Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MUH.

AFDHOL ISNAN

KELAS : PSIKOLOGI H

NIM : 200701501078

RANGKUMAN

BAB 11 : Emosi

A. Emosi sebagai Pola Respon

 Kata emosi mengacu pada perilaku, respons fisiologis, dan perasaan. Pada bagian ini dibahas
pola respon emosional yang terdiri dari perilaku yang berhubungan dengan situasi tertentu dan
respon fisiologis (baik otonom maupun hormonal) yang mendukung perilaku tersebut
 Amigdala mengatur respons perilaku, otonom, dan hormonal terhadap berbagai situasi, termasuk
situasi yang menimbulkan rasa takut, marah, atau jijik. Selain itu, terlibat dalam efek bau dan
feromon pada perilaku seksual dan aibu
 Rekaman listrik neuron tunggal di amigdala menunjukkan bahwa beberapa dari mereka
merespons ketika hewan tersebut merasakan rangsangan tertentu dengan signifikansi
emosional.
 respons emosi terkondisi kita diperoleh dengan mengamati respons orang lain atau bahkan
melalui instruksi verbal.
 amigdala terlibat dalam efek emosi pada pembelajaran. Perilaku agresif khas spesies dan
melayani fungsi yang berguna hampir sepanjang waktu.
 Aktivitas neuron serotonergik menghambat perilaku pengambilan risiko, termasuk agresi
 Penghancuran akson serotonergik di otak depan meningkatkan agresi, dan pemberian obat yang
memfasilitasi transmisi serotonergik menguranginya.
B. Komunikasi Emosi

 Manusia mengkomunikasikan emosinya terutama melalui gerakan wajah


 Darwin percaya bahwa ekspresi emosi seperti itu adalah bawaan bahwa gerakan otot ini
merupakan pola perilaku yang diturunkan.
 Pengakuan ekspresi emosional orang lain melibatkan belahan kanan lebih dari kiri.
 Penelitian dengan orang normal telah menunjukkan bahwa orang dapat menilai ekspresi wajah
atau nada suara dengan lebih baik saat informasi disajikan ke belahan kanan daripada saat
informasi disajikan ke belahan kiri.
 Pencitraan fungsional menunjukkan bahwa ketika orang menilai emosi suara, hemi-sphere kanan
lebih aktif daripada kiri
 bahwa pengenalan wajah tertentu melibatkan sirkuit saraf yang berbeda dari yang diperlukan
untuk mengenali ekspresi wajah emosi.
 amigdala berperan dalam mengenali ekspresi wajah ketakutan
 Kemampuan untuk menilai emosi dengan nada suara seseorang tidak terpengaruh. Amigdala
menerima informasi visual magnoseluler (primitif) dari colliculus dan pulvinar superior, dan
informasi ini digunakan dalam membuat penilaian tentang ekspresi ketakutan.
 mengenali emosi yang diekspresikan dalam postur atau gerakan tubuh seseorang, dan amig-dala
menerima dan memproses masukan ini juga
 Salah satu penyebab kerusakan amigdala bilateral yang mengganggu pengenalan ekspresi wajah
yang menakutkan tampaknya adalah kegagalan untuk melihat mata orang.
 Arah pandangan seseorang yang mengekspresikan emosi memiliki nilai informasi.
 Neuron di sulkus temporal superior peka terhadap arah pandangan dan mengirimkan informasi
ini ke bagian lain dari otak, termasuk amigdala.
 Neuron cermin di korteks premotor ventral menerima informasi visual mengenai ekspresi wajah
orang lain yang mengaktifkan sirkuit saraf yang bertanggung jawab atas ekspresi ini. Umpan
balik dari aktivitas ini, yang dapat dikirim ke korteks somatosensori, membantu kita memahami
maksud emosional orang lain.
 Kerusakan pada basal ganglia dan insular cor-tex mengganggu pengenalan ekspresi wajah dari
rasa jijik, dan studi pencitraan fungsional menunjukkan peningkatan aktivitas di korteks insular
(yang berisi korteks gustatory primer) ketika orang mencium bau yang menjijikkan atau melihat
wajah yang menunjukkan rasa jijik Ekspresi emosi wajah (dan perilaku khas stereo lainnya
seperti tertawa dan menangis) hampir tidak mungkin untuk disimulasikan. Misalnya, hanya
senyum kenikmatan yang tulus yang menyebabkan kontraksi bagian lateral orbicularis oculi
( otot Duchenne ).
 Gyrus cingulate anterior tampaknya memainkan peran dalam aspek motorik tawa, sementara
apresiasi humor tampaknya melibatkan korteks prefrontal ventromedial kanan. Ekspresi emosi
yang asli dikendalikan oleh sirkuit saraf khusus
 Orang dengan paresis wajah emosional dapat menggerakkan otot wajah mereka secara sukarela
tetapi tidak sebagai respons terhadap suatu emosi, sedangkan orang dengan paresis wajah
sukarela menunjukkan gejala yang berlawanan.
 ,bagian kiri wajah manusi dan wajah monyet cenderung lebih ekspresif daripada bagian kanan.

C. Perasaan Emosi
 orang-orang menyadari bahwa emosi disertai dengan perasaan yang tampaknya datang dari
dalam tubuh, yang kemungkinan besar menjadi pendorong untuk mengembangkan teori-teori
fisiologis tentang emosi.
 James dan Lange menyatakan bahwa emosi pada dasarnya adalah respons terhadap situasi.
Umpan balik dari reaksi fisiologis dan perilaku terhadap situasi penghasil emosi memunculkan
perasaan emosi
 perasaan adalah hasil, bukan penyebab, dari reaksi emosional. Studi Hohman tentang orang-
orang dengan kerusakan sumsum tulang belakang mendukung teori James-Lange; Orang-orang
yang tidak dapat lagi merasakan reaksi dari sebagian besar tubuh mereka melaporkan bahwa
mereka tidak lagi mengalami keadaan emosi yang intens.
 simulasi ekspresi emosional dapat menyebabkan perubahan dalam aktivitas sistem saraf otonom.
 emosi bisa "menular": Kita melihat seseorang tersenyum dengan senang, kita sendiri meniru
senyuman itu, dan umpan balik internal membuat kita merasa setidaknya lebih bahagia
Kecenderungan untuk meniru ekspresi wajah orang lain tampaknya merupakan konsekuensi
aktivitas sistem neuron cermin di otak.

Anda mungkin juga menyukai