Anda di halaman 1dari 17

Manajemen Usaha Tani

FAKTOR PRODUKSI USAHA TANI :


FAKTOR MODAL DAN FAKTOR PENGELOLAAN

Di susun oleh :
Kelompok 4
1. Ferysia Ananda Farisy 2006511135
2. Ermelind Faustina Isa Benda 2006511136
3. Penry Selvyna Simbolon 2006511137
4. Made Reyhan Agastya Putra 2006511138
5. Stephanie Florencia 2006511139
6. Ignatius De-loyola Saputra 2006511140
7. Najwa Safira 2006511141

Progaram Studi Agribisni


Fakultas Pertanian
Universitas Udayana
2021
Materi Pemaparan

A. Faktor Produksi Modal

Modal dari segi ekonomi adalah faktor produksi berupa kekayaan


seseorang yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi sang
pemiliki.

Berikut merupakan unsur – unsur modal dalam usahatani menurut


Suratiyah (2006):
a. Berdasarkan sifat substitusinya
1. Land saving capital, petani dapat meningkatkan produksi dengan
menghemat penggunaan lahan tanpa menambah luas lahan.
Contohnya adalah itensifikasi, penggunaan bibit unggul, pupuk,
dan pestisida.
2. Labor saving capital, petani menghemat penggunaan tenaga kerja.
Contohnya penggunaan alsintan sperti traktor dan trasher untuk
mengelola tanah.

b. Berdasarkan kegunaannya
1. Modal aktif merupaka modal yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat meningkatkan hasil produksi dari usahatani,
contohnya adalah pupuk dan pestisida.
2. Modal pasif merupakan modal yang digunakan untuk
mempertahankan isi dri prosuk usahatani, contohnya bungkus,
karung, plastik, kontainer dan lainnya.

c. Berdasarkan waktunya
1. Modal produktif merupakan modal yang secara langsung dapat
meningkatkan hasil produksi usahatani.
Contohnya adalah pupuk dan bibit unggul.
2. Modal prospektif merupakan modal yang tidak secara langsung
dapat meningkatkan produksi usahatani dan memerlukan waktu
yang cukup lama.
Contohnya adalah investasi.

d. Berdasarkan fungsinya
1. Modal tetap merupakan modal yang dapat digunakan beberapa kali
dalam proses produksinya. Modal tetap terbagi menjadi dua yaitu:
 Modal tetap yang dapat bergerak atau mudah berpindah tempat
baik hidup atau mati. Contohnya adalah cangkul, sabit, traktor,
dan lainnya.
 Modal tetap yang tidak bergerak. Contohnya lahan, rumah, dan
lainnya.

Modal tetap memiliki beberapa penggolongan, antara lain adalah :


 Lahan usaha
Dalam faktor produksi lahan memang tidak termasuk ke dalam
modal. Namun biaya lahan dimasukan ke dalam biaya modal
karena lahan merupakan barang modal (aset tetap yang dimiliki
perusahaan).
Lahan pada umumnya tidak turun kegunaannya, kecuali lahan
tersebut mengalamai kerusakan longsor, erosi dan bencana
alam lain. Dalam keadaan normal nilai lahan akan selalu
meningkat sehingga lahan tidak mengalami depresiasi
melainkan mengalami apresiasi.
Pekerjaan memperbaiki lahan akan menambah kegunaan lahan
tapi hal tersebut akan menambah biaya, maka pekerjaan
tersebut tetap diperhitungkan sebagai biaya. Pekerjaan tersebut
juga harus dianggap sebagai penanaman modal.

 Bangunan
Segala bangunan yang ada di area farm termausk sebagai
modal tetap, contoh diantaranya adalah bangunan rumah,
gudang, kantor, kandang, sumur, instalasi listik (penerangan)
dan jalan. Rumah tempat tinggal petani tetap digolongkan
sebagai modal tetap kecuali rumah tersebut tidak berada di area
pertanian. Demikian juga bangunan rumah pegawai atau
karyawan.
Gudang yang dipergunakan untuk menyimpan hasil produksi
sebelum dijual, alat – alat pertanian, pupuk, dna lainnya
termasuk sebagi modal tetap. Dalam perusahaan pertanian
modern tiap jenis hasil tani harus disimpan dalam gudang –
gudang yang sesuai dengan sifat barang yang disimpan agar
tidak menyebabkan turunnya mutu.
 Ternak
Ternak dari lahir rmemerlukan biaya pemeliharan. Semua biaya
tersebut harus dianggap sebagai penanaman modal.
Modal termasuk modal tetap atau bukan tergantung apakah
modal tersebut dapat diterima kembali dalam jangka waktu satu
tahun atau lebih. Apabila pengeluaran dapat diterima kembali
dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, misalnya anak
ayam broiler, maka tidak termasuk sebagai modal tetap.
Demikian juga dengan anak sapi yang dijual dalam umur satu
tahun atau kurang, tidak dianggap sebagai modal tetap.
Ternak induk yang dipelihara untuk menghasilkan anak
dianggap modal tetap. Oleh karena itu biaya ternak induk dapat
dibebankan sebagai biaya depresiasi. Karena walaupun pada
awalnya ternak induk mengalami peningkatan nilai namun
pada umur tertentu produktivitas akan mulai menurun sehingga
nilainya pun akan ikut menurun. Sehingga perlu juga
diperhitungkan penyusutannya.
Ternak pada perusahaan peternakan, dapat dibedakan atas
ternak usaha dan ternak kerja. Ternak usaha adalah ternak yang
dimanfaatkan untuk memproduksi susu, telur, daging dan
sebagainya, sedangkan ternak kerja yaitu ternak yang
dipekerjakan dan dimanfaatkan tenaganya untuk mengelola
lahan pertanian.

 Mesin dan Peralatan


Mesin dan perlatan merupakan barang modal tetap yang
digunakan untuk melancarkan pekerjaan dengan tujuan
memperoleh hasil yang tinggi dan biaya pokok yang rendah.
Tujuan ini akan tercapai apabila mesin dapat digunakan se-
efesien dan se-efektif mungkin.
Biaya mesin dan peralatan yang tahan lama ini tidak
dibebankan dalam satu tahun analisis tapi menyebar sepanjang
umur ekonomisnya berupa depresiasi (penyusutan).

2. Modal tidak tetap


Modal tidak tetap adalah modal yang dalam proses produks habis
dipakai dan pada tiap pengulangan produksi harus disediakan
kembali. Hal yang digolongkan kedalam modal tidak tetap adalah
tanaman berumur semusim, alat – alat yang rawan rusak, dana
eksploitasi, pakan ternak, dan modal operasional.
Dalam setiap perusahaan pasti akan ada penerimaan dan
pengeluaran. Dalam jangka pendek keadaan yang paling baik
adalah jika penerimaan menutupi pengeluaraan modal tidak tetap.
Penerimaan dan pengeluaran tersebut harus terjadi berturut-turut
dalam suatu cash flow yang baik.

Menurut Suratiyah (2006), bahwa terdapat tujuh hal yang dapat dijelaskan pada
konsekuensi modal dan peralatan yaitu sebagai berikut:
1. Jenis konsekuensi
Pembagian modal atas dasar fungsinya sangat penting sehubungan
dengan pembebanan modal dalam perhitungan biaya suatu kegiatan
usahatani. Modal berdasarkan fungsinya dibagi dalam modal tetap dan
modal tidak tetap.
2. Cara menghitung penyusutan
Untuk memperhitungkan penyusutan pada dasarnya bertitik tolak
pada harga perolehan sampai dengan modal tersebut dapat memberikan
manfaat. Ada empat macam cara untuk memperhitungkan nilai penyusutan
yaitu garis lurus, performance unit, decreasing dan declining balance.
3. Alat-alat pertanian sebagai modal tetap
Berbagai alat-alat yang biasa digunakan dalam usahatani dapat merupakan
modal tetap. Alat-alat tersebut adalah traktor, bajak, cangkul termasuk di
dalamnya adalah ternak yang digunakan untuk menjalankan usahatani dan
lain-lain.
a. Traktor, truk dan lain-lain
Kelima konsekuensi penggunaan modal tetap diperhitungkan
semuanya. Komplementer diperhitungkan karena traktor tersebut
dapat memberikan manfaat jika ada pengemudi dan bahan bakarnya.
b. Bajak, sabit, cangkul dan lain lain
Untuk alat-alat tersebut hanya diperhitungkan penyusutannya.
Biasanya penyusutan oleh petani tidak disimpan dalam bentuk uang
tetapi dalam bentuk ternak berupa kambing atau ternak lain dengan
maksud apabila bajak rusak dan tidak dapat dimanfaatkan lagi maka
kambing tersebut dapat dijual untuk membeli bajak yang baru.
c. Ternak sapi
Dalam memperhitungkan ternak maka harus dipisahkan terlebih
dahulu apakah ternak tersebut dianggap sebagai tenaga kerja atau
sebagai modal peternakan. Jika ternak sebagai tenaga kerja maka
penyusutan tidak diperhitungkan karena pada dasarnya semakin besar
ternak semakin tinggi harganya karena adanya pertumbuhan. Dengan
demikian, yang perlu diperhitungkan hanyalah bunga, pemeliharaan
dan komplementer. Namun apabila ternak adalah sebagai ternak perah
maka perlu diperhitungkan pula penyusutan, komplementer,
pemeliharaan bunga dan asuransi.

4. Tanaman sebagai modal tetap


Sebelum dipungut hasilnya maka tanaman semusim merupakan
modal tetap. Tanaman padi selama masih di lahan maka dianggap sebagai
modal tetap tetapi jika sudah dipanen maka kehilangan sifatnya sebagai
modal tetap. Dengan demikian maka sistem ijon merupakan penjualan
modal tetap.
Tanaman keras merupakan modal tetap karena nilainya terus
menerus ada sampai dengan nilai ekonomisnya. Sebagai contoh tanaman
karet maka penyusutannya diperhitungkan dari biaya yang dikeluarkan
untuk mengusahakan dari permulaan biaya sampai dengan menghasilkan
yang pertama kali. Contohnya sebagai berikut:

Tabel 1. Biaya Pengeluaran Usahatani Tanaman Karet

Biaya Bibit Rp.1.000.000,00


Biaya Pengolahan Tanah Rp.10.000.000,00
Pemeliharaan 6 tahun Rp.20.000.000,00
Biaya lain-lain Rp.20.000.000,00
Jumlah Rp.51.000.000,00

Jumlah biaya sampai menghasilkan yang pertama kali lebih kurang 6


tahun adalah sebesar Rp51.000.000,00
Umur ekonomis karet = 25 tahun
Nilai sisa (kayu bakar) = Rp 1.000.000,00

Rp 51.000.000−Rp1.000 .000
penyusutan per ta h un=
25
=Rp2.000.000

Oleh karena menggunakan metode garis lurus maka akan diperoleh


nilai yang sama tiap tahunnya. Sementara biaya - biaya sesudah
menghasilkan akan diperhitungkan sebagai biaya operasional dan
dibebankan pada masing-masing proses produksi atau tahun yang
bersangkutan

5. Uang tunai sebagai modal


Uang tunai dipergunakan untuk membiayai pembelian sarana
produksi, pengeluaran-pengeluaran untuk pihak ketiga (pajak, selamatan),
pengolahan tanah dengan tenaga luar dan penggunaan modal tetap. Besar
kecilnya kebutuhan uang tunai sebagai modal tidak sama tetapi tergantung
pada lingkungan usahatani. Suatu daerah tertentu, pembayaran dengan
uang tunai dilakukan dengan hak, bahan, atau bagian hasil sehingga
kebutuhan akan uang tunai sebagai modal kecil. Sebaliknya, bila semua
harus dibayar uang tunai maka kebutuhan akan uang tunai sebagai modal
besar.

6. Lahan sebagai modal tetap


Lahan tidak ada penyusutan karena pada prinsipnya lahan dapat
dipergunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, tidak rusak jika
dipelihara dengan baik. Bahkan, jika pemeliharaannya baik maka
kesuburannyapun akan ikut meningkat. Pada umumnya, lahan juga tidak
diasuransikan tetapi yang diasuransikan adalah tanamannya. Demikian
juga biaya komplementer lahan tidak ada.
7. Bangunan sebagai modal tetap
Pada umumnya, biaya penyusutan, asuransi, bunga dan
pemeliharaan bangunan diperhitungkan karena pada dasarnya bangunan
memberikan manfaat pada jangka waktu tertentu saja. Untuk memberikan
manfaat perlu dipelihara dan dalam hubungannya dengan resiko perlu
diasuransikan, meskipun tidak semua bangunan dapat diasuransikan.

B. Faktor Produksi Manajemen


Menurut Shinta (2011), pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani
dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan
mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu
memberikan produksi seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, kemampuan
manajemen usahatani kelompok tani perlu didorong dan dikembangkan mulai dari
perencanaan, proses produksi, pemanfaatan potensi pasar, serta pemupukan
modal/investasi.

Berikut merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam manajemen


usahatani menurut Suratiyah (2006) antara lain:

1. Pengurusan

Pengurusan adalah menjalankan perusahaan menurut cara-cara yang sudah


berlaku secara turun-temurun dengan usaha untuk memperoleh tambahan
pendapatan untuk melakukan hal-hal yang sudah biasa berlaku tersebut. Tujuan
pengurusan adalah untuk menjamin bahwa perusahaan dapat mengalami
pertumbuhan dari tahun ke tahun. Ciri dari perusahaan yang baik adalah
pertumbuhan kondisi perusahaan setiap tahun baru harus melebihi tahun yang
sebelumnya berapapun kecilnya.

2. Pelaksanaan

Tujuan pokok dari perusahaan adalah untuk mencapai sesuatu tujuan yang
telah ditetapkan dalam rencana dan itu akan dicapai apabila perusahan berjalan
secara terus-menerus, seakali berjalan tetep harus berjalan. Dalam kegiatan
usahatani hal itu juga berlaku, apabila terjadi kegagalan pada awal pelaksanaan
usahatani, akan sulit bagi petani untuk mencari dana untuk mengulangi lagi
kegiatan yang seharusnya sudah selesai dikerjakan. Oleh karena itu, memulai
kegiatan produksi dalam bidang usaha pertanian umumnya dan usahatai
khususnya memerlukan ketelitian yang tinggi didalam menilai segala perubahan
yang berlaku dalam usahatani.

3. Kewaspadaan

Kewaspadaan adalah melindungi diri terhadap segala kemungkinan


terjadinya risiko atau kerugian. Tindakan pengusaha atau petani harus
diperhitungkan menurut ukuran, ruang dan waktu sedemikian rupa sehingga
diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Di dalam usahatani
risiko setiap saat dapat mengancam karena faktor yang belum mampu dikuasai
manusia. Oleh karena itu, kewaspadaan dalam mengambil setiap keputusan harus
didasarkan pada berbagai informasi yang lengkap, baik informasi dari dalam
usahatani sendiri maupun informasi sesuatu masalah akan mengurangi
kemungkinan terjadinya suatu kegagalan yang besar.

4. Risiko usaha

Setiap usaha selalu menghadapi risiko, besar kecilnya risiko yang dialami
seorang pengusaha atau petani tergantung pada keberanian untuk mengambil
suatu keputusan. Dalam kegiatan usaha pertanian umumnya dan usahatani pada
khususnya ada dua macam risiko yang mugkin dihadapi petani, yaitu risiko yang
sulit diduga dan risiko yang mudah diduga. Risiko yang sulit diduga misalnya
adanya serangan hama penyakit tanaman atau ternak dan risiko yang yang mudah
diduga misalnya jatuhnya harga hasil usahatani pada waktu panen. Untuk
mengurangi risiko tersebut caranya adalah memperoleh informasi sebanyak-
banyaknya tentang suatu masalah tersebut.

5. Sarana penunjang
Sarana penunjang adalah segala peralatan yang dapat menunjang
kelancaran kegiatan pelaksanaan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Sarana ini dapat berupa sarana fisik yaitu, peralatan kerja yang sesuai
dengan kegiatan keja yang dilakukan, dan sarana nonfisik misalnya ketenangan
bekerja dan lingkungan kerja. Kegiatan manajer tidak akan efektif dan efisien
apabila sarana yang tersedia tidak memadai, baik dalam jumlah maupun ukuran
dan juga ketepatan sarana tersebut dengan kegiatan yang ada dalam usahatani.

Manajemen dalam usahatani adalah aktivitas keahlian pengorganisasian,


pengoperasian dari ketiga faktor produksi yang lain (tanah, tenaga kerja, modal
dalam proses produksi). Dalam faktor manajemen juga terdapat faktor keahlian
(skill) yaitu keahlian dan kemampuan pengusaha-pengusaha untuk mandiri dan
mengembangkan berbagai kegiatan usaha. Keahlian-keahlian tersebut meliputi:

a. Technical skill atau keahlian teknis, yaitu keahlian yang diperlukan


untuk melakukan pekerjaan spesifik tertentu sehingga pekerjaan dapat
berjalan dengan baik. Seperti mengoperasikan komputer, mendesain
bangunan, membuat layout perusahaan dan lainnya.
b. Human relation skill atau keahlian berkomunikasi dan berinteraksi
dengan masyarakat. Seperti keahlian dalam bernegara, memotivasi,
meyakinkan konsumen dan sebagainya.
c. Conceptual skill atau keahlian konseptual, yaitu keahlian dalam
berpikir secara abstrak, sistematis, termasuk di dalamnya mendiagnosa dan
menganalisis berbagai masalah dalam situasi yang berbeda-beda bahkan
keahlian untuk mempridiksi di masa yang akan datang.
d. Decision making skill atau keahlian dalam pengambilan keputusan,
yaitu keahlian untuk mengidentifikasikan masalah sekaligus menawarkan
berbagai alternatif solusi atas permasalahan yang dihadapi.
e. Time managment skill atau keahlian dalam mengelola waktu, yaitu
keahlian dalam memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien.
f. Global managment skill atau keahlian dalam manajemen global, yaitu
keahlian manajemen yang tidak saja berfokus pada satu keadaan di negara
tertentu akan tetapi juga lintas negara bahkan lintas budaya.
g. Techmological skill atau keahlian dalam hal teknologi, yaitu keahlian
manajerial dalam mengikuti dan menguasai perkembangan teknologi yang
terjadi.
h. Managerial skill, yaitu kemampuan dalam mengorganisasikan semua
faktor produksi agar mencapai tujuan.
i. Organizational skill, yaitu keahlian pengusaha dalam memimpin berbagai
usaha tidak hanya intern perusahaan yang bersifat bisnis, tetapi juga
organisasi dalam bentuk lain.

Upaya Pengembangan Pengelolaan Usahatani

Terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani.


Salah satu upaya pengembangan usahatani adalah dengan adanya peningkatan
produktifitas komoditi tanaman pangan. Hal ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan mutu intensifikasi yang dijalankan secara berkelanjutan agar
komoditi tanaman pangan yang dihasilkan memiliki daya saing yang tinggi dan
juga tetap mengacu kepada kelestarian lingkungan. Peningkatan produktifitas
komoditi ini dapat ditingkatkan dengan penerapan teknologi maju.

Untuk mengembangkan usahatani dapat melalui peningkatan produktifitas


maka diperlukan penyebarluasan penerapan teknologi. Tidak sembarang
teknologi, tetapi teknologi yang diterapkan juga harus bersifat unggul, memiliki
kegunaan yang tepat, dan juga berwawasan lingkungan.

Upaya pengembangan usahatani yang lain adalah dengen melakukan


penambahan nilai tambah terhadap hasil produksi usahatani. Dengan melakukan
upaya penambahan nilai tambah pada produk, diharapkan para petani dapat
memasarkan produknya bukan hanya dalam bentuk makanan mentah tetapi juga
dalam bentuk olahan. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan beberapa upaya
antara lain:
 Penerapan teknologi panen dan pasca panen yang tepat
 Penyebarluasan teknologi pengolahan hasil
 Pemasyarakan penerapan standart mutu
 Pemanfaatan peluang kredit

Di sisi lain, pengembangan sarana dan prasarana pertanian tanamanan


pangan juga diperlukan untuk menjamin aksesibilitas yang berguna untuk
mendukung keberhasilan peningkatan produktifitas komodoti. Hal ini juga
meliputi pengolahan dan pemasaran hasil produksi tanaman pangan. Peningkatan
sarana dan prasarana tersebut dapat diwujudkan melalui upaya-upaya berikut,
antara lain:

a) Peningkatan fasilitas penyedian serta distribusi sarana produksi dilapangan


untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam berusahatani.
b) Pengembangan sistem pemasaran yang efisien dan berorientasi pada
kebutuhan konsumen melalui upaya-upaya pengembangan informasi
pemasaran, standarisasi, mutu produk, serta promosi pemasaran.

Tak hanya itu, kelembagaan juga memberikan peranan penting dalam upaya
pemberdayaan petani, maka dari itu upaya pengembangan kelembagaan petani
dan pemerintah sangatlah diperlukan, beberapa upaya tersebut adalah:

a. Peningkatan kemampuan agribisnis kelompok tani


b. Peningkatan kualitas SDM, bantuan alat-alat processing, penyediaan
kredit, dan mengembangkan pola kemitraan.
c. Pengembangan usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) dengan memperkuat
dan melakukan pembinaan terhadap petugas, manajer, operator, dan petani
melalui peningkatan fasilitas.
d. Penguatan lembaga pemerintah seperti BPSB, BPTPH, sehingga dapat
memberikan pelauyan prima pada masyarakat terutama petani melalui
peningkatan profesionalisme, operasional, dan administrasi.
Hal berikutnya yang sangat diperlukan dalam peningkatan usahatani adalah
penyuluhan pertanian dikarenakan penyuluhan pertanian dapat sangat membantu
pembangunan sektor pertanian itu sendiri. Maka dari itu, penyuluhan pertanian
perlu ditingkatkan terutama dalam hal pemasyarakatan teknologi, manajemen
produksi, fasilitas aksesibilitas petani terhadap pasar, permodalan, informasi, serta
sarana dan prasarana.

Agar penyuluhan pertanian dapat berjalan dengan efektif dan mendukung


program pembangunan usahatani, diperlukan materi penyuluhan yang sesuai
dengan program tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Salah satu faktor produksi usahatani yang sangat penting adalah modal. Modal
merupakan faktor produksi berupa kekayaan seseorang yang digunakan untuk
menghasilkan pendapatan bagi sang pemilik. Modal memiliki banyak macam
berdasarkan sifat – sifatnya, yaitu berdasarkan sifat substitusinya, kegunaanya,
waktunya, dan fungsinya. Modal pun memiliki beberapa konsekuensi yang harus
diperhatikan sehubungan dengan pembebanan modal dalam perhitungan biaya
usahatani.

Faktor produksi manajemen merupakan kemampuan petani dalam


merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi
faktor produksi yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu memberikan produksi
seperti yang diharapkan. Beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam
manajemen usahatani adalah pengurusan, pelaksanaan, kewaspadaan, risiko
usaha, dan sarana penunjang. Adapun keahlian – keahlian yang harus dimiliki
oleh pengelola usahatani yaitu keahlian teknis, keahlian berkomunikasi, keahlian
konseptual, keahlian pengambilan keputusan, keahlian mengelola waktu, keahlian
manajemen global, keahlian teknologi, skill manajemen, dan keahlian organisasi.
Dalam pengelolaan usaha tani ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan usahatani yaitu dengan meningkatkan mutu, meningkatkan
produktivitas dengan teknologi, menambahkan nilai tambah produk,
mengembangkan sarana dan prasarana, dan penyuluhan pertanian

Saran

Dalam usahatani terdapat faktor – faktor yang sangat penting diperhatikan


yaitu modal dan manjemen. Perlu adanya sosialisasi pada petani mengenai
pentingnya modal dan pengelolaan dalam usahatani. Modal harus dapat
dialokasikan dengan baik sesuai dengan sifat dan tipenya supaya usahatani pun
dapat berkembang dengan baik. Begitu pula dengan pengelolaan atau manajemen,
petani perlu memiliki skill manajemen untuk mengelola usahataninya agar
usahtaninya pun dapat berkembang.

DAFTAR PUSTAKA
Saeri, M. (2018). Usahatani dan Analisisnya . Malang : Universitas Wisnuwhardhana
Malang Press .

Anda mungkin juga menyukai