Anda di halaman 1dari 7

BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan pada gerontik dengan gangguan diabetes

melitus pada Ny. S di Dusun X Desa Percut Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, mulai

tanggal 01 Desember – 11 Desember 2015 penulis menemukan kesenjangan antara konsep,

teoritis dan tinjauan kasus mulai dari tahap pengkajian sampai tahap evaluasi, dalam pembahasan

ini penulis membahas :

.1. Tahap Pengkajian

Tahap pengkajian kegiatan mengumpulkan data dilakukan melalui observasi langsung

terhadap pasien. Wawancara langsung dengan pasien mampu keluarga serta melakukan

pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, dari hasil pengkajian yang dilakukan, penulis

menemukan masalah antara teoritis dengan kasus di atas yaitu:

- Pengkajian teoritis ditemukan DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia > 60

tahun, namun pada kasus ditemukan umur 64 tahun yang mengalami penyakit DM.

- Pada pengkajian teoritis riwayat masa lalu merupakan salah satu factor pencetus seseorang

terkena penyakit DM, namun penulis tidak ada menemukan itu pada kasus.

- Pada pengkajian teoritis riwayat pada keluarga merupakan factor gen yang menyebabkan

munculnya sebuah penyakit, dimana salah satunya yaitu penyakit DM. Namun penulis tidak

ada menemukan factor pencetus tersebut pada kasus.

- Pada pengkajian system penglihatan di teoritis, dilakukan test snelen cart untuk menentukan

ketajaman mata pada seseorang yang mengalami gangguan, salah satunya yaitu pada lansia.
Namun penulis tidak melakukan tindakan tersebut pada kasus berhubungan karena kurang

lengkapnya persiapan alat-alat saat praktek belajar lapangan, melainkan penulis hanya

melakukan secara observasi untuk mengetahui kelainan pada ketajaman penglihatan pada

kasus.

- Pada pengkajian di teoritis ditemukan adanya pengkajian sistem pendengaran, dimana pada

lansia biasanya didapatkan data yaitu penurunan proses mendengar, tetapi pada tahap

pengkajian tinjauan kasus, penulis tidak menemukan pada kasus.

- Pada proses pengkajian kasus, penulis tidak melakukan pengkajian tes kadar gula dara

karena adanya halangan.Seharusnya pada tahap ini dilakukan tes kadar gula darah karena

bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya kadar gula dara pada klien dengan gangguan

DM. Sedangkan di tinjauan teoritis ditemukan adanya tes kadar gula dara dalam menentukan

masalah .

.2. Tahap Diagnosa Keperawatan

Pada teori penulis menegakkan diagnosa yang di ambil dari beberapa sumber ada 15

diagnosa, tetapi pada tidak semua diagnosa yang ada pada teori terdapat pada kasus dan penulis

hanya mengambil 3 diagnosa dari 15 diagnosa yang ditegakkan, karena diagnosa yang terdapat

pada kasus di sesuaikan dengan data yang penulis temukan pada kasus. Adapun kesenjangan

yang ditemukan penulis , yaitu :

- Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun lebih

awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai dengan

penuaan perubahan pola tidur dan cemas.


- Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular yang

ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan

pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.

- Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan memori

sekunder.

- Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan

perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.

- Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan

neuromular.

- Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.

- Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan

koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan.

- Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan

sejahtera, perubahan status mental.

- Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan

citra tubuh dan fungsi seksual.

- Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola

interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.

- Resiko kesendirian.

- Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau

orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang

sosiokultural
.3. Tahap Intervensi

Pada tahap intervensi tidak semua intervensi yang ada pada teori penulis terapkan pada

intervensi kasus, karena penulis hanya menemukan 3 diagnosa dari diagnose yang sudah

ditegakkan. Sehingga penulis hanya dapat mengangkat 3 intervensi dari 3 diagnosa yang

ditemukan pada kasus yaitu:

- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Gangguan system metabolisme (neuropati

perifer)

1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,turgor,vaskuler,perhatikan kemerahan.

2. Pertahankan alas kering dan bebas lipatan

3. Beri perawatan kulit seperti penggunaan  lotion

4. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic

5. Motivasi klien untuk menjaga pola makan

- Resiko terjadi cidera berhubungan dengan penurunan penglihatan.

1. Hindarkan lantai yang licin

2. Gunakan bed yang rendah

3. Bantu klien dalam memilih aktivitas sehari-hari

4. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

- Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan Kurang informasi

1. Jelaskan pada klien penyebab diabetes mellitus.

2. Jelaskan pada klien tanda dan gejala diabetes mellitus

3. Jelaskan pada klien komplikasi diabetes mellitus yang dapat terjadi


4. Jelaskan pada klien cara perawatan pada diabetes mellitus.

.4. Tahap Implementasi

Pada tahap implementasi penulis melaksanakan tindakan keperawatan gerontik sesuai

dengan rencana yang disusun menurut diagnose yang telah didapat pada kasus dan disesuaikan

dengan intervensi yang sudah direncanakan. Adapun kendala yang dialami penulis saat

melakukan implementasi ke rumah klien, yaitu klien sering tidak berada dirumah melainkan

klien sering pergi ke rumah tetangga-tetangganya dan rumah klien yang begitu cukup jauh.

.5. Evaluasi

Pada kasus, tahap evaluasi merupakan keberhasilan dan pelaksanaan rencana keperawatan

gerontik dalam memenuhi keperawatan yang diberikan pada klien. Pada kasus, semua rencana

keperawatan yang direncanakan telah berhasil dan dapat dilakukan dengan baik serta masalah

pada klien dapat teratasi dengan baik. Dimana klien sudah mampu mengerti tentang penyakitnya,

resiko terjadinya cidera, serta sudah dapat melakukan pencegahan pada kulit maupun luka yang

ada pada kaki klien.


BAB 5

PENUTUP

.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan tahap-tahap pembuatan asuhan keperawatan pada lansia, penulis mampu :

a. Melakukan pengkajian terhadap gerontik khususnya pada Ny.S dengan gangguan

diabetes melitus.

b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny.S dengan

gangguan diabetes melitus.

c. Menyusun rencana keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny. S dengan gangguan

diabetes melitus.

d. Mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah disusun pada gerontik

khususnya pada Ny.S dengan gangguan diabetes melitus.

e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny. S dengan

gangguan diabetes melitus.

.2. Saran

1. Semoga dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, mahasiswa dapat mempergunakannya

dalam menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada gerontik.

2. Bagi mahasiswa diharapkan untuk memperdalam pengetahuan dalam menerapkan asuhan

keperawatan gerontik secara efektif dan efisien baik teoritis maupun di dalam kasus.

3. Bagi Ny.S selaku sebagai klien agar dapat mengontrol penyakitnya seperti mengurangi

makanan yang banyak mengandung gula serta tidak melakukan aktivitas yang berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai