnya pada lapisan pengadsorpsi. RRPC dapat juga dilakukan pada
kromatografi lapisan ini, dengan menggunakan lapisan yang sudah dicelupkan lebih dahulu pada
perafin, minyak silikon, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan adalah CH3COOH atau asetonitril.
Kadangkala untuk RPPC, waktu yang diperlukan cukup lama.
Zat-zat warna dapat terlihat langsung, tetapi dapat juga digunakan reagent penyemprot
untuk melihat bercak suatu zat. Asam kromat sering digunakan untuk zat organic. Demikian juga
penandaan secara radiokomia juga dapat digunakan. Untuk menempatkan posisi suatu zat,
reagent dapat juga disemprotkan pada bagian tepi saja. Bagian yang lainnya dapat diperoleh
kembali tanpa pengotoran dari reagent dengan pengerokan setelah pemisahan selesai.
Untuk analisis kuatitatif dapat digunakan plot fotodensitometri. Analisisnya dapat
dilakukan dengan spektrofotometer UV, sinar tampak, IR atau flourosens atau dengan reaksi
kolorimeter dengan reagent kromogenik.
Aplikasi KLT sangatlah luas. Senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap serta terlalu
labil untuk kromatografi cair dapat dianalisis dengan KLT. Ia dapat pula untuk memeriksa
adanya zat pengotor dalam pelarut. Ahli kimia foresik menggunakan KLT untuk bermacam
pemisahan. Pemisahan berguna dari plasticizer, antioksidan, tinta dan formulasi zat pewarna
dapat ditentukan dengan KLT. Pemakaiannya juga meluas dalam pemisahan anorganik.
Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis
Beberapa kelebihan KLT yaitu:
1.      KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisis.
2.      Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau
dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
3.      Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara
elusi 2 dimensi.
4.      Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak.
5.      Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
6.      Biaya yang dibutuhkan terjangkau.
7.       Jumlah perlengkapan sedikit.
8.      Preparasi sample yang mudah
9.      Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan metode
kertas tidak bisa (Gandjar dan Rohman, 2007).
Adapun kekurangan KLT  yaitu:
1.      Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan bercak/noda yang
diharapkan.
2.      Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang cocok.
3.      Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun

Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis


Pada dasarnya KLT digunakan untuk memisahkan komponen-komponen berdasarkan
perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut pengembang (Watson,
2010). KLT sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara pelaksanaannya.
Perbedaan nyata terlihat pada fase diamnya atau media pemisahnya, yakni digunakan lapisan
tipis adsorben sebagai pengganti kertas.
Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan kesetimbangan
antara fase diam dan fasa gerak, dimana ada interaksi antara permukaan fase diam dengan gugus
fungsi senyawa organik yang akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya.
Kesetimbangan ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak,
serta kepolaran dan ukuran molekul.

Pembuatan Lapisan Tipis


Penyerap dituangkan diatas permukaan plat yang kondisi bentuknya baik, biasanya
digunakan plat kaca / aluminium. Ukuran yang digunakan tergantung pada jenis dari pemisahan
yang akan dilakukan dan jenis dari bejana kromatografi. Seringkali bentuk plat kaca  /
aluminium dijual dengan ukuran 20 x 5 cm atau 20 x 20 cm, dua ukuran ini dianggap sebagai
“standard”.  Hal yang penting yaitu bahwa permukaan dari plat harus rata.  Plat -plat kaca /
aluminium sebelum dipakai dicuci terlebih dahulu dengan air dan detergent kemudian
dikeringkan. Terakhir, dapat dicuci dengan aseton, tetapi hal ini tidak mesti dilakukan. Satu hal
yang perlu diperhatikan jangan menyentuh permukaan dari plat yang bersih dengan jari tangan
karena bekas jari tangan yang menempel akan merubah tebal dari permukaan penyerap pada plat.
Untuk membuat penyerap, pertama bahan penyerap dicampur dengan air sampai menjadi
bubur, biasanya dengan perbandingan x gram penyerap dan 2x ml air. Bubur diaduk sampai rata
dan dituangkan diatas plat dengan berbagai cara. Tebal lapisan merupakan faktor yang paling
penting dalam kromatografi lapisan tipis. Tebal standard adalah 250 mikron. Lapisan-lapisan
yang lebih tebal ( 0.5  -  2.0 mm ) digunakan untuk pemisahan-pemisahan yang sifatnya besar,
dengan menggunakan penyerap  hingga 250 mg untuk plat dengan ukuran 20 x 20 cm. Salah satu
kesukaran dengan lapisan tebal ialah adanya tendensi mengelupas bila kering. 
Tabel 2.2 Perbandingan untuk membuat bubur penyerap

Penyerap Medium bubur penyerap Perbandingan, gram


dalam ml
Silika gel Metilena klorida : methanol 35 gr dalam 100 ml
(2:2, v/v)
Serbuk selulosa Metilena klorida : methanol 50 gr dalam 100 ml
(50:50, v/v)
Alumina Metilena klorida : methanol 60 gr dalam 100 ml
(70:30, v/v)

Sifat yang terpenting dari penyerap adalah besar partikel bubur penyerap dan
homogenitasnya, karena adhesi terhadap plat sangat tergantung pada kedua sifat tersebut.
Besarnya partikel yang biasa digunakan adalah 1  –  25 mikron. Partikel yang butirannya sangat
kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu alasan untuk menaikkan
hasil pemisahan adalah menggunakan penyerap yang butirannya halus. Sedangkan dalam kolom
partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran  pelarut menjadi lambat, pada lapisan tipis
butiran yang halus memberikan aliran pelarut yang lebih cepat.  Beberapa contoh penyerap yang
digunakan untuk pemisahan-pemisahan dalam kromatografi lapisan tipis adalah sebagai
berikut :  
Tabel 2.3 Macam-macam penyerap untuk kromatografi lapisan tipis

Zat padat Digunakan untuk memisahkan


Silika Asam- asam amino, alkaloid, gula,
asam-asam lemak, lipida, minyak
esensial, anion, dan kation organic,
sterol, terpenoid.
Alumina Alkaloid, zat warna, fenol, steroid,
vitamin-vitamin, karoten, asam-asam
amino
Kieselguhr Gula, oligosakarida, asam- asam
lemak, trigliserida, asam -asam
amino, steroid. 
Bubuk selulosa Asam-asam amino, alkaloid, nukleotida
Pati Asam-asam amino
Sephadex Asam-asam amino, protein

Definisi Kromatogram
Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan.               
Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes
pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di
lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta,
pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas
kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa
batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas
kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia
biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam
gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari
campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai
perbedaan bercak warna.
Gambar menunjukkan lempengan setalah pelarut bergerak setengah dari lempengan.
Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan
pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari
pelarut dan fase diam.

Fase Diam dan Fase Gerak


Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan
diameter partikel antara 10-30 µm (Gandjar dan Rohman, 2007). Semakin kecil ukuran rata-rata
partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja
KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya.
Silika gel salah satu contoh fase diam yang  terbentuk dari silikon dioksida (silika). Atom
silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada
permukaan silika gel, atom silikon berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan jel silika
terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si.
Permukaan silika gel sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der
Waals dan atraksi dipol-dipol.
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina dari aluminium oksida. Atom
aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Pada dasarnya sifat serta penggunaannya
mirip silika gel.
Tabel 1. Fase diam yang sering digunakan pada KLT (Kealey dan Haines, 2002)

Fasa Diam Mekanisme Sorpsi Penggunaan


Silika gel Adsorpsi Asam amino, hidrokarbon, vitamin,
alkaloid
Serbuk selulosa Partisi Asam amino, nukleotida, karbohidrat
Selulosa penukar Pertukaran ion Asam nukleat, nukleotida, halida dan ion-
ion ion logam
Gel sephadex Eksklusi Polimer, protein, kompleks logam
Β-siklodekstrin Interaksi adsorpsi Campuran enansiomer
stereospesifik

Adsorben yang sering digunakan antara lain :


a)      Silika gel
Yang paling banyak digunakan dalam pengujian, bersifat asam lemah, sering ditambah
CaSO4 (gibs) sebagai pengikat agar melekat kuat pada penyangga. Penambahan ini juga
mempercepat mengeringnya lapis tipis. Juga dapat ditambahkan indicator fluoresensi yang akan
berfluoresensi di bawah sinar UV pada 254 nm, hingga noda yang mengabsorpsi pada frekuensi
ini menjadi sangat kontras terhadap latar belakang yang berfluoresensi hijau kuning. Silica gel
sangat higroskopis, pada humaditas relative 45 – 75% akan menarik air sampai 7 – 20%. Derajat
diaktivasinya ditentukan oleh kelembaban ruangan dimana pemisahan akan dilakukan atau
tempat penyimpanan lapis tipisnya. Kemurnian juga penting karena dapat mempengaruhi watak
kromatografi beberapa senyawa tertentu. Pencemar dalam adsorben ini dapat juga menyebabkan
dekomposisi senyawa yang hendak dianalisa.
b)      Alumina
Bersifat basa lemah. Tidak sebaik silica gel dan lebih relative secara kimia hingga untuk
senyawa yang sensitive dapat terdegrasi. Juga dapat ditambah Ca2SO4 dan indicator fluoresensi.
c)      Kieselguhr (tanah diatome)
Merupakan adsorben netral dengan aktivitas rendah. Daya resolusinya juga kecil. Dapat
ditambahkan sebagai campuran pada silikagel yang akan memberikan adsorben campur yang
kurang aktif. Juga dapat ditambah Ca2SO4.
d)     Selulosa
Dengan menggunakan selulosa sebagai adsorben akan didapat lapis tipis yang sifatnya
analog dengan kromatografi kertas. Memberikan lapis tipis yang baik tanpa pengikat. Adsorben
ini dapat ditambah indicator fluoresensi atau Ca asetat. Kerugian penggunaan selulosa ini ialah
tidak dapat digunakannya pereaksi yang korosif seperti asam sulfat atau pereaksi destruktif
lainnya.
e)      Poliamida
Merupakan magnesium silikat. Daya melekatnya tidak sebaik adsorben lainnya. Biasanya
ditambahkan pengikat seperti selulosa atau amilum. Mempunyai kapasitas yang besar dan
banyak digunakan untuk pemisahan fenol.
Selain fasa diam, dalam KLT juga diperlukan fasa gerak/eluent yang berperan penting
pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi
antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab
itu pemisahan komponen secara  kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah
umpan. Eluent  dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau
campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis 
adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar,
dapat mengusir pelarut yang tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat
kepolaran antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak
tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip “like dissolved like” (Watson, 2010).

Prosedur Kerja dengan Kromatografi Lapis Tipis


Pada KLT, fasa diam berupa plat yang biasanya disi dengan silica gel. Sebuah garis pensil
digambar dekat bagian bawah fasa diam dan setetes larutan sampel ditempatkan di atasnya.
Sampel ditotol dengan bantuan pipa kapiler. Garis pada fasa diam berguna untuk menunjukkan
posisi asli sampel. Pembuatan garis harus menggunakan pensil karena jika semua ini dilakukan
dengan tinta, pewarna dari tinta juga akan bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika
titik campuran kering, fasa diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah berisi fasa
gerak dengan posisi fasa gerak di bawah garis. Digunakan gelas tertutup untuk memastikan
bahwa suasana dalam gelas jenuh dengan uap pelarut.
Pelarut (fasa gerak) perlahan-lahan bergerak naik. Komponen-komponen yang berbeda
dari campuran berjalanan pada tingkat yang berbeda dan campuran dipisahkan memiliki warna
yang berbeda.
Diagram menunjukkan plat setelah pelarut telah bergerak sekitar setengah jalan. Pelarut
diperbolehkan untuk naik hingga hampir mencapai bagian atas plat yang akan memberikan
pemisahan maksimal dari komponen-komponen pewarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut
dan fase diam.
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik dikerjakan
dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Untuk identifikasi menggunakan harga
Rf meskipun harga-harga Rf dalam lapisan tipis kurang tepat bila dibandingkan pada kertas.
Seperti halnya pada kertas harga Rf didefinisikan sebagai berikut (Gritter et al, 1991):  
Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga-harga
standard. Perlu diperhatikan bahwa harga-harga Rf yang diperoleh berlaku untuk campuran
tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan, meskipun daftar dari harga-harga Rf untuk
berbagai campuran dari pelarut dan penyerap dapat diperoleh (Gritter et al, 1991).

Deteksi Bercak
Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidak berwarna, yaitu:
1.      Menggunakan pendarflour
Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang
ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet
(UV). Itu berarti jika sinar UV disinarkan, maka sampel akan berpendar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun
bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa jika
disinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan
posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.
Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan,, kita harus menandai posisi-posisi dari
bercak-bercak dengan menggunakan  pensil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Karena
jika  kita  mematikan sinar UV tersebut, bercak-bercaknya tidak tampak kembali.
2.      Penunjukkan bercak secara kimia
Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak
dengan cara mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna.
Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.
Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi
dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada
wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium.
Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat
dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak
sebagai bercak-bercak kecoklatan.
Instrument Kromatografi Lapis Tipis
1.      Detektor
Detektor pada alat TLC Scanner 3 CAMAG menggunakan photomultipliers. Komponen
didalam phot omultipier (PMT) sendiri adalah photomultiplier tube (tabung vakum
photomultiplier), photocathode (katoda metalik yang terbuat dari bahan logam multi alkali),
struktur dynode (berbentuk lempengan cekung) dan anoda (memilki spectral sensitivity 185-850
nm). 
Prinsip kerja dari PMT adalah permukaan logam katoda  disinari dengan seberkas cahaya
dan sejumlah elektron terpancar dari permukaannya, yang biasa disebut dengan efek fotoelektrik
dengan kondisi hampa udara.
Elektron yang terpancar dan terlepas karena adanya sekumpulan energi yang timbul dan
dikuatkan oleh susunan komponen dynode (linier -focused type) secara berurutan dan keluar
mengenai anoda. Elektron tersebut terikat dalam logam dengan energi W (eV), yang dikenal
sebagai fungsi kerja (work function), logam yang berbeda memilki fungsi kerja yang berbeda
pula. Dan logam katoda yang digunakan sebagai permukaan fotosensitif, dibawah panjang
gelombang pancung  (cutoff  wavelength)  λc, sembarang sumber cahaya, selemah apapun, akan
menyebabkan terjadinya pemancaran fotoelektron.    
Cahaya yang masuk difokuskan dengan melewati focusing electrode dan elektron
mengenai dynode pertama kemudian dipantulkan dan dipancarkan ke dynode kedua sampai ke
dynode yang terakhir (proses pengalian) sehingga terjadi muatan elektron yang lebih besar dan
timbul tegangan.  
2.      Monokromator
Monokromator adalah alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi
dengan satu panjang gelombang. Monokromator untuk radiasi ultra violet, sinar tampak dan infra
merah adalah serupa, yaitu mempunyai celah (slit), lensa, cermin dan prisma atau grating.
Terdapat 2 macam monokromator yaitu monokromator prisma Bunsen dan monokromator
grating Czerney-Turney
Fungsi prisma adalah untuk memisahkan sinar polikromatis dari sumber cahaya menjadi
sinar monokromatis.   Bila seberkas cahaya dilewatkan melalui sebuah prisma, maka cahaya
tersebut akandiuraikan menjadi beberapa warna (terdapat berbagai warna merah, jingga, hijau,
biru,  dan lain-lain). 
3.      Absorbansi
Penyerapan hanya terjadi jika energi foton yang datang cocok dengan energy yang
diperlukan untuk memindahkan satu elektron terluarnya dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi
(atau dari pita valensi ke pita konduksi di dalam zat padat).   Dengan spektroskopi dari cahaya
transmisi bisa diketahui tingkat/pita energi dari suatu atom/molekul/zat padat.
Berkas radiasi elektromagnet bila dilewatkan pada sampel kimia maka sebagian akan
terabsorpsi. Energi elektromagnet yang ditransfer ke molekul sampel akan menaikan tingkat
energi (tingkat tereksitasi). Molekul akan dieksitasi sesuai dengan panjang gelombang yang
diserapnya.  
Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya energi yang diserap:
E = h x ν = h x C /λ = h x C / v 
dimana, E = energi yang diserap  
                          h = tetapan Planck = 6,626 x 10-34
                          v = frekuensi 
                          C = kecepatan cahaya = 2,998 x 108 m/det 
                          λ = panjang gelombang  
                          ν = bilangan gelombang 
Absorbansi dengan simbol A dari suatu larutan merupakan logaritma dari 1/T atau
logaritma Io/It.
A = log (1/T) = log (Io/It) = -  log (T)        (1.4)
            dimana, A  = Absorbansi / serapan 
                          Io = Intensitas sinar yang datang 
                          It = Intensitas sinar yang diteruskan
                          T = Transmitance / transmitansi   
4.      Transmitansi
Apabila suatu berkas sinar radiasi dengan intensitas Io dilewatkan melalui suatu larutan
dalam wadah transparan maka sebagian radiasi akan diserap sehingga intensitas radiasi yang 
diteruskan It menjadi lebih kecil dari Io.  Transmitansi dengan simbol T dari larutan merupakan
fraksi dari radiasi yang diteruskan atau ditansmisikan oleh larutan, yaitu : T = It/Io. Transmitansi
biasanya dinyatakan dalam persen (%).

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kromatografi Lapis Tipis


Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis yang
juga mempengaruhi harga Rf  adalah :
1.      Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
2.      Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.
Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan
molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penyerap. Perbedaan penyerap
akan memberikan perbedaan yang besar terhadap harga  Rf meskipun menggunakan fase
bergerak dan zat terlarut yang sama tetapi hasil akan dapat diulang dengan hasil yang sama,   jika
menggunakan penyerap yang sama, ukuran partikel tetap  dan jika pengikat (kalau ada) dicampur
hingga homogen.

3.      Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.


Pada prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan
tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula
dalam daerah yang kecil dari plat.

4.      Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak.


Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase bergerak dalam kromatografi
lapisan tipis adalah sangat penting dan bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan
yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.

5.      Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.


6.      Teknik percobaan.
Arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan yang hanya diperhatikan,
karena cara ini yang paling umum meskipun teknik aliran penurunan dan mendatar juga
digunakan).
7.      Jumlah cuplikan yang digunakan.
Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan hasil penyebaran noda-
noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak kesetimbangan lainnya, hingga akan
mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
8.      Suhu.
Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama untuk
mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau
perubahan-perubahan fase.
9.      Kesetimbangan.
Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam kromatografi
kertas, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut. Suatu
gejala bila atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut
campuran, akan terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan
fase bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi  dan keadaan ini harus dicegah.

Aplikasi KLT Pada Bidang Pangan


Pada penelitian analisis kualitastif pewarna rhodamin B dalam sampel saus tomat. Sampel
dianalisis dengan metode Kromatografi Lapis Tipis. Zat warna dari sampel saus tomat ditarik
kedalam benang wol bebas lemak dalam suasana asam sampai benang wol tersebut terwarnai
oleh pewarna saus tomat.
Setelah benang wol terwarnai oleh pewarna saus tomat, pewarna tersebut dilepaskan ke
dalam larutan basa. Larutan basa tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai cuplikan sampel
pada analisis Kromatografi Lapis Tipis. Noda totolan sampel dibandingkan dengan noda totolan
baku standar rhodamin B yang telah dieluasi bersama-sama dan dilihat di bawah lampu UV pada
λ 366 dan λ 254 nm, apabila terdapat zat pewarna rhodamin B dalam sampel maka noda pada
lempeng KLT akan berflouresensi di lampu UV pada λ 366 nm dan tidak berflorousensi dilampu
UV pada λ 254 nm, pada penelitian ini noda totolan sampel pada lempeng KLT tidak
menunjukan flouresensi di lampu UV pada λ 366 nm, sehingga dapat disimpulan bahwa pada
sampel saus tomat ini tidak terkandung zat pewarna rhodamin B

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :

1.      Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari
komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan
fase gerak (cair atau gas).
2.   KLT merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap
(adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak
mengikuti kepolaran eluen,
3.   Keuntungan KLT yaitu ketepatan penentuan kadar baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak. Kerugiannya memerlukan waktu untuk menentuan
sistem eluen yang cocok.
4.   Prinsip KLT yaitu pemisahan komponen-komponen berdasarkan perbedaan adsorpsi atau partisi
oleh fase diam dibawah gerakan pelarut pengembang.
5.   Pembuatan lapis tipis KLT dimulai dari penyerap dituangkan diatas permukaan plat yang kondisi
bentuknya baik, biasanya digunakan plat kaca / aluminium. Ukuran yang digunakan tergantung
pada jenis dari pemisahan yang akan dilakukan dan jenis dari bejana kromatografi. Seringkali
bentuk plat kaca  / aluminium dijual dengan ukuran 20 x 5 cm atau 20 x 20 cm, dua ukuran ini
dianggap sebagai “standard”. 
6.   Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan.
7.   Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter
partikel antara 10-30 µm (Gandjar dan Rohman, 2007). Fasa gerak/eluent yang berperan penting
pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent).
8.   Kerja dengan KLT dimulai dari penyiapan plat, eluen dan sampel, penotolan, elusi, dan deteksi
bercak/noda.
9.   Cara mendeteksi bercak ada 2 yaitu menggunakan UV dan campuran zat kimia tertentu.
10.  Terdapat beberapa instrument pada kromatografi lapis tipis diantaranya adalah
detector,  monokromator, absorbansi, dan transmitansi.
11.  Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis yang juga
mempengaruhi harga Rf  adalah :
a.    Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
b.   Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.
c.    Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
d.   Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak.
e.    Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
f.    Teknik percobaan.
g.    Jumlah cuplikan yang digunakan.
h.   Suhu
i.     Kesetimbangan.

at November 15, 2018 


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
No comments:
Post a Comment
Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)

ANALISA KALSIUM (Ca) DALAM BATU KAPUR

MAKALAH ANALISA KALSIUM (Ca) DALAM BATU KAPUR DISUSUN OLEH : RISCA
WAHYU FEBRIANI 29 / 4 KIMIA 2 SMK N 1 (STM PEMBAN...

 Makalah Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


MAKALAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)   DISUSUN OLEH : 1.       AHMAD
W...
 PEMBUATAN OBAT NYAMUK DARI EKSTRAK SEREH
PROPOSAL PRODUK INOVATIF PROSES PRODUKSI OBAT NYAMUK DARI
EKSTRAK SERAI   Disusun oleh : Nama                    : Ris...
 ANALISA pH, DO, DAN TDS PADA AIR
Pengamatan Air Kolam dengan Parameter Uji pH (Derajat Keasaman), DO (Oksigen Terlarut),
dan TDS (Padatan Terlarut) DISUSUN O...
Search This Blog

Search

 Beranda
About Me

Risca Wahyu Febriani


View my complete profile

Report Abuse
Blog Archive

 November 2018 (10)
Ethereal theme. Powered by Blogger.

Pencinta Anime
Selasa, 30 Desember 2014
Makalah Kromatografi Lapis Tipis
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahNya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat yntuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dari ANALISIS. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
tetapi keinginan dan motivasi baik, selalu menjadi bekal bagi kami. Kekurangan, kekhilafan
adalah merupakan proses untuk perbaikan dalam pembelajaran. Kami mengharapkan dari semua
pembaca, untuk dapat mengkoreksi, mengkritis dan sekaligus merevisi sebagai sungbangsih yang
berarti dalam penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata dari kami diucapkan sekian dulu, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi
pembaca, khususnya bagi penulis yang ingin manambah wawasan ilmu pengetahuan. Serta tak
lupa pula penulis hanturkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya bila dalam isi makalah ini
kurang berkenan dan masih ada kekurangan yang berarti.

Makassar,               Desember 2012

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………………..i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………ii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………….1
A. PERMASALAHAN……………………………………………………………………..2
BAB II
TEORI………………………………………………………………………………………..3
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………………9
A.      KESIMPULAN…………………………………………………………………….9
B.      SARAN……………………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAHA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bidang farmasi, Pemisahan atau pemurnian kandungan tumbuhan terutama
dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik
tersebut adalahKeempat teknik kromatografi itu adalah kromatografi kertas (KKT),
Kromatografi lapis tipis (KLT), Kromatogfrafi gas cair (KGC), dan kromatografi cair kinerja
tinggi (KCKT).
Ada banyak metode untuk mengetahui ataupun mengidentifikasi zat aktif yang terdapat
dalam suatu ekstrak seperti KLT (kromatografi Lapis Tipis) merupakan salah satunya percobaan
yang dilakukan dalam fitokimia.
Laju absorbsi noda pada lempeng silika gel dari noda ekstrak metanol, ekstrak N-butanol
dan ekstrak eter dengan menggunakan eluen yang sesuai, kemudian tentukan nilai Rf-nya.
KLT merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang larut dalam
lipid, yaitu lipid steroid, karotenoid, kuinon sederhana, dan klorofil. Sebaliknya teknik ketiga
yaitu KGC, penggunaan utamanya ialah pada pemisahan senyawa atsiri, yaitu asam lemak, mono
dan seskuiterpena, hidrokarbon dan senyawa belerang. Tetapi keatsirian kandungan tumbuhan
yang bertitik didih tinggi dapat diperbesar dengan mengubahnya ,menjadi ester atau eter
trimetilsilil sehingga hanya ada sedikit saja golongan yang sama sekali tidak cocok untuk
dipisahkan dengan cara KGC.
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami uji kuantitatif pada
simplisia dengan metode makroskopik serta uji kualitatif dengan metode Kromatografi Lapis
Tipis Sedangkan tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh data profil kromatogram
lapis tipis pada simplisia, Menentukan nilai Rf dan Rr masing-masing noda kromatogram, serta
membandingkan profil kromatogram sediaan uji
Prinsipnya didasarkan atas partisi dan adsorpsi. Zat penjerap merupakan fase stasioner,
berupa bubuk halus dibuat serba rata dan tipis diatas lempeng kaca.

B. PERMASALAHAN
2.1 Apa pengertian kromotograpi lapisan tipis?
2.2 Apa tujuan kromotograpi lapis tipis?
2.3 Bagaimana cara kerja kromatograpi lapis tipis ?

BAB II
TEORI
Didalam makalah ini kami akan membahas mengenai Kormatografi lapis tipis. Menurut
FI Edisi III Kormatograafi lapis tipis digunakan untuk pemisahan secara cepat, dengan
menggunakan zat penjerat berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng
aliminium dan kaca.
Pengertian dari Kromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat dan zat yang lain
yang ada dalam bahan atau sediaan dengan jalan penyarian berfraksi,  penyerapan atau
penukaran ion pada zat berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Zat yang diperoleh
dapat digunakan untuk uji identifikasi atau penetapan kadar. 
Kromatografi lapis tipis  (KLT) adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk
memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana. Prinsipnya didasarkan atas
partisi dan adsorpsi. Zat penjerap merupakan fase stasioner, berupa bubuk halus dibuat serba rata
dan tipis diatas lempeng kaca. Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel, baik yang
normal fase maupun reversed fase.
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa seacara cepat , dengan
menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca.
Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai “ kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan
dapat didasarkan pada penjerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari jenis zat
penjerap dan cara pembuatan lapisan zat penjerap dan jenis pelarut. Kromatografi lapis tipis
dengan penjerap penukar ion dapa digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang
diperoleh kromatografi lapis tipis tidak tepat jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada
kromatografi kertas. Karena itu pada lempeng yang sama disamping kromatogram zat yang diuji
perlu dibuatkan kromatogram zat yang diuji perlu dibuat kromatogram zay pembanding kimia,
lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda. Perkiraan identifikasi dipoeroleh dengan
pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran yang hampir sama . Perbandingan ukuran
bercak secara visual atau densitometri dapat digunakan untuk memperkirakan kadar. Penetapan
kadar yang lebih teliti dapat dilakukan dengan cara mengambil bercak dengan hati-hati dari
lempeng,kemudian disaring dengan pelarut yang cocok dan diukur dengan spetrofotometri. Pada
kromatografi lapis tipis 2 dimensi lempeng yang dieluasi diputar 90 o dan dieluasi lagi, umumnya
menggunakan bejana lain yang dijenuhkan dengan sistem pelarut yang berbedah.
 Ada beberapa hal yag perlu diperhatikan dalam mempelajari materi KLT antara lain:
a.    Alat Lempeng Kaca
Lempeng kaca dengan tebal serba rata seluruh permukaan berukuran 20 cm x 20 cm ; sebagai
lempeng tapi digunakan lempeng kaca berukuran 5 cm x 20 cm.
b.    Baki Lempeng
Umunya baki lempeng berukuran 122 cm x 23 cm  dengan satu sisi panjang dan satu sisi pendek
yang berbingkai untuk menahan lempeng kaca. Baki yang digunakan untuk meleatkkan dan
mengatur lempeng kaca pada waktu membuat lapisan zat penjerap hingga diperloeh permukaan
yang rata .
c.    Rak penyimpanan
Rak penyimpanan dipergunakan untuk menempatkan lempeng yang telah dilapisi zat penjerap
selam pengeringan atau untuk membawa lempeng. Rak mempunyai ukuran yang cocok sehingga
dapat masuk kedalam lemari pengering. Dapat memuat lebih kurang 10 lempeng dengan jarak
tertentu.
d.    Zat penjerap
Zat penjerap dapat terdiri dari zat penjerap kromatografi yang halus. Fosfor dapat ditambahkan
untuk melihat respan UV senyawa yang meresap UV. Zat penjerap dapat dilapiskan langsung
pada lempeng kaca dengan pertolongan zat perekat, misalnya kalsium sulfat anhidrat 5%-15%
atau kanji. Kalsium sulfat tidak dapat memberikan permukaan yang keras seperti kanji, tetapi
tidak terpengaruh pereaksi semprot yang bersifat oksidator kuat.
e.    Alat Pembuat Lapisan
Alat pembuat lapisan berupa bak panjang yang dibuat dengan teliti, mempunyai cela yang
memanjang pada dasarnaya. Alat karena bonotnya jika digerakkan diatas lempeng kaca akan
memberikan lapisan zat penjerap serba rata pada seluruh permukaan lempengan setebal 0,25
mikrometer untuk memperoleh tebal lapisan lain dibuatkan alat lapisan yang dapat diatur.
f.    Bejana Kromatografi
Bejana kromatografi umunya dapat membuat 2 lempeng kaca dan dapat tertutup rapat. Kedalam
bejana dapat dimasukkan sebuah rak penyangga terbuat dari bejana tahan karat yang dapat
memuat 2 lempeng kaca adalah menyeblah.
g.    Sablon-sablon
Umunya dibuat dari plastik digunakan untuk membantu memberi tanda pada lempeng, misalnya
untuk memberi tanda pada tempat penotolan dengan jarak tertentu dan untuk membantu memberi
tanda lain pada lempeng.
h.    Pipet Mikro
Pipet mikro berskala 10 µl untuk memindahkan cairan. Jumlah larutan zat yang diperiksa dan
larutan baku yang harus ditotolkan, tertera pada masing-masing monografi.
i.     Alat Penyemprot Pereaksi 
Alat penyemprot tahan terhadap pereaksi dan dapat menyemprotkan peraksi daalm bentuk
butiran halus.
j.     Lampu UV
Lampu UV yang cocok untuk pengataman dEngan panjang gelombang pendek (254 µm) dan
dengan panjang gelombang panjang 336 µm.
B. Cara kerja
            Bersihkan lempeng kaca dengan cara mencelup kedalam asam pencici bilas dengan air
secupnya hingga air mengalir dari lempeng kaca tampa meninggalkan bercak air aatau minyak,
keringkan dengan lap bersih. Pada waktu melapiskan zat penjerap, lempeng harus bebas dari
serap atau debu. Atur lempeng kaca di atas baki lempeng, letakkan lempeng tepi berukuran 5 cm
× 20 cm pada ujung dan pangkal baki dan usahakan agar pada waktu melapisi semua laempeng
tidak ada yang bergeser. Letakkan alat pembuat lapisan pada ujung baki. Kecuali dikatakan lain,
campur satu bagian zat penjerap dengan dua volume air, kocok kuat-kuat dalam labu kimia kaca
selama 30 detik. Tuanagkan bubur  tersebut kedalam alat pembuat lapisan. Umumnya 30 gram
zat penjerap dan 60 ml  air cukup untuk 5 lempeng  berukuran 20 cm × 20 cm. Pekerjaan
melapisi ini harus selesai  dalam waktu 2 menit sejak penambahan air , kerena setelah 2 menit
campuran yang mengunakan perekat mulai menjadi keras. Geser  hati-hati alat pembuat lapisan
diatas lempeng kaca kearah sisi pendek baki yang berbingkai. Jika telah mencapai pada lempeng
tepi terakhir, angkat alat pembuat lapisan. Cuci segera alat pembuat lapisan. Biarkan lempeng 
selam 5 mrnit kemudian pindahkan lepeng  pada waktu penyimpanan dengan lapisan menghadap
ke atas, keringkan pada suhu 105o selama 30 menit. Setelah lempeng kering, biarkan dingin
sehingga suhu kamar dan amati serba raknya pembagian dan susunan zat penjerap. Cahaya yang
di ransmisikan akan menunjukan keserbarataan pembagian dan cahaya yang di pantulkan akan
menunjukan keserbarataan susunan. Simpan lempeng yang baik dalam eksikator yang cocok .
Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monorografi, tepmpatkan pada 2 sisi bejana
kromagrografi, 2 helai kertas saring, tinggi 18 cm, lebar sama dengan panjang bejana. Masukkan
lebih kurang 100 ml pelarut kedalam bejana kromagrografi hingga tinggi pelarut 0,5 cm sampai
1 cm, tutup rapat, biarkan sistem mencapai keseimbangan, kertas saring harus basah seluruhnya.
Seluruh sis bejana dapat juga di lapisi dengan kertas saring. Pada dasar bejana kertas saring harus
tercelup dalam pelarut. Totolkan larutan zat yang di periksa dan larutan pembanding , menurt
cara yang tertera pada masing-masing monografi, dengan jarak kira-kira 1,5 cm dan kira-kira 2
cm dari tepi bawah lempeng biarkan kering. Tepi bawah lempeng adalah bagian laempeng yang
terdahulu didahilui oleh alat pebuat lapisan pada waktu pelapisan zat penjerap sablon
menentukan titik tempat penotolan dan jarak yang harus di dahului pelarut . tempat lempeng
pada rak penyangga , hingga tempat penetesan terletak di sebelah bawah, masukkan rak
penyangga  kedalam bejana . pelarut yang  ada didalam bejana harus mencapai tepi bawah
lapisan penjerap tempat penetesan tidak boleh terendam. Tutup rapat dengan pertolangan lemak
penutup, biarkan hingga pelarut merambat 10 cm – 15 cm diatas titik penotolan umumnya
berlangsung kira-kira selama 15-1 jam; kelarutan lempeng kerinkan di udara, amati bercak mula-
mula dengan sinar uluteaviolet gelombang pendek (254 nm ) kemudian iltraviolet gelombang
pajan g (366 nm) ukur dan catat jarak bercak dari titik penotolan, dan catat panjang gelombang
untuk tiap bercak yang tampak. Jika perlu semprot bercak dengan pereakasi yang tertera pada
monografi amati dan bandingkan kratogram zat yang di periksa dengan kromatogram zat
pembanding. Hitung harga Rf seperti  pada kromatografi kertas .       

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
            Kromatografi lapis tipis  (KLT) adalah suatu metode analisis yang digunakan
untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana. Prinsipnya didasarkan
atas partisi dan adsorpsi. Zat penjerap merupakan fase stasioner, berupa bubuk halus dibuat serba
rata dan tipis diatas lempeng kaca. Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel, baik yang
normal fase maupun reversed fase.
Bagian bagian yang perlu dipelajari dalam membahas materi KLT adalah :
a.    Alat Lempeng Kaca
b.    Baki Lempeng
c.    Rak penyimpanan
d.    Zat penjerap
e.    Alat Pembuat Lapisan
f.    Bejana Kromatografi
g.    Sablon-sablon
h.    Pipet Mikro
i.     Alat Penyemprot Pereaksi 
j.     Lampu UV

B.SARAN
Diharapkan agar mahasiswa bisa mengetahui dan memahami Kromotografi Lapisan Tipis serta
mengetahui cara-cara kerjanya
DAFTAR PUSTAKA
-          Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:Departemen Kesehatan RI

-          Http://WWW. Analisis.Com/2012
Diposting oleh M. Aswin di 20.10 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
M. Aswin
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

▼  2014 (6)
Desember 
(6)
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai